Pengertian Orang Beriman Iman adalah kata sifat yang menunjukkan kemampuan memercayai / memercayakan, atau meyakini, yang memiliki kata kerja percaya. Alkitab menyebut iman dengan kata pistis dan pisteo untuk kata percaya. Kedua kata ini mengandung makna meyakini, memercayakan kepada orang yang dapat diandalkan, setia dan taat kepada orang yang dipercaya. Iman dan percaya adalah kata-kata penting yang menggambarkan hubungan antara umat yang beriman dan percaya dengan Allah yang diimani dan dipercayai. Orang beriman yang dimaksud dalam materi pembelajaran ini adalah orang yang telah memercayakan diri dan hidupnya kepada Allah yang telah memberi anugerah keselamatan di dalam dan melalui Yesus Kristus. Orang yang memercayakan diri kepada Allah, setia kepada-Nya, dan menaati semua perintah-Nya. Orang beriman telah mengalami peristiwa pertobatan, menjadi pengikut Kristus, dan hidup di dalam Kristus. Pokok- pokok pembahasan berikut adalah pekerjaan yang dikerjakan Roh Kudus dalam hidup orang beriman, yaitu dalam hidup orang yang telah menyerahkan diri dan hidup kepada Kristus. Pengudusan Manusia cenderung hidup dalam dosa karena hidupnya terikat oleh dosa. Oleh karena itu, manusia membutuhkan keselamatan agar memperoleh kehidupan kekal di surga kelak. Manusia membutuhkan penolong lain di luar dirinya yang dapat menolongnya mendapatkan keselamatan Dalam dunia kedokteran, semua alat yang akan digunakan untuk melakukan operasi atau pembedahan terhadap pasien harus disterilkan terlebih dahulu. Hal ini sangat penting agar pasien tidak terinfeksi bakteri atau virus lain. Demikian juga dengan kehidupan manusia. Manusia tidak dapat memuliakan Allah jika tidak mengalami pengudusan. Pengudusan (Inggris: sanctification), dalam bahasa Yunani bagiasmos, memiliki arti: (1.) dipisahkan untuk Allah (1 Korintus 1:30, 2 Tesalonika 2:13; 1 Petrus 1:2); (2.) jalan hidup yang sesuai dengan pemisahan tersebut (1 Tesalonika 4:3.4.7: Roma 6:19, 1 Timotius 2:15; Ibrani 12:14). Pemisahan yang dimaksud adalah pemisahan dari dosa, dikhususkan dan dikuduskan bagi Allah, tidak boleh lagi menyerahkan diri pada kejahatan untuk memuaskan daging, tetapi harus menyerahkan diri kepada Allah untuk menyenangkan Dia. Dalam 1 Tesalonika 43, pengudusan dipandang sebagai suatu proses, yaitu tindakan dikuduskan, dipisahkan untuk melayani Allah. Setiap orang Kristen dibenarkan karena iman (Efesus 2:8-9; Roma 3). Iman adalah jalan pembuka bagi proses pengudusan hidup orang Kristen dan jembatan yang menghubungkan sehingga ada persekutuan antara orang Kristen dan Allah (Efesus 3:17). Salah satu peran utama Roh Kudus adalah menguduskan, seperti tertulis dalam 1 Korintus 6:11. Manusia tidak dapat menguduskan dirinya sendiri. Roh Kuduslah yang menguduskannya.Menjadi jelas bagi kita bahwa dalam beriman kepada Kristus, Roh Kudus mengerjakan karyapengudusan, agar orang beriman hidup sesuai dengan maksud pengudusan, yaitu menyenangkan hati Allah. Jadi, pengudusan ini terjadi bukan karena manusia dapat memenuhi tuntutan Hukum Taurat. Pengudusan bukan hasil usaha manusia itu sendiri melainkan karya Rob Kudus. Dalam pengudusan ini, manusia hidup taat kepada kehendak Allah. Pengangkatan Roh Kudus berperan mengangkat orang-orang percaya menjadi anak- anak Allah. Kata Yunani untuk pengangkatan atau adopsi adalah huiothesia, yang artinya pemberian posisi yang sebagai anak. Kata ini terdiri dari buios yang berarti anak dan thesis yang berarti menempatkan. Tindakan adopsi atau pengangkatan seseorang menjadi anak adalah tindakan Allah yang menem patkan orang percaya sebagai putra yang memiliki hak penuh atas kepunyaan Bapa. Paulus dalam Roma 8:14-17 menyatakan bahwa "semua orang yang dipimpin oleh RohKudus adalah anak-anak Allah". Selanjutnya, pada saat itu Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita bahwa kita adalah anak-anak Allah". Maksudnya adalah kesadaran orang percayaakan statusnya sebagai anak dibangkitkan langsung oleh Roh Kudus. Dalam Galatia 4:6, Roh Kudus di dalam hati kita menyerukan, "Ya Abba, ya Bapa", sepertiyang terjadi dalam peristiwa di Taman Getsemani ketika Tuhan Yesus menghadapi penderitaanNya (baca: Markus 14:36). Roh Kudus yang memampukan Tuhan Yesus berseru "Abba" saat penderitaan-Nya adalah Roh Kudus yang sama, yang memampukan orang-orang percaya yang diangkat-Nya menjadi anak-anak Allah. Diangkat menjadi anak-anak Allah berarti melakukan semua kegiatan yang menyenangkan hati Allah dan taat kepada-Nya. Kalau kita diangkat menjadi anak-anak Allah itu semata karena kasih karunia. Oleh karena itu, kita harus menerimanya dengan rendah hati dan penuh syukur. Sebab siapakah kita ini sehingga Allah bersedia mengangkat kita menjadi anak- anak-Nya, pewaris hidup-Nya?