Kasih mula-mula, bisa diibaratkan kasih dalam suasana "jatuh-cinta". Jika kita
pernah mempunyai kekasih, kirtatentu bisa merasakan suasana kasih ketika
sedang jatuh-cinta. Kasih semula menampakkan dirinya sebagai kasih yang
murni, tidak campur aduk dengan yang lain. Karena itu, dia juga hangat,
menggetarkan serta bersifat spontan, jauh dari sikap pura-pura atau rekayasa.
Kasih semula tidak pernah mau menyakiti serta rela berkorban tanpa merasa
berkorban, memberikan apa saja demi yang dikasihinya. Yaitu kasih yang
menggelora, kasih yang menutup segala sesuatu, dan kasih yang hanya tertuju
kepada yang dikasihi.
Lalu apakah yang dimaksud dengan kasih yang mula-mula itu? Dalam versi King
James, kasih yang mula-mula ditulis dengan kata 'first love'. Kasih mula-mula
adalah kasih yang kita miliki dan dan kita rasakan ketika kita baru mengalami
pertobatan atau kelahiran baru. Semua orang Kristen yang mengalami pertobatan
sejati pasti akan mengalami kasih yang mula-mula ini.
Semua orang Kristen yang lahir baru pasti pernah mengalami yang namanya kasih
mula-mula. Tetapi seiring dengan perjalanan waktu kasih kita kepada Tuhan juga
bisa luntur dan di hadapan Tuhan itu adalah satu kejatuhan yang besar. Tak peduli
apapun yang sedang kita hadapi saat ini, satu hal yang perlu kita lakukan adalah :
bangkitlah, raih kembali kasih mula-mula itu kembali. Sebab apa artinya kita
mengikuti Tuhan tanpa kasih yang mula-mula ? Apa artinya kita melayani Tuhan
tanpa disertai dengan kasih ? Tuhan ingin kita mengasihi DIA dengan segenap
hati, segenap jiwa dan segenap kekuatan kita. Tuhan ingin kita memprioritaskan
DIA dari segalanya.
Ayat ini ditujukan Tuhan kepada jemaat di Efesus yang pada waktu itu sudah
kehilangan kasih yang semula atau kasih yang mula-mula. Saudara-saudari yang
kekasih, kalau kita membaca Wahyu pasal 2 : 1-7 maka kita akan mengetahui
ternyata jemaat di Efesus adalah jemaat yang berjerih lelah dalam pelayanan
Tuhan, dan jemaat begitu tekun melakukan pekerjaan Tuhan.
Jemaat di Efesus merupakan jemaat yang cinta Tuhan dan rela berkorban. Mereka
mencintai kebenaran dan mereka memiliki roh membedakan sehingga mereka bisa
menguji mana rasul yang asli atau bukan. Mereka begitu giat dan berjerih lelah
dalam melayani Tuhan. Jemaat yang mereka gembalakan bisa jadi sangat
berkembang sehingga mereka begitu giat dan sibuk mengerjakan visi Tuhan.
Tetapi sekalipun demikian, Tuhan mencela mereka, kenapa ? Hanya karena satu
hal, itulah kasih mula-mula. Ternyata jemaat di Efesus sudah kehilangan kasih
yang mula-mula, dan Tuhan katakan itu satu kejatuhan bahkan dikatakan
kejatuhan yang paling dalam ( Wahyu 2 : 5a “ Sebab itu ingatlah betapa dalamnya
engkau telah jatuh ! “ )
Mungkin dulunya jemaat di Efesus pernah mengalami indahnya kasih yang mula-
mula dan api kebangunan rohani yang luar biasa. Tetapi sekarang mereka sudah
kehilangan kasih itu. Memang sekarang mereka tetap mengerjakan pelayanan
Tuhan dengan tekun, tetapi mereka melakukan semuanya itu tanpa kasih. Tanpa
sadar mereka melakukan pelayanan itu semata-mata karena program dan tuntutan
manusia semata-mata ataupun karena sebuah kewajiban. Mereka tidak
menempatkan hubungan dengan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup
mereka. Mungkin mereka masih setia mencari wajah Tuhan, memiliki jam-jam
doa dan melakukan saat teduh dengan Tuhan, tetapi semua itu bukan lahir dari
kasih mereka kepada Tuhan melainkan hanya sekedar menunaikan kewajiban
saja. Banyak gereja masa kini yang keadaannya sama dengan jemaat di Efesus
ini. Hati-hati, bila tidak bertobat maka Tuhan akan mengambil kaki dian kita.
KEHILANGAN KASIH YANG MULA-MULA
3. Terjebak Rutinitas
Rutinitas dan pelayanan yang dilakukan tanpa kasih, akan menjebak kita
dalam lingkaran kejenuhan dan frustrasi.