A. Pendahuluan
Pendidikan Agama mulai ketika agama sendiri mulai muncul dalam hidup
manusia. Setiap Agama merasa perlu mengajarkan anak2 muda tentang
kepercayaan, adat istiadat dan kebaktian agama. Sebelum mereka dapat
ditahbiskan menjadi anggota penuh dari persekutuan agama tersebut, wajiblah
mereka diajar dan dilatih dalam segala teori dan praktik agamanya tersebut.
Berkenaan dengan hal tersebut tiap-tiap agama mempunyai guru2 dan
lembaga2nya yang ditugaskan menjalankan pendidikan agama tersebut.
Tegasnya dapat dikatakan selama ada agama, ada pula pendidikan agama.
Akan tetapi kapankah pendidikan agama itu mulai? Pendidikan agama
berpangkal kepada persekutuan umat Tuhan dimulai dalam perjanjian Lama,
oleh karena itu untuk menemukan akar dari pendidikan Agama harus kita
menggali dalam Alkitab, tempat Tuhan menyatakan rahasia keselamatanNya
kepada bangsa Israel. Dimana Alkitab itu satu2nya sumber pengetahuan kita
mengenai rancangan keselamatan itu dan Alkitablah yang melukiskan dengan
terang bagaimanakah wujud dan maksud pendidikan agama itu. Didalam
kitab2 Perjanjian Lama tersimpanlah kesaksian mengenai perkara2 yang
mahaagung yang telah dialami umat Tuhan dibawah pimpinanNya sepanjang
sejarah hidup mereka. Perbuatan2 Tuhan yang hebat itu perlu disampaikan dan
dijelaskan pula kepada tiap2 keturunan yang baru dan sebab itu hikayatnya
dipaparkan dalam kitab Perjanjian Lama. Segala kitab dalam Perjanjian Baru
ditulis dengan tujuan tertentu ialah untuk mengajar umat Kristen tentang
pernyataan Allah dalam Yesus Kristus dan pengaruhnya bagi hidup manusia.
Dalam hal ini gereja tidak cukup hanya menyelenggarakan ibadah-ibadah rutin
sesuai jadwal yang telah ditetapkan, melainkan panggilannya jauh lebih dalam
yaitu untuk melaksanakan amanat agung Tuhan Yesus Kristus yang terdapat
didalam Matius 28: 19-20. Dalam amanat agung tersebut terdapat beberapa
prinsip utama yang menjadi tugas dan panggilan gereja yaitu: 1)
memberitakan firman Allah agar banyak orang percaya dan beriman kepada
Yesus Kristus; 2) mengajar mereka agar menjadi orang-orang Kristen yang
taat kepada Allah dan menjadikan mereka sebagai murid yang sungguh-
sungguh.
Gereja sebagai persekutuan orang-orang percaya bertugas melaksanakan tugas
suruhan yang utuh dari Allah yaitu membawa warga jemaat kepada
pertumbuhan rohani dan kedewasaan iman didalam Kristus. Warga jemaat
harus dibawa kepada
perjumpaan pribadi dengan Kristus serta dapat mempraktikkan imannya dalam
hidup sehari-hari. Oleh karena itu, gereja harus berfungsi sebagai sekolah
rohani bagi warga jemaat.
Pertumbuhan jemaat baik secara rohani maupun jumlah jemaat merupakan
impian dan harapan setiap pimpinan jemaat atau hamba Tuhan karena akan
berdampak pada keberhasilan dalam pelayanan.
1. Pengajaran Yesus
Murid2 Yesus mengakui Yesus sebagai “ Guru dan pengajar ‘ ( Yoh 13:
13)
Kegiatan Yesus sering digambarkan dengan kata kerja “ mengajar atau
berkotbah”. Kata kerja tersebut cenderung dipakai karena Yesus betul-
betul seorang guru. Ia dipanggil dan disapa sebagai “ Guru “ ( Markus 12:
13-14) Sebagai Guru, Yesus mengumpulkan beberapa orang murid untuk
diajar, dilatih dan diutus. Mereka diperlengkapi oleh Yesus dengan
pengajaran yang sungguh2.
Yesus disebut sebagai “ Guru Agung “ bukan karena pengajaranNya,
melainkan karena hakekat pribadiNya sendiri. Yesus mengajarkan
pribadiNya sendiri. Ia menyatakan seluruh rencana Allah dalam diriNya,
melalui kegiatan mengajar yang dilakukanNya, Ia menyatakan diriNya dan
makna kedatanganNya.
Pengajaran Yesus membawa tiap2 orang kepada pertobatan serta kasih
yang sungguh2 kepada Allah. Inti pengajaranNya ialah berita pertobatan.
Dalam mengajar Yesus senantiasa berperan sebagai Gembala Agung =>
penekanan pengajaran Yesus ialah => membawa orang2 percaya kepada
pertobatan dan hubungan pribadi yang dalam dengan Allah serta siap
menderita bagi Kristus. ( Markus 10: 17-31, Matius 19: 16-29, Lukas 10:
25-37, Markus 13: 10-13, Matius 20: 26-28, Markus 8 : 34)
Pengajaran Yesus selalu menjawab kebutuhan2 rohani pendengarNya.
Dengan menerima pengajaranNya pergumulan2 pendengarNya menjadi
terjawab. Bagi Yesus mengajar adalah pelayanan penting. Selama
hidupnya di dunia ini, Ia dikenal sebagai “ Guru yang datang dari Allah “ (
Yohanes 3: 2, Yohanes 13: 13).
Yesus mengajar berdasarkan otoritas, wibawa dan kuasa. Orang yang
mendengar pengajaranNya menjadi takjub, terpukau dan kemudian
memberi respons positif ( Matius 7 : 28-29 ). Murid2 maupun orang
banyak sering memanggilnya sebagai “ Rabi “ yang artinya “ Guru Agung
“ ( Matius 26: 25, 29, Markus 9 : 5, 11: 21 ). Panggilan “ Rabi “ yang
ditujukan kepada Yesus adalah karena didasari bahwa Yesus adalah
sebagai guru, pengajar yang mulia dan berkedudukan tinggi.
Perhatian Yesus demikian tercurah pada pendidikan, pengajaran dan
persekutuan. Hal ini amat prioritas dalam pelayananNya. Lewat
pengajaran, Yesus memperkenalkan Allah dan kasihNya kepada manusia (
Yoh 1: 14, 18, 14: 6, Yoh. 8: 42-58, 16: 28)
Yesus sering mengajar di Bait Allah dan dirumah-rumah ibadat.
Pandangan Yesus, Bait Allah dan rumah-rumah ibadat adalah tempat yang
sentral bagi pengajaran umat => tempat yang ditetapkan dan disediakan
Allah sebagai tempat pengajaran umat.
Yesus memakai berbagai pendekatan dalam mengajar seperti berkotbah,
mengajar, menyembuhkan dan mengadakan mujizat. Berbagai metode
dilakukannya secara luar biasa dan mampu menarik perhatian khalayak
ramai. Dalam mengajar Yesus memakai metode ceramah, bimbingan,
dialog, perjumpaan, simbolis maupun studi kasus. ( Markus 12: 37 ).
3, Pembentukan Spiritualitas
Spiritualitas diartikan sebagai kekuatan atau roh yang memberi daya tahan
kepada seseorang atau sekelompok orang untuk mempertahankan,
memperkembangkan dan mewujudkan kehidupannya.
Spiritualitas sering dikaitkan dengan perkara kerohanian yang menunjuk
kepada aktivitas manusia dalam memperoleh kesucian atau keselamatan
pribadi yang bersifat rohani.
Spiritualitas diartikan sebagai kesadaran dan sikap hidup manusia untuk
dapat tahan uji dan bertahan dalam mewujudkan tujuan dan pengharapan
iman.
Spiritualitas menjadi sumber kekuatan untuk menghadapi penganiayaan,
kesulitan, penindasan dan kegagalan yang dialami seseorang atau
kelompok yang sedang mewujudkan cita2 atau tujuan hidup rohaninya.
Spiritulitas menunjukkan kepada kasih yang dalam kepada Yesus Kristus,
mampu menghadapi tantangan dan kesulitan, menjadi terang bagi orang
lain, tahan uji, menjadi ciptaan baru.
Spiritualitas memungkinkan orang2 percaya memiliki kekuatan,
ketabahan, kesabaran, kebaikan, kesucian, ketaatan dan kepekaan di dalam
Yesus Kristus.
5, Penginjilan
Adalah merupakan perintah Kristus kepada semua orang percaya ( Matius
28: 19-20 )
Adalah merupakan amanat kepada gereja dan kepada orang2 percaya dan
berlangsung secara terus menerus.
Pengajaran di dalam jemaat haruslah memiliki visi penginjilan dan
menjadikan semua orang beriman menjadi penjinjil2 dalam hidupnya.
Penginjilan erat sekali kaitannya dengan pertumbuhan gereja, membawa
orang lain masuk kedalam gereja untuk diajar, dimuridkan dalam
persekutuan orang2 percaya.
Kisah Para Rasul memberikan data2 jemaat lewat penginjilan yaitu: gereja
pertama di Yerusalem dimulai diruang atas dengan jumlah murid 120
orang ( Kis.1:15, 2:41-42, 4:4, 5:14, 6: 1,7 ).
Bertujuan untuk melipatgandakan orang2 percaya, tiap2 hari anggota
jemaat terus bertambah.
5, Ujian Akhir
Daftar Pustaka :
1. E.G. Homrighausen, Dr, I.H. Enklaar, Dr. Pendidikan Agama Kristen ,
PT.BPK Gunung Mulia, Jakarta 1994
2. J.M. Nainggolan, Pdt, S.Th, MA, M.Th. Strategi Pendidikan Warga Gereja,
Generasi Info Media, Bandung 2008.
3. Weinata Sairin, Pendidikan yang Mendidik. Yudhistira, Jakarta 2001
SOAL UJIAN MAHASISWA STT SYALOM LAMPUNG
SEMESTER GANJIL TAHUN 2020 / 2021