Anda di halaman 1dari 26

BIOGAS DARI SERASAH DAUN KERING

Nama Kelompok :

Restiningtyas H (161434019) Fx. Tri Erwanto (161434053)


Aldi Eko Kurniawan (161434027) Ghina Salsabila (161434084)
Glorry Ayu Sabatini (161434046)
PENDAHULUAN

Pertambahan populasi manusia setiap tahunnya menyebabkan konsumsi akan


energi migas semakin meningkat. Hal tersebut tidak sebanding dengan ketersediaan
sumber daya penghasil migas di bumi. Salah satu sektor migas yang banyak digunakan
oleh masyarakat Indonesia adalah Liquefied Petroleum Gas (LPG). Menurut Syukur
(2011), produk LPG memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan beracun (kecuali
jika terjadi kebocoran), serta tidak berasa. Selain itu LPG bersifat mudah terbakar.
Maka dari itu perlu adanya pengembangan alternatif energi gas terbarukan
yang berkelanjutan dan efisien serta memberikan dampak negatif yang lebih rendah.
Biogas merupakan salah satu produk alternatif yang dapat dikembangkan untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi gas di dunia.
PENDAHULUAN

Dobre., Nicolae dan Matei (2014) menyatakan bahwa biogas berupa campuran gas,
terutama metana (CH4) dan karondioksida (C02) yang dihasilkan dari proses biologis
pencernaan anaerob dari berbagai bahan organik. Biogas memiliki nilai kalor lebih
tinggi dari batu bara, selain itu bahan pembuatan biogas dapat berasal dari berbagai
macam limbah sehingga ramah lingkungan dan mengurangi emisi karbon.
Limbah organik seperti feses sapi dan limbah daun kering dapat dijadikan
sebagai bahan pembuatan biogas. Di mana limbah daun kering belum banyak
dimanfaatkan. Daun kering kaya akan kandungan karbon (C) yang menjadi energi
bagi mikroorganisme penghasil biogas (Musyafa, 2014 dalam Windyasmara, 2015).
TEORI PEMBENTUKAN GAS METAN
DARI BAHAN C ORGANIK
• Proses pembuatan gas metan secara anaerob melibatkan interaksi kompleks dari
sejumlah bakteri yang berbeda, protozoa maupun jamur.
• Saleh., Planetto., dan Yulistiah (2016) menjelas proses pembentukan gas metana
terjadi dalam tiga tahap, yaitu :
1. Tahap Pelarutan (Hidrolisis)
Hidrolisis secara enzimatik mengubah bahan – bahan organik tak larut menjadi
bahan organik larut. Enzim utama yang terlibat adalah selulase yang
menguraikan selulosa. Bakteri berperan mendekomposisi rantai panjang
karbohidrat, protein dan lemak menjadi bagian yang lebih pendek.
Reaksi : (C6H10O5)n + nH2O  n(C6H12O6)
selulosa glukosa
TEORI PEMBENTUKAN GAS METAN
DARI BAHAN C ORGANIK
2. Tahap Pengasaman (Asidogenesis)
Perubahan bahan organik dapat larut menjadi asam organik. Pembentukan asam
organik terjadi dengan bantuan bakteri acidogen asam yang menghasilkan asam
asetat dalam suasana anaerob pada suhu digester 25°C. Bakteri tersebut akan
menghasilkan asam yang berfungsi mengubah senyawa pendek hasil hidrolisis
menjadi asam – asam organik sederhana. Bakteri acidogen merupakan bakteri
anaerob yang hidup dalam keadaan asam dan memerlukan oksigen serta karbon
yang diperoleh dari oksigen terlarut.
Reaksi : (a) n C6H12O6  2n (C2H5OH) + 2n CO2(g) + kalor
(b) 2n (C2H5OH)(aq) + n CO2(g)  2n (CH3COOH)(aq) + nCH4(g)
TEORI PEMBENTUKAN GAS METAN
DARI BAHAN C ORGANIK
3. Tahap Pembentukan Gas Metan (Metanogenesis)
Perubahan asam organik menjadi gas metan dan karbondioksida. Proses
