Anda di halaman 1dari 4

Kasus tantangan dalam integrasi nasional

Berikut ini tantangan dalam membangun integrasi nasional

percobaan Invasi asing

Korupsi,kolusi dan nepotisme (KKN)

Kriminalitas

1.

Percobaan invasi asing


Invasi adalah aksi militer dimana angkatan bersenjata suatu negara memasuki

daerah yang dikuasai oleh suatu negara lain, dengan tujuan menguasai daerah
tersebut atau mengubah pemerintahan yang berkuasa. Invasi bisa menjadi
penyebab perang, bisa digunakan sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau
bisa menjadi inti dari perang itu sendiri.
Istilah ini biasanya dipakai untuk suatu aksi strategis militer yang besar, karena
tujuan akhir invasi biasanya pada skala yang besar dan dengan jangka panjang, suatu
pasukan yang sangat besar dibutuhkan untuk mempertahankan daerah yang
diinvasi. Infiltrasi taktiskecil tidak termasuk invasi, dan lebih sering
diklasifikasikan sebagai serbuan, skirmish, atau serangan.
2. Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN)
Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk,rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak
Kolusi

Di dalam bidang studi ekonomi, kolusi terjadi di dalam satu bidang industri di
saat beberapa perusahaan saingan bekerja sama untuk kepentingan mereka
bersama. Kolusi paling sering terjadi dalam satu bentuk pasar oligopoli, di mana
keputusan beberapa perusahaan untuk bekerja sama, dapat secara signifikan
memengaruhi pasar secara keseluruhan.Kartel adalah kasus khusus dari kolusi
berlebihan, yang juga dikenal sebagai kolusi tersembunyi.
Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat
kesepakatan secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang
diwarnai dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala
urusannya menjadi lancar. Di Indonesia, kolusi paling sering terjadi dalam proyek
pengadaan barang dan jasa tertentu (umumnya dilakukan pemerintah).
Nepotisme
Nepotisme berarti lebih memilih saudara atau teman akrab berdasarkan
hubungannya bukan berdasarkan kemampuannya. Kata ini biasanya digunakan dalam
konteks derogatori.
Sebagai contoh, kalau seorang manajer mengangkat atau menaikan jabatan
seorang saudara, bukannya seseorang yang lebih berkualifikasi namun bukan
saudara, manajer tersebut akan bersalah karena nepotisme. Pakarpakar biologi telah mengisyaratkan bahwa tendensi terhadap nepotisme adalah
berdasarkan naluri, sebagai salah satu bentuk dari pemilihan saudara.
Kata nepotisme berasal dari kata Latin nepos, yang berarti "keponakan" atau
"cucu". Pada Abad Pertengahan beberapa paus Katolik dan uskup- yang telah
mengambil janji "chastity" , sehingga biasanya tidak mempunyai anak kandung memberikan kedudukan khusus kepada keponakannya seolah-olah seperti kepada
anaknya sendiri[1]. Beberapa paus diketahui mengangkat keponakan dan saudara
lainnya menjadi kardinal. Seringkali, penunjukan tersebut digunakan untuk
melanjutkan "dinasti" kepausan. Contohnya, Paus Kallistus III, dari keluarga Borja,
mengangkat dua keponakannya menjadi kardinal; salah satunya, Rodrigo, kemudian
menggunakan posisinya kardinalnya sebagai batu loncatan ke posisi paus,
menjadi Paus Aleksander VI[2]. Kebetulan, Alexander mengangkat Alessandro
Farnese, adik kekasih gelapnya, menjadi kardinal; Farnese kemudian menjadi Paus

Paulus III[3]. Paul juga melakukan nepotisme, dengan menunjuk dua keponakannya
(umur 14 tahun dan 16 tahun) sebagai Kardinal. Praktek seperti ini akhirnya diakhiri
oleh Paus Innosensius XII yang mengeluarkan bulla kepausan Romanum decet
pontificem pada tahun 1692[1]. Bulla kepausan ini melarang semua paus di seluruh
masa untuk mewariskan tanah milik, kantor, atau pendapatan kepada saudara,
dengan pengecualian bahwa seseorang saudara yang paling bermutu dapat dijadikan
seorang Kardinal.

3. Kriminalitas
Pidana atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau sebuah
tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang
dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris.
Walaupun begitu kategori terakhir, teroris, agak berbeda dari kriminal karena
melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.
Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka
orang ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara
hukum: seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku
tindak kriminal yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani
hukuman disebut sebagaiterpidana atau narapidana.
Dalam mendefinisikan kejahatan, ada beberapa pandangan mengenai perbuatan
apakah yang dapat dikatakan sebagai kejahatan. Definisi kejahatan dalam
pengertian yuridistidak sama dengan pengertian kejahatan dalam kriminologi yang
dipandang secara sosiologis.
Secara yuridis, kejahatan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang
melanggar undang-undang atau ketentuan yang berlaku dan diakui secara legal.
Secara kriminologi yang berbasis sosiologis kejahatan merupakan suatu pola tingkah
laku yang merugikan masyarakat (dengan kata lain terdapat korban) dan suatu pola

tingkah laku yang mendapatkan reaksi sosial dari masyarakat

. Reaksi sosial

[1]

tersebut dapat berupa reaksi formal, reaksi informal, dan reaksi non-formal.

Contoh wujud integrasi nasional


Contoh wujud integrasi nasional, antara lain sebagai berikut:

1. Pembangunan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta oleh Pemerintah


Republik Indonesia yang diresmikan pada tahun 1976. Di kompleks Taman Mini
Indonesia Indah terdapat anjungan dari semua propinsi di Indonesia (waktu itu ada
27 provinsi). Setiap anjungan menampilkan rumah adat beserta aneka macam hasil
budaya di provinsi itu, misalnya adat, tarian daerah, alat musik khas daerah, dan
sebagainya.
2. Sikap toleransi antarumat beragama, walaupun agama kita berbeda dengan teman,
tetangga atau saudara, kita harus saling menghormati.
3. Sikap menghargai dan merasa ikut memiliki kebudayan daerah lain, bahkan mau
mempelajari budaya daerah lain, misalnya masyarakat Jawa atau Sumatra, belajar
menari legong yang merupakan salah satu tarian adat Bali. Selain anjungan dari
semua propinsi di Indonesia, di dalam komplek Taman Mini Indonesia Indah juga
terdapat bangunan tempat ibadah dari agama-agama yang resmi di Indonesia, yaitu
masjid (untuk agama Islam), gereja (untuk agama Kristen dan Katolik), pura (untuk
agama Hindu) dan wihara (untuk agama Buddha). Perlu diketahui, bahwa waktu itu
agama resmi di Indonesia baru 5 (lima) macam.
4. Diadakan Pekan Olahraga Nasional (PON), yaitu perlombaan bidang olahraga
tingkat nasional yang diselenggarakan setiap 4 (empat) tahun sekali. Melalui Pekan
Olahraga Nasional akan terpupuk persatuan Indonesia dan menggali potensi para
atlet daerah untuk dapat berkembang mewakili negara di tingkat internasional.

Anda mungkin juga menyukai