Anda di halaman 1dari 8

Kita saat ini hidup di jaman “Multiple P”? apakah itu?

Artinya: “Pergi pagi – pagi,


pulang petang,pinggang pegal-pegal,penghasilan pas-pasan// potong pajak, potong pinjaman,
pensiun penuh penderitaan”. Ini hanya sebuah gambaran dari kehidupan kita yang memang
melelahkan, bayangkan saja kita yang bekerja, pagi-pagi sekali sudah berangkat supaya tidak
terlambat, belum kena macet di jalan yang bisa – bisa makan waktu lebih dari satu jam, lalu kita
berkerja 8 jam, pulang ke rumah kena macet lagi, sampai di rumah sudah malam. Betapa
melelahkan keseharian kita, tetapi ditengah kelelahan yang kita alami, ketika sampai di rumah
malam hari kelelahan itu seketika hilang saat kita berjumpa dengan anak kita yang masih kecil
dan menyambut kita di depan pintu rumah, ketika kita ketuk pintu rumah si anak keluar dan
berkata: “mama”, seketika itu juga secapek apa pun kita, kita langsung gendong anak kita itu,
walaupun beratnya katakan 16 Kg dan bermain bercanda dengan anak kita, tidak perlu obat
untuk menghilangkan kelelahan kita, pertanyaan saya kenapa itu bisa terjadi? Hal itu bisa terjadi
karena kasih yang ada di dalam hati kita menggerakkan seluruh elemen yang ada di dalam diri
kita, karena kita sangat mengasihi anak kita, maka kasih dari dalam diri kita menjadi penyembuh
kelelahan yang kita alami. Dari sini kita melihat betapa luar biasanya kasih itu, kasih disini
bukanlah sebuah perasaan melainkan induk bagi segala perasaan yang baik, kasihlah yang
melahirkan si sabar, si murah hati. Hal inilah yang menjadi perhatian Rasul Paulus sehingga ia
mengirimkan surat kepada jemaat di kota Roma, ia menekankan pentingnya orang-orang yang
percaya kepada Kristus untuk menghasilkan suatu perbuatan yang mulia yang mendatangkan
kebaikan bagi kehidupan bersama sebagai buah dari iman yang bertumbuh, dan perbuatan itu
ialah kasih. Sebelum pasal yang menjadi perikop kita hari ini, Dalam Kitab Roma pasal 1 – 11,
Rasul Paulus sudah mengajarkan tentang masalah dogma dimana pembenaran orang berdosa
oleh iman tidak memberi kebebasan bagi orang tersebut untuk berbuat dosa, dia juga
mengajarkan asas- asas kehidupan orang Kristen, seperti: hubungan antara karya Kristus dengan
kehidupan orang Kristen. Namun kehidupan Kristen bukan sekedar berteori, tetapi
menunjukkannya dalam perbuatan, hal itulah yang dituliskan Rasul Paulus mulai pasal ke 12, ia
mulai memberikan ajakan untuk mempraktikkan kehidupan Kristen dalam hidup bersama dengan
orang – orang lain. Dia mengawalinya pada ayat ayat 1 dan 2 pasal 12 ini agar pengikut Kristus
di Kota Roma mampu menunjukkan gaya hidup yang berbeda dengan orang – orang yang belum
mengenal Kristus, dan gaya hidup yang dimaksud terebut dijabarkannya dalam perikop yang kita
baca pada saat ini, situasi pada saat itu di kota Roma, dimana orang – orang Kristen diperlakukan
secara tidak adil dan tidak baik oleh penguasa kota, tidak hanya sampai disitu, karena antar
sesama Kristen pun terjadi ketegangan, orang-orang Yahudi di kota Roma merasa dirinya
sebagai golongan eksklusif karena bangsa pilihan Allah sehingga harus mendapat posisi yang
tinggi dalam gereja, sementara orang – orang non Yahudi merasa orang-orang Yahudi adalah
bangsa imigran dan non Yahudi lah yang layak mendapatkan posisi tertinggi dalam gereja.
Ketegangan antara sesama orang Kristen ini akan menjadi batu sandungan bagi pelayanan Paulus
di Spanyol, karena jika jemaat di Roma tidak bersatu, maka bagaimana ia bisa menyampaikan
kabar baik ke Spanyol. Oleh karena itu dalam bacaan perikop saat ini, kita melihat bagaimana
Paulus menekankan untuk membangun rasa kasih dalam hidup mereka, inilah yang akan kita
lihat melalui khotbah ini. Dalam perikop ini, Paulus membagi nasihatnya dalam dua hal: ayat 9 –
13 adalah nasihat dalam pergaulan dengan sesama orang Kristen dan ayat 14 – 21 adalah nasihat
dalam pergaulan dengan orang – orang non Kristen. Paulus mengawali nasihatnya dengan
mengajarkan kepada jemaat Roma untuk memiliki kasih yang tulus, mengapa harus tulus?
Karena kita ada di dalam Kristus dan diselamatkan hanya oleh kasih karunia Tuhan bukan karena
kebaikan kita, kasih Tuhan diberikan kepada kita tanpa syarat dan gratis, oleh karena itu kita
yang sudah menerima kasih karunia ini membagikan kasih Tuhan kepada orang lain bukan
karena “ada sesuatu” yang ingin kita dapat,bukan sebuah sandiwara dan bukan hanya manis di
muka, tetapi karena sikap mengasihi menjadi gaya hidup kita sebagai orang – orang yang telah
menerima kasih karunia dari Tuhan yang menyelamatkan, kata kasih yang dipakai disini ialah
“agape”, yang merupakan kasih tanpa syarat, sebagaiman kasih yang diberikan Tuhan kepada
kita. Kasih yang tulus membuat kita akan dapat melakukan sikap - sikap yang dituliskan oleh
Paulus dalam ayat 10 – 13 yang akan kita lakukan ketika kasih yang tulus itu menjadi gaya hidup
kita, kasih yang tulus itu bukan kasih yang “buta”, melainkan kasih yang tajam dan penuh
kepekaan yang membuat kita menolak segala bentuk yang jahat, sebagaimana ayat 9b
mengatakan “jauhilah”, yang dalam arti bahasa aslinya adalah sebuah perasaan jijik untuk
melakukan kejahatan, dan memampukan kita untuk melakukan kebaikan, dimana kata
“lakukanlah” dalam ayat 9c merujuk pada keadaan yang melekat (ibarat kertas yang di lem,
benar-benar melekat dan sulit untuk dilepas kembali dalam keadaan utuh), demikian juga kasih
yang tulus itu membuat kita melekat selalu dengan kebaikan.

Rasul Paulus kemudian menekankan kasih yang dibangun itu juga hendaknya bersifat hangat,
dalam ayat 10, Rasul Paulus mengaitkan kasih dengan kata “saudara” (Philadelphia – kasih
persaudaraan), kasih sayang seperti saudara menandakan adanya kehangatan, kemesraan, akrab,
tidak ada kekakuan dan menjaga jarak. Kasih yang penuh kehangatan akan membimbing kita
untuk mau mendahului dalam memberi hormat kepada orang lain, mau mendahului dalam
menghargai orang lain. Kasih sebagai saudara memberikan kepada kita pemahaman bahwa
semua orang adalah sama dihadapan Allah, diciptakan segambar dan serupa dengan Allah, oleh
karena itu setiap orang harus dihormati termasuk penghormatan kepada hak asasi manusia.
