Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama merupakan suatu lembaga yang terbentuk akibat adanya interaksi terpola
secara ejak peradaban manusia dimulai hingga dewasa ini, pendidikan bagi anak
merupakan sesuatu yang prioritas dalam setiap keluarga terlepas dari keahlian dan
pengetahuan orang tua dalam mendidik anak. Anak yang adalah pemberian Allah bagi
setiap keluarga sebagai bagian dari wujud janji Allah kepada manusia untuk kelanjutan
generasi ke generasi berikutnya. Anak yang lahir dalam setip keluarga tidak langsung
menjadi dewasa baik secara umur maupun secara pengetahuan dan tingkah laku, tetapi
melewati proses pertumbuhan dari waktu ke waktu.
Dengan berbagai kasus kenakalan dan kejahatan yang melibatkan anak-anak di
bawah umur dua belas tahun dewasa ini seperti telibat dalam tawuran, pencurian,
penipuan, kejahatan seksual bahkan terlibat dalam kasus pembunuhan, seharusnya
menyadarkan setiap orangtua (khususnya orangtua Kristen), bahwa pendidikan roahani
bagi anak dalam keluarga tidak bisa diabaikan. Harus disadari oleh setiap orangtua bahwa
dari keluargalah seorang anak mengenal arti mengasihiTuhan dan sesama, berbagi kepada
orang lain, menghormati orangtua dan menghormati orang lain. Jika hal itu tidak
didapatkan anak dalam keluarga, maka lingkungan dimana mereka hidup akan
mengajarkan prinsip-prinsip lain yang besar kemungkinan bertolak belakang dari apa
yang diharapkan orangtua.
B. Tujuan
1. Memahami pentingnya pembentukan rohani, khususnya di dalam aspek disiplin
rohani, disiplin rohani yang menghasilkan buah, kedewasaan rohani, dan penyakit
rohani.
2. Memenuhi kedewasaan rohani secara pribadi di dalam Kristus yang bisa disaksikan
dalam kehidupan sehari-hari.

1
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Dan Pengertian Pembentukan Rohani


Kata "Pembentukan Rohani" dalam bahasa Inggris adalah "Spiritual Formation";
dibentuk dari kata "spiritual" (rohani) artinya hal-hal yang berkenaan dengan keagamaan
dan "formation" (pembentukan) yang artinya adalah tindakan yang memberikan bentuk
kepada sesuatu.
Jadi secara harafiah, istilah Pembentukan Rohani diartikan sebagai tindakan-
tindakan yang dilakukan untuk memberi bentuk kepada hidup kerohanian.
B. Tinjauan Teologis
Ditinjau dari sudut kekristenan kata "spiritual" atau "rohani" memiliki latar
belakang konsep Yahudi (Perjanjian Lama) yang pada umumnya dikaitkan dengan karya
penyelamatan Allah atas umat-Nya, yaitu bangsa Israel. Allah ingin agar hidup umat
yang telah diselamatkan-Nya itu memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Namun
hal itu tidaklah terjadi secara otomatis, perlu proses yang terus menerus dan sadar
(intensional) sehingga terjadi pembentukan hidup rohani yang mengakui akan kehadiran
Allah secara penuh dalam setiap area kehidupan.
Tuhan berfirman kepada umat Israel, bahwa Ia memberikan ketetapan dan
peraturan yang harus dilakukan oleh bangsa Israel dimanapun bangsa Israel berada.
Tujuan Allah memberikan ketetapan dan perintah ini, supaya bangsa Israel sampai
kepada anak cucunya hidup Takut akan Allah, dengan berpegang kepada ketetapan dan
perintah Tuhan, melakukan dengan taat dan setia. Maka bangsa Israel akan diberkati dan
janji Tuhan-pun digenapi bagi bangsa Israel (Ulangan pasal 6).
Oleh karena itu, dalam konteks kekristenan Perjanjian Baru, Pembentukan Rohani
diartikan sebagai proses yang dilakukan secara terus menerus, sistematis dan sadar untuk
mencapai tujuan yang Tuhan inginkan yaitu menjadi serupa dengan Kristus dalam
seluruh hidup kita, melalui ketaatan pada Alkitab dan kekuatan yang diberikan oleh Roh
Kudus.
C. Dasar-Dasar Alkitabiah Pembentukan Rohani Kristen
Pembentukan hidup rohani seorang Kristen memiliki dasar dan arah yang
jelas. Berikut ini adalah beberapa prinsip Alkitab yang perlu kita perhatikan dengan baik
berkenaan dengan proses pembentukan hidup rohani seorang Kristen:
1. Hidup rohani seorang Kristen dimulai dari anugerah keselamatan yang diberikan oleh
Allah melalui kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus (Roma 6:3-11; 2