perubahan ini dapat terjadi karena adanya bantuan bakteri metanogenik
(methanobacterium dan methanobacillus). Bakteri tersebut akan membentuk
gas metana secara perlahan secara anaeron. Proses berlangsung selama 14 hari
dengan suhu digester 25°C.
Hasil : 70% CH4, 30% CO2, H2 dan H2S.
Reaksi : 2n (CH3COOH)  2n CH4 (g) + 2n CO2 (g)
CARA KERJA (PEMBUATAN DIGESTER)
Tutup galon dilubangi Selang aquarium Selang aquarium yang
ALAT pada bagian tengah agar sepanjang 10 cm telah terpasang pada
1. Galon ukuran 2 L dapat dimasukkan selang dimasukkan ke dalam tutup galon direkatkan
2. Selang aquarium aquarium. lubang pada tutup galon. menggunakan lem
tembak.
3. Cutter
4. Gunting Setelah diikat
5. Alat lem tembak Jika galon sudah diisi menggunakan karet,
input maka pada bagia pada ujung selang dan Ujung selang diberi
6. Balon
tutup botol ditutup balon diselotip agar balon kemudian diikat
7. Karet menggunakan selotip ketika gas metana mengunakan karet.
8. Selotip agar proses fermentasi terbentuk, gas tidak
berjalan. keluar dari balon.
BAHAN
1. Isian lem tembak
Ketika digester akan ditambahkan input, maka selotip dan tutup galon dibuka
terlebih dahulu dan kembali diselotip kembali.
CARA KERJA (STATER)
Feses sapi diambil pada
Feses sapi diperoleh dari Feses sapi ditimbang
ALAT pagi hari setelah jatuh
ternak warga desa dan diambil sebanyak
1. Gelas ukur menggunakan sekop dan
Wedomartani. 90 gram untuk
dimasukkan ke wadah
2. Timbangan pembuatan stater.
kue bekas.
3. Wadah kue bekas
4. Sekop
5. Botol plastik Stater feses sapi Campuran feses sapi dan Sebanyak 90 gram
bekas kemudian dimasukkan ke air diaduk menggunakan feses sapi dimasukkan
6. Tangkai pohon dalam digester lalu tangkai pohon menjadi ke dalam botol plastik
ditutup rapat dan stater hingga tidak ada bekas dan
didiamkan selama 3 hari. gumpalan dari feses sapi. ditambahkan 90 ml air.
BAHAN
1. 90 gram feses
sapi
2. 90 ml air
CARA KERJA (INPUT SERASAH DAUN KERING)

ALAT Serasah daun kering Serasah daun kering Tepung serasah daun
diperoleh dari Kebun diblender hingga menjadi kering ditimbang hingga
1. Gelas ukur
Percobaan Biologi USD. bubuk/tepung. berat 560 gram.
2. Indikator pH
3. Timbangan
4. Blender Sebanyak 560 ml air
Wadah ditutup rapat dan ditambahkan pada
Sebanyak 560 gram
BAHAN didiamkan selama 24 tepung serasah daun
tepung serasah daun
1. 560 gram serasah jam. Setelah itu dapat hingga memel atau
kering dimasukkan ke
ditambahkan pada padat, kemudian pH dari
daun kering dalam wadah plastik.
digester sebagai input. campuran tersebut
2. 560 ml air diukur.

pH serasah yang diperoleh yaitu sebesar 5


FOTO DAN VIDEO

Serasah daun Pemberian Serasah yang


Feses sapi yang Penimbangan
kering stater pada telah diblender
baru saja keluar serbuk serasah
digester menjadi bubuk
FOTO DAN VIDEO

Penambahan air Serbuk setelah Penambahan


pada serbuk didiamkan pH input serasah pada
serasah selama 24 jam serasah digester
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Input
HASIL DAN PEMBAHASAN
2. Proses
Sebanyak 180 ml stater Sebanyak 560 gram tepung serasah
Digester ditutup rapat
dimasukkan ke dalam daun kering yang sudah didiamkan
dan difermentasikan
digester dan didiamkan selama 24 jam ditambahkan pada
hingga terbentuk gas
selama 3 hari. digester setelah stater didiamkan
pada balon.
selama 3 hari.

Pembuatan biogas diulangi


dengan tahapan yang sama,
Pada hari ke 5 gas
hanya saja pada percobaan Korek api dinyalakan
terbentuk, kemudian
kedua dan ketiga. Digester dekat dengan ujung
dilakukan uji bakar
menggunakan wadah baru yang balon, lalu diamati nyala
dengan memotong
memiliki lubang input untuk dan warna api.
selang aquarium
memasukkan tambahan tepung
serasah daun setiap hari.
1/3 volume galon untuk gas dan ¾ volume galon untuk input
berupa starter dan serasah daun kering
HASIL DAN PEMBAHASAN
3. OUTPUT
a. Volume Biogas yang Dihasilkan
𝟒
𝐕 = 𝝅𝒓𝟑 dengan 𝜋 = 3,14
𝟑

• Percobaan Ke -1 diketahui r = 8.2 cm, maka volume yang dihasilkan 2250.68 m3


• Percobaan Ke -2 diketahui r = 11 cm, maka volume yang dihasilkan 5433.14 m3
• Percobaan Ke -3 diketahui r = 5.5 cm, maka volume yang dihasilkan 672.65 m3

b. Uji Bakar
Tidak ada nyala api saat uji bakar dilakukan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
Pengukuran volume gas dan uji bakar dilakukan untuk mengetahui gas yang
terbentuk pada digester.
• Pada percobaan kedua dan ketiga, penambahan seresah diberikan setiap hari dan
penambahan feses sapi diberikan setiap 2 hari sekali.
• Pada percobaan pertama dan kedua, uji bakar dilakukan pada hari ke-5 setelah
proses fermentasi, sedangkan pada percobaan ketiga, uji bakar dilakukan pada
hari ke-3 setelah fermentasi.
• Pada percobaan pertama dan ketiga tampungan gas berupa balon, sedangkan
pada percobaan kedua menggunakan plastik bening.
• Volume gas tertinggi terdapat pada percobaan kedua sebesar 5433.14 m3
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN
Meskipun volume gas terbentuk pada digester percobaan pertama, kedua
dan ketiga. Akan tetapi tidak ada nyala api yang dihasilkan oleh gas saat uji bakar
dilakukan. Artinya gas metana (CH4) tidak terbentuk dan hanya terdapat
karbondioksida (CO2) pada digester. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Saleh.,
Planetto., dan Yulistiah (2016) bahwa sampah organik pada biogas akan
menghasilkan CH4 dan C02, akan tetapi hanya CH4 yang dimanfaatkan sebagai
bahan bakar.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
Faktor yang menyebabkan tidak terbentuknya gas metana diantaranya :
1. Bahan yang Dipilih Untuk Membuat Biogas
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wannapokin., Ramaraj dan
Unpaprom (2017) terkait potensi daun jati sebagai bahan biogas, hasil biogas
didasarkan pada kandungan kebutuhan oksigen kimia (COD), dimana pada
penelitian tersebut diperoleh kandungan 1 kilogram COD yang menghasilkan CH4
sebanyak 250 gram. Dengan begitu, pembuatan biogas menggunakan bahan baku
serasah daun menghasilkan gas metana yang rendah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. PEMBAHASAN
Faktor yang menyebabkan tidak terbentuknya gas metana diantaranya :
2. Kondisi Lingkungan dan Akumulasi Asam
Menurut Soeprijanto, dkk (2017) kondisi lingkungan yang optimum penting
bagi proses anaerob digestion. Terdapat parameter – parameter yang harus
diperhatikan agar mikroba dapat melakukan metabolisme dengan baik selama
proses fermentasi. Lingkungan hidup bakteri acidogenic memiliki perbedaan
dengan lingkungan hidup methanogenic archaea. Bakteri dapat menjadi sensitif
terhadap kondisi lingkungan apabila terdapat bakteri lain dalam kultur campuran.
HASIL DAN PEMBAHASAN

B. PEMBAHASAN
Tabel Kebutuhan Lingkungan
(Deublein dan Steinhauser, 2008
dalam Soeprijanto, dkk 2017).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada fase asetogenesis, tekanan parsial
hidrogen (H2) tidak boleh terlalu tinggi
karena dapat mencegah konversi produk
yang diterima dari fase asidogenis. Dengan
begitu, asam organik dapat menumpuk dan
menghambat pembentukan metana.
Berhubungan dengan hal tersebut, maka
bakteri acetogenic (pembentuk hidrogen)
harus hidup berdampingan dengan bakteri
metanogen yang mengonsumsi H2 bersama
CO2 selama pembentukan metana. Sehingga
perlu hati – hati dalam pemilihan tempat
digester agar bakteri dapat menerima
kondisi lingkungan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada penelitian ini pH lingkungan tidak diperhatikan. Pengukuran hanya dilakukan


untuk mengetahui pH input serasah daun yang telah didiamkan selama 24 jam.
UJI BAKAR (Percobaan Pertama)

Uji bakar
Percobaan
pertama

Percobaan Gas terbentuk


pertama pada hari ke 5
UJI BAKAR (Percobaan Kedua)

Uji bakar
Percobaan
kedua

Percobaan
kedua
UJI BAKAR (Percobaan Ketiga)

Uji bakar
Percobaan ketiga
KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan eksperiken pembuatan biogas yang telah dilakukan, maka


dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a. Biogas yang dibuat tidak menghasilkan gas metana (CH4) karena pada saat uji
bakar tidak ditemukan nyala api.
b. Perhitungan outpun dalam rupiah tidak dapat dilakukan karena percobaan tidak
menghasilkan gas metana (CH4).
c. Kegagalan dalam pembentukan gas metana (CH4) dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya pemilihan bahan pembuatan biogas dan kondisi lingkungan
untuk metabolisme bakteri yang akan melakukan fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Dobre, Paul., Nicolae, Farcas dan Matei, Florentina. 2014. Main Factors Affecting Biogas Production
– An Overview. Jurnal Romanian Biotechnological Letters, 19 (3) : 9283 - 9296.
Saleh, Abdullah., Planetto, M William King dan Yulistiah, Rahma Diana. 2016. Peningkatan
Presentase Metana pada Biogas Menggunakan Variasi Ukuran Pori Membran Nilon dan Variasi
Waktu Purifikasi. Jurnal Teknik Kimia, 22 (4) : 35 – 44.
Syukur, M Hasan. 2011. Penggunaan Liquified Petroleum Gas (LPG) : Upaya Mengurangi Kecelakaan
Akibat LPG. Jurnal Forum Teknologi, 1 (2).
Wannapokin, Anongnart., Ramaraj, Rameshprabu dan Unpaprom, Yuwalee. 2017. An Investigation of
Biogas Production Potential From Fallen Teak Leaves (Tectona grandis). Emergent Life
Sciences Research, 3 (1) : 1-10
Windyasmara, Ludfia. 2015. Pengaruh Jenis Kotoran Ternak Sebagai Substrat dan Penambahan
Serasah Daun Jati (Tectona grandis) Terhadap Produksi Total VFA Pada Proses Fermentasi
Biogas. Buletin Peternakan, 39 (3).
Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia : https://ptseik.bppt.go.id/artikel-
ilmiah/16-dasar-dasar-fermentasi-anaerobik

Anda mungkin juga menyukai