Dalam jaman saat ini tak jarang kita jumpai keadaan dimana kita melihat adanya orang – orang
yang mau menghormati dan menghargai orang lain hanya karena ada maunya, menghormati
orang kaya agar mereka memberi sumbangan yang lebih besar, menghormati orang yang
berkuasa agar dapat kita manfaatkan. Dalam gereja kita melihat ada kebiasaan dimana ketika
berlangsung pesta pembangunan, yang duduk di depan biasanya adalah mereka yang telah
menjadi penyumbang besar, atau pun jika ada jemaat yang kaya raya membuat pertemuan maka
semua anggota jemaat yang lain memposisikan dirinya untuk hadir, dan kalau ada jemaat yang
biasa – biasa saja membuat pertemuan, mungkin tidak begitu banyak anggota jemaat yang lain
berantusias untuk hadir, pertanyaan saya, apakah ini juga masuk ke dalam hal terkait saling
mendahului dalam memberi hormat? Kita renungkanlah di dalam hati kita masing – masing. Kita
yang saat ini sedang bergumul perihal gereja kita yang ditutup dan dilarang beribadah,
bagaimana sikap kita kepada mereka yang intoleran kepada kita? dan juga sikap kita kepada
pemda yang telah menyegel bangunan gereja kita? dari FT hari ini kita memahami bahwa
sekalipun mereka sudah menghalangi hak asasi kita untuk beribadah, tetapi sebagai pengikut
Kristus marilah kita tetap menghormati dan menghargai mereka melalui mendoakan mereka dan
mengampuni apa yang telah mereka lakukan, menjadi warga yang taat kepada penguasa, yaitu
pemerintah dimana kita tinggal, maaf jika saya mengatakan hal ini, tetapi inilah yang dikatakan
FT ini sehingga kasih yang kita miliki itu akan menghasilkan sesuatu yang baik yang akan kita
dapatkan di suatu waktu. Sudah sampai dimana kemauan kita untuk mendahului dalam memberi
hormat kepada orang lain? Bagi kita halak batak, nasihat Paulus di ayat 10b ini bisa menjadi
tantangan besar untuk kita lakukan, pernah ada kejadian undangan perkawinan orang batak yang
telah dicetak harus ditarik kembali hanya karena salah satu nama pengundangnya kurang ditulis
gelar Doktornya sementara gelar S1 dan S2 nya sudah tertera, gelar doktonya pun masih
candidate (belum menerima, karena masih studi/baru menyelesaikan disertasi tetapi belum
sidang), bayangkanlah bapak/ibu keunikan di kita orang batak tentang yang satu ini dan
hubungkanlah dengan nasihat Paulus untuk saling mendahului dalam memberi hormat sebagai
perenungan di dalam hati kita masing-masing, oleh karena itu marilah kita terdorong untuk
membudayakan mau mendahului dalam memberi hormat dan menghargai orang lain, tanpa
memandang siapa orang tersebut dan dilakukan dengan tulus, inilah sifat kasih yaitu mencari dan
menemukan apa yang dapat kita beri bukan apa yang dapat kita terima.

Bapak/Ibu, hidup dalam kasih akan menggerakkan kita untuk rajin dalam tindakan melayani, kita
melayani Tuhan dengan melayani sesama, kasih dan sikap melayani adalah dua hal yang
otomatis, ketika kehidupan kita digerakkan oleh kasih yang tulus maka buahnya adalah
kesediaan kita untuk melayani. Seorang wanita agama tetangga kita yang berdomisli di NTB
bernama Desy Marlina, merelakan diri untuk menghabiskan waktunya memelihara dan merawat
ratusan ekor anjing, tidak hanya sekedar memelihara, tetapi ia mengunjungi tempat – tempat
dimana ditemukan anjing terlantar dan kesakitan untuk ditolongnya, dan Desy selalu
mengenakan pakaian nuansa religius, bagi saya ini juga tindakan melayani Tuhan dengan
merawat dan melindungi ciptaan Tuhan, kenapa dia mau melakukannya sekalipun harus
