"Berteman jangan suka milih-milih." Kata-kata itu tepat untuk orang yang sombong yang hanya
mau bergaul dengan orang yang ia pikir selevel dengan dia. Tapi sejatinya kata-kata itu tidak
sepenuhnya benar. Kita juga harus menyeleksi teman bergaul. Hanya kriterianya yang harus
tepat. Jangan gunakan kriteria yang menjerumuskan kita menjadi orang yang sombong dan tidak
baik. Tapi gunakan kriteria yang akan membuat kita menjadi anak yang baik.
Sombong kalau kriteria teman kita adalah anak orang kaya saja (udah sombong, matre pula).
Sombong kalau kriteria teman kita itu yang ganteng atau cantik saja. Intinya, kalau kita
mengambil standar duniawi sebagai teman, maka kita bisa termasuk sombong. Dalam hadits,
Rasulullah mendefinisikan sombong sebagai merendahkan manusia. "Sombong adalah menolak
kebenaran dan meremehkan manusia." (HR. Muslim)
Memang pertemanan itu ada tingkatan-tingkatannya. Ada yang hanya kenalan. Ada yang teman
biasa seperti teman kelas, teman les. Ada juga teman yang lumayan dekat yang kita sering
berinteraksi dengannya, ini yang disebut teman bergaul. Dan ada juga yang lebih dekat lagi yang
kita sebut sebagai sahabat. Dalam berteman, jangan sampai kita merendahkan orang lain.
Janganlah kita hanya mau punya teman bergaul dari orang-orang yang kita pilih berlandaskan
keduniaan dan menghindari pergaulan dengan orang lain karena kita meremehkan orang
tersebut.
Bagaimana kriteria yang menjadikan kita anak yang baik? Pastinya, kriteria yang berdasarkan
pada kebaikan. Maksudnya, kita memilih teman bergaul yang kita sering berinteraksi dengan
mereka dari kalangan orang-orang yang berakhlak baik, sholeh, rajin belajar, gemar menabung,
suka menjahit dan memasak... Ups kebanyakan...
Pergaulan itu bisa menularkan perilaku seseorang kepada temannya. Tak sedikit anak baik-baik
yang terjerat narkoba hanya karena salah memilih pergaulan. Seorang anak dari keluarga yang
tidak merokok bisa jadi perokok karena bergaul dengan teman-teman perokok. Dan
sebagaimana watak buruk itu menular, watak baik pun bisa menyebar melalui pergaulan. Itulah
makanya Rasulullah berpesan untuk memperhatikan teman bergaul.
Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan
berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak
misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman
dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar,
minimal engkau dapat baunya yang tidak enak. (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)
Dalam menjelaskan hadits ini Imam An-Nawawi berkata, Hadits ini berbicara tentang keutamaan
bergaul dengan orang-orang yang soleh, pelaku kebaikan, tata krama, akhlak mulia, wara,
berilmu, dan mempunyai sopan santun. Sebaliknya, hadits ini melarang kita bergaul dengan
pelaku kejahatan, pembuat bidah, suka menggunjing, berbuat dosa, dan sikap tidak terpuji
lainnya.
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda: Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya.
Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian. (HR. Abu Daud no.
4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah)
Imam Al Ghozali rahimahullah mengatakan, Bersahabat dan bergaul dengan orang-orang yang
pelit, akan mengakibatkan kita tertular pelitnya. Sedangkan bersahabat dengan orang yang
zuhud, membuat kita juga ikut zuhud dalam masalah dunia. Karena memang asalnya seseorang
akan mencontoh teman dekatnya. (Tuhfatul Ahwadzi, 7/42)
Kalau di sekolah ada ekstrakurikuler Rohani Islam, inilah kumpulan anak-anak sholeh yang
sangat direkomendasikan jadi teman bergaul kita. Banyak sifat baik di komunitas ini yang bisa
tertular pada kita.
Ali bin Abi Thalib ra berkata, Hati-hatilah kalian dalam memilih teman, sesungguhnya teman
adalah bekal di dunia dan akhirat.
sumber; islamedia
Kita sudah familiar dengan sebuah Hadits Rasul tentang sepotong daging bernama 'hati' . qolb
(membalik) yang bilamana ia terpelihara kebersihannya akan membuat perilaku yang terpancar
akan penuh dengan segala kebaikan
Hal ini tiada lain karena orang yang memelihara kebersihan hati akan selalu merasakan manfaat
atau hikmah dari segala sesuatu yang dilihat dan diamatinya. Jika ia sudah merasakan manfaat
bersih bagi kehidupannya maka ia berupaya mempertahankan gaya hidupnya tetap dalam
keadaan bersih. Bagaimana cara mendapatkan hati yang bersih?
