Anda di halaman 1dari 14

ikutdiasaja@gmail.

com

BECOMING THE TRUE DISCIPLE (MENJADI MURID SEJATI):


PRINSIP-PRINSIP KEMURIDAN

Ayat Hafalan:

Kolose 1:28-29
1:28
1. Dialah yang kami beritakan,
2. apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala
hikmat,
3. untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus.
1:29
4. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga
5. sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku.

Lukas 9:23
Kata-Nya kepada mereka semua: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus
menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.”

Tokoh: Petrus

1. JANTUNG KEMURIDAN (HAL YANG PENTING DALAM HIDUP MURID):


BERITAKAN YESUS!
Nats Sumber: “Dialah yang kami beritakan….” (Kolose 1:28a)
Nats Pendalaman: Kisah Para Rasul 3 (Khususnya ayat 12-13)
Sasaran: Anak-anak menjadi murid Yesus yang mau memberitakan Kristus melalui
perkataan dan perbuatannya, dan melawan godaan untuk hidup egois dan
sombong, yang hanya memikirkan dan memberitakan diri sendiri.

A. Pengantar:
Dalam pertemuan pertama ini, anak-anak belajar bahwa anak-anak dipanggil untuk
mengikut Yesus atau menjadi murid Yesus, seperti Petrus dan teman-temannya juga
pernah dipanggil menjadi murid Yesus atau mengikut Yesus (Matius 4:19).
Kehidupan sebagai pengikut atau murid Yesus, dimulai dari pertama kali kita
bertobat dan percaya Tuhan Yesus, sampai Tuhan Yesus memanggil kita pulang ke
sorga. Kehidupan semacam ini disebut KEMURIDAN.

Mengikut Yesus atau menjadi murid Yesus, berarti Yesus di depan, dan kita di
belakangNya. Kita di belakang karena mengikuti orang yang berjalan di depan, yaitu
Yesus. Nah, bagaimana kita sekarang ini berjalan mengikuti Tuhan Yesus? Dengan
memperhatikan perkataan Tuhan Yesus di dalam Alkitab. Sudahkah Kamu
memperhatikan Firman Tuhan sungguh-sungguh dalam hidupmu?
ikutdiasaja@gmail.com

B. Tokoh Petrus
Mari teladani Rasul Petrus dalam kisahnya di Kisah Para Rasul 3. Ia dan Rasul
Yohanes termasuk murid-murid pertama Tuhan Yesus (Ingat Matius 4:19). Setelah
Yesus mati, bangkit, dan naik ke surga. Petrus, Yohanes, dan murid-murid lainnya
dipenuhi Roh Kudus pada hari Pentakosta. Setelah Roh Kudus memenuhi Petrus, Ia
dengan berani memberitakan tentang Yesus dan 3000 orang bertobat, dan terus
bertambah (Kis. 2:41, 47). Namun Petrus tidak menjadi sombong dan memberitakan
dirinya sendiri. Roh Kudus adalah Roh yang menolong Petrus mengendalikan diri
(ingat buah Roh di Galatia 5:22-23) dan tetap rendah hati.

Petrus juga menjadi orang yang tidak hanya berani memberitakan Tuhan Yesus
tetapi juga memperhatikan kesusahan oranglain. Di Kis. 3:1-10, Petrus bertemu
orang yang lumpuh sejak lahir. Petrus tidak punya harta untuk menolong (ia hanya
seorang nelayan), tetapi Petrus memiliki Tuhan Yesus yang berkuasa dalam
hidupnya. Maka dengan kuasa Tuhan Yesus yang ada dalam dirinya, Petrus
memerintahkan orang lumpuh itu berjalan. Mujizat terjadi.

Banyak orang heran, dan mengikuti Petrus. Namun Petrus tidak terpancing untuk
sombong dan memberitakan dirinya sendiri atau kebaiknya sendiri. Ia pun justru
memberitakan Kristus (ayat kunci kita: Kis.3:12-13. Silakan dibacakan!). Jadi Petrus
adalah teladan murid yang baik. Ia memberitakan Kristus dan tidak berusaha
menonjolkan diri atau kebaikannya. Ia menonjolkan Yesus; memberitakan Tuhan
Yesus dengan perbuatannya dan perkataannya.