2
3

Korintus 5:17). Untuk dapat memperoleh keselamatan adalah dengan percaya kepada


Tuhan Yesus dengan karya keselamatannya yaitu Tuhan Yesus yang disalib, mati, dan
bangkit pada hari yang ketiga. Maka keselamatan disebut sebagai anugerah, karena
bukan manusia yang mengusahakannya, tetapi Allah sendiri yang berkarya bagi
keselamatan seluruh umat manusia. Kehidupan rohani yang sejati bukan lahir dari
usaha manusia, namun dimulai dari panggilan ilahi, kelahiran baru dan pertobatan.
Manusia rohani yang sesungguhnya adalah dilahirkan dalam Roh, sehingga manusia
lama kita, yaitu manusia kedagingan, mati dan dikubur, untuk kemudian bersama-
sama dengan Kristus dibangkitkan menjadi manusia baru di dalam Kristus.
2. Hidup rohani seorang Kristen adalah proses pengudusan yang dilakukan oleh Allah
dengan usaha manusia secara terus menerus di dalam ketaatan kepada perintah Tuhan
(1 Korintus 15:10). Jika kelahiran baru merupakan karya Allah saja seluruhnya, maka
pengudusan adalah proses yang dimungkinkan karena anugerah Allah dan usaha
manusia. Dalam proses pengudusan ini, manusia yang sudah diciptakan menjadi
ciptaan yang baru, dimungkinkan untuk menjadi manusia sempurna sebagaimana
maksud Tuhan menciptakannya. Dengan kehidupan Kristus yang ada dalam diri orang
percaya, maka orang percaya mengalami kekudusan di dalam Tuhan. Dikatakan
sebagai suatu proses karena tidak terjadi secara otomatis dan seketika. Ada kalanya
melewati masa-masa kemenangan, tapi kadang juga masa-masa kegagalan. Namun
demikian dalam anugerah Tuhan, maka mereka akan bertahan sampai akhir. Seperti
yang disampaikan oleh Rasul Paulus "Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik,
aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman" (II Timotius 4:7),
sehubungan dengan usaha manusia secara terus menerus di dalam ketaatan kepada
perintah Tuhan, Paulus menganjurkan agar "bertandinglah dalam Iman yang benar".
3. Hidup rohani seorang Kristen adalah pertumbuhan dari bayi-bayi rohani menjadi
manusia rohani yang dewasa (Ibrani 5:11-16; Efesus 4:14, 24; Kolose 3:10). Hidup
rohani seorang Kristen tidaklah statis namun dinamis; hidup dan bertumbuh. Dalam
pertumbuhannya itu kehidupan seorang Kristen terus menerus diubah dan dibentuk
hingga mencapai tujuan utama yaitu kedewasaan rohani/iman yaitu menjadi serupa
dengan Kristus. Bayi-bayi rohani harus dipelihara dan diberi makan makanan rohani
secara teratur supaya bertumbuh. Seperti halnya tubuh manusia, cepat lambatnya
pertumbuhan tergantung dari makanan dan gizi yang diasupnya. Demikianlah orang
percaya harus membuang segala sesuatu yang menghambat pertumbuhan hidupnya,
perlu diperhatikan perbedaan antara lahir dan tumbuh. Lahir, hanya memerlukan
waktu sebentar saja, kemudian mengalami pertumbuhan. Bagi orang Kristen, yang
4