mendapat banyak kata – kata pedas yang diterimanya? Dasarnya hanya satu, karena dia memiliki
kasih yang tulus. Sikap melayani seperti yang ditunjukkan Desy marlina itu dapat menjadi
teladan kita dalam melayani yang diminta oleh Paulus dalam ayat 11 ini, melayani dengan tekun
dan tanpa pamrih dan dilakukan dengan semangat yang tinggi, dimana kata semangat ini saya
terjemahkan dari kata “rohmu yang menyala – nyala”. Selanjutnya kasih menggerakkan kita
untuk selalu bersukacita dan sabar, Paulus menuliskan alasan sukacita orang yang hidupnya
digerakkan kasih adalah karena adanya pengharapan, pengharapan yang merujuk kepada suatu
keyakinan yang teguh mengenai masa depan yang cerah, orang yang dipenuhi kasih adalah orang
yang optimis sehingga itu menjadi alasannya untuk bersukacita, lalu berbicara tentang kesabaran
merupakan sikap yang sering mendapat tantangan, dan bisa diuji secara tiba – tiba, kita tahu
bahwa hidup ini tidak selalu mulus, akan selalu ada batu besar atau kerikil yang menghalangi
langkah kehidupan kita, oleh karena itu Paulus menasihati setiap orang untuk memiliki
kesabaran dan kemudian menjadikan doa sebagai solusi ditengah kesesakan yang ia alami, doa
tidak hanya dilakukan pada saat tertentu tetapi menjadi gaya hidup sehari – hari. Demikian juga
dengan kita saat ini bapak/ibu, ditengah pergumulan yang kita hadapi, kita tunjukkan diri kita
sebagai jemaat yang bertumbuh di dalam kasih dengan senantiasa tetap bersukacita karena kita
yakin Tuhan pasti buka jalan, kita terus bersabar dengan tidak pernah melakukan pembalasan
atas apa yang dilakukan oleh orang lain di luar sana kepada kita dan terus berdoa kepada Tuhan
sampai sesuatu terjadi (pray until something happen).

Kasih itu akan menggerakkan kita untuk bermurah hati (ayat 13), ini adalah usaha untuk
memahami kesusahan yang dialami oleh orang lain dengan berbagi, membagi apa yang kita
miliki, wujud nyata sikap murah hati ialah dengan memberi tumpangan, saya jadi teringat cerita
dalam perumpamaan orang samaria yang murah hati, sadarkah kita dalam cerita tersebut ternyata
sang pemilik penginapan telah mengeksistensikan dirinya dalam nasihat Paulus di ayat 13b ini
tentang memberi tumpangan, kenapa? Karena dia hanya dibayar seadanya untuk biaya
penginapan dan orang samaria itu menitipkan orang yang terluka itu dengan janji akan kembali
membayar biaya penginapan, namun teks yang memuat kisah tsb dalam Lukas 10: 25 – 37 tidak
menuliskan kelanjutan kisahnya apakah orang samaria itu kembali atau tidak, yang jelas si
pemilik penginapan itu “terperangkap” ke dalam tugas merawat orang asing yang terluka itu,
betapa murah hatinya sang pemilik penginapan. Yang kita pelajari dari kisah ini adalah
menerangkan maksud kata “memberikan tumpangan” dalam ayat 13b, yaitu kesediaan untuk
menerima orang lain tanpa melihat siapa dia. Menerima disini artinya bagi kita, kita mau
membantu orang lain tanpa memilih – milih, menerima orang lain dengan segala
ketidaksempurnaannya.

Selanjutnya dalam ayat 14 – 16, kita melihat nasihat yang diberikan oleh Rasul Paulus dalam
pergaulan dengan orang – orang lain yang bukan Kristen, yang ada di sekitar mereka saat itu,
Rasul Paulus melihat situasi jemaat Kristus saat itu di kota Roma seringkali menghadapi tekanan
dari sekelilingnya, maka Paulus mengatakan agar jemaat Kristus senantiasa memberkati mereka
yang mengganggu dan mengancam jemaat Kristus saat itu, sehingga mereka benar – benar