C. Aplikasi:
Jadi, seorang murid Yesus pasti memberitakan Kristus lewat perbuatannya atau
perilakunya. Karena ia belajar hidup memusatkan perhatian kepada Tuhan Yesus,
maka hati dan pikirannya dipenuhi Firman Tuhan, dan diubahkan oleh Firman
Tuhan:
 Yang dipandang matanya dan di dengar telinganya, pasti bukan hal-hal yang
mengotori pikiran dan hatinya, tetapi ia akan menjaga mata dan telinganya agar
tetap suci seperti yang diinginkan Tuhan.
 Seorang murid Yesus juga akan memperlihatkan gaya hidup yang baik. Misalnya:
antri, taat lalu lintas, mau berbagi dengan teman, belajar rajin, membantu
orangtua, dll. sehingga nama Kristus dimuliakan.
Pokoknya hidupnya berubah. Jadi seorang murid Yesus akan memberitakan Yesus
lewat perbuatannya atau perilakunya yang menjadi teladan.

Tidak hanya berubah dalam perilaku, tetapi seorang murid Yesus, juga akan dengan
sukarela dan sukacita memberitakan tentang Tuhan Yesus yang mengubah
kehidupannya:
 Yang keluar dari mulutnya bukan lagi sumpah serapah dan perkataan kotor,
tetapi perkataan yang baik dan memuliakan Allah, bahkan Firman Tuhan.
ikutdiasaja@gmail.com

 Yang keluar dari mulutnya bukan lagi perkataan yang merendahkan oranglain,
tetapi perkataan yang membangun dan menyemangati oranglain.
 Seorang murid Yesus akan menceritakan betapa baiknya Tuhan Yesus mau
berkurban untuk menebus kita dari dosa dan hukuman dosa.
 Murid Yesus yang baik, akan menceritakan betapa baiknya Tuhan Yesus mau
mengubahkan kehidupannya sehingga sekarang ia mengalami damai sejahtera,
dan sukacita, dalam kehidupannya.

D. Pertanyaan:
1. Apa contoh perbuatan yang ingin kamu lakukan untuk membuat Tuhan Yesus makin
dikenal orang?
2. Jika kamu diminta untuk menceritakan kepada oranglain tentang Tuhan Yesus, hal
apa yang ingin Kamu ceritakan tentang Tuhan Yesus?

E. Aktifitas:
Untuk peserta SAL usia remaja, buatlah sebuah postingan di platform media sosialmu,
yang isinya memberitakan tentang Tuhan Yesus Kristus. Jagalah jangan sampai isinya
menjelekkan agama lain, atau oranglain. Tunjukkan dan minta pendapat dari bapak/ibu
guru pembimbingmu, sebelum kamu mempostingnya. Tuliskan alamat media-sosialmu
di buku aktifitas SAL-mu.
ikutdiasaja@gmail.com

2. SARANA-SARANA KEMURIDAN (CARA UNTUK HIDUP SEBAGAI MURID):


MENGAJAR & MENASEHATI ORANG DENGAN PENUH HIKMAT
Nats Sumber: “apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari
dalam segala hikmat” (Kolose 1:28b)
Nats Pendalaman: Kisah Para Rasul 4 (Khususnya ayat 18-20)
Sasaran: Anak-anak menjadi murid Yesus yang mengajar dan menasehati
oranglain dengan penuh hikmat, dan bukan menjadi orang yang ekstrim kiri:
Maunya selalu menyenangkan oranglain atau memiliki sungkan yang berlebihan;
atau ekstrim kanan: Memaksakan pendapat kepada oranglain.

A. Pengantar:
Dalam pertemuan kedua ini, anak-anak belajar bahwa menjadi murid Yesus berarti
menjadi orang mau mengajar dan menasehati sesamanya tetapi dengan penuh
hikmat. Tidak mudah untuk mengajar dan menasehati sesama, dan kalaupun ada
yang mau menasehati sesama, seringkali tidak tahu caranya dan justru
memaksakan kehendak.

B. Tokoh Petrus:
Petrus adalah murid Yesus yang bertumbuh. Tadinya ia penakut, tapi kemudian ia
bertumbuh menjadi sosok yang berani untuk menyuarakan kebenaran. Di Kis. 4
dicatat, Petrus ditangkap oleh pemimpin agama karena menolong oranglain dan
memberitakan Firman. Para pemimpin agama itu tidak suka jika Petrus
menyuarakan kebenaran. Mereka memaksa Petrus diam. Namun apakah Petrus
kemudian menurut saja „asal bapak senang‟. Tidak?! Petrus menjawab mereka
dengan jawaban yang tepat sebagaimana dicatat dalam Kis. 4:19-20. Petrus tetap
menghormati para pemimpin agama itu, dan tidak memaksakan pendapatnya
kepada para pemimpin agama. Petrus berkata, “Silakan kamu putuskan sendiri….”
Jadi, Petrus tidak sungkan menyuarakan apa yang benar, tetapi ia juga tidak
menyuarakannya dengan memaksakan kehendak.

C. Aplikasi:
Anak-anak hidup dibesarkan dari latarbelakang keluarga dan lingkungan yang
berbeda-beda. Ada anak-anak yang hidup di keluarga yang mematikan inisiatif
mereka, sehingga mereka tumbuh menjadi anak-anak yang serba takut-takut,
kurang inisiatif, dan tidak terlatih untuk berjuang (generasi strawberry: Kelihatan
bagus dan indah di luar, tetapi di dalamnya ternyata tidak tangguh). Namun ada
juga ada anak-anak yang dibesarkan dari latarbelakang keluarga yang memberi
teladan atau contoh buruk dan suka memaksakan kehendak kepada oranglain yang
berbeda.

Sebagai murid Yesus, anak-anak harus sadar bahwa mereka hidup bersama dengan
oranglain yang berbeda-beda dan yang sama-sama berdosa. Sebagai orang
berdosa, meskipun kita telah ditebus Tuhan Yesus, pasti kita masih bisa melakukan
kesalahan. Melihat temannya melakukan kesalahan atau pelanggaran, seorang
ikutdiasaja@gmail.com

murid Tuhan yang baik harus mau dan berani mengajar dan menasehati
sesamanya. Jangan takut kehilangan teman. Jika sesuatu itu adalah sesuatu yang
baik dan benar, anak-anak harus berani menyampaikan.

Anak-anak harus belajar berinisiatif, dan menolong orang lain dalam kelemahannya.
Anak-anak tidak boleh punya sikap sungkan yang berlebihan, termasuk kepada yang
lebih tua. Bersikap hormat harus; sungkan juga boleh. Namun jangan berlebihan.
Kalau ada orangtua yang melakukan kesalahan pun, anak-anak harus berani
menyampaikan. Sikap sungkan yang berlebihan, sikap „asal bapak senang‟, sikap
„penjilat‟, jika terus dipelihara, akan merugikan diri sendiri, oranglain, dan
komunitas.

Namun dalam menyampaikan ajaran dan nasehat, anak-anak harus tahu caranya.
Sampaikan ajaran dan nasehat dengan hikmat. Anak-anak harus memiliki buah Roh
kelemahlembutan (ingat lagi Galatia 5:22-23). Anak-anak juga harus belajar
menasehati secara pribadi lebih dahulu, jadi jangan mempermalukan teman di
depan umum. Anak-anak bisa belajar meneladani Petrus.

D. Pertanyaan:
1. Yang mana lebih menggambarkan dirimu? (1). Takut dan tidak berani
menasehati oranglain; (2). Berani menasehati oranglain?
2. Jika kamu diminta untuk menasehati oranglain, apa yang bisa kamu pelajari dari
teladan Petrus?

E. Aktifitas:
1. Buatlah sebuah catatan kecil yang berisi nasehat yang hendak kamu berikan
kepada temanmu. Pastikan Kamu memberikan nasehat secara baik, dan sopan,
dan berguna untuk kemajuan temanmu. Kamu bisa memberikan nasehat apa
saja, tetapi dilarang menuduh, atau menjelekkan temanmu itu, atau
membicarakan oranglain dalam catatan kecilmu. Kamu bisa minta pendapat
kepada bapak/ibu guru pembimbing lebih dahulu, tetapi jangan sebarkan kepada
teman yang lain. Sedangkan kamu yang menerima catatan dari teman, silakan
tempelkan di buku aktifitas SAL-mu.
2. Jika tidak ada sesuatu yang ingin Kamu nasehati dari temanmu. Kamu juga bisa
memberikan sebuah catatan kecil tentang ajaran Firman Tuhan yang berkesan
buat kamu dari 2 minggu SAL yang telah kamu ikuti. Berikan kepada temanmu
dengan tulisan dan kata-kata yang baik. Sedangkan kamu yang menerima
catatan dari teman, silakan tempelkan di buku aktifitas SAL-mu.
ikutdiasaja@gmail.com

3. TUJUAN KEMURIDAN (TUJUAN HIDUP SEBAGAI MURID): DEWASA/UTUH


DALAM KRISTUS.
Nats Sumber: “untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan/dewasa
dalam Kristus” (Kolose 1:28C)
Nats Pendalaman: Kisah Para Rasul 4 (Khususnya ayat 23, 35)
Sasaran: Anak-anak menjadi murid Yesus yang bertumbuh semakin dewasa dalam
Kristus, dan melawan godaan untuk memiliki sikap kekanak-kanakkan dalam segala
hal.

A. Pengantar:
Dalam pertemuan ketiga ini, anak-anak belajar bahwa menjadi murid Yesus berarti
menjadi orang yang semakin dewasa dalam Kristus; semakin sempurna; atau
semakin utuh dalam Kristus. Hidup anak-anak terdiri dari banyak aspek, dan anak-
anak harus bertumbuh semakin dewasa dalam Kristus artinya, menjadi murid-murid
Yesus yang semakin menyerupai Kristus dan menjalani kehidupan yang utuh (tidak
menjalani hidup yang tidak seimbang). Contoh hidup yang tidak seimbang,
misalnya: rajin ke gereja, tapi malas belajar di sekolah; bisa melayani di gereja, tapi
di rumah tidak mau membantu orangtua dan kekanak-kanakkan (manja).

B. Tokoh Petrus:
Petrus adalah salah seorang murid Yesus yang menonjol. Ia diperhitungkan sebagai
pemimpin para murid. Namun Petrus termasuk orang yang mau bekerjasama
dengan oranglain. Dalam Kis. 4:23, kita membaca bagaimana Petrus memiliki rekan
kerja untuk memberitakan Kristus. Seperti yang dipesankan gurunya (Markus 6:7;
Lukas 10:1), ia tidak sendiri memberitakan Injil. Ia mau belajar bekerjasama dengan
rekannya, Yohanes, untuk memberitakan Injil.

Tidak hanya dengan Yohanes, menghadapi segala kesulitan pelayanan, Petrus juga
tidak sok gagah. Ia tahu pentingnya komunitas, dan dukunngan oranglain. Ia
bertumbuh dewasa menjadi orang yang hidup bersama oranglain, dan belajar
mengembangkan hubungan yang saling menguntungkan, saling membangun, dan
menguatkan. Itu sebabnya di Kis.4:23, sesudah dilepaskan dari penangkapan,
Petrus dan Yohanes pergi menjumpai teman-temannya seiman dan menceritakan
pergumulan mereka. Bersama teman-temannya ini, Petrus berdoa kepada Tuhan
(Kis.4:24-30) minta keberanian dan kuasa pelayanan dari Tuhan. Jadi Petrus belajar
bertumbuh bekerjasama dan berkomunitas.

Petrus juga bertumbuh dalam pelayanan. Petrus bukan lagi sosok yang hanya
terbatas memikirkan kepentingan rohani oranglain, tetapi ia juga mengelola
kehidupan jasmani jemaat, sehingga jemaat saling menutupi kekurangan ekonomi
satu sama lain. Petrus bertumbuh menjadi murid yang belajar memikirkan
bagaimana caranya agar sesama saudara seiman tidak kekurangan (Kis.4:35).
ikutdiasaja@gmail.com

C. Aplikasi:
Anak-anak juga harus berkembang makin dewasa dalam segala aspek hidupnya.
Aspek-aspek hidup anak-anak apa saja? Banyak sekali. Aspek biologis, pastilah
anak-anak harus bertumbuh. Harus makan dan minum dengan baik. Tuhan Yesus
dalam keadaannya sebagai manusia pun makan dan minum. Mengapa? Karena
manusia harus bertumbuh secara biologi. Dalam aspek ini pun anak-anak harus
membiasakan diri bergerak dan berolahraga. Jangan menghabiskan waktu untuk
berdiam diri, mengurung diri di kamar, dan hanya memakai waktu untuk melulu
bermain atau menonton dari gawai masing-masing. Anak-anak juga harus makin
dewasa dan tidak kekanak-kanakkan. Makin besar usia, jangan maunya disuapi
terus kalau makan. Harus belajar menggunakan toilet dengan baik, menyiram
kembali toilet setelah menggunakannya, dengan demikian anak-anak menjaga
kesehatan dan kebersihan bersama. Berhenti membuang sampah sembarangan.

