Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN III : STRATEGI “BERBAGI” DI ABAD

DIGITAL
Solidaritas dan Subsidiaritas dalam Mewujudkan Kesejahteraan Mental Spiritual

LAGU PEMBUKA

TANDA SALIB DAN SALAM


F : Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus
U : Amin
F : Kasih karunia, rahmat dan damai sejahtera dari Allah Bapa dan Putra-Nya Yesus Kristus,
dalam persekutuan dengan Roh Kudus, selalu beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
KATA PENGANTAR

Kardinal Ignatius Suharyo menegaskan tentang panggilan umat Kristiani agar


terlibat dalam mengusahakan kesejahteraan bersama dengan meneladani Yesus
yang menjadi pusat hidup setiap orang Kristiani.

Bapak Sukidi seorang pemikir kebangsaan yang ikut menghadiri pertemuan


tersebut menambahkan bahwa salah satu tokoh yang layak diteladani atas
panggilan ini adalah Santo Paulus karena telah memprioritaskan kepentingan
orang lain daripada dirinya sendiri. Oleh sebab itu umat diajak membangun
komitmen bersama dengan ikut bertanggung jawab, karena pada kenyataannya
manusia tidak hidup sendirian namun hidup bersama dengan sesamanya.
Seruan di atas sejalan dengan panggilan Gereja dalam menghadapi
permasalahan dan situasi dunia yang saat ini sedang tidak baik-baik saja.
 Gereja mengajak semua orang mengambil langkah peduli kepada yang lemah dan
membantu mereka.
 Gereja menyadari bahwa tugas perutusannya dipimpin Injil dan Kasih kepada sesama.
(Fransiskus, 2013) “Panggilan” ini tentu harus diperjuangkan bersama, tidak ada cara lain selain
terlibat langsung dengan menjadi berkat itu sendiri, seperti keterlibatan Tuhan Yesus atas suka
duka kehidupan masyarakat di jaman itu, karena Kesaksian Penginjilan paling nyata tampak pada
tindakan berbagi dan kesetiakawanan di antara sesama.

Namun kenyataannya manusia belum sepenuhnya menjalankan tugas sebagai citra Allah yang
mempunyai keistimewaan akal budi, hati Nurani dan kebebasan, terbukti masih banyak yang
kurang peduli dan mengabaikan sesama, contohnya :
 Membuang sampah sembarangan,
 Perilaku mudah tercetus emosi,
 Kurang toleransi dan cinta diri secara berlebihan
Oleh sebab itu manusia harus kembali kepada hakikatnya sebagai ciptaan Allah yang bermartabat
luhur, yang mempunyai kesamaan dengan sifat Allah, yaitu berupa sifat-sifat baik yang dapat
dipergunakan untuk menjalankan tugas panggilannya. Keluhuran martabat manusia terletak pada
kemampuan-kemampuan yang diberikan Allah untuk menjadi rekan sekerja Allah agar
mengembangkan dirinya secara integral baik jasmani, rohani dan mental.
DOA PEMBUKA
Allah Bapa yang Maha Kasih, terima kasih untuk setiap kebaikan dan kemurahan-Mu, sehingga
kami dapat berkumpul dalam pertemuan ketiga dari masa APP ini, kiranya Roh Kudus-Mu
membimbing membuka mata hati dan pikiran kami, agar kami dapat memahami pesan yang
Engkau ingin sampaikan kepada kami agar mampu hidup sesuai dengan kehendak-Mu. Demi
Yesus Kristus Tuhan dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa kini dan sepanjang segala
abad, amin.

BACAAN KITAB SUCI Gal 6: 1-10


(1)Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu
yang rohani, harus memimpin orang itu kejalan yang benar dalam roh lemah lembut , sambil
menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. (2)Bertolong-tolonganlah
menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus. (3)Sebab kalau
seseorang menyangka, bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya
sendiri. (4)Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah
melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang lain. (5)Sebab tiap-tiap orang
akan memikul tanggungannya sendiri. (6)Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam
firman, berbagi segala sesuatu yang baik dengan orang yang memberikan pengajaran itu.
(7)Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur
orang, itu juga yang akan dituainya. (8)Sebab siapa yang menabur dalam dagingnya, ia akan
menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi siapa yang menabur dalam Roh, ia akan menuai
hidup yang kekal dari Roh itu. (9)Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah
dating waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. (10)Karena itu, selama masih
ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama
kepada saudara-saudara seiman kita.
Demikianlah Sabda Tuhan

SHARING DAN PENDALAMAN

Dua Gambaran menarik dari Rasul Paulus yaitu Daging dan Roh.
 Daging melambangkan kelemahan karena berhubungan dengan keinginan atau kehendak
manusia sendiri tentang hal-hal yang menyenangkan hati duniawinya.
 Roh  melambangkan hidup yang sesuai dengan keinginan atau perkataan Allah.
Paulus menekankan agar jemaat hidup oleh Roh dan dipimpin oleh Roh, sebab “Roh lah yang
memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna ”
Peringatan Rasul Paulus Kepada Jemaat di Galatia berdasarkan pengalaman hidupnya :
“seperti yang telah kubuat dahulu ” (Gal 5:21) ini artinya perbuatan daging pernah nyata di
dalam hidupnya.
Berharap jemaat “berubah oleh pembaharuan budi, sehingga kamu dapat membedakan
manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan pada Allah ” (Roma 12:2)
Seruan ini penting untuk diperhatikan, sebab perbuatan daging adalah kegagalan terhadap
keadilan dan kasih Allah.
Desakan Paulus ini dimaksudkan agar semua orang saling membantu dalam menghadapi
berbagai masalah yang timbul akhir-akhir ini setelah pengaruh pandemi covid -19, seperti
masalah kesehatan mental, contohnya:
1. Kehilangan pekerjaan,
2. Perubahan gaya hidup,
3. Tuntutan pekerjaan tinggi,
4. Harga kebutuhan pokok meningkat yang tidak disertai kemampuan ekonomi yang
memadai,
5. FOMO (fear of missing out)
Ini menimbulkan kecemasan berlebihan terhadap kehidupannya, generasi sandwich yang
memiliki peran ganda karena harus berjuang untuk orang tua sekaligus masa depan dirinya.

Masalah lain yang juga tidak kalah penting tapi sering terlupakan adalah masalah kesehatan
spiritual seperti perubahan prioritas karena pergeseran nilai-nilai :
 Penurunan partisipasi dan kehadiran dalam kehidupan menggereja
 Kurangnya kebutuhan disayangi dan menyayangi
 Ketidak-mampuan untuk saling memaafkan dan mengampuni.

Paulus memberikan sebuah nasehat bijak :


Untuk saling mendukung dan membantu satu sama lain agar dapat mengurangi beban yang
harus ditanggung sesama dengan peduli dan berbuat baik.

Bagi Paulus berbuat baik adalah kewajiban dari semua orang, sebab Allah adalah kebaikan
itu sendiri dan sumber kebaikan, Allahlah yang empunya kebaikan dan akan terus
mengalirkan kebaikan itu kepada umat-Nya.
PERTANYAAN REFLEKTIF:
1. Sebutkan beberapa tindakan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang belum
mencerminkan dirinya sebagai citra Allah?
2. Mengapa manusia harus hidup dalam kebersamaan dengan orang lain dan
senantiasa menjalin relasi dengan Allah pencipta-Nya?

PENEGUHAN / WAWASAN
Melalui salah satu dokumen Gereja “Caritas In Veritate” , umat diajak :
Mengutamakan pelayanan berbagi dengan terlibat dalam misi kebenaran yang harus
diselesaikan setiap waktu dan situasi demi terwujudnya kesejahteraan bersama sesuai
martabat dan panggilannya, dalam menjawab tantangan untuk mengasihi sesama dengan cara
“memberi kebaikan yang kumiliki untuk orang lain” (Benedictus XVI, 2009, p. no 6 hal 9)2 baik
perorangan, keluarga maupun kelompok.

Caranya dengan menumbuhkan kesadaran dan membangun budaya peduli melalui karya-
karya sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang membawa transformasi diri untuk menjadi
pribadi yang lebih berbelas kasih, lebih terbuka terhadap penderitaan sesama yang
membutuhkan dan menjadikan semua kebaikan itu sebagai gaya hidup yang dipimpin oleh Roh.
Marilah kita bersama ikut terlibat dan berpartisipasi sebagai komitmen membangun sikap
peduli yang menggerakkan semua Gerakan kebaikan dalam Gereja-Nya.
Ada satu kalimat sederhana sebagai wujud pernyataan Cinta kasih dan Pekerjaan Allah dalam
hidup kita masing-masing kepada sesama, yaitu :
“Lihatlah di wajah mereka ada wajah Allah dan perlihatkanlah Wajah
Allah di wajah kita kepada mereka”.
MEMBANGUN KOMITMEN DAN AKSI NYATA
1. Menyediakan waktu konseling bagi umat yang membutuhkan “One on
One discussion ” untuk berbagi pengalaman dan strategi dalam
mengatasi masalah yang ada, dimana umat dapat mengutarakan
permasalahan yang dihadapi dan bersama-sama mencari solusi yang
tepat bagi permasalahannya.
2. Memberdayakan kaum disabilitas dengan meningkatkan kemandirian mereka
melalui pelatihan dan ketrampilan kerja, memberikan peluang pekerjaan sesuai
kemampuan dan minat, melibatkan seniman atau Musisi disabilitas,
meningkatkan kesadaran Masyarakat untuk menghilangkan pandangan dan
penilaian negatif.
3. Konseling pendampingan orang muda, contoh: Domus cordis atau rumah hati,
didirikan atas himbauan Pastor Subagyo, dan memiliki beberapa program
professional antara lain TOBIT yang menjawab kegelisahan kaum muda dan
mengajarkan pentingnya berdoa selama 60 menit sehari, karena doa membantu
untuk lebih menghargai tubuh yang adalah bait Allah.
4. Penguatan literasi Digital dapat membantu membuat keputusan cerdas dan
