Anda di halaman 1dari 3

Shalom, selamat siang rekan2 yang sama dikasihi oleh Tuhan kita Yesus Kristus.

Perikop
pembacaan kita hari ini diberi judul "jangan menghakimi". Menghakimi/penghakiman, ini
merupakan kata2 yang sudah sangat akrab ditelinga kita, bahkan tanpa kita sadari, hal tersebut
sudah menjadi hal yang tabuh yang seringkali ada didalam kehidupan keseharian kita.
Berkaitan tentang hal tersebut, seperti biasanya saya mau bertanya kepada teman2, jadi harus
dijawab dengan jujur, istilahnya kalo orang sipulung bilang, jangan ba solo'2.

Pertanyaannya teman2 : Apa respon teman2 ketika mendapati seseorang yang kita kenal atau
mungkin teman kita yang malas atau jarang ke gereja. Atau mungkin ketika ada teman kita
yang enggan untuk ikut terlibat dalam persekutuan, baik dalam kegiatan2 ataupun pelayanan.
Bagaimana responnya teman2 akan hal tersebut? Apakah biasa2 saja, atau mungkin langsung
terbenak pemikiran yang mengarah kepada perilaku menghakimi? Sayapun juga kalau
diperhadapkan dengan pertanyaan tersebut, seringkali secara tidak sadar pasti memiliki
perasaan yang mengarah kepada perilaku menghakimi orang tersebut. Contohnya mungkin
berkata "ah ini orang berdosa betul, tdk pernah pergi kegereja, kalau acara dero laju" misalnya.

Contoh yang sering terjadi juga, ketika kita sedang naik motor trus berpapasan dengan teman
kita, kita sapa tapi dia tidak merespon sapaan kita. Pastinya kita merasa jengkel apalagi kalau
ada orang yg liat kan pasti malu itu. Mendapati hal tersebut pasti yang ada dipikiran kita
"sombong skali ini orang, nanjodi, bagaya".
Padahal belum tentu apa yang kita pikirkan mengenai orang tersebut itu benar, bisa jadi teman
kita itu sedang terburu2 atau mungkin fokus berkendara sehingga tidak menyadari sapaan
tersebut. Sekalipun juga dia memang enggan untuk menyapa balik, tetapi tetap saja kita tidak
diperbolehkan untuk menghakimi sesama baik itu dari pemikiran maupun tutur kata kita. Karena
kembali lagi ke pembacaan tadi, pada ayatnya yang ke 4, bahwasanya siapakah kita yang
hendak menghakimi ataupun menghina sesama kita? Poin tersebut sangat jelas memberi
penekanan bahwasanya kita sesama manusia tidak memiliki kuasa ataupun wewenang untuk
saling menghakimi.

Nah jadi itu merupakan salah satu kecenderungan manusia berdosa, yang selalu merasa diri
paling benar. Sehingga seringkali tidak dapat menghindar dari godaan untuk merendahkan
orang lain. Dan lebih parahnya, hal ini sudah mengakar dalam kehidupan keseharian kita. Ada
hal2 sepele sedikit saja yang tidak sesuai dengan pemikiran atau tolak ukur mengenai suatu
kebenaran berdasarkan pengetahuan atau pengalaman kita, pasti sudah muncul pikiran2 yang
mengarah kepada perilaku menghakimi.

Apalagi, ada istilah2 yang sempat viral lalu, yaitu kata2 atau istilah "sipaling". Walaupun kesan
dari istilah ini hanya bercandaan, tapi mengarah kepada perilaku menghakimi dan mungkin juga
seringkali ada yang menggunakan candaan ini menjadi hal yang serius. Contohnya ketika ada
orang yang rajin ibadah dan pelayanan, trus ada mungkin yg tdk suka dengan orang tersebut,
disinggung sdh dengan kata2 sipaling. Misalnya lagi kaka lobo dipanggil2 sipaling bucin, karena
suka ba status2 hasil skrinsut chat romantisnya dengan ceweknya. Istilahnya dunia serasa milik
berdua, yang lain cuma ba kos.
Oke, kita kembali ke konteks pembacaan kita. Nah, dalam perikop pembacaan kita saat ini
berisi tentang nasihat rasul paulus kepada orang percaya di Roma. Dimana pada saat itu terjadi
suatu perbedaan pandangan dalam memahami iman mereka. Dengan adanya perbedaan
pandangan tersebut, muncullah 2 kelompok atau golongan. Ada yang disebut dengan golongan
"lemah iman", dan yang satunya disebut sebagai golongan "kuat iman". Adapun hal yang
berkembang pada saat itu adalah orang2 berlomba saling mencari kesalahan orang lain,
sehingga mereka menghujat orang tersebut dengan pandangan bahwasanya mereka jauh lebih
baik daripada yang lainnya.