Anak-anak juga harus bertumbuh dalam aspek intelektual. Belajar rajin. Menekuni
bidang ilmu dan keterampilan yang jadi minat dan bakatnya. Jangan habiskan waktu
untuk hal-hal yang bukan menjadi bakatmu atau minatnya. Anak-anak harus
mengomunikasikan kepada orangtua apa yang menjadi minat dan bakatnya dan
minta dukungan orangtua dan guru. Jadilah terampil dalam satu hal. Tidak semua
orang bisa menguasai banyak hal sekaligus. Jadi fokuslah pada satu hal yang paling
anak-anak suka dan berbakat untuk menguasainya. Anak-anak harus dewasa dalam
aspek intelektual, jangan kekanak-kanakkan dan menghabiskan waktu untuk
menjadi fansboy atau fansgirl dari bintang-bintang Korea sampai lupa tugasnya
yang terutama dan kewajibannya di hadapan Allah.

Anak-anak juga harus bertumbuh dalam aspek sosial. Harus bermain dan mengenal
banyak teman. Jangan pilih-pilih teman di sekolah. Bertemanlah dengan teman-
teman yang memberi pengaruh baik. Namun jangan juga merendahkan atau
menjauhi teman-teman yang mungkin dirasa mengganggu. Bisa saja temannya itu
juga punya masalah sendiri dengan keluarganya. Anak-anak harus belajar
memahami kesulitan oranglain. Belajar minta pertolongan ke tempat yang tepat,
misalnya guru atau orangtua. Anak-anak harus belajar dewasa, tidak kekanak-
kanakkan secara sosial. Jangan mudah ngambek jika keinginannya tidak dipenuhi
orangtua atau oranglain.

Anak-anak juga harus berkembang secara spiritual. Orang makin dewasa biasanya
makin mandiri. Namun di dalam kehidupan kerohanian, orang makin dewasa rohani
justru harus makin bergantung pada Tuhan. Makin giat dan tekun berdoa, serta
mencari kekuatan dari Firman Tuhan. Anak-anak harus belajar makin bergantung
kepada Allah. Menjadi seperti anak-anak di hadapan Allah, yaitu tulus dan berserah.
Namun menjadi seperti anak-anak, tidak sama artinya dengan bersikap kekanak-
kanakkan di hadapan Tuhan. Contoh sikap kekanak-kanakkan adalah memaksa
Tuhan dan ngambek jika Tuhan tidak mengabulkan permintaan kita.
ikutdiasaja@gmail.com

D. Pertanyaan:
1. Dalam hal apa, anak-anak ingin belajar menjadi lebih dewasa?
2. Apakah dalam hidup anak-anak, makin bergantung kepada Allah atau makin
merasa bisa melakukan apapun tanpa Allah? Dalam hal apa?

E. Aktifitas:
Ceritakan lewat tulisan atau lewat gambar tentang apa yang menjadi minat dan
bakatmu di buku aktifitas SAL-mu. Lalu jelaskan itu kepada temanmu. Tuliskan pula
apa yang masih menjadi halangan untuk kamu bertumbuh semakin dewasa dalam
menekuni apa yang menjadi minat dan bakatmu?
ikutdiasaja@gmail.com

4. HARGA KEMURIDAN (PERJUANGAN SEBAGAI MURID): SEORANG MURID


ADALAH SESEORANG YANG BEKERJA KERAS DAN BERJUANG
Nats Sumber: “Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala
tenaga” (Kolose 1:29a)
Nats Pendalaman: Kisah Para Rasul 5 (Khususnya ayat 40-42)
Sasaran: Anak-anak menjadi murid Yesus yang mau bekerja keras dan berjuang
demi hidup bagi Kristus, dan berani menolak godaan untuk memanjakan diri dengan
kemudahan hidup; berani keluar dari zona nyaman.

A. Pengantar:
Dalam pertemuan keempat ini, anak-anak belajar bahwa menjadi murid Yesus
menuntut kerja keras dan perjuangan. Anak-anak sedang diperhadapkan pada
godaan dan situasi yang serba mudah, sehingga mengancam keberadaan mereka
menjadi Generasi Strawberry (Bagus kelihatannya di luar, tetapi lembek di dalam).
Namun sebagai murid, mereka harus belajar berani menolak godaan untuk serba
memanjakan diri dengan kemudahan-kemudahan, berani keluar dari zona nyaman,
tidak bermental lembek dan mudah menyerah, tangguh, dan tahan banting.

B. Tokoh Petrus:
Petrus sempat menjadi sosok yang pengecut. Dia bermulut besar dan pernah
sesumbar bahwa dia rela menderita bagi Yesus, tetapi kenyataannya, menghadapi
perempuan saja dia takut. Di hadapan seorang wanita, dia takut mengakui bahwa
dirinya adalah murid Yesus. Namun itu adalah Petrus yang dahulu. Petrus yang
kemudian adalah Petrus yang dipenuhi Roh Kudus. Petrus yang penuh keberanian
untuk hidup bagi Tuhan Yesus.

