Anda di halaman 1dari 2

Bertolaklah ke tempat yang dalam…

(LUKAS 5:1-11)

NN…

Keberanian memberi diri, menjadikan dirinya berarti dan bermanfaat bagi orang lain merupakan suatu
proses menjadi yang harus dimiliki oleh para pengikut Kristus. Dengan memberi pada akhirnya bukan
sekadar membagikan sesuatu yang kita miliki tetapi lebih dari itu kita mempercayakan diri kita kepada
orang lain yang memperoleh bantuan dari kita. Untuk memiliki keberanian bukan soal manis dibibir,
melainkan harus bisa diaktualisasikan dalam kehidupan nyata.
Hari ini kita semua diajak atau bahkan kalau mau agak keras, kita sebagai umat pilihan Allah
diperintahkan untuk “bertolaklah ke tempat yang dalam”, suatu ajakan atau perintah yang mungkin bagi
kita menimbulkan sejuta Tanya: Untuk apa saya harus bertolak ke tempat yang lebih dalam?
NN
Dalam kisah Injil yang barusan kita dengar, tanpa komentar Simon Petrus memberikan perahunya untuk
dipakai Yesus dalam mewartakan firman Allah, mengikuti permintaan Yesus untuk bertolak sedikit jauh
dari pantai. Bayangkan saja setelah sepanjang malam Simon Petrus mencari ikan tanpa hasil, kemudian
dalam keadaan letih dan tanpa harapan, Yesus dengan latar belakang keluarga “Tukang Kayu”
memerintahkan Simon Petrus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menebarkan jala untuk
menangkap ikan. Ada keragu-raguan dalam jawaban Petrus terhadap permintaan Yesus. “Guru, telah
sepanjang malam kami bekerja keras dan tidak menangkap apa-apa. Namun saudara-saudariku
terkasih…
Dalam keraguan ini, Petrus justru secara perlahan menampakkan kualitas hidup imannya. “Tetapi karena
Engkau menyuruhnya, aku akan menebarkan jala juga.” Dan setelah Simon Petrus menuruti perintah
Tuhan Yesus, perahu mereka sampai hampir tenggelam karena beratnya beban ikan yang mereka
peroleh. Menakjubkan.
NN
Hari ini kita semua sebagai satu keluarga besar KBG St.Monika diajak ke tempat ini bukan sekadar jalan-
jalan dan senang-senang, tetapi lebih dari itu kita diajak untuk merefleksikan kembali sabda Yesus dalam
bacaan Injil yang barusan kita dengar: Bertolaklah ke tempat yang dalam” sebelum kita menjalani
rutinitas kehidupan iman kita sebagai satu KBG,ST.MONIKA.
Bertolaklah ke tempat yang dalam bukan sekadar perintah tanpa maksud. Dalam kehidupan
sehari-hari, ada begitu banyak persoalan hidup yang senantiasa menemani kita. Tantangan dalam bentuk
pengalaman yang penuh duka dan air mata sering membuat kita menjadi letih dan tak bergairah untuk
tetap bertahan hidup. Kadang kita bisa menjadi manusia yang pendek akal dan cepat putus asa dalam
menghadapi berbagai tantangan hidup. Kita lupa bahwa sesungguhnya rahmat baptisan yang kita
peroleh merupakan solusi terhadap berbagai persoalan hidup ini. Kita lupa bahwa Yesus yang kita imani
sesungguhnya bukan sekadar hiasan semata atau simbol iman semata, tetapi lebih dari itu
sesungguhnya Yesuslah jalan keluar bagi kita dalam menghadapi berbagai persoalan hidup ini. Hanya
saja yang menjadi pertanyaan untuk kita: Sejauh mana kita mau mendengarkan firmannya dan
menjalankan perintah-Nya dalam kehidupan sehari-hari?
NN…ada beberapa poin yang bisa kita ambil dari sapaan sabda Allah hari ini bagi kita.
Pertama, Sama seperti Petrus yang memberikan Perahunya untuk dipakai Tuhan Yesus dalam
mewartakan Firman Allah, marilah kita berjuang dan berusaha untuk membiarkan perahu tubuh kita
dipakai oleh Tuhan untuk mewartakan cinta-Nya. Kita yang hadir dengan berbagai keunikan sifat
dan latar belakang etnis yang berbeda tentunya akan memberi warna tersendiri bagi keberadaan
KBG St.Monika. Yakinlah bahwa kita sendiripun akan memperoleh hasil yang memuaskan yaitu
akan mendapatkan sumber kebahagiaan karena Yesus sendiri yang bersemayam dalam hati kita
secara utuh.
 
Kedua, Berhadapan dengan kebaikan Allah dalam hidup kita sehari-hari, hendaknya sikap rendah
hati seperti Petrus yang menyadari ketidakberdayaan dan keberdosaannya menjadi sikap hati kita
juga. Mengikuti Yesus tidak berarti bahwa kita percaya kita dapat melakukan banyak hal
untuk-Nya, melainkan karena kita merasakan  bagaimana kebaikan dan pengampunan Allah
kepada kita. Sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Allah lebih daripada Allah
membutuhkan kita. Semuanya demi keselamatan kita;
 
Ketiga,  Kita juga diharapkan bisa menjadi jala yang dapat menangkap dan membawa orang lain
kepada Yesus dan memperkenalkan yesus kepada orang lain melalui kata-kata dan perbuatan kita
yang bercirikan iman kristiani. Namun tak dapat dipungkiri bahwa kadang jala kita tidak bagus untuk
menangkap ikan (manusia) karena mungkin lubang-lubangnya terlalu besar sehingga banyak ikan
kecil lolos dari tangkapan kita. Dengan kata lain, Yesus memanggil kita bukan hanya menjadi
penjala tapi juga menjadi jala itu sendiri. Anyamlah jala tutur kata dan perbuatan kita dengan penuh
kelembutan agar orang lain pun bisa merasakan kehangatan cinta Yesus lewat dan melaluimu.
 
Keempat,  hanya ketika kita berada dalam kedalaman rohani, kesadaran penuh akan kehadiran
Allah dalam setiap hidup kita, maka kita akan mempunyai gambaran yang jelas tentang Allah dan
sesama. Dengan kata lain, kita tidak cukup menilai orang dari apa yang nampak, tapi berusahalah
untuk memahami alasan-alasan di balik kata dan perbuatan orang lain.

Akhirnya NN

Marilah kita berusaha untuk menjadikan hidup kita lebih berarti dengan senantiasa “bertolak ke
tempat yang lebih dalam” untuk menemukan solusi terbaik terhadap berbagai persoalan hidup kita.
Dalam aksi “bertolak ke tempat yang lebih dalam” kita menjadikan Yesus sebagai nahkoda yang
membimbing kita untuk bersatu dengan DIA, sehingga pada akhirnya kita boleh merasakan
persatuan dengan-Nya. Dan hari ini, kita semua telah mengawali rangkaian panjang perjalanan
iman KBG kita dengan bertolak ke tempat dalam untuk semakin menyadari peran dan partisipasi
kita dalam membangun komunio dan menjadikan Yesus sebagai satu-satunya asal dan sumber
keselamatan hidup kita.

Mengakhiri renungan ini, ada sebuah kisah tentang indahnya memberi.

Ada seorang kaya yang mempunyai 19 ekor kerbau, dan 3 orang anak. Mendekati ajalnya, dia
membagikan warisan kepada ke tiga anaknya dengan pesan 1/2 untuk anak pertama, 1/4 untuk anak
kedua dan 1/5 untuk anak ketiga.(9,5 ekor; 4,75 ekor;3,8 ekor)

Setelah sang bapak meninggal, ketiga anaknya membagikan kerbau sesuai pesan ayah mereka. Tapi
mereka menemukan keganjilan, bahwa masing-masing mereka akan mendapatkan bagian kerbau yang
tidak utuh. Masing-masing tidak mau mengalah dan berusaha mendapatkan bagian utuh.

Terdengarlah kabar pertengkaran mereka oleh seorang bapak yang miskin yang punya 1 ekor kerbau.
Akhirnya, bapak tersebut menemui mereka, dan bersedia dengan ikhlas  memberikan kerbaunya supaya
masing-masing mendapat  bagian yang utuh.

Anak-anak itu setuju, dan mereka mulai membagi. Anak pertama mendapat 1/2 dari 20 yaitu 10 ekor,
anak kedua mendapat 1/4 dari 20 yaitu 5 ekor, anak ketiga 1/5 darr 20 yaitu 4 ekor. Demikianlah masing-
masing mendapatkan bagian yang utuh. Dan totalnya adalah 10+5+4=19 sisa 1 ekor, dikembalikan pada
bapak tadi.

Ternyata dengan memberi, kita tidak akan kehilangan apa yang menjadi milik kita. Semoga!

Anda mungkin juga menyukai