Adapun perbedaan pandangan yang terjadi di Roma pada saat itu meliputi 2 hal. Kita bisa lihat
ayatnya yang ke 2 dan ke 5. Saya akan membacakan untuk teman2 skalian….
Jadi kedua ayat tersebut 2 pandangan yang berbeda. Ayat ke 2 disitu menggambarkan
perbedaan pandangan akan makanan yang mereka konsumsi harus disesuaikan dengan
tingkat keimanan mereka. Dimana mereka meyakini bahwa hanya orang2 yang memiliki iman
yang kuat yang boleh makan segala jenis makanan yang ada pada saat itu, sedangkan
kelompok ataupun orang2 yang yang lemah imannya hanya boleh memakan sayur2an saja.
Pada ayat ke 5, disitu rasul paulus menggambarkan perbedaan pandangan akan hari2 yang
penting. Dimana golongan yang 1 menganggap ada hari2 yang menurut mereka sakral, dan
golongan yang lainnya menganggap bahwa semua hari itu sama saja, tidak ada hari yang
sakral menurut golongan ini. Ini merupakan pandangan yang mutlak berdasarkan pemikiran
orang2 di Roma pada saat itu. Jadi ke 2 hal tersebut yang melatarbelakangi adanya kedua
golongan tersebut dengan pandangan yang berbeda. Yang golongan kuat iman ini merasa diri
benar, sehingga mereka berpikir bahwa mereka berhak atau memiliki kuasa untuk menghakimi
ataupun menyalahkan kelompok yang satunya.

Seperti halnya mungkin dalam lingkup persekutuan kita, ketika ada pertemuan/rapat2 untuk
membahas atau mendiskusikan sesuatu. Didalamnya pasti kita akan selalu menemukan
perbedaan pendapat atau pandangan dengan org lain, dan ketika mendapati hal ini terjadi
dalam diri kita, sadar atau tidak sadar kita merasa pandangan ataupun pendapat kita seolah2
yang paling benar, sehingga sangat mudah bagi kita untuk menyalahkan pendapat orang lain.
Sekalipun mungkin hal tersebut tidak secara langsung keluar dari mulut kita, dalam artian
mungkin hanya melalui pemikiran kita "oh salah yang dia blg ini, harusnya begini, begini …" itu
tetap sama saja.
Nah maka dari itu, untuk menyikapi perbedaan tersebut, rasul paulus menekankan bahwasanya
perbedaan itu pasti selalu ada tetapi jangan kiranya perbedaan itu membuat saling merasa
paling benar lalu menghakimi orang lain. Sebab setiap orang berdosa dan sama2
membutuhkan pengampunan dari Tuhan.

Yang terpenting yang perlu dilakukan adalah memahami bahwa hidup kita manusia adalah
hidup yang dibenarkan melalui Kristus, sehingga semestinya hidup dijalani dan dinikmati dalam
iman yang benar bahwa baik hidup maupun mati kita hidup untuk Tuhan dan mati didalam
Tuhan (ayat 8). Fokus utama dalam hidup kita adalah untuk memuliakan Tuhan.
Rekan pemuda yang dikasihi Tuhan, kita sebenarnya tidak punya hak untuk menghakimi,
menghina dan membanding2kan diri kita dengan orang lain, karena Tuhan telah menerima kita.
Tidak ada alasan untuk tidak menerima satu sama lain, meskipun dengan alasan ada
perbedaan. Jika Kristus saja menerima kita yang berdosa, maka kita pun diajak untuk
menerima dan menghargai sesama kita. Kita perlu membangun kesadaran bahwa setiap orang
masing2 memiliki kelebihan dan kekurangan. Kita harus menerima kelebihan orang lain sebagai
pemberian Tuhan bagi orang tersebut, bukan menjadikan sebagai saingan sehingga kita iri hati
dengan orang tersebut. Kita juga belajar menerima kekurangan orang lain, bukan menghina
atau menganggap remeh orang tersebut sehingga membuat kita menjadi orang yang sombong,
Sebab kitapun juga memiliki kekurangan. Semua orang rapuh karena dosa dan hanya karena
belas kasihan Allah kita direngkuh dan diselamatkan.

Kiranya roh Kudus dapat terus memampukan kita untuk lebih jauh memahami akan Firman
Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai