Anda di halaman 1dari 39

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, banyak juga diciptakan pemuas /

pemenuhan kebutuhan manusia. Untuk itu muncullah pabrik-pabrik industry sebagai

pengolah bahan mentah untuk kemudian diolah dengan sedemikian rupa menjadi barang

setengah jadi maupun barang siap pakai, untuk selanjutnya akan dikonsumsi masyarakat.

Dalam jumlah produksi yang sagat besar tiap harinya akan menghasilkan sisa-sisa hasil

dari proses pengolahan yang tidak terpakai. Sisa-sisa inilah (limbah) bila terakumulasi dalam

jangka waktu yang lama dapat mencemari lingkungan bila tidak ada penanganan khusus.

Kemudian, masyarakat yang sebagai pelaku konsumsi pun akan mengeluarkan limbah-

limbah sebagai hasil penggunaan hasil barang produksi tersebut. Limbah ini dinamakan

limbah rumah tangga. Meskipun sedikit lebih aman, bukan berarti dapat seenaknya saja

membiarkan limbah ini dibuang begitu saja. Karena limbah sekecil apapun bila dalam jumlah

yang besar dapat memberikan konstribusi besar dalam hal pengrusakan terhadap lingkungan.

Untuk itulah diperlukan penanganan yang tepat dalam pengolahan limbah-

limbah industry maupun limbah rumah tangga.

B. Tujuan

Pembuatan makalah ilmiah ini bertujuan untuk :

1. Mengurangi pengrusakan lingkungan oleh limbah-limbah rumah tangga

2. Memberikan salah satu solusi cerdas pengolahan limbah rumah tangga secara tegas

3. Mengolah limbah rumah tangga menjadi barang yang berdaya guna

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 1


C. Manfaat

Makalah ilmiah ini disusun, diharapkan dapat emberikan salah satu solusi

penanganan limbah rumah tangga sehingga meminimalisir terjadinya pengrusakan

lingkungan oleh limbah-limbah rumah tangga.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 2


BAB 2

PEMBAHASAN

INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL)

1. 1. Air Limbah

Limbah merupakan bahan buangan yang berbentuk cair, gas dan padat yang

mengandung bahan kimia yang sukar untuk dihilangkan dan berbahaya sehingga air limbah

tersebut harus diolah agar tidak mencemari dan tidak membahayakan kesehatan lingkungan.

Air limbah yaitu air dari suatu daerah permukiman yang telah dipergunakan untuk

berbagai keperluan, harus dikumpulkan dan dibuang untuk menjaga lingkungan hidup yang

sehat dan baik.

Unsur unsur dari suatu sistem pengolahan air limbah yang modern terdiri dari :

1. Masing masing sumber air limbah

2. Sarana pemrosesan setempat

3. Sarana pengumpul

4. Sarana penyaluran

5. Sarana pengolahan, dan

6. Sarana pembuangan.

Dan dua faktor yang penting yang harus diperhatikan dalam sistem pengolahan air limbah

yaitu jumlah dan mutu.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 3


1. 2. Ciri- Ciri Air Limbah

Disamping kotoran yang biasanya terkandung dalam persediaan air bersih air limbah

mengandung tambahan kotoran akibat pemakaian untuk keperluan rumah tangga, komersial

dan industri. Beberapa analisis yang dipakai untuk penentuan ciri ciri fisik, kimiawi, dan

biologis dari kotoran yang terdapat dari air limbah.

Ciri-ciri fisik

Ciri ciri fisik utama air limbah adalah kandungan padat, warna, bau, dan suhunya.

Bahan padat total terdiri dari bahan padat tak terlarut atau bahan padat yang terapung serta

senyawa senyawa yang larut dalam air. Kandungan bahan padat terlarut ditentukan dengan

mengeringkan serta menimbang residu yang didapat dari pengeringan.

Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk mengkaji kondisi umum air limbah.

Jika warnanya coklat muda, maka umur air kurang dari 6 jam. Warna abu abu muda sampai

setengah tua merupakan tanda bahwa air limbah sedang mengalami pembusukanatau telah

ada dalam sistem pengumpul untuk beberapa lama. Bila warnanya abu abu tua atau hitam,

air limbah sudah membusuk setelah mengalami pembusukan oleh bakteri dengan kondisi

anaerobik.

Penentuan bau menjadi semakin penting bila masyarakat sangat mempunyai kepentingan

langsung atas terjadinya operasi yang baik pada sarana pengolahan air limbah. Senyawa

utama yang berbau adalah hidrogen sulfida, senyawa senyawa lain seperti indol skatol,

cadaverin dan mercaptan yang terbentuk pada kondisi anaerobik dan menyebabkan bau yang

sangat merangsang dari pada bau hidrogen sulfida.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 4


Suhu air limbah biasanya lebih tinggi dari pada air bersih karena adanya tambahan air hangat

dari pemakaian perkotaan. Suhu air limbah biasanya bervariasi dari musim ke musim, dan

juga tergantung pada letak geografisnya.

Ciri-ciri kimia

Selain pengukuran BOD, COD dan TOC pengujian kimia yang utama adalah yang

bersangkutan dengan Amonia bebas, Nitrogen organik, Nitrit, Nitrat, Fosfor organik dan

Fosfor anorganik. Nitrogen dan fosfor sangat penting karena kedua nutrien ini telah sangat

umum diidentifikasikan sebagai bahan untuk pertumbuhan gulma air. Pengujian pengujian

lain seperti Klorida, Sulfat, pH serta alkalinitas diperlukan untuk mengkaji dapat tidaknya air

limbah yang sudah diolah dipakai kembali serta untuk mengendalikan berbagai proses

pengolahan. (Linsley.K.R. 1995).

1. 3. Jenis Limbah

Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :

1. Limbah cair

2. Limbah padat

3. Limbah gas dan partikel

4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).

Limbah cair

Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn

2001).

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 5


Limbah padat

Limbah padat berasal dari kegiatan industri dan domestik. Limbah domestik pada umumnya

berbentuk limbah padat rumah tangga, limbah padat kegiatan perdagangan, perkantoran,

peternakan, pertanian serta dari tempat-tempat umum. Jenis-jenis limbah padat: kertas, kayu,

kain, karet/kulit tiruan, plastik, metal, gelas/kaca, organik, bakteri, kulit telur, dll

Limbah gas dan partikel

Polusi udara adalah tercemarnya udara oleh berberapa partikulat zat (limbah) yang

mengandung partikel (asap dan jelaga), hidrokarbon, sulfur dioksida, nitrogen oksida, ozon

(asap kabut fotokimiawi), karbon monoksida dan timah.

Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau

beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak

atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk

limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan

lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan

penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki

salah satu atau lebih karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif,

beracun, menyebabkan infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan

toksikologi dapat diketahui termasuk limbah B3.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi:

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 6


Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan

awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah

menguap.

Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi

Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengan

lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil

proses tersebut.

Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested

aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan

banyak mengandung padatan organik.

Macam Limbah Beracun

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan

gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,

gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah

menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau

menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia

dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke

dalam tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 7


Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi

penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh

manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.

Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau

mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang

bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

1. 4. Volume Limbah

Semakin besar volume limbah, pada umumnya, bahan pencemarnya semakin banyak.

Hubungan ini biasanya terjadi secara linier. Oleh sebab itu dalam pengendalian limbah sering

juga diupayakan pengurangan volume limbah. Kaitan antara volume limbah dengan volume

badan penerima juga sering digunakan sebagai indikasi pencemaran. Perbandingan yang

mencolok jumlahnya antara volume limbah dan volume penerima limbah juga menjadi

ukuran tingkat pencemaran yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Misalnya limbah

sebanyak 100 m3 air per 8 jam mempunyai konsentrasi plumbum 4 mg/hari dialirkan ke

suatu sungai. Yang mempunyai debit 8.000 m3 perjam.

1. 5. Pengolahan Limbah Cair

Secara umum penanganan air limbah dapat dikelompokkan menjadi

Pengolahan Awal/Pendahuluan (Preliminary Treatment)

Tujuan utama dari tahap ini adalah usaha untuk melindungi alat-alat yang ada pada

instalasi pengolahan air limbah. Pada tahap ini dilakukan penyaringan, penghancuran atau

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 8


pemisahan air dari partikel-partikel yang dapat merusak alat-alat pengolahan air limba,

seperti pasir, kayu, sampah, plastik dan lain-lain.

Pengolahan Primer (Primary Treatment)

Tujuan pengolahan yang dilakukan pada tahap ini adalah menghilangkan partikel-artikel

padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni sedimentasi dan flotasi. Sehingga

partikel padat akan mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan

berada di atas / permukaan (disebut grease)

Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)

Pada tahap ini air limbah diberi mikroorganisme dengan tujuan untuk menghancurkan

atau menghilangkan material organik yang masih ada pada air limbah. Tiga buah pendekatan

yang umum digunakan pada tahap ini adalah fixed film, suspended film dan lagoon system.

Pengolahan Akhir (Final Treatment)

Fokus dari pengolahan akhir (Final Treatment) adalah menghilangkan organisme

penyebab penyakit yang ada pada air. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menambahkan

khlorin ataupun dengan menggunakan sinar ultraviolet

Pengolahan Lanjutan (Advanced Treatment)

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 9


Pengolahan lanjutan diperlukan untuk membuat komposisi air limbah sesuai dengan yang

dikehendaki. Misalnya untuk menghilangkan kandungan fosfor ataupun amonia dari air

limbah.

Menurut Ehless dan Steel, air limbah adalah cairan buangan yang berasal dari rumah tangga,

industry, dan tempat-tempat umum lainnya dan biasanya mengandung bahan-bahan atau zat

yang dapat membehayakan kehidupan manusia serta mengganggu kelestarian lingkungan.

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber, antara lain:

1. Rumah tangga

Contoh: air bekas cucian,air bekas memasak, air bekas mandi, dan sebagainya.

2. Perkotaan

Contoh: air limbah dari perkantoran, perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat

ibadah.

3. Industri

Contoh: air limbah dari pabrik baja, pabrik tinta, pabrik cat, dan pabrik karet.

Industri dan kegiatan lainnya yang mempunyai air buangan yang membentuk limbah cair

dalam skala besar harus melakukan penanganan agar tidak berdampak pada lingkungan

disekitarnya. Apabila limbah cair tersebut tidak dilakukan pengolahan dan dibuang langsung

ke lingkungan umum, sungai, danau, laut akan berdampak pada lingkungan karena jumlah

polutan di dalam air menjadi semakin tinggi. Pada dasarnya ada dua alternative penanganan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 10


yaitu membawa limbah cair ke pusat pengolahan limbah atau memiliki sendiri instalasi

pengolahan air limbah (IPAL) proses pengolahan limbah cair pada dasarnya dikelompokkan

menjadi tiga tahap yaitu proses pengolahan primer, sekunder, dan tersier. ( Sunu.P., 2001)

Air limbah sebelum dilepas kepembuangan akhir harus menjalani pengolahan terlebih

dahulu. Untuk dapat melaksanakan pengolahan air limbah yang efektif diperlukan rencana

pengelolaan yang baik. Adapun tujuan dari pengelolaan air limbah itu sendiri, antara lain:

1. Mencegah pencemaran pada sumber air rumah tangga.

2. Melindungi hewan dan tanaman yang hidup dalam air.

3. Menghindari pencemaran tanah permukaan.

4. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit dan vector penyakit.

Sementara itu, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan harus memenuhi

persyaratan berikut.

1. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber-sumber air minum.

2. Tidak mengakibatkan pencemaran air permukaan.

3. Tidak menimbulkan pencemaran pada flora dan fauna yang hidup di air didalam

penggunaannya sehari-hari.

4. Tidak dihinggapi oleh vector atau serangga yang menyebabkan penyakit.

5. Tidak terbuka dan harus tertutup.

6. Tidak menimbulkan bau atau aroma tidak sedap. (Chandra.B.2007).

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 11


Pabrik yang secara kontiniu membuang limbah berbeda dengan pabrik yang membuang

limbah secara periodik walau konsentrasi pencemar sama, dan jumlah buangan nya pun sama.

Pengaruh terhadap lingkungan mengalami perbedaan.

Dalam hal sering tidaknya suatu pabrik membuang limbah tergantung terhadap proses

pengolahan dalam pabrik. Artinya volume air buangannya tergantung dari volume

produksinya. Semakin tinggi produksi semakin tinggi volume limbahnya. Ada pabrik yang

dalam periode tertentu jumlah airnya melebihi dari pada kondisi sehari-hari. Setiap lima hari

dalam sebulan volume limbahnya sangat berlebih, kecuali bila pabrik blow down. Atau ada

pabrik yang hanya membuang limbah sekali dalam seminggu sedangkan pada hari-hari

lainnya tidak. Semakin banyak frekuensi pembuangan limbah, semakin tinggi tingkat

pencemaran yang ditimbulkan.

Dampak pencemaran limbah terhadap lingkungan harus dilihat dari jenis parameter pencemar

dan konsentrasinya dalam air limbah. Dari satu sisi suatu limbah mempunyai parameter

tunggal dengan konsentrasi yang relatif tinggi. Disisi lain ada limbah dengan 10 parameter

tapi dengan konsentrasi yang juga melewati ambang batas. Persoalannya bukan yang mana

lebih baik dari pada yang terburuk, melainkan seharusnya lebih mendapat prioritas.

( Ginting.P.1992).

1. 6. Karakter Limbah

Domestik

Limbah domestic adalah semua buangan yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur,

tempat cuci pakaian, cuci peralatan rumah tangga, apotek, rumah sakit, rumah makan dan

sebagainya yang secara kuantitatif limbah tadi terdiri dari zat organic baik berupa zat padat

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 12


ataupun cair, bahan berbahaya, dan beracun, garam terlarut, lemah dan bakteri terutama

golongan fekal coli, jasad pathogen, dan parasit.

Non domestik

Limbah domestic sangat bervariasi, terlebih lebih untuk limbah industri. Limbah

pertanian biasanya terdiri atas bahan padat bekas tanaman yang besifat organis, bahan

pemberantas hama dan penyakit ( peptisida bahan pupuk yang mengandung nitrogen, fosfor,

sulfur, mineral, dan sebagainya. (Sastrawijaya.T.A. 2001).

Dalam air buangan terdapat zat organic yang terdiri dari unsure karbon, hydrogen, dan

oksigen dengan unsure tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang dan lain-lain yang

cenderung menyerap oksigen.

Bentuk lain untuk mengukur oksigen ini adalah COD. Pengukuran ini diperlukan untuk

mengukur kebutuhan oksigen terhadap zat organic yang sukar dihancurkan secara oksidasi.

Oleh karena itu dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator yang kuat dalam suasana asam. Nilai

BOD selalu lebih kecil dari pada nilai COD diukur pada senyawa organic yang dapat

diuraikan maupun senyawa organic yang tidak dapat berurai. ( Agusnar.H.2008 )

Laju aliran dan keragaman laju aliran merupakan factor penting dalam rancangan proses.

Sejumlah unit dalam kebanyakan system penanganan harus dirancang berdasarkan puncak

laju aliran dan memberikan pertimbangan untuk meminimumkan keragaman laju aliran bila

mana mungkin. ( Jenie.L.S.1993 ).

1. 7. Logam Berat

Air sering tercemar oleh berbagai komponen anorganik, diantaranya berbagai jenis logam

berat yang berbahaya, yang beberapa diantaranya banyak digunakan dalam skala industri.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 13


Industri industri logam berat tersebut harus mendapatkan pengawasan yang ketat sehingga

tidak membahayakan bagi para pekerja maupun lingkungan sekitarnya.

Logam berat yang berbahaya dan sering mencemari lingkungan, yang terutama adalah

Merkuri (Hg), Timbal (Pb), Arsenik (As), Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Nikel (Ni), dan

Zink (Zn). Logam-logam berat tersebut diketahui dapat mengumpul dalam tubuh suatu

organisme dan tetap tinggal dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama sebagai racun yang

terakumulasi.( Kristanto.P. 2002 ).

1. Chemical Demand Oxygen (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan

untuk mengoksidasi zat-zat organis yang terdapat dalam 1 ml sampel air, di mana

pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen terlarut.

Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran oleh zat-zat organis yang secara alamiah

dapat dioksidasi melalui proses mukrobiologi dan mengakibatkan berkurangnya oksigen

terlarut di dalam air. (Alaerts.1984)

Uji COD adalah suatu pembakaran kimia secara basah dari bahan organik dalam sampel.

Larutan asam dikromat digunakan untuk mengoksidasi bahan organik pada suhu tinggi.

Berbagai prosedur COD yang menggunakan waktu reaksi dari menit sampai 2 jam dapat

digunakan.

Penggunaan dua katalis perak sulfat dan merkuri sulfat diperlukan masing-masing untuk

mengatasi gangguan klorida dan untuk menjamin oksidasi senyawa-senyawa organik kuat

menjadi teroksidasi.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 14


Analisis BOD dan COD dari suatu limbah akan menghasilkan nilai-nilai yang berbeda karena

kedua uji mengukur bahan yang berbeda. Nilai-nilai COD selalu lebih tinggi dari nilai BOD.

Perbedaan di antara kedua nilai disebabkan oleh banyak faktor seperti bahan kimia yang

tahan terhadap oksidasi kimia, seperti lignin ; bahan kimia yang dapat dioksidasi secara kimia

dan peka terhadap oksidasi biokimia tetapi tidak dalam uji BOD 5 hari seperti selulosa, lemak

berantai panjang atau sel-sel mikroba dan adanya bahan toksik dalam limbah yang akan

menggangu uji BOD tetapi tidak uj COD.

Walaupun metode COD tidak mampu mengukur limbah yang dioksidasi secara biologik,

metode COD mempunyai nilai praktis. Untuk limbah spesifik dan pada fasilitas penanganan

limbah spesifik, adalah mungkin untuk memperoleh korelasi yang baik antara nilai COD dan

BOD.

Perubahan nilai-nilai BOD dan COD suatu limbah akan terjadi selama penanganan. Bahan

yang teroksidasi secara biologik akan turun selam penanganan, sedangkan bahan yang tidak

teroksidasi secara biologik tetapi teroksidasi secara kimia tidak turun. Bahan yang tidak

teroksidasi secara biologik akan terdapat dalam limbah yang belum diberi penanganan dan

akan meningkat karena residu massa sel dari respirasi endogenes. Nisbah COD dan BOD

akan meningkat dengan stabilnya bahan yang teroksidasi secara biologik.(Jenie.L.S.1993.).

Terdapat 2 macam limbah yaitu :

Limbah rumah tangga yaitu limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah

bekas industri rumah tangga dan kotoran manusia.

Limbah industri yaitu limbah yang berasal dari industri berupa bahan-bahan kimia berbahaya.

Berdasarkan bentuknya, limbah dibagi menjadi 2 macam yaitu :

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 15


Limbah Padat

Limbah Cair (terdiri atas limbah organik dan anorganiSesuai dengan sumber asalnya, air

limbah mempunyai komposisi yang sangat bervariasi dari setiap tempat dan setiap saat. Akan

tetapi, secara garis besar zat yang terdapat di dalam air limbah dikelompokkan seperti skema

berikut :

Pengetahuan mengenai karakteristik air buangan baik kuantitas maupun kualitasnya adalah

suatu hal yang perlu dipahami dalam merencanakan suatu unit pengolahan limbah air

buangan. Kualitas air buangan dibedakan atas tiga karakteristik, yaitu :

1. 1. Karakteristik fisik.

Parameter yang termasuk dalam kategori ini adalah solid ( zat padat ), temperatur, warna,

bau.

1. 2. Karakteristik kimia

terbagi dalam tiga kategori : zat organik, zat anorganik dan gas gas. Polusi zat organik

biasanya dinyatakan dalam BOD (Biological Oxygen Demand) dan COD (Chemical Oxygen

Demand ).

1. 3. Karakteristik Biologi

Merupakan banyaknya mikroorganisme yang terdapat dalam air limbah tersebut, seperti :

bakteri, algae, virus, fungi. Sifat biologis ini perlu diketahui dalam kaitannya untuk

mengetahui tingkat pencemar air limbah sebelum dibuang ke badan air penerima.

Bahan polutan yang terkandung di dalam air buangan secara umum dapat diklasifikasikan

dalam tiga kategori, yaitu bahan terapung, bahan tersuspensi dan bahan terlarut. Selain dari

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 16


tiga kategori tersebut, masih ada lainnya yaitu panas, warna, rasa, bau dan radioaktif.

Menurut sifatnya tiga kategori bahan polutan tersebut dapat dibedakan sebagai yang mudah

terurai secara biologi (biodegradable) dan tidak mudah terurai secara biologi (non

biodegradable).

Dampak terhadap badan air, limbah industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Suhu

Setiap organisme mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum untuk hidupnya

dan mempunyai kemempuan menyesuaikan diri sampai batas tertentu. Suhu air mempunyai

pengaruh yang besar dalam proses pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup.

Selain itu suhu juga berpengaruh terhadap kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi

temperatur suatu perairan, semakin cepat pula perairan tersebut mengalami kejenuhan. Suhu

air untuk budidaya ikan berkisar antara 25 300C.

pH

Efek polutan bersifat asam terhadap kehidupan ikan dapat mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangbiakan. Batas minimum air tawar pada umumnya adalah pada pH 4 dan batas

maksimum pada pH11.

Oksigen terlarut (DO)

Kadar DO merupakan salah satu parameter kualitas air yang penting bagi kelangsungan

hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan memerlukan oksigen dalam bentuk oksigen terlarut.

Oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu, pH dan karbondioksida. Air kolam yang mengandung

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 17


konsentrasi oksigen terlaut yang rendah akan mempengaruhi kesehatan ikan, karena ikan

lebih mudah terserang penyakit atau parasit. Bila konsentrasi oksigen terlarut dibawah 4 5

mg/l maka ikan tidak mau makan dan tidak berkembang dengan baik. Bila konsentrasi

oksigen terlarut tetap sebesar 3 atau 4 mg/l untuk jangka waktu yang lama maka ikan akan

menghentikan makan dan pertumbuhannya terhenti. Kadar oksigen 0,2 0,8 mg/l merupakan

konsentrasi yang dapat mematikan ikan gurameh.

Zat organik terlarut (BOD)

Zat organik terlarut menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di badan air,

sehingga badan air tersebut mengalami kekurangan oksigen yang sangat diperlukan oleh

kehidupan air dan menyebabkan menurunnya kualitas badan air tersebut.

COD (Chemical Oxygen Demand)

COD diperlukan untuk menentukan kekuatan pencemaran suatu limbah dengan mengukur

jumlah oksigen untuk mengoksidasi zat zat organik yang terdapat pada air limbah tersebut.

COD adalah ukuran dari jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimia bahan

bahan organik perairan. COD juga dikatakan sebagai jumlah oksigen yang dikonsumsi.

Mengingat sifat sifat limbah sedemikian kompleksnya maka cara pengolahannya harus

disesuaikan dengan sifat sifat limbah yang bersangkutan, harus dilakukan survei, analisis

contoh limbah dan yang paling penting adalah dilakukan percobaan dalam skala laboratorium

untuk menentukan parameter yang akan digunakan sebagai kriteria perencanaan. Proses

pengolahan air limbah merupakan proses tiruan dari proses self purification, yaitu proses

pemurnian kembali pada badan air yang terkena buangan limbah tanpa pengolahan/bantuan

manusia, dimana selama prosesnya meliputi tahapan tahapan perbaikan kualitas air yang

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 18


terdiri dari empat zone, yaitu dimulai dari zone degradasi, zone pengurai aktif, zone

perbaikan dan zone normal yang waktunya dipersingkat.

Penyingkatan waktu tersebut dapat dilakukan dengan cara melalui pengolahan limbah. Unsur

unsur yang tidak dikehendaki kehadirannya dalam air limbah dapat dihilangkan dengan

cara fisik, kimia, dan biologi. Cara pengolahan secara fisik disebut unit operasi. Sedangkan

pengolahan dengan mempergunakan zat zat kimia atau aktivitas biologi disebut unit proses.

Pengolahan fisik sering disebut pengolahan primer dengan maksud untuk mereduksi zat padat

tersusupensi dan tergantung dari waktu tinggal dalam bak pengendapan. Pengolahan kimia

sering disebut pengolahan sekunder yang bertujuan untuk mengendapkan partikel yang

mudah mengendap. Pengolahan biologi sering pula disebut pengolahan sekunder dengan

tujuan untuk mengurangi kandungan bahan organik dalam limbah cair (BOD).

B. Pengolahan air limbah

Pengolahan Fisik

Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan diinginkan

agar bahan bahan tersusupensi berukuran besar dan ang mudah mengendap atau bahan

bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Metode metode pengolahan secara fisik

meliputi penyaringan, pengendapan, pengapungan, pengadukan dan pengeringan lumpur.

1. Screen (Penyaringan)

Fungsinya adalah untuk menahan benda- benda kasar seperti sampah dan benda-

benda terapung lainnya.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 19


2. Equalisasi

Karakteristik air buangan dari industri seringkali tidak konstan, misalnya unsur

unsur pH, warna, BOD dan sebagainya. Hal ini akan menyulitkan dalam pengoperasian suatu

instalasi pengolahan air limbah, sehingga dibuat suatu sistem equalisasi sebelum air limbah

tersebut diolah.

3. Sedimentasi (Pengendapan)

Proses Pengendapan adalah pengambilan partikel partikel tersuspensi yang terjadi

bila air diam atau mengalir secara lambat melalui bak. Partikel partikel ini akan terkumpul

pada dasar kolam, membentuk suatu lapisan lumpur. Air yang mencapai outlet tangki akan

berada dalam kondisi yang jernih. Proses pengendapan yang terjadi dalam suatu bak

pengendapan merupakan unit utama pada pengolahan fisik. Ada dua macam bak

pengendapan yaitu bak pengendapan dengan arah aliran horizontal dan aliran vertikal.

4. Mixing dan Stiring (Pencampuran dan pengadukan)

Mixing adalah pencampuran dua zat atau lebih membentuk campuran yang homogen.

Stiring adalah pengadukan campuran homogen hasil mixing sehingga terjadi proses

penggumpalan dari zat zat yang ingin dipisahkan dari air.

5. Pengeringan lumpur

Penurunan kadar lumpur yang dilakukan dengan pengolahan fisik yang terdiri dari

salah satu atau kombinasi unit unit berikut :

1. Pengentalan lumpur (Sludge Thickener)

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 20


2. Pengeringan lumpur (Sludge Drying Bed)

Pengolahan Kimia

Pengolahan kimia untuk air yang dapat dilakukan pada pengolahan air buangan industri

adalah koagulasi flokulasi, netralisasi, adsorbsi, dan desinfeksi. Pengolahan ini

menggunakan zat zat kimia sebagai pembantu yang bertujuan untuk menghilangkan

partikel partikel yang tidah mudah mengendap (koloid), logam berat dan zat organik

beracun.

Pengolahan Biologi

Pengolahan biologi adalah pengolahan air limbah dengan memanfaatkan aktivitas biologi

(aktivitas mikroorganisme) dengan tujuan menyisihkan bahan pencemar dalam air limbah.

Proses pengolahan biologi adalah penurunan bahan organik terlarut dan koloid dalam air

limbah menjadi serat serat sel biologi (berupa endapan lumpur), kemudian diendapkan pada

bak sedimentasi. Proses ini dapat berlangsung secara aerob (dengan bantuan oksigen)

maupun anaerob (tidak dengan bantuan oksigen).

Ada 3 macam pengolahan biologi yang banyak diterapkan saat ini, yaitu:

1. Lumpur aktif.

2. Trickling filter.

3. Kolam oksidasi.

Diantara sistem pengolahan limbah secara biologi tesebut tricling filter dapat menurunkan

nilai BOD 80 90 %. Pada proses pengolahan biologi dengan menggunakan jenis trickling

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 21


filter dengan cara melewatkan air limbah ke dalam media filter yang terdiri dari materi yang

kasar dan keras. Zat organik yang terdapat di dalam air limbah diuraikan oleh bakteri dari

mikroorganisme baru, sehingga populasi mikroorganisme pada permukaan media filter

semakin banyak dan membentuk lapisan seperti lendir (slyme).

C. Unit IPAL

Unit IPAL dirancang sedemikan rupa agar cara operasinya mudah dan biaya

operasionalnya murah. Unit ini terdiri dari perangkat utama dan perangkat penunjang.

Perangkat utama dalam system pengolahan terdiri dari unit pencampur statis (static mixer),

bak antara, bak koagulasi-flokulasi, saringan multimedia/ kerikil, pasir, karbon, mangan

zeolit (multimedia filter), saringan karbon aktif (activated carbon filter), dan saringan

penukar ion (ion exchange filter). Perangkat penunjang dalam sistem pengolahan ini dipasang

untuk mendukung operasi treatment yang terdiri dari pompa air baku untuk intake (raw water

pump), pompa dosing (dosing pump), tangki bahan kimia (chemical tank), pompa filter untuk

mempompa air dari bak koagulasi-flokulasi ke saringan/filter, dan perpipaan serta

kelengkapan lainnya.

Proses pengolahan diawali dengan memompa air baku dari bak penampungan kemudian

diinjeksi dengan bahan kimia ferrosulfat dan PAC (Poly Allumunium Chloride), kemudian

dicampur melalui static mixer supaya bercampur dengan baik. Kemudian air baku yang

teroksidasi dialirkan ke bak koagulasiflokulasi dengan waktu tinggal sekitar 2 jam. Setelah

itu air dari bak dipompa ke saringan multimedia, saringan karbon aktif dan saringan penukar

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 22


ion. Hasil air olahan di masukkan ke bak penampungan untuk digunakan kembali sebagai air

pencucian.

D. Cara Kerja IPAL

a. Pompa Air Baku (Raw water pump)

Pompa air baku yang digunakan jenis setrifugal dengan kapasitas maksimum yang

dibutuhkan untuk unit pengolahan (daya tarik minimal 9 meter dan daya dorong 40 meter).

Air baku yang dipompa berasal dari bak akhir dari proses pengendapan pada hasil buangan

limbah industri pelapisan logam.

b. Pompa Dosing (Dosing pump)

Merupakan peralatan untuk mengijeksi bahan kimia (ferrosulfat dan PAC) dengan

pengaturan laju alir dan konsentrasi tertentu untuk mengatur dosis bahan kimia tersebut.

Tujuan dari pemberian bahan kimia ini adalah sebagai oksidator.

c. Pencampur Statik (Static mixer)

Dalam peralatan ini bahan-bahan kimia dicampur sampai homogen dengan kecepatan

pengadukan tertentu untuk menghindari pecah flok.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 23


d. Bak Koagulasi-Flokulasi

Dalam unit ini terjadi pemisahan padatan tersuspensi yang terkumpul dalam bentuk-

bentuk flok dan mengendap, sedangkan air mengalir overflow menuju proses berikutnya.

e. Pompa Filter

Pompa yang digunakan mirip dengan pompa air baku. Pompa ini harus dapat melalui

saringan multimedia, saringan karbon aktif, dan saringan penukar ion.

f. Saringan Multimedia

Air dari bak koagulasi-flokulasi dipompa masuk ke unit penyaringan multimedia

dengan tekanan maksimum sekitar 4 Bar. Unit ini berfungsi menyaring partikel kasar yang

berasal dari air olahan. Unit filter berbentuk silinder dan terbuat dari bahan fiberglas. Unit ini

dilengkapi dengan keran multi purpose (multiport), sehingga untuk proses pencucian balik

dapat dilakukan dengan sangat sederhana, yaitu dengan hanya memutar keran tersebut sesuai

dengan petunjuknya. Tinggi filter ini mencapai 120 cm dan berdiameter 30 cm. Media

penyaring yang digunakan berupa pasir silika dan mangan zeolit. Unit filter ini juga didisain

secara khusus, sehingga memudahkan dalam hal pengoperasiannya dan pemeliharaannya.

Dengan menggunakan unit ini, maka kadar besi dan mangan, serta beberapa logam-logam

lain yang masih terlarut dalam air dapat dikurangi sampai sesuai dengan kandungan yang

diperbolehkan untuk air minum.

g. Saringan Karbon Aktif

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 24


Unit ini khusus digunakan untuk penghilang bau, warna, logam berat dan pengotor-

pengotor organik lainnya. Ukuran dan bentuk unit ini sama dengan unit penyaring lainnya.

Media penyaring yang digunakan adalah karbon aktif granular atau butiran dengan ukuran 1

2,5 mm atau resin sintetis, serta menggunakan juga media pendukung berupa pasir silika

pada bagian dasar.

h. Saringan Penukar Ion

Pada proses pertukaran ion, kalsium dan magnesium ditukardengan sodium.

Pertukaran ini berlangsung dengan cara melewatkan air sadah ke dalam unggun butiran yang

terbuat dari bahan yang mempunyai kemampuan menukarkan ion. Bahan penukar ion pada

awalnya menggunakan bahan yang berasal dari alam yaitu greensand yang biasa disebut

zeolit, Agar lebih efektif Bahan greensand diproses terlebih dahulu. Disamping itu digunakan

zeolit sintetis yang terbuat dari sulphonated coals dan condentation polymer. Pada saat ini

bahan-bahan tersebut sudah diganti dengan bahan yang lebih efektif yang disebut resin

penukar ion. Resin penukar ion umumnya terbuat dari partikel cross-linked polystyrene.

Apabila resin telah jenuh maka resin tersebut perlu diregenerasi. Proses regenerasi dilakukan

dengan cara melewatkan larutan garam dapur pekat ke dalam unggun resin yang telah jenuh.

Pada proses regenerasi terjadi reaksi sebaliknya yaitu kalsium dan magnesium dilepaskan

dari resin, digantikan dengan sodium dari larutan garam.

i. Sistem Jaringan Perpipaan

Sistem jaringan perpipaan terdiri dari empat bagian, yaitu jaringan inlet (air masuk),

jaringan outlet (air hasil olahan), jaringan bahan kimia dari pompa dosing dan jaringan pipa

pembuangan air pencucian. Sistem jaringan ini dilengkapi dengan keran-keran sesuai dengan

ukuran perpipaan. Diameter yang dipakai sebagian besar adalah 1 dan pembuangan dari bak

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 25


koagulasi-flokulasi sebesar 2. Bahan pipa PVC tahan tekan, seperti rucika. Sedangkan keran

(ball valve) yang dipakai adalah keran tahan karat terbuat dari plastik.

j. Tangki Bahan-Bahan Kimia

Tangki bahan kimia terdiri dari 2 buah tangki fiberglas dengan volume masing-masing 30

liter. Bahan-bahan kimia adalah ferrosulfat dan PAC. Bahan kimia berfungsi sebagai

oksidator.

E. IPAL Skala Rumah Tangga

Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan

sistem pengolahan air limbah (SPAL). Caranya gampang; bahan yang dibutuhkan adalah

bahan yang murah meriah sehingga rasanya tak sulit diterapkan di rumah Anda. Instalasi

SPAL terdiri dari dua bagian, yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak

pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm

persegi, ruang untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir.Tangki resapan

dibuat lebih rendah dari bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki

resapan ini terdapat arang dan batu koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar

yang ada dalam greywater.

Cara kerja ipal skala rumah tangga, air bekas cucian atau bekas mandi dialirkan ke ruang

penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 26


tersaring dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir,

pasir akan mengendap di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak karena berat jenisnya

lebih ringan akan mengambang di ruang penangkap lemak.

Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang berada di

tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan

keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati

penyaring berupa batu koral dan batok kelapa.

Beberapa kompleks perumahan seperti Lippo Karawaci dan hampir semua apartemen telah

memiliki instalasi pengolah limbah greywater yang canggih dan modern. Greywater yang

telah diolah akan digunakan lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk

mencuci mobil. Di Singapura dan negara-negara maju, greywater bahkan diolah lagi menjadi

air minum.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) yang menghasilkan

greywater seperti ini akan sangat bagus ubtuk diterapkan di lingkungan perumahan dosen

Universitas Haluoleo karena selain biayanya yang murah dan bahan yang digunakan mudah

didapatkan, juga air hasil olahannya ramah lingkungan bahkan dapat digunakan kembali atau

diolah lebih lanjut menjadi air minum.

Dampak dari IPAL Rumah Tangga yaitu terjadi pencemaran air

Cara Mengatasi Pencemaran IPAL Rumah Tangga

Salah satu alternative untuk mengatasi masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga

adalah dengan cara mengolah air limbah rumah tangga tersebut secara individual (on site

treatment) sebelum di buang ke saluran umum.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 27


Prses Pengolahan Air Limbah dengan system Kombinasi Biofilter Anaerob

Aerob

Air limbah rumah tangga di alirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring

sampah berukuran besar seperti daun, kertas, plastic dan lain-lain. Stelah melaui screen air

limbah di alirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan

kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungsi sebagai bak pengontrol

aliran, bak pengurai senyawa organic yang berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai

lumpur) dan penampung lumpur.

Air limpasan dari bak pengendap awal dialirkan ke bak kontaktor bak anaerob (dapat

dipasang lebih dari satu sesuai dengan kualitas dari jumlah air baku yang akan di olah) yang

diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split dengan arah aliran dari atas ke

bawah dan bawah ke atas.

Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni

penyaringan dengan sistem aliran dari bawah keatas akan mengurangi kecepatan partikel

yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan

mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter anaerb-aerob ini sangat sederhana,

operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta sedikit membutuhkan energi. Proses

ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah rumah tangga dengan kapasitas yang tidak

terlalu besar

Skema proses pengolahan air limbah rumah tangga dengan dengan system biofilter anaerob-

aerob:

IPAL SKALA LABORATORIUM KIMIA UNIVERSITAS HALUOLEO

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 28


Limbah menurut Recycling and Waste Management Act (krW-/AbfG) didefinisikan

sebagai benda bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya untuk dibuang atau pembuangannya

dengan cara yang sesuai, yang aman untuk kesejahteraan umum dan untuk melindungi

lingkungan. Adanya bahan kimia di universitas di mulai dari pemberian bahan yang

diperlukan dari gudang bahan kimia kepada pekerja atau mahasiswa yang mengambil mata

kuliah praktek di laboratorium. Bahan tersebut digunakan untuk sintesis maupun analisis.

Karena tujuan penggunaannya maka terbentuk bahan awal, produk samping, pelarut yang

digunakan dan bahan kimia yang terkontaminasi, dimana bahan ini harus diurai atau dibuang

jika daur ulangnya tidak mungkin dilakukan. Berlawanan dengan limbah industri, limbah

kimia dari laboraotrium di universitas yang terbentuk biasanya dalam jumlah kecil dari

campuran yang sangat kompleks. Intinya, hal ini menyatakan jumlah limbah yang berarti,

yang harus dibuang dari universitas dengan menggunakan dananya sendiri. Untuk

membuang limbah laboratorium, yang mungkin berbeda pada tempat yang berbeda pula, cara

yang sesuai bergantung pada tipe percobaan yang dilakukan dan bahan kimia yang

digunakan. Tetapi beberapa tipe limbah berbahaya yang dihasilkan tidak dapat dibuang dalam

bentuk aslinya dan harus diolah terlebih dahulu. Dengan bantuan proses yang sesuai, limbah

tersebut dapat dihilangkan sifat racunnya di tempat bahan tersebut dihasilkan. Keuntungan

dari penghilangan sifat racun juga mengurangi resiko kontaminasi pada pekerja yang tidak

berpengalaman dalam menanganinya bila terjadi kecelakaan dengan limbah ini, oleh karena

itu hal ini juga untuk menghindari resiko terhadap kontaminasi lingkungan.

Konsep manajemen limbah

Menghindari, mengurangi dan membuang limbah laboratorium

Akan lebih baik untuk menghindari pembentukan limbah pada langkah yang sangat

awal. Hal ini juga merupakan tujuan utama dari Recycling and Waste Management Act

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 29


(krW-/AbfG) yang dikemukakan pada tahun 1996. (Nama lengkapnya: Undang-undang

untuk manajemen daur ulang dan menyelamatkan limbah buangan yang aman terhadap

lingkungan). Setelah aturan tersebut, setiap orang yang mengembangkan, menghasilkan,

mengolah dan memproses atau menyebarkan bahan mempunyai komitmen untuk

menghindari limbah. Jika tidak mungkin untuk dihindari maka jumlah limbah harus dikurangi

dengan pengumpulan terpisah dan pengukuran daur ulang. Akhirnya, setelah semua usaha ini

dilakukan, jumlah limbah yang masih tersisa harus dibuang sebagai tanpa resiko terhadap

kesehatan dan lingkungan. Penggunaan kembali limbah laboratorium dapat dilakukan,

misalnya: untuk bahan kimia yang telah digunakan setelah melalui prosedur daur ulang yang

sesuai. Sebagai contoh, hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan. Pelarut

organik seperti etanol, aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam laboratorium

secara terpisah dan diperlakukan dengan distilasi.

Selama semua pengerjaan (dalam hal ini: percobaan kimia) dimana terbentuk

sejumlah besar limbah harus diperiksa dengan hati-hati, apakah mungkin untuk mengurangi

jumlah limbah dengan penggunaan pengukuran yang sesuai (misal: kondisi reaksi lainnya,

penurunan skala volume reaksi). Hanya dalam kasus dimana pengurangan jumlah limbah

lebih lanjut tidak mungkin secara prophylaxis dan pengukuran daur ulang, maka cara lama

untuk pembuangan limbah harus dilakuka

Limbah Berbahaya di Laboratorium

Kelompok penting dari limbah adalah bahan kimia sisa/residu yang biasanya

dikelompokkan sebagai limbah berbahaya. Senyawa ini dilarang untuk dibuang melalui

pengumpulan limbah publik atau melalui saluran air limbah yang umum. Tipe limbah yang

digolongkan sebagai limbah berbahaya harus dikumpulkan secara terpisah dan dikirimkan

oleh penghasilnya kepada perusahaan pembuangan yang telah disetujui. Penghasil limbah

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 30


juga harus mengirimkan data yang sesuai tentang tipe limbah berbahaya tersebut.

Berdasarkan tipe limbahnya, nilai ambang batas tertentu untuk kandungan dan sifat bahan

kimia harus dipatuhi. Senyawa yang hanya bisa dibuang dengan biaya tinggi harus dihindari,

jika dimungkinkan diganti dengan bahan pengganti yang sesuai, yang dapat dibuang dengan

biaya yang lebih efektif dan dengan cara yang ramah terhadap lingkungan.

Pengumpulan Limbah Berbahaya

Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang

berlaku(misalnya: Ordinance on the Hazardous Substances, juga lihat: Legal Conditions

for the Handling of Hazardous Substances and Technical Guidelines on Safety in

Chemical Laboratory Courses). Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur

menjadi satu. Untuk setiap tipe limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh

universitas untuk pengumpulan. Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan

limbah. Wadah tersebut tidak boleh diisi lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan

selama pengangkutan) dan harus ditutup rapat serta diberi label dengan benar. Jika tidak,

perusahaan penanganan limbah tidak diijinkan untuk menerimanya. Wadah yang rusak, bocor

atau terkontaminasi dengan senyawa berbahaya juga tidak dapat diterima. Aturan umum

untuk penanganan limbah berbahaya adalah menghindari resiko yang membahayakan

terhadap manusia dan lingkungan baik selama penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan

bahan-bahan tersebut.

Air Limbah yang Terbentuk Di Laboratorium

Air limbah laboratorium adalah cairan apa saja yang berasal dari tempat pencucian.

Pada kasus yang ideal biasanya mengandung sedikit air. Pada praktek sehari-hari, limbah ini

biasanya mengandung larutan berair yang telah terlebih dahulu dinetralkan menjadi pH 6

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 31


sampai 8 dan tidak mengandung logam-logam berat. Selama pembuangan air limbah,

ambang batasnya harus sesuai dan biasanya nilai ini diberikan oleh pejabat pengurus air

limbah yang berwenang. Harus dipatuhi bahwa dilarang mengencerkan air limbah dalam

usaha untuk mencapai nilai ambang batas ini. Sebagai contoh Tabel 1-3 menyajikan nilai

ambang batas untuk polutan yang berbeda di Technical University of Braunschweig. Bila

hasilnya melebihi nilai tersebut maka biaya perlakuan air limbah akan membengkak.

Senyawa yang diijinkan untuk dibuang ke dalam air limbah adalah senyawa yang tidak

terdapat dalam tabel berikut, tidak digolongkan sebagai senyawa berbahaya, dan jika bahan

tersebut tidak berbahaya untuk lingkungan dan untuk pengoperasian instalasi pengolahan air

limbah.

Parameter Dasar yang Penting Untuk Kualitas Air Limbah

Nilai pH dari air limbah harus berkisar antara 6,0 sampai 10,5

Temperatur tidak melebihi 35oC

Toksisitas air limbah harus lebih kecil dari nilai yang dapat mempengaruhi proses biologi

pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), pembuangan lumpur atau penggunaan lumpur.

Konsentrasi zat warna dalam air limbah harus kurang dari nilai yang dapat menyebabkan

perubahan warna pada IPAL umum.

Nilai ambang batas untuk fenol dibuat rendah (0,025 mg/L air limbah) karena senyawa ini

dapat menyebabkan rasa-sakit yang sangat susah dihilangkan selama pemurnian air.

Nilai ambang batas untuk senyawa yang menggunakan oksigen seperti natrium sulfit, garam

besi (II) dan tiosulfat ditetapkan 50 mg/L air limbah.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 32


Tabel 1: Senyawa anorganik Nilai ambang batas (TLV) untuk kation

Kation TLV (mg/L)


Antimoni 0,25
Arsen 0,05
Barium 1,0
Timbal 0,5
Kadmium 0,5
Kromium 0,5
Kromium (VI) 0,1
Kobalt 1,0
Tembaga 0,5
Nikel 0,5
Merkuri 0,025
Perak 0,25
Zinc 2,5
Tin 0,5

Tabel 2: Senyawa anorganik Nilai ambang batas (TLV) untuk anion

Anion TLV (mg/L)


Sianida 10
Fluorida 25
Sulfat 300
Sulfida 1,0

Catatan : larutan berair yang tersisa setelah ekstraksi dengan diklorometana atau

kloroform harus dibuang sebagai limbah berbahaya (mengandung hidrokarbon

terklorinasi, VOX) atau harus dibuat tidak volatil dengan menggunakan metoda yang

sesuai (misalnya: purging).

Catatan Khusus Pada Pembuangan Limbah Kimia Dari Laboratorium

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 33


Dianjurkan untuk mendetoksifikasi sejumlah kecil limbah bahan kimia berbahaya di

laboratorium oleh staff yang berkompeten. Keterangan lebih rinci tentang prosedur yang

dapat digunakan terdapat pada cara pengerjaannya. Tipe limbah berbahaya berikut selalu

terjadi pada pekerjaan di laboratorium. Oleh karena itu, berikut ini diberikan beberapa

informasi untuk mengolah dan membuangnya.

Bahan kimia sisa:

Sebagai bahan kimia sisa, hanya bahan berikut yang dapat dibuang yaitu jika

penyusunnya telah diketahui

tidak digolongkan sebagai bahan yang mudah meledak, dan

tidak bersifat radioaktif

Semuanya harus tidak mengandung penyusun yang sangat beracun seperti dibenzodioksin

dan furan terpoliklorinasi (PCDD/F), bifenil terpoliklorinasi (PCB) atau bahan untuk perang.

Wadah limbah harus diberi label dengan benar meskipun pada wadah yang kecil. Bejana kecil

dan vial yang digunakan untuk produk reaksi dari pekerjaan lab dapat dikumpulkan dalam

wadah untuk bahan padataan dan diberi keterangan, contohnya: sebagai produk sintesis dari

pekerjaan lab kimia anorganik dalam vial). Jika bahan kimia tidak diketahui (misal : dalam

bejana tanpa label), dianjurkan untuk mengelusidasi tipe dari senyawa yang tersebut. Bahan

kimia yang telah digolongkan pada golongan limbah tertentu harus dibuang sesuai dengan

golongan tersebut. Sebagai contoh adalah asam klorida. Bahan ini dimasukkan ke dalam

kelompok limbah asam anorganik, campuran asam dan mordants. Artinya, HCl harus tidak

dibuang sebagai bahan kimia sisa/residu. Bahan kimia lama yang disimpan di dalam bejana

tertutup sebaiknya ditawarkan kepada kelompok atau institusi lain untuk kepentingan yang

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 34


lain. Bahan ini dapat dibuang hanya jika tidak ada seorangpun yang tertarik untuk

memilikinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Terdapat pula pengambilan kembali

bahan kimia dan pelarut dalam jumlah besar oleh pembuat bahan kimia tersebut. Sebagai

contoh, Perusahaan Merck menawarkan suatu layanan dengan nama Retrologistics. Bahan

kimia yang dikirimkan akan diuji kondisinya dan tipe serta jumlahnya didokumentasikan.

Kandungan dari bejana kecil dengan bahan kimia yang diketahui akan digabungkan menjadi

jumlah yang lebih besar. Setelah analisis dan kontrol kualitas, senyawa tersebut akan

digunakan dalam produksi dan sintesis. Jika penggunaan kembali tidak dimungkinkan, bahan

kimia tersebut akan dibuang menurut aturan yang telah ditetapkan.

Asam Anorganik, Campuran Asam dan Mordant

Nilai pH dari larutan ini harus di bawah 6. Larutan asam berair ini harus bebas dari

sianida (jika tidak, maka akan terbentuk hidrogen sianida !)

ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)

Asam yang telah digunakan yang mengandung asam nitrat (misalnya campuran asam nitrat)

harus dinetralkan dan kemudian dibuang sebagai dibersihkan dan dicuci dengan air)

Larutan asam yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat

dinetralkan dengan natirum hidroksida atau natrium hidrogen karbonat dalam jumlah molar

yang sama dan kemudian dibuang ke dalam air limbah laboratorium.

Basa, Campuran Basa dan Mordant

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 35


Limbah golongan ini merupakan limbah cair dengan pH di atas 8. Larutan basa hidroksida

berair ini harus bebas dari

sianida

ion amonium (maks. 0,1 mol/L, jika tidak akan terjadi pelepasan amonia !), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)

Larutan basa yang tidak mengandung logam berat atau bahan berbahaya lainnya dapat

dinetralkan dengan asam klorida dengan jumlah molar yang sama dan kemudian dibuang ke

dalam air limbah laboratorium.

Air Dari Pembersihan Dan Pencucian yang mengandung garam logam

Limbah golongan ini mengandung larutan berair dari garam logam yang harus bebas

dari :

sianida

ion amonium (maks. 0,1 mol/L diijinkan), dan

tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)

Untuk larutan berair ini dimungkinkan terjadinya pengurangan volume yang nyata dengan

menggunakan pengukuran konsentrasi.

Berdasarkan pemaparan tersebut maka sistem pengolahan limbah (SPAL) untuk skala

laboratorium seperti di atas akan sangat bagus untuk diterapkan pada lingkungan

laboratorium kimia Universitas Haluole

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 36


BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dari tulisan diatas, sebagai berikut :Pembangunan

yang mengandalkan teknologi dan industri dalam mempertahankan tingkat pertumbuhan

ekonomi seringkali membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup manusia.Pencemaran

lingkungan akan menyebabkan menurunnya mutulingkungan hidup, sehingga akan

mengancam kelangsungan makhluk hidup,terutama ketenangan dan ketentraman hidup

manusia.Adanya pengertian dan persepsi yang sama dalam memahami pentingnya

lingkungan hidup bagi kelangsungan hidup manusia akan dapatmengendalikan tindakan dan

perilaku manusia untuk lebih mementingkanlingkungan hidup.Kemauan untuk saling

menjaga kelestarian dan keseimbanganlingkungan hidup merupakan itikad yang luhur dari

dalam diri manusia dalammemandang hakekat dirinya sebagai warga dunia.

B. Saran

Limbah industri harus ditangani dengan baik dan serius olehPemerintah Daerah

dimana wilayahnya terdapat industri. Pemerintah harusmengawasi pembuangan limbah

industri dengan sungguh-sungguh. Pelakuindustri harus melakukan cara-cara pencegahan

pencemaran lingkungandengan melaksanakan teknologi bersih, memasang alat pencegahan

pencemaran, melakukan proses daur ulang dan yang terpenting harusmelakukan pengolahan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 37


limbah industri guna menghilangkan bahan pencemaran atau paling tidak meminimalkan

bahan pencemaran hingga batasyang diperbolehkan. Di samping itu perlu dilakukan

penelitian atau kajian

DAFTAR PUSTAKA

BAPEDAL. 2001. Program Kali Bersih (PROKASIH) . Yogyakarta.

Dinas Pekerjaan Umum DIY. 2002. Brosur IPAL Sewon Bantul . Yogyakarta.

Gaudy, Jr., A.F., and E.T., Gaudy. 1981. Microbiology for Environmental Scientist and
Engineers. 1 ed., pp. 175 180, Mcgraw Hill International Book Company. Aukland.

Hakim, L., 2000. Evaluasi Pengelolaan IPAL Sewon Bantul . Tugas Hukum Lingkungan.
UGM. Yogyakarta.

Hammer, M.J., 1986. Water and Wastewater Technology . 2 ed., John Wiley and Sons.
New York.

Mackenzie, L.D., and Cornwell. 1991. Introduction to Environmental Engineering 2 ed.,


pp. 348 352. McGraw Hill International Editions, Ltd., Singapore.

Metclaf, Eddy, and G., Tchobanoglous. 1981. Waste Water Engineering Treatment Disposal
2 ed., pp. 400 414. Tata McGraw Hill Publishing Company, Ltd. , New Delhi.

Rao, A.V., and Bhole, A.G., 2001. A Low-Cost Technology for The Treatment of
Wastewater Water Research Journal, pp. 38.

Rosyida, A., 2000. Keunggulan Pengolahan Biologi Secara Trickling Filter pada Limbah
Cair Tekstil . Prosiding Seminar Nasional Peranan Teknologi dalam Pembangunan
Lingkungan Dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Yang Berk-e lanjutan. BPPT. Jakarta.

Sugiarto. 1987. Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 38


Tjokrokusumo. 1995. Enjinering Lingkungan . Sekolah Tinggi Teknik Lingkungan.
Yogyakarta.

YUIMS. 1999. Inventarisasi dan Evaluasi Kinerja Ase-tAset Prasarana di Aglomerasi


Perkotaan Yogyakarta . Yogyakarta Urban Infrastructure Management Supoport.

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) 39

Anda mungkin juga menyukai