Tentunya dengan memelihara kebersihan batin, diantaranya dengan jalan : 1. Menjaga niat di
hati apabila hendak melakukan sesuatu, apapun bentuknya. 2. Tidak akan ada perilaku jahat
atau kriminal apabila niat yang dibangun sebelum melakukan sesuatu itu terjaga kebersihannya.
Adakah perilaku buruk yang dilandasi niat bersih? Tidak ada, kecuali mungkin jika ada kesalahan
penafsiran pada orang yang menilainya. Akan tetapi jika demikian maka yang kemudian perlu
diperhatikan lagi adalah apakah penyampaiannya juga dengan cara yg bersih, baik?3. Selain
menjaga niat, kebersihan hati juga bisa diperoleh dengan cara menjaga lintasan dan isi hati.
Manusiawi memang apabila kita memiliki lintasan hati yang tidak sesuai dengan keinginan nurani
kita atau lintasan hati yang kotor. Akan tetapi apakah kemudian ditindaklanjuti dengan perilaku
atau bahkan imajinasi lain atau tidak? Karena inilah yang akan menentukan terjaga tidaknya
kebersihan hati kita. 4. Menjaga perkataan atau lisan dari ghibah, naminah dan sebagainya.
Interaksi dengan banyak orang memungkinkan terjadinya secara sengaja atau tidak, ghibah atau
naminah. Kecuali kita sendiri yang menjaga agar terhindar dari situasi seperti itu dengan jalan
mengingatkan rekan-rekan kita, atau meninggalkan mereka.5. Menjaga mata dan telinga, tidak
cuma kebersihan lahirnya yang kita pelihara akan tetapi fungsinya sendiri yang juga ikut dijaga
sehingga pandangan dan pendengaran pun terpelihara.
6. Menjaga perut. Maksudnya adalah dengan menjaga makanan dan minuman yang masuk ke
dalam perut terpelihara kehalalannya. Karena seperti diriwayatkan dalam sebuah hadits jikalau
makan dan minum yang haram maka ibadah kita akan tertolak selama 40 hari.Wallahu'alam
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang
Jika kalian bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepada
kalian furqan (pembeda antara yang hak dan yang batil, atau pertolongan. QS.
Al Baqarah : 282.
Dan barang siapa dihinakan Allah, maka tidak seorang pun dapat
memuliakannya. QS. Al Hajj : 18.
Dan Dia menjadikan untuk kalian cahaya yang dengannya kalian dapat
berjalan. QS. Al Hadiid : 28.
Membaca sejarah hidup (kehidupan dan praktek amal ibadah) orang-orang arifin,
saya senantiasa bertanya dalam hati, bisakah saya juga mencapai tingkat
ketinggian amal ibadah demi merasakan manisnya iman Islam?
Pertanyaan ini sudah tentu bukan hanya milik saya pribadi, tapi pasti menjadi
milik semua orang yang meyakini dan mengikuti kebenaran ajaran dari kerasulan
Muhammad SAW.
Keyakinan diri bahwa kita mampu meraih derajat taqwa yg sesungguhnya, harus
terpatri erat di hati. Dan bukan hanya sekedar keinginan yang jauh dari upaya
mendapatkannya. Sebab janji Allah adalah pasti, akan menolong hambahambaNYA yang belajar dengan sungguh-sungguh untuk mengenalNYA.
Mengikuti pendapat kaum arifin dan alim ulama, saya memahami bahwa semua
amal ibadah yang diserap dari Al Quran dan Sunnah Rasul, seperti shuhbah,
zikir, khalwat, dan lain-lain. Dilihat dari tempat dan bentuknya, amalan-amalan
ini tergolong amalan badaniah. Tapi bila dilihat dari esensi jiwanya adalah
tergolong sebagai amalan batiniah.
Semua amalan itu yang telah lebih dulu dilalui dengan ibadah-ibadah wajib
(sholat, zakat, haji) adalah ditujukan dengan maksud untuk sampai kepada
Allah. Olehnya, maksud sampai kepada Allah mestinya dipahami sebagai,
pemahaman pengetahuan yang sesungguhnya mengenai Allah.
Dan kunci dari semua amal ibadah kepada Allah adalah kebersihan hati dan
kehalusan budi pekerti.
Inilah bagian-bagian isi buku itu yang saya nilai sangat penting untuk diketahui
kaum muslimin, yang sebagian saya bahasakan dalam bahasa saya:
1. TOBAT
Tobat merupakan prinsip pokok dalam kegiatan spiritual mencapai derajat Ihsan.
Tobat adalah kesadaran untuk kembali (meninggalkan) sesuatu yang tercela
dalam pandangan syariat.
Ada tiga syarat tobat yang harus dipenuhi oleh orang yang mau bertobat:
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. QS. An Nuur : 31.
Kemudian Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya.
Sesungguhnya Allah-lah Yang maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. QS.
At Taubah : 118.
Setiap orang yang selalu mengoreksi kehidupan dirinya, berarti dia akan selalu
hati-hati untuk tidak terjerumus dalam perbuatan yang batil. Dan ia akan selalu
mengenal derajat perbuatan baiknya. Dia akan takut berbuat kebatilan karena
kecintaannya yang tulus kepada Allah.
Orang pintar adalah orang yang selalu mencela hawa nafsunya dan beramal
untuk bekal sesudah mati. Dan orang yang lemah adalah orang yang selalu
menurutkan hawa nafsunya dan berangan-angan terhadap Allah. HR. Tirmidzi.
Imam al Ghazali berkata, ketahuilah bahwa hakikat dari khauf adalah kepedihan
dan terbakarnya hati karena memperkirakan akan tertimpa sesuatu yg tidak
menyenangkan di masa yang akan datang.
Khauf kepada Allah kadang timbul karena perbuatan dosa. Dan kadang juga
seseorang mengetahui sifat-sifat Allah, yang mengharuskannya taku kepada
Allah.
Khauf bisa saja terwujud dalam sedu sedan tangisan dari orang yang bisa
mengukur akibat dari perbuatannya (khilaf dan salah), sehingga dia termotivasi
untuk menunaikan kewajiban-kewajibannya kepada Allah.
4. RAJAA (Pengharapan)
Ahmad Zaruq mengartikan rajaa sebagai kepercayaan atas karunia Allah yang
dibuktikan dengan amal. Kalau bukan demikian adalah keterperdayaan diri.
Orang yang mengharap dan menvari rahmat Allah harus selalu berusaha
sungguh-sungguh dan ber-ijtihad (pencurahan segenap kemampuan untuk
mendapatkan sesuatu) dengan penuh ketulusan dan keikhlasan sampai dia
memperoleh apa yang dicita-citakannya.
Demi Zat yang jiwaku berada di tangan-NYA, seandainya kalian tidak berbuat
dosa, niscaya Allah melenyapkan kalian dan mendatangkan kaum yang berbuat
dosa, lalu mereka memohon ampun kepada Allah, dan Allah pun memberi
ampun kepada mereka. HR. Muslim.
Dan orang yang lemah adalah orang yang selalu menurutkan hawa nafsunya
dan berangan-angan terhadap Allah. HR. Tirmidzi.
5. SHIDDIIQ (Jujur)
Di dalam sifat shiddiiq terdapat sifat tulus, ikhlas, dan sabar. Bila ketiga sifat itu
tidak ada, maka seseorang belum bisa mengatakan dirinya atau disebut sebagai
orang yang jujur. Ketiga sifat ini juga menjadi basis utama seseorang melakukan
amal ibadahnya kepada Allah.
Dalam kitab Syarh Riyaadh ash Shaalihiin Muhammad ibn Allan ash Shiddiqi
menyebutkan, kata shiddiiq artinya keselarasan antara yang tersembunyi dan
yang tampak, atau keselarasan antara yang lahir dan yang batin. Artinya
seorang hamba tidak mendustakan perbuatannya, dan perbuatannya tidak
mendustakan ahwal (keadaan).
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin , orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. QS. An Nisaa : 69.
Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang
telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan
di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah
(janjinya). QS. Al Ahzaab : 23.
Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).
Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau
mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka. QS. Muhammad : 21.
6. IKHLAS
Abu Qasim al Qusairiyyah dalam risalahnya berkata, Ikhlas adalah meng-Esakan Allah dalam mengerjakan ketaatan dengan sengaja. yaitu melakukan
ketaatan semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah tanpa tendensi lain.
Bisa juga dikatakan sebagai memurnikan perbuatan dari pandangan makhluk.
dapat mencatatnya, tidak diketahui oleh setah sehingga dia tidak dapat
merusaknya, dan tidak pula diketahui oleh hawa nafsu sehingga dia tidak dapat
memalingkannya.
Fudhail ibn Iyadh dalam risalah Qusairiyyah berkata, Meninggalkan amal karena
manusia adalah riyaa (melihat selain Allah), dan mengerjakan amal karena
manusia adalah syirik (menyekutukan Allah). Sedangkan ikhlas adalah jika
engkau dijaga oleh Allah dari keduanya (riyaa dan syirik).
Pentingnya sikap ikhlas dalam melakukan amal ibadah, hingga Rasulullah SAW
telah menamakan sikap pamer mempertunjukan amal ibadah dengan tujuan
menyombongkan diri kepada sesama manusi sebagai syirik kecil atau syirik
hati.
Katakanlah: Hanya Allah saja Yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agamaku. QS. Az Zumar : 14.
Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal, kecuali jika dikerjakan dengan
ikhlas semata-mata untuk-NYA dan mencari ridha-NYA. HR. Abu Daud dan Nasai.
Sesungguhnya Allah tidak akan melihat jasad dan bentuk tubuh kalian. Akan
tetapi, Allah akan melihat hati (keikhlasan niat) kalian. HR. Muslim.
Dari Syadad ibn Aus RA bahwa dia pernah mendengar Rasulullah SAW berkata,
Barang siapa berpuasa karena pamer, maka dia telah berbuat syirik.
Barangsiapa shalat karena pamer, maka dia telah berbuat syirik. Barang siapa
berzakat karena pamer, maka dia telah berbuat syirik. HR. Baihaqi.
7. SABAR
Menurut Dzunnun al Misri dalam kitab Syarh Riyaadh ash Shaalihiin, Sabar
adalah menghindarkan diri dari hal-hal yang menyimpang, tetap tenag sewaktu
tertimpa suatu ujian dan menampakkan kekayaan (kebahagiaan) di kala ditimpa
kefakiran (kesedihan) dalam kehidupan.
Sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah adalah istiqomah (tetap berada
di atas jalan kebenaran yang lurus) dalam menjalankan syariat Allah,
membiasakan diri untuk menjalankan segala ibadah (baik yang berkaitan dengan
hati, jasmani, dan harta) sesuai kemampuan, melakukan amar maruf nahi
munkar, dan bersabar terhadap aneka macam cobaab yang menimpa.
Iman
Amal saleh
Nasehat menasehati dalam kebaikan, dan
Bersabar dalam melakukan semua itu.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik
dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah). QS. Luqman : 17.
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillaahi wa innaa ilaihi raajiuun.
Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan
mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. QS. Al
Baqarah : 155 157.
Apabila disegerakan bagi seorang hamba suatu kedudukan dari Allah yang tidak
diperolehnya karena amalnya, niscaya Allah akan mengujinya dalam dirinya,
keluarganya dan hartanya, lalu Allah menjadikannya bersabar atas ujian itu,
sehingga dia memperoleh kedudukan yang disegerakan baginya itu dari Allah.
HR. Abu Daud.
Dalam kitab Daliil al Faaliihiin Syarh Riyadh ash Shaalihiin, Muhammad ibn
Allan ash Shidiqi mengatakan, Wara adalah meninggalkan apa-apa yang boleh
(syubhat) untuk menghindarkan apa-apa yang tidak boleh.
Sedangkan Ibnu Ujaibah mengartikan wara sebagai menahan diri dari berbuat
sesuatu yang dampaknya makruh (Suatu ketentuan larangan yang lebih baik
tidak dikerjakan dari pada dilakukan).
Sesungguhnya yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas. Dan diantara
keduanya terdapat hal-hal yang syubhat yang tidak diketahui oleh kebanyakan
orang. Barang siapa meninggalkan hal-hal tersebut, maka dia telah memelihara
agama dan kehormatannya. Dan barang siapa jatuh ke dalamnya, maka dia akan
jatuh ke dalam hal-hal yang haram HR. Bukhari.
Keutamaan ilmu adalah lebih baik dari keutamaan ibadah. Dan sebaik-baiknya
keber-agama-an adalah sifat wara. HR. Thabarani.
Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang
pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah. QS. Faathir : 5.
Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan
sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka
mengetahui. QS. Al Ankabuut : 64.
Sesungguhnya dunia itu sangatlah indah dan hijau. Dan sesungguhnya Allah
menjadikan kalian sebagai khalifah (pemimpin) di dalamnya, supaya Dia lihat
bagaimana kalian mempergunakannya. Maka berhati-hatilah terhadap dunia dan
berhati-hatilah terhadap wanita. HR. Muslim.
Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dam menyianyiakan harta. Akan tetapi zuhud terhadap dunia adalah, engkau lebih percaya
pada apa-apa yang ada di sisi Allah daripada apa-apa yang ada di tanganmu dan
pahala musibah yang menimpamu membuatmu lebih suka seandainya dia terus
menimpamu. HR. Tirmidzi. Hadist ini ghariib (hadits yang hanya diriwayatkan
oleh seorang perawi secara sendiri).
Ridha adalah sebuah kondisi hati. Bila seorang mukmin dapat merealisasiknnya
di dalam kehidupannya, maka dia mampu menerima semua kejadian yang
menimpanya dan berbagai macam bencana di dunia dengan iman yang mantap,
jiwa yang tenteram dan hati yang tenang.
Ridha adalah kondisi hati (iman) yang lebih tinggi dibanding sabar. Sebab ridha
merupakan kepasrahan jiwa yang membawa seorang mukmin untuk mencintai
segala yang diridhai Allah.
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia
tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia
meridhai bagimu kesyukuranmu itu. QS. Az Zumar : 7.
Salah satu kebahagiaan anak Adam adalah ridha-NYA atas apa yang telah
ditakdirkan Allah kepadanya. Dan salah satu kesengsaraan anak Adam adalah
Barang siapa mengucapkan di waktu pagi dan sore hari, kami ridha kepada
Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul,
sungguh Allah akan meridhainya. HR. Abu Daud dan Tirmidzi.
Abu Said al Kharraz dalam kitabnya Ath Thariiq illaah mengatakan, Tawakal
adalah percaya kepada Allah, bergantung kepada-Nya dan tenteram terhadapNya dalam menerima segala ketentuan-Nya, serta menghilangkan kegelisahan
dari dalam hati terhadap perkara duniawi, rezeki, dan semua urusan yang
penentuannya adalah Allah.
Tidak ada pertentangan antara tawakal kepada Allah dengan bekerja dan
berusaha. Tempat tawakal adalah hati (niat) dan tempat bekerja dan berusaha
adalah anggota badan lain. Berusaha dan bekerja secara sungguh-sungguh
dengan niat ibadah kepada Allah adalah sesungguhnya makna tawakal dalam
Islam. dan bukan hanya tawakal tanpa berusaha dan bekerja.
Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar
orang yang beriman. QS. Al Maaidah : 23.
Para ulama sepakat untuk memberi arti syukur adalah Kesinambungan hati
untuk mencintai Allah Sang Pemberi nikmat, kesinambungan anggota badan
untuk menaati-Nya, dan kesinambungan lisan untuk mengingat dan memujiNya.
Ibnu Ujaibah dalam kitabnya mengatakan, Syukur adalah kebahagiaan hati atas
nikmat yang diperoleh, dibarengi dengan pengerahan seluruh anggota tubuh
supaya taat kepada Sang Pemberi nikmat, dan pengakuan atas segala nikmat
yang diberi-Nya dengan rendah hati.
Tidak hanya syukur kepada nikmat kepemilikan ilmu dan harta saja, kepemilikan
anggota-anggota badan pun harus disyukuri sesuai tujuan penciptaannya.
Sedangkan syukur tertinggi harus diberikan kepada Allah atas nikmat iman dan
Islam yang telah dimiliki.
Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian,
niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan
mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS. An
Nuur : 21.
Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan
bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu
meminta pertolongan. QS. An Nahl : 53.
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan
hati, agar kamu bersyukur. QS. An Nahl : 78.
Barang siapa berkata di pagi hari, Ya Allah, nikmat apa saja yang aku terima
pada pagi ini atau siapa saja dari makhluk-Mu, maka semua itu berasal dari-Mu.
Bagi-Mu segala pujian dan syukur, maka dia telah bersyukur pada hari itu. Dan
barang siapa yang berkata seperti itu di sore hari, maka dia telah bersyukur
pada malam harinya. HR. Abu Daud dan Nasai.
Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterima kasih kepada
manusia. HR. Abu Daud (dalam Maaalim as Sunan).
Orang yang paling awal dipanggil masuk ke surga adalah orang-orang yang
memuji Allah di waktu senang dan susah. HR. Hakim (Hakim mengatakan hadist
ini sahih berdasarkan syarat Muslim, dan adz Dzahabi menyepakatinya).
Semoga Allah meridhai usaha-usaha Syaikh Abdul Qadir Isa dan merahmatinya.
Semoga Allah merahmati dan meridhai orang-orang mukmin yang telah
menekankan kelurusan amal ibadah kepada-Nya dengan menjaga kebersihan
hati dan kehalusan budi pekerti.