terpenting ialah berada dalam Kristus. Bertumbuh di dalam Kristus, karena di dalam
Dia kehidupan baru itu tumbuh, hal yang utama ialah tinggal tepap dalam Kristus
dengan Iman.
Pembentukan hidup rohani seorang Kristen telah dijamin oleh Tuhan untuk
berhasil, maka Ia menyediakan sarana-sarana anugerah, yaitu:
1. Alkitab
Alkitab merupakan sarana anugerah yang paling luar biasa yang diberikan kepada
umat pilihan-Nya. Melalui Firman yang tertulis ini manusia dimungkinkan untuk
mengenal Sang Pencipta, pimpinan-Nya, ketetapan-Nya dan kehendak-Nya atas hidup
rohani orang-orang percaya. Tidak mentaati Firman-Nya berarti tidak mentaati Dia,
Allah yang mahakuasa (Yohanes 17:17; Efesus 5:25-27). Pertumbuhan, kuasa dan
kehidupan orang percaya sangat bergantung kepada cara memperlakukan firman
Allah. Dalam firman-Nya, Allah mencurahkan isi hati-Nya kepada umat-Nya, dalam
firman, Yesus menyatakan diri-Nya dan segala anugerah-Nya. Dalam firman, Roh
Kudus masuk ke dalam orang percaya untuk memperbaharui hati dan seluruh pikiran
sesuai dengan pikiran dan kehendak Allah. Oleh karena itu, pertumbuhan rohani setiap
orang Kristen harus berdasarkan pada kebenaran Alkitab.
2. Roh Kudus
Roh Kudus dikirimkan untuk menjadi Penolong, yang bukan hanya menyertai setiap
orang percaya, tetapi juga membimbing dan memimpin orang percaya untuk mengerti
kebenaran-Nya (Yohanes 14:16; 16:14). Sejak saat orang percaya menerima Roh
Kudus, demikian juga Roh Kudus akan terus menerus memelihara kehidupan di dalam
jiwa orang percaya dan tidak akan menghentikan pekerjaan-Nya. Orang percaya
merupakan tempat kediaman Roh, dan hanya dengan pimpinan Roh setiap hari orang
percaya dapat berjalan sebagai anak-anak Allah.
3. Gereja sebagai Tubuh Kristus
Perlu kita ketahui bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai umat bukan hanya
sebagai pribadi-pribadi yang percaya kepada-Nya. Paulus menggambarkan Gereja
seperti halnya satu bangunan, satu bait Allah. Kristus adalah batu penjurunya. Di
dalam Kristus, "seluruh bangunan dirangkai menjadi satu dan didirikan sebagai bait
Tuhan yang Kudus" (Efesus 2:21). Melalui persekutuan dan sakramen Perjamuan
Kudus yang menyertainya, orang-orang percaya, yang adalah anggota-anggota Tubuh
Kristus, dikuatkan dan dimampukan untuk saling membantu dalam mengatasi
5

kesulitan hidup di dunia ini. Dengan demikian, maka umat Tuhan menjadi kesaksian
sebagai bau yang harum bagi kerajaan-Nya di dunia (Efesus 4:16; Galatia 6:2).
4. Keluarga
Keluarga adalah tempat anak-anak Tuhan secara jasmani dilahirkan dan dibesarkan.
Di dalam keluarga merupakan tempat untuk bertumbuh, menyangkut tubuh, akal budi,
hubungan sosial, kasih dan rohani. Manusia diciptakan menurut gambar Allah
sehingga mempunyai potensi untuk bertumbuh. Keluarga merupakan tempat memberi
energi, perhatian, komitmen, kasih dan lingkungan yang kondusif untuk bertumbuh
dalam segala hal ke arah Yesus Kristus. Melalui keluarga Kristen inilah Allah
memberikan tanggung jawab kepada orang tua untuk mendidik dan membesarkan
mereka dalam takut akan Allah dan mencintai firman Tuhan (Ulangan 6, Kisah Para
Rasul 16:31). Karakter, tata nilai, dan cara beriman muncul dan berkembang dari
keluarga dimana sesorang dibesarkan dan bertumbuh. Selain itu betapa pentingnya
kehidupan keluarga yang baik, yang sesuai dengan prinsip Alkitab (2 Timotius 3:16-
17). Syarat ini diperlukan untuk membentuk generasi yang berkarakter mulia sesuai
dengan kehendak Allah. Kehidupan orang Kristen memiliki tujuan yang jelas, yaitu
hidup untuk memuliakan Tuhan (Roma 11:36)
Tujuan hidup orang Kristen jauh lebih besar dari pada prestasi pribadi, karir,
ambisi, ketenangan pikiran, bahkan lebih besar dari sekadar tujuan keluarga. Orang
percaya dilahirkan oleh tujuan-Nya dan untuk tujuan-Nya." Jika kita ingin mengetahui
tujuan yang Allah tetapkan bagi manusia dan khususnya bagi orang Kristen, maka kita
harus melihat apa yang Tuhan tuliskan di dalam Kitab Suci. Tidak ada hal lain yang lebih
memuaskan dan membahagiakan orang Kristen selain mengetahui bahwa ia memiliki hak
istimewa untuk menjadi rekan sekerja Allah dan memuliakan nama-Nya.
D. Sarana Pembentukan Rohani Kristen: Disiplin Rohani
Bagaimana memulai suatu pembentukan hidup rohani yang benar? Seperti sudah
disinggung di atas, pembentukan hidup rohani seorang Kristen dimulai dari kehendak
Allah agar tujuan hidup manusia yang sudah dilahirkan baru ini tidak lagi untuk dirinya
sendiri melainkan untuk Kristus (Galatia 2:20). Tujuan dan arah hidupnya telah berubah,
namun hal ini tidak terjadi secara otomatis dan dengan sendirinya. Untuk mencapainya
tidak bisa dilakukan dengan menunggu, tetapi dengan mengejarnya.
Ada tiga katalisator yang bisa dipakai untuk mengejar agar pembentukan rohani
ini berhasil dilakukan. Katalisator pertama, adalah manusia lain; "Besi menajamkan besi,
orang menajamkan sesamanya." (Amsal 27:17). Katalisator kedua, adalah lingkungan;
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
6

mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Roma 8:28). Katalisator ketiga, adalah disiplin
rohani; "Latihlah dirimu beribadah" (1 Timotius 4:7b, 8). Katalisator pertama dan kedua
adalah di luar kontrol kita, namun katalisator ketiga, adalah sesuatu yang ada di bawah
kontrol diri kita sendiri. Karena itu marilah kita secara khusus membahas aspek penting
tentang disiplin rohani ini untuk menjadi sarana pertumbuhan hidup orang Kristen.
1. Pengertian "Disiplin Rohani"
Kata "disiplin" dalam bahasa Yunani adalah "gymnasia" (bahasa Inggris: gymnasium
atau gymnastics, yang artinya latihan). Mengapa pembentukan rohani memerlukan
latihan? "Latihan jasmani membuat badan kuat, latihan rohani membuat kita saleh".
Latihan pada dasarnya adalah pekerjaan yang melelahkan dan membosankan karena
harus dilakukan berulang-ulang. Kecuali jika dilakukan untuk suatu tujuan yang jelas,
maka sebagian besar orang tidak ingin melakukan latihan. Misalnya, salam latihan
olah raga, setiap atlet rela untuk melakukan latihan berat (yang mungkin tidak
disukainya) untuk mencapai tujuan menjadi juara. Demikian juga dengan orang
Kristen, ia rela melakukan sesuatu yang bukan naturnya (sebagai manusia berdosa),
agar ia bisa mendapatkan apa yang menjadi tujuan hidupnya, yaitu menjadi saleh dan
serupa dengan Kristus.
Untuk menjamin agar disiplin rohani ini memberi dampak yang efektif maka
disiplin rohani harus dilaksanakan secara rutin dan dengan kesungguhan untuk tekun
melaksanakannya. Tujuan melakukan disiplin rohani adalah supaya manusia lama kita
perlahan-lahan (tetapi pasti) hilang kuasanya dan manusia baru yang telah
diselamatkan di dalam Kristus dapat terus menerus dibangun dengan kuat sehingga
menjadi semakin serupa dengan Kristus. Rutinitas melaksanakan disiplin rohani
penting, tetapi perlu diingat bahwa rutinitas yang akhirnya hanya menjadi kegiatan
belaka tidak akan memberikan pertumbuhan rohani yang diharapkan Tuhan. Mari kita
terlebih dahulu melihat macam-macam disiplin rohani.
Macam-macam Disiplin Rohani, yaitu :
 Macam-macam disiplin rohani yang kita kenal dalam Alkitab adalah sebagai
berikut:
 Disiplin dalam belajar firman Tuhan (Bible Study)
 Disiplin dalam berkomunikasi dengan Allah (Praying)
 Disiplin dalam memiliki rasa lapar dan haus akan Tuhan (Fasting)
 Disiplin dalam menyendiri dengan Allah (Silence and Solitude)
7

 Disiplin dalam mencatat hari-hari bersama dengan Tuhan (Journaling)


 Disiplin dalam melayani Tuhan dan sesama (Serving)
 Disiplin dalam memberitakan Injil (Evangelism)
 Disiplin dalam menatalayani Hidup dan Berkat Tuhan (Stewardship)
2. Kedewasaan Rohani
Disiplin rohani yang telah kita bahas pada pelajaran sebelumnya memberikan dasar
bagi pembentukan rohani yang sehat. Jika seseorang menjalankan Disiplin Rohani
dengan teratur maka ia akan memiliki dasar/fondasi rohani yang kuat. Fondasi rohani
yang kuat ini akan memungkinkan seseorang mencapai tujuan berikutnya yaitu
menjadi dewasa rohani. Oleh karena itu, tujuan penting yang akan kita bicarakan
dalam Spiritual Formation adalah kedewasaan rohani.
- Pengertian
Ketika seorang anak bertumbuh menjadi dewasa, maka dari sisi pertama (dalam)
berarti ia telah mencapai tingkat perkembangan yang penuh, yaitu memiliki
keseimbangan, baik dalam perkembangan kepribadian maupun emosinya. Akan
tetapi, dari sisi kedua (luar) seseorang bertumbuh dewasa berarti ia sudah siap
untuk bereproduksi. Bagaimana kedewasaan ini dilihat dari konteks kerohanian?
Dalam konteks kerohanian, satu sisi kedewasaan rohani diartikan sebagai
pertumbuhan rohani secara penuh dalam keserupaan dengan Kristus. Dari sisi yang
lain seseorang sudah dewasa rohani ketika ia sudah siap mereproduksi diri terus
menerus dengan melayani, memenangkan dan memuridkan orang lain untuk
Kristus. Inilah tujuan hidup orang Kristen. Kapan kita akan mencapai kedewasaan
rohani? Seperti yang disebutkan oleh Paulus dalam Filipi 3:10-13: "Yang
kekehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya , dimana aku menjadi
serupa dengan Dia Bukan seolah-olah aku telah memperoleh hal ini atau telah
sempurna, melainkan aku mengejarnya . , aku sendiri tidak menganggap, bahwa
aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan aku melupakan apa yang telah
di belakangku , dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu
panggilan sorgawi dari Allah dalam Yesus Kristus."
Kalau Paulus sendiri menganggap bahwa tujuan hidupnya untuk menjadi serupa
dengan Kristus belum tercapai secara sempurna, setelah 25 tahun pertobatannya,
dan masih terus mengejarnya, apalagi kita. Tentu kita mengenal sosok Paulus,
seorang yang sangat membenci pengikut-pengikut Kristus kemudian bertobat dan
menjadi seorang rasul yang memberitakan Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi.
8

Paulus menjadi teladan bagi kita, bahwa memang kita belum mencapainya tetapi
kita akan berlari-lari mengejar tujuan untuk menjadi sempurna seperti yang
dikehendaki Kristus.
- Ciri-ciri Kedewasaan Rohani
Bagaimana orang Kristen dikatakan sedang dalam proses ke kedewasaan? Apakah
tanda-tandanya seorang yang dewasa secara rohani? Seorang Kristen yang dewasa
adalah seorang yang telah mengalami pembebasan dari kuasa dosa oleh darah
Kristus dan hidup dalam kasih anugerah Allah dan melalui hidupnya yang baru ini
orang lain dapat melihat perubahan yang nyata baik dalam tujuan dan prioritas
hidupnya, cara berpikirnya, dan buah rohani yang dihasilkannya. Berikut ini
beberapa ciri yang bisa kita amati:
 Orang yang mencintai Firman Tuhan dan menjadikan-Nya otoritas tertinggi bagi
iman dan hidupnya.
 Orang yang terus menerus berusaha menjadi semakin serupa dengan Kristus.
 Orang yang dalam setiap kesempatan ingin menyenangkan Allah dan
memuliakan-Nya.
 Orang yang selalu setuju dengan kebenaran Allah.
 Orang yang selalu mejauhi kejahatan dan tipu daya dosa
 Orang yang ingin mengejar hidup dalam kesucian.
 Orang yang selalu menunjukkan kasih dalam setiap perbuatannya.
 Orang yang tidak menuntut hak-haknya.
 Orang yang tahu kehendak Allah dan bertekad untuk melaksanakannya.
 Orang yang hidup bertanggungjawab dalam keluarga, pekerjaan, gereja dan
masysrakat.
 Orang yang tidak terikat oleh harta duniawi.
 Orang yang tidak takut membela kebenaran dan benci terhadap ketidakadilan.
 Orang yang melihat segala sesuatu dengan sudut pandang kepentingan Allah dan
sesama.
 Orang yang hidup kudus, taat dan benar baik dalam keadaan kaya maupun
miskin.
 Orang yang menyerahkan hidup sepenuhnya pada Allah.
 Orang yang tidak malu mengakui dosa-dosanya.
 Orang yang mau mendisiplin diri sendiri dalam membangun karakter yang saleh.
9

 Orang yang menyadari bahwa standar kesucian, kebenaran dan kekudusan Allah
sangat tinggi.
 Orang yang mengasihi jiwa-jiwa yang hilang.
 Orang yang tidak melecehkan hukum Taurat.
 Orang yang terus menerus berjuang melawan dosa.
 Orang yang menyadari ketergantungannya pada Roh Kudus.
 Orang yang lebih sering hidup dalam kemenangan daripada kekalahan.
 Orang yang rajin membangun hidup beribadah.
 Orang yang berbicara lebih banyak tentang Tuhan daripada diri sendiri.
 Orang yang selalu bertumbuh, baik dalam iman atau karakter.
 Orang yang mau membayar harga untuk hidup benar, kudus dan taat pada
Tuhan.
 Orang yang memiliki kehidupan doa yang tekun.
 Orang yang memiliki pengharapan di sorga.
 Orang yang tidak membiarkan diri hidup dalam kenyamanan duniawi.
 Orang yang memiliki kebebasan sejati; hidup dalam kebenaran dengan sukarela.
 Orang yang memakai pekerjaannya sebagai sarana pertumbuhan rohani.
 Orang yang menjadikan pernikahan sebagai sarana untuk memuliakan Allah dan
menghasilkan anak-anak rohani.
 Orang yang memilih tinggal di tempat yang memuliakan Tuhan.
 Orang yang menyadari bahwa hidup rohaninya tidak akan bertumbuh jika tidak
bersekutu dengan Firman-Nya dan umat-Nya.
 Orang yang tidak menuntut balas atas kejahatan yang ditimpakan orang lain
kepadanya.
 Orang yang hidup menjadi terang bagi sekelilingnya, dan sekelilingnya memberi
kesaksian yang positif.
- Kesehatan Rohani
Tidak dapat disangkal bahwa perjalanan pembentukan hidup rohani seorang Kristen
tidak selalu berada di tempat atas atau terus menerus dalam keadaan fit, bahkan ada
kalanya bisa dalam keadaan sakit (tidak sehat) dan bisa saja mengalami kelelahan.
Oleh karena itu, sangat baik jika secara rutin kita melakukan cek terhadap kondisi
kerohanian kita untuk terus mewaspadai jika ada ketidakberesan yang terjadi,
terutama karena kadang-kadang kita sendiri tidak menyadarinya secara jelas tapi
tiba-tiba mendapati keadaan kerohanian kita sudah parah.
10

- Kedewasaan Karakter
Seorang Kristen yang dewasa rohani, tentunya juga harus mengalami dewasa
karakter. Pengenalan, pemahaman pengajaran dan keeratan hubungan dengan
Tuhan seharusnya membawa kita pada perubahan dan kedewasaan karakter. Tujuan
akhir pertumbuhan rohani kita bukanlah tidak hanya sekadar tahu firman Tuhan
secara kognitif, tetapi kita haruslah semakin serupa dengan Kristus dalam berbagai
hal, termasuk dalam hal karakter. Dalam Kolose 3:10 dituliskan bahwa "dan telah
mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh
pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya;" manusia lama yang melekat
dalam diri kita haruslah kita tinggalkan dan marilah kita mengenakan manusia baru.
Di dalam dan bersama dengan Kristus, kita adalah orang-orang yang dimampukan
untuk meninggalkan manusia lama dan mengenai manusia baru, dan semuanya itu
tentunya dengan bimbingan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi yang akan
menolong kita untuk dapat memperbaharui akal budi kita, sehingga dapat seturut
dengan kebenaran firman Tuhan. Sudahkah kita mencapai kedewasaan karakter?
Seorang Kristen yang dewasa rohani akan senantiasa berusaha untuk memfokus
hidupnya kepada Tuhan. Demikianlah ciri-ciri seorang yang dewasa rohani:
 Mengenal Allah lebih dalam
Dalam Filipi 3:10b dituliskan, "di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam
kematian-Nya," ayat ini menguraikan bahwa setiap kita harus menjadi serupa
dengan Kristus. Bagaimana cara kita untuk menjadi serupa dengan Dia? Caranya
adalah kita harus mengenal Allah lebih dalam. Supaya kita dapat mengenal
Allah lebih dalam kita dapat membaca Alkitab dan menjalin hubungan yang
intim dengan Allah.
 Menghasilkan buah
Yesus adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Ia mau kita
berbuah. Buah yang dimaksudkan diantaranya: Buah Roh, buah pelayanan dan
buah jiwa-jiwa yang diselamatkan (lewat kesaksian/penginjilan). Hanya orang
yang melekat pada Kristus dan yang mau terus dibersihkan yang dapat terus
berbuah (Yoh 15:2-4). Buah apa saja yang sudah Anda hasilkan?
 Hidup untuk memberi dan melayani
Yesus Kristus datang ke dunia bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani.
Itulah yang tertulis dalam Markus 10:45. Sebagaimana Kristus telah
memberikan nyawanya bagi kita dan melayani semua orang, maka kita haruslah
11

melakukan hal sama. Kita dapat memberikan pertolongan kepada sesama kita
dan terus menanamkan rasa melayani Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati.
 Menjalani proses Allah
Proses pembentukan yang Allah lakukan memang terasa menyakitkan. Sebagai
contoh adalah Musa, seorang yang sudah merasakan kenyamanan dalam istana
Firaun, tetapi Tuhan Allah benar-benar membentuk karakter Musa di padang
gurun. Sebagai seorang pemimpin besar bangsa Israel, bukan hal yang enak dan
nyaman yang Musa dapatkan. Akan tetapi, hal yang tidak enak pun Musa juga
merasakannya, seperti ia tidak diizinkan Allah untuk masuk dalam tanah
perjanjian. Semua proses dan didikan yang Musa terima dari Tuhan dapat
dilakukan hingga garis akhir. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita mau
bersukacita menerima didikan dan proses yang Allah berikan? Tujuan Allah
memproses kita adalah supaya kita yang keras hati dapat berubah menjadi
lembut, yang angkuh dapat berubah menjadi rendah hati, dan yang memberontak
dapat berubah menjadi taat. (Ulangan 8:2-3).
Oleh sebab itu, marilah setiap kita melihat kembali kepada ke dalaman hati kita,
sudahkah kita bertumbuh dalam Kristus? Sudahkah kita menghasilkan buah dan
menjadi berkat bagi sesama? Dan, sudahkah kita menjadi seorang yang dewasa
rohani dalam Kristus? Apabila, kita sudah menjadi seorang yang dewasa rohani,
marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan yang sudah membentuk dan
memproses kita dengan sedemikian rupa. Juga, biarlah setiap hidup kita boleh
menjadi terang bagi setiap orang yang ada di sekitar kita. Akan tetapi, apabila
kita masih merasa belum mencapai kedewasaan rohani, maka marilah kita
bersama-sama memulai dari awal untuk mendisiplin diri kita dan bersiap
menerima setiap proses yang akan Allah lakukan dalam hidup kita.
E. Pembentukan Melalui Penderitaan
Pembentukan rohani terjadi ketika Tuhan, dalam kasih karunia-Nya, memerangi
kehancuran dari penderitaan yang berasal dari kejatuhan manusia dan menggunakan rasa
sakit penderitaan untuk tujuan penebusan-Nya bagi umat-Nya. Terdapat juga penderitaan
unik yang mewujudkan pembentukan orang-orang percaya saat mereka masuk ke dalam
panggilan untuk mengasihi dunia yang hilang dan penderitaan tak terelakkan yang berasal
dari kasih itu. Deskripsi: Bagi pengikut Yesus, tidak ada penderitaan yang tak memiliki
arti dalam proses keserupaan kita di dalam Kristus. Semua manusia menderita sebagai
akibat dari Kejatuhan, namun dalam perjalanan kita mengikut Yesus, penderitaan
memiliki makna pembentukan, ketika Tuhan, dalam kasih karunia-Nya, masuk ke dalam
12

sakit penderitaan untuk menghibur dan membentuk kita ke dalam gambar Kristus. Di luar
penderitaan umum yang terjadi pada semua orang, pengikut Yesus Kristus dipanggil
untuk menderita secara unik saat mereka merangkul dan mengalami kasih Allah di dunia
dan mengalami penderitaan yang tak terelakkan yang dihasilkan dari cinta itu (lihat
Yohanes 15: 18-20 ). Penderitaan unik ini membuka pintu masuk ke dalam persekutuan
penderitaan Kristus, dan kita mengisi apa yang masih kurang dalam penderitaan Kristus
(lihat Kolose 1:24).
F. Roh Kudus Dan Formasi Rohani
Pembentukan rohani terjadi melalui kerja langsung Roh Kudus, melahirkan baru
dan menjadikan diri kita dengan serupa gambar Yesus Kristus, saat Roh berdiam di
dalam diri kita, mengisi, membimbing, memberi karunia, dan memberdayakan orang-
orang untuk kehidupan di dalam komunitas iman dan di dunia ini. Deskripsi: Tempat
terbaik untuk memulai dalam mendefinisikan dan memahami formasi alkitabiah adalah
dalam bagian Kitab Suci tentang bagaimana Roh Kudus membentuk dan mengubah orang
percaya (lihat Roma 8: 26-29). Roh Kudus bekerja untuk melahirkan baru dan secara
berkesinambungan untuk menyerupakan dengan gambar Yesus Kristus – yang
mencerminkan kemurnian, gairah, dan pengorbanan dan memberdayakan kita untuk
hidup sebagai garam dan cahaya di dunia (lihat Roma 8:29; Galatia 4: 19; Matius 5:
13,16). Roh Kudus berdiam dan mengisi (lihat Efesus 5:18) kita sebagai orang percaya
dan komunitas orang percaya untuk membimbing kita kepada semua kebenaran sejati
(lihat Roma 8:14; Yohanes 16:13), yang menghasilkan buah Roh di dalam kehidupan kita
(lihat Galatia 5: 22-23), dan menghadiahi kita untuk melayani dalam gereja dan di dunia
ini (lihat 1 Korintus 12).
13

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kata "Pembentukan Rohani" dalam bahasa Inggris adalah "Spiritual Formation";
dibentuk dari kata "spiritual" (rohani) artinya hal-hal yang berkenaan dengan keagamaan
dan "formation" (pembentukan) yang artinya adalah tindakan yang memberikan bentuk
kepada sesuatu. Ditinjau dari sudut kekristenan kata "spiritual" atau "rohani" memiliki
latar belakang konsep Yahudi (Perjanjian Lama) yang pada umumnya dikaitkan dengan
karya penyelamatan Allah atas umat-Nya, yaitu bangsa Israel.
Tujuan hidup orang Kristen jauh lebih besar dari pada prestasi pribadi, karir,
ambisi, ketenangan pikiran, bahkan lebih besar dari sekadar tujuan keluarga. Orang
percaya dilahirkan oleh tujuan-Nya dan untuk tujuan-Nya." Jika kita ingin mengetahui
tujuan yang Allah tetapkan bagi manusia dan khususnya bagi orang Kristen, maka kita
harus melihat apa yang Tuhan tuliskan di dalam Kitab Suci.
B. Saran
Pembahasan mengenai Teori Tentang Pembentukan Rohani Kristen masih banyak
yang harus dikaji, namun pada makalah ini penuh hanya membahas tentang pengertian
dan bagaimana terbentuknya kerohanian. Untuk itu kepada kita semua untuk mengkaji
tentang Pemebntukan Rohani Kristen lebih lanjut lagi, karena pembahasan mengenai ini
dirasa penting, terutama bagi kita yang mempelajari mata kuliah Pembentukan
Kerohanian.

Anda mungkin juga menyukai