meniru Kristus yang tetap memberkati dan mendoakan orang – orang yang telah
menyalibkannya, ketika Kristus tergantung di kayu salib, dimana Kristus mengatakan “Ya Bapa,
ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. Dalam PL, kutuk dan
berkat adalah dua hal yang serius, karena pengucapan berkat akan sungguh-sungguh membawa
kebahagiaan dan pengucapan kutuk benar – benar membawa celaka. Bapak dan ibu, kepada
jemaat HKBP Karang Bahagia teks ini juga diperhadapkan kepada kita, ditengah situasi yang
kita alami saat ini, mari kita tetap dalam sebuah sikap yang bijaksana sebagaimana nasihat
Paulus ini, agar kita tetap memberkati dengan mendoakan mereka – mereka yang membenci
keberadaan gereja kita dan tidak mengutuk mereka, sekali pun apa yang diperbuat kepada kita
sangat meresahkan kita sebagai warga negara Indonesia yang mempunyai hak asasi untuk
beribadah, tetapi mari kita pulihkan keadaan ini dengan tetap mendoakan mereka yang
mengganggu gereja kita, sebagaimana Kristus tetap mendoakan orang – orang yang
menyalibkannya. Selanjutnya di ayat 15 dan 16, rasul Paulus menasihatkan jemaat di Kota Roma
untuk mau solider dan hidup rukun dengan semua orang, caranya dengan tidak bersikap tinggi
hati. Sikap tinggi hati/sombong akan membawa kita ke sikap yang membatasi diri dalam
pergaulan, membawa kepada sika untuk mengkotak – kotakkan pergaulan berdasarkan
pertimbangan materi, seperti misalnya yang kaya hanya mau bergaul dengan yang kaya,
akibatnya tidak ada lagi rasa solider dalam kehidupan bersama, masing – masing tampil cuek dan
tidak peduli dengan sekelilingnya. Ada satu cerita di satu pohon kelapa terjadi perdebatan hebat
tentang siapa yang paling berjasa, Daun mengatakan bahwa dirinya yang mempersiapkan dan
memberi makanan bagi pohon itu. Si Batang pohon mengklaim dirinya menopang keberadaan
pohon tersebut, lalu datang si buah yang mengatakan kalau dirinya yang paling berguna dan
bermanfaat untuk kehidupan manusia. Si ranting mengatakan dirinya telah berjasa karena
melalui dia muncullahh kayu – kayu pohon yang banyak. Melihat perdebatan itu, datanglah si
akar pohon kelapa tersebut yang terbenam di bawah tanah menengahi perdebatan itu, si akar
mengatakan kepada semua bagian pohon yang lain kalau semua mereka penting jika bersatu dan
tidak menonjolkan dirinya sendiri, yang akhirnya menghasilkan buah yang berguna, semua
terdiam memikirkan perkataan si akar yang tidak ikut menonjolkan dirinya sekalipun si akar juga
sudah berjasa besar untuk kelangsungan hidup pohon kelapa itu. Bapak/Ibu, inilah gambaran jika
masing – masing orang cenderung menonjolkan diri dan menjadi tinggi hati, masing – masing
akan saling sikut, padahal kalau semua bersatu dan saling menerima justru dapat menghasilkan
hal – hal yang baik dan berguna bagi kehidupan.

Di ayat 17 – 21, Rasul Paulus menasihati jemaat Roma menghadapi orang – orang yang menjadi
musuh mereka, inti yang disampaikan rasul Paulus kepada mereka dalam menghadapi orang –
orang yang menganiaya dan menjatuhkan mereka ialah agar mereka tidak memiliki keinginan
balas dendam kepada orang lain yang telah berbuat jahat, kenapa tidak boleh balas dendam,
setidaknya ada beberapa hal menjelaskan ini: yang pertama, bila kita membalaskan dendam
dengan melakukan kejahatan juga, maka kejahatan itu tidak akan pernah berhenti, terus akan
saling membalas untuk kemudian menambah jumlah orang jahat minimal satu, maka sikap tidk
membalas dendam akan memutus rantai pembalasan dan mendorong terjadinya rekonsiliasi.
Kedua, sikap tidak membalas dendam, dalam arti diam / pasif saja tidak cukup, karena sikap
pasif akan rentan dengan godaan membenci dengan diam – diam/ mengendapkan kekesalan,
maka ketika kita diam untuk tidak membalas dendam harus dibarengi dengan sikap memberkati
orang yang menyakiti kita. Ketiga, sikap membalas dendam adalah bagian dari sikap
penghakiman kepada orang lain, dan rasul Paulus dalam ayat 19 menegaskan jika penghakiman
itu ialah wewenang Allah, rasul Paulus menulis ini nampaknya mengacu pada kitab Ulangan
32:35, yang dikatakan Hak-Kulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang,
sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi
mereka. Kita harus menyadari jika kita sendiri telah melakukan kesalahan kepada Tuhan, kita
berutang kepadaNya, namun kita diampuni dan utang kita dihapusNya, maka kita yang sudah
diampuni oleh Tuhan, masih pantaskah untuk membalas dendam?. Bapak dan Ibu, selain tidak
membalas dendam, rasul Paulus juga mengajak kita untuk mau berdamai dan mau mengampuni
kesalahan orang lain untuk kehidupan yang lebih baik, namun berdamai yang bagaimana? Dalam
ayat ke 18 terdapat kata “sedapat-dapatnya, jika hal itu bergantung kepadamu…”, kenapa diawali
dengan kata “sedapat – dapatnya…”? hal ini untuk menghindari terjadinya damai yang semu,
yang dimaksudkan disini ialah rela berdamai karena tidak mau kompromi dengan situasi yang
tidak menyenangkan dan lebih baik berdamai daripada kita tertekan dan membiarkan pihak lain
tetap dalam dosa dan kejahatannya. Dalam mengusahakan perdamaian harus dibarengi dengan
keadaan dimana setelah berdamai itu semua pihak yang bertikai harus dalam keadaan yang baik
sehingga tercipta kondisi yang baik setelah ada perdamaian, berdamai dengan membiarkan pihak
lain tetap dalam kejahatannya, membiarkan kebenaran dikorbankan demi kedamaian itu
bukanlah damai yang ideal, dan jangan berharap muncul kehidupan yang lebih baik setelah
terjadi perdamaian. Sikap mengampuni tentu harus diwujudkan dalam tindakan nyata, dalam
ayat 20 rasul Paulus menasihatkan sikap terhadap orang yang membenci dan menyakiti kita ialah
dengan tetap mendoakan,menyapa dan menolong mereka, menjadikan musuh kita seperti sahabat
kita, tentu dalam kemanusiaan kita hal ini sangat sulit kita lakukan, karena kalau ada orang yang
kita tidak suka saja lewat depan kita, kita sudah buang muka atau menjauhi dirinya, ada juga
bahkan sudah berdamai pun , karena masih mengingat “luka lama” maka kalau ketemu nggak
pernah menyapa dan masing-masing pura –pura tidak tahu. Tetapi rasul Paulus menuliskan
dalam ayat ke 20 dengan kesediaan kita untuk mendoakan/menyapa/menolong musuh kita,
menjadikan mereka sebagai teman/sahabat kita, akan menghasilkan sesuatu perubahan yang
besar di dalam diri orang yang bertikai dengan kita, membuat dia menyesal atas perbuatannya
dan merasa malu telah melakukannya, Paulus menggambarkan perubahan itu dalam teks
“………….menumpukkan bara api diatas kepalanya”, teks ini mengacu kepada Amsal 25: 21 –
22, kenapa Paulus mengambil gambaran ini? . Ini mungkin terkait dengan kebiasaan orang Mesir
di zaman dahulu, yakni bilamana seseorang menunjukkan penyesalan dan pertobatan atas
tindakannya, maka ia akan membawa panci di kepalanya yang berisi arang yang menyala dan
berjalan di hadapan umum. Jadi peribahasa yang ditulis Paulus itu dimaksudkan sebuah tindakan
penyesalan yang mendorong dia untuk berubah dari tadinya membenci menjadi mengasihi. Maka
cara terbaik untuk menyingkirkan musuh adalah dengan membuat mereka sebagai teman.
Hendaklah kita selalu memiliki prinsip: musuh satu orang terlalu banyak dan teman seribu orang
terlalu sedikit. Memang dalam hal ini biasanya suara kemanusiaan kita akan mengatakan kalau
harga diri kita dipertaruhkan, karena kita harus menjadikan musuh kita sebagai teman kita,
namun itu satu – satunya cara terampuh yang dapat membuat kasih itu berdampak kepada orang
lain, sebagaimana Paulus katakan dalam ayat 21 agar kita tidak kalah oleh kejahatan tetapi
mengalahkan kejahatan itu dengan kebaikan, hanya satu disebut yaitu: kebaikan. Kebaikan yang
terwujud dalam sikap hidup mau berdamai,mengampuni musuh kita lalu menjadikan mereka
sebagai teman, dan itu akan terwujud jika kita mau komitmen mengubah sikap kita untuk
mengalahkan kejahatan dengan kebaikan, ada sebuah cerita yang ditulis oleh dr.Yang Jwing
Ming seorang pakar seni bela diri tiongkok yang disebut Tai Chi, ada seorang perempuan
bernama Li-Li menikah dan bersama suami tinggal bersama ibu mertuanya, Li-Li ini sering
berlawanan dengan ibu mertuanya, keduanya memiliki kepribadian yang berbeda, hari berlalu,
Li-Li dan ibu mertuanya kerap bertengkar dan yang membuat situasi semakin sulit bagi Li-Li
ialah bahwa sesuai tradisi Tiongkok, Li-Li harus tunduk kepada ibu mertuanya, Li-Li pun tidak
tahan lagi dan dia berniat melakukan sesuatu untuk menyelesaikan ini. Kemudian, Li – Li pergi
ke seorang teman baik ayahnya, Bapak Huang adalah penjual ramuan tradisional, dia bercerita
mengenai masalahnya dan singkat kata meminta sebuah racun untuk diberikan kepada ibu
mertuanya itu. Tuan Huang berkata:”Li-Li, saya akan membantu, tetapi tolong dengarkan apa
yang saya katakan dan lakukan yang saya katakan itu”. Tuan Huang pergi ke belakang dan
kembali menjumpai Li-Li dengan membawa sebuah paket berisi ramuan. Dia berkata kepada Li-
Li “kamu tidak boleh menggunakan racun yang bekerja dengan cepat, karena akan menimbulkan
kecurigaan, karena itu saya memberikan beberapa ramuan racun yang akan bekerja dengan
lambat untuk ibu mertuamu. Kamu harus memasak makanan daging babi dan ayam yang sangat
enak, lalu masukkan sedikit saja dari ramuan ini. Untuk menghilangkan kecurigaan kalau dia
meninggal, kamu harus berhati – hati dalam tindakanmu, kamu harus menjadi baik dengan ibu
mertuamu, jangan bertengkar lagi, dengarkan keinginannya dan perlakukan dia seperti ratu.”,
minggu dan bulan berlalu, Li-Li terus konsisten melakukan apa yang diperintahkan tuan Huang
kepadanya, setelah 6 bulan segalanya berubah, Li-Li memperlakukan ibu mertuanya dengan
sangat hormat dan tidak ada lagi kekakuan, bahkan ibu mertua Li-Li sampai menceritakan
kepada teman – temannya dan anggota keluarga lain kalau Li-Li ada seorang menantu yang
terbaik, ternyata sekarang Li-Li dan ibu mertuanya bisa hidup berdampingan dengan baik.
Melihat perubahan itu, Li-Li kembali ke tuan Huang dan dia berkata: “ bisakah anda
memberikan ramuan anti-racun supaya ibu mertua saya tidak meninggal?, dia telah menjadi ibu
mertua yang menyenangkan, dan saya sangat mengasihinya seperti ibu saya sendiri, saya tidak
ingin dia meninggal dunia karena racun itu.”, mendengar itu, tuan Huang tersenyum dan
berkata:” Li-Li, jangan kuatir, saya tidak pernah memberi racun kepadamu, saya sebenarnya
memberikan ramuan kesehatan kepada ibu mertuamu, satu-satunya racun itu ada di dalam
jiwamu dengan perlakuanmu terhadapnya, tetapi itu telah dihapus melalui kasih yang engkau
berikan kepadanya. Dari cerita ini kita belajar bahwa kasih itu akan berdampak jika kita sendiri
mulai mengubah diri kita untuk berkomitmen melakukan kebaikan, perubahan yang terjadi pada
kehidupan Li-Li dimulai ketika Li-Li mau mengubah dirinya, ia buang racun yang justru ada di
dalam dirinya, maka jika kita ingin berdamai dengan orang lain, mulailah dari mengubah diri kita
dahulu.
Mengakhiri khotbah ini ada dua pesan yang hendak disampaikan sebagai oleh – oleh kepada kita:
1. Nyatakanlah kasih dalam kehidupan sehari – hari, karena kasih ialah identitas kita
sebagai pengikut Kristus.
Allah adalah kasih dan Dia sudah tunjukkan kasihNya kepada kita melalui pengorbanan
Yesus Kristus untuk keselamatan kita (Yoh.3:16), maka sebagai pengikut Kristus juga
umat Allah, kita juga harus memiliki dan melakukan sikap itu dalam kehidupan
keseharian kita, dan lewat tulisan rasul Paulus ini kita telah menemukan setidaknya 17
kalimat perintah untuk mengamalkan kasih itu dalam kehidupan sehari – hari. Dan Kasih
itu mendatangkan kebaikan karena sebagaimana yang dikatakan dalam I Petrus 4: 8
bahwa kasih menutupi banyak sekali dosa.
2. Akan tiba saatnya kita bisa melewati pergumulan kita saat ini jika kita konsiten
melakukan kasih.
“Gusti Ora Sare”, “Tuhan Tidak Pernah Tidur”, pernyataan iman ini menjadi penguatan
seorang Ahok ketika ia ada didalam penjara saat ini, Ahok meyakini bahwa Tuhan punya
rencana yang indah dan terus bekerja dalam kehidupannya yang sedang dilanda
pergumulan, kepada jemaat Karang Bahagia, saya juga mau menyatakan “Tuhan kita
tidak tidur”, Dia melihat yang kita alami dan rasakan, pergumulan gereja kita ada dalam
sepengetahuannya, dan dimana gereja berdiri disitu ada nama Tuhan dimuliakan, maka
saya yakin gereja HKBP Karang Bahagia yang sebentar lagi akan menginjak 1 tahun ini,
adalah bagian dari rencana Tuhan agar namaNya terus dimuliakan secara khusus di
lingkungan terdekat kita yaitu bekasi ini, epistel kita minggu lalu menyatakan bahwa
Kristus adalah batu penjuru Gereja, dan karena Ia Batu Pejuru Gereja maka kuasa mana
pun tidak akan mampu melumpuhkan dan mematikan gerejaNya , Kristus juga yang
mendirikan gereja kita HKBP Karang Bahagia ini dan dia melindungi gereja ini dengan
semua ruasnya yang ada di HKBP Karang Bahagia ini, maka yakinlah bapak/ibu, saat ini
Tuhan sedang bekerja bagi kita, sekali pun tempat ibadah kita ditutup, ada larangan untuk
menjalankan ibadah, dengan kuasa Tuhan, mari kita terus dengan roh yang menyala –
nyala menumbuhkan gereja kita ini, mari semua jemaat HKBP Karang Bahagia untuk
kita mencintai gereja kita ini, kita bangun persekutuan yang terus bertumbuh dan
menjadikan gereja kita ini berdampak bagi sekitar kita, dan itu semua akan terlaksana jika
kita sebagai jemaatnya terus konsisten melakukan kasih, baik itu kasih kepada kita
sebagai sesama ruas maupun kasih kepada orang lain bahkan terlebih lagi kasih kepada
orang – orang yang telah menutup tempat ibadah kita dan juga orang – orang yang tidak
menyukai kita untuk beribadah. Janganlah kita terprovokasi untuk membalas tindakan
kejahatan orang yang telah menutup gereja kita dan melarang beribadah dengan
kejahatan kita, tetapi teruslah mendoakan mereka, agar kuasa Tuhan melawat dan
mengubahkan mereka sembari juga kita membangun sikap kasih yang tulus kepada
tetangga – tetangga disekitar gereja kita,dan nanti akan memberi dampak yang positif
bagi kita. Tuhan kiranya memberkati seluruh ruas HKBP Karang Bahagia ini dan gereja
ini kiranya diberkati dapat terus bertumbuh dan berkembang dan menjadi berkat bagi
lingkungannya. Amin.

Anda mungkin juga menyukai