Dalam Kis. 5:17, kita membaca bahwa kekristenan berkembang di Yerusalem,


banyak orang mengikut Yesus. Imam besar dan para pengikutnya mulai merasa isi
hati kepada Petrus dan teman-temannya. Akhirnya Petrus dan teman-temannya
ditangkap, lalu dipenjarakan. Namun, pada waktu malam, seorang malaikat
melepaskan mereka (Kis. 5:18-19). Setelah dilepaskan, Petrus dan teman-temannya
kembali memberitakan Injil, menaati perintah Tuhan kepada mereka (Kis. 5:20-21,
25). Mereka sungguh menjadi murid yang berani menderita, yang berani keluar dari
zona nyaman, bahkan meski baru saja dilepaskan dari penjara.

Kis. 5:26 mencatat bagaimana mereka kemudian ditangkap lagi. Di hadapan


mahkamah agama, mereka berkata-kata dengan berani bahwa mereka harus lebih
taat kepada Allah daripada kepada manusia (Kis. 5:26, 29). Mahkamah agama
bimbang bagaimana menghadapi keberanian orang-orang ini. Akhirnya mereka
hanya bisa mengancam Petrus dan teman-temannya, lalu melepaskan mereka (Kis.
5:40).

Menghadapi semua aniaya dan tantangan itu, bagaimana tanggapan Petrus dan
teman-temannya. Kis. 5:41 menjadi ayat kunci kita, “Rasul-rasul itu meninggalkan
ikutdiasaja@gmail.com

sidang Mahkamah Agama dengan gembira, karena mereka telah dianggap layak
menderita penghinaan oleh karena nama Yesus.” Tidak hanya itu, Kis. 5:42
mencatat, “Dan setiap hari mereka melanjutkan pengajaran mereka di Bait Allah dan
di rumah-rumah orang dan memberitakan Injil tentang Yesus yang adalah Mesias.”
Mereka tidak berhenti melayani. Mereka terus bekerja bagi Kerajaan Sorga. Mereka
berani keluar dari zona nyaman, dan tidak mempedulikan kenyamanan diri.

Tuhan Yesus sendiri pernah mengingatkan dalam Lukas 9:23, “Kata-Nya kepada
mereka semua: "‟Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal
dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku‟.” Perhatikan apa yang
Tuhan Yesus katakan: memikul salib setiap hari! Jadi setiap hari kita harus berani
menderita sebagai murid Tuhan Yesus.

C. Aplikasi:
Sebagai murid Tuhan Yesus, anak-anak harus berhenti bersikap manja. Harus
menjadi murid Tuhan yang kuat dan tidak mudah putus asa dalam segala hal:
 Jika anak-anak tidak dipenuhi keinginannya oleh orangtua, jangan mudah
ngambek dan marah.
 Jika anak-anak tidak mendapatkan apa yang diinginkan (misal: kalah lomba, dan
lain-lain), jangan menyalahkan keadaan, tetapi terus berlatih lebih baik lagi, dan
coba lagi.
 Jika anak-anak sedang mengerjakan sesuatu dan gagal, jangan merasa buruk,
tapi belajar dari kegagalan, dan bangkit mencoba lagi.
 Jika anak-anak tidak dipuji hasil karyanya, jangan mudah sakit hati, karena
mungkin oranglain tidak memuji, tapi anak-anak harus mengetahui bahwa Tuhan
menghargai usaha anak-anak, karenanya anak-anak harus melakukan segala
sesuatu seperti untuk Tuhan.
dan sebagainya.

Anak-anak harus belajar berhenti memanjakan diri dalam banyak hal. Jangan
memanjakan diri dan bermalas-malasan di depan HP terus-menerus. Paksa diri
untuk rajin membaca buku, dimulai dari buku-buku yang Kamu sukai. Paksa diri
belajar satu bahasa asing yang kamu nikmati, banyak fasilitas bisa kamu pakai di
internet, maupun di medsos. Disiplin diri untuk mulai membaca Alkitab rutin.

Anak-anak belajarlah melayani di gereja. Jika anak-anak ditunjuk untuk membantu


pelayanan di gereja, harus berani mencoba, dan jangan mudah berkata tidak bisa
kalau belum mencoba. Belajarlah mengatur uang dari kecil dan memberi
persembahan ke gereja. Ketika melayani, dan bertemu masalah dalam pelayanan,
jangan mudah berkata “mundur dari pelayanan.” Berjuanglah untuk setia.

D. Pertanyaan:
1. Kenyamanan hidup seperti apa yang sangat sulit kamu tinggalkan?
2. Prinsip penting apa yang dapat Kamu pelajari dari pelajaran ini?
ikutdiasaja@gmail.com

E. Aktifitas:
Tuliskan di buku aktivitas SAL, apa saja kenyamanan hidup yang paling sulit kamu
tinggalkan. Urutkan dari nomor 1-3 (boleh lebih). Lalu tuliskan di bawahnya,
komitmen apa yang ingin kamu lakukan demi Kristus, untuk bisa hidup menjadi
pribadi yang lebih kuat lagi di hadapan Allah?!
ikutdiasaja@gmail.com

5. KUASA DALAM KEMURIDAN (KEKUATAN SEORANG MURID): KUASA ILAHI


YANG DIUTUS ALLAH
Nats Sumber: “sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam
aku.” (Kolose 1:29b)
Nats Pendalaman: Kisah Para Rasul 10 (ayat 28, 34).
Sasaran: Anak-anak tahu bahwa Allah telah mengutus Roh Kudus untuk menyertai
dan tinggal di dalam diri setiap murid Yesus, apapun sukunya, dan memberikan
kuasa Ilahi untuk hidup dan melayani Kristus, sehingga anak-anak jangan
mengandalkan kekuatan dan pengertian sendiri.

A. Pengantar:
Dalam pertemuan kelima ini, anak-anak belajar bahwa ketika anak-anak percaya
Yesus, itu adalah karena kuasa Roh Kudus yang telah menghidupkan anak-anak dari
kematian rohani. Murid-murid Yesus dari suku apapun, adalah orang-orang yang
memiliki Roh Kudus dalam kehidupannya. Roh Kudus memimpin setiap murid Yesus
karenanya, anak-anak harus belajar hidup mengandalkan pimpinan Roh Kudus,
terutama melalui Firman Allah yang tertulis (Alkitab), karena Alkitab adalah hasil
karya Roh Kudus melalui tangan-tangan manusia (2Tim.3:16). Melalui pelajaran ini,
anak-anak diajarkan untuk jangan mengandalkan kekuatan, kuasa, dan pengertian
sendiri, melainkan mengandalkan Pribadi dan kuasa Ilahi dari Allah, yaitu Roh Kudus
yang selalu menyertai.

B. Tokoh Petrus:
Petrus adalah seorang Yahudi. Sebagai orang Yahudi, dia diajarkan untuk menjaga
diri dan tidak bergaul dengan orang yang bukan Yahudi (Kis.10:28). Sebagai
pemeluk agama Yahudi, dia belajar bahwa Roh Kudus hadir bagi orang-orang
Yahudi. Dia tidak akan pernah berpikir bahwa Roh Kudus akan hadir dan mendiami
secara permanen diri orang-orang yang bukan Yahudi.

Kehidupannya berubah setelah perjumpaannya dengan Kornelius (Kis.10). Kornelius


adalah seorang perwira pasukan Romawi yang saleh. Ia mendapat penglihatan dan
Allah melalui malaikatNya menyuruh Kornelius menjemput Petrus. Suatu siang,
Petrus sedang berdoa di atas rumah. Lalu kuasa Ilahi memenuhi roh Petrus dan
Petrus pun mendapat penglihatan. Berdasarkan penglihatan itu, ternyata Allah lewat
RohNya mengutus Petrus ke rumah Kornelius yang bukan Yahudi. Ternyata utusan
Kornelius juga tiba di rumah Petrus tinggal, dan akhirnya Petrus pergilah ke rumah
Kornelius (Kis. 10:22). Di rumah Kornelius, Petrus pun sadar bahwa Allah mengutus
dia untuk memberitakan Injil kepada Kornelius sekeluarga. Akhirnya Petrus pun
memberitakan Injil.

Petrus melakukan semua ini dalam pimpinan Roh Kudus. Namun kuasa Roh Kudus
tidak berhenti sampai disitu. Sementara Petrus memberitakan Injil, turunlah Roh
Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan Injil Petrus (Kis.
10:44). Ternyata karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, di
ikutdiasaja@gmail.com

luar bangsa Yahudi. Mendapat karunia Roh Kudus artinya orang-orang bukan Yahudi
juga mendapat karunia keselamatan dan mau dipakai oleh Allah untuk melayani
Allah.

Petrus dan teman-temannya tercengang melihat Kornelius dan orang-orang non


Yahudi lainnya berkata-kata dalam bahasa Roh (bahasa Yunaninya: glosais) artinya
berkata-kata menggunakan bahasa-bahasa lain untuk memuliakan Allah/memberi
kesaksian tentang kebesaran Allah (Kis.10:48). Peristiwa ini terjadi seperti yang
sebelumnya dialami murid-murid Yesus di Yerusalem dalam peristiwa Pentakosta. Di
Yerusalem, mereka juga berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain (kata Yunaninya:
glosais) untuk memuliakan Allah/memberi kesaksian tentang kebesaran Allah
(Kis.2:4, 11). Kedua peristiwa ini menggenapi Kisah Para Rasul 1:8.

Kalau dahulu yang tercengang adalah orang-orang yahudi di Yerusalem melihat ada
sesama orang Yahudi mengalami itu, sekarang orang Yahudi, yaitu Petrus dan
teman-teman yang tercengang-cengan melihat orang-orang bukan Yahudi
mengalami itu. Namun Petrus belajar dan mulai sadar, bahwa ternyata keselamatan
dari Allah juga hadir bagi bangsa-bangsa bukan Yahudi. Kuasa Ilahi yang ia alami
dan Kornelius alami, telah membuat Petrus sadar bahwa ia tidak bisa mengandalkan
pengertiannya sendiri untuk melayani Allah. Petrus pun kemudian membaptis
mereka semua.

C. Aplikasi:
Untuk dapat seluas-luas Roh Kudus bekerja dengan kuasaNya menuntun anak-anak,
anak-anak harus seperti perahu layar yang dalam pelayarannya di tengah samudera,
harus membuka layar lebar-lebar agar dapat menangkap angin yang akan
menggerakkannya. Perahu itu adalah gambaran kehidupan anak-anak. Angin yang
menggerakkan adalah gambaran Roh Kudus.Layar itu adalah disiplin-disiplin rohani
yang anak-anak perlu terapkan, untuk menangkap angin itu.

Disiplin-disiplin rohani yang anak-anak terapkan adalah contoh bagaimana anak-


anak hidup mengandalkan kuasa Allah. Sebagai murid Tuhan Yesus, anak-anak
harus mengandalkan kuasa Ilahi atau mengandalkan pimpinan Roh Kudus dalam
menjalani kehidupannya. Disiplin rohani itu diantaranya:

1. Membaca Alkitab, Firman Allah. Anak-anak harus hidup memberi diri dipimpin
oleh Firman Allah, karena Firman yang tertulis adalah karya Roh Kudus lewat
tulisan manusia (2Tim. 3:16). Para rasul Yesus Kristus dijamin oleh Roh Kudus
akan dipimpin kepada seluruh kebenaran, sehingga setiap tulisan mereka atau
pikiran mereka yang tertuang dalam kitab-kitab Perjanjian Baru, dijamin
kebenarannya (Yoh. 16:13). Artinya, Alkitab adalah karya Roh Kudus yang dapat
dipercaya. Alkitab adalah Firman Allah. Hidup mengandalkan Allah dan kuasaNya
berarti hidup dipimpin dan dikuasai oleh Firman Allah.
ikutdiasaja@gmail.com

2. Berdoa. Anak-anak harus hidup tekun berdoa, karena Tuhan Yesus mengajarkan,
“Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah” (Matius 26:41). Artinya,
untuk mengalahkan kedagingan, anak-anak harus hidup dalam Roh (Galatia
5:16-17), dan (jika dikaitkan dengan perkataan Yesus) hidup dalam Roh artinya
hidup yang berdoa.

D. Pertanyaan:
1. Roh Kudus dicurahkan memberi kuasa kepada orang percaya untuk bersaksi
(Kis.1:8). Bagaimana kehidupanmu saat ini? Adakah saat ini kamu memiliki
kehidupan yang giat dan berani bersaksi?
2. Pernahkah kamu mengalami kuasa Allah dalam hidupmu? Ceritakan!

E. Aktivitas:
Tuliskan keinginan daging seperti apa yang selama ini menghalangi kamu untuk
berdoa. Lalu berdoalah kepada Allah, minta pertolongannya untuk mengalahkan
keinginan daging itu, lalu coretlah apa yang kamu tuliskan.

Anda mungkin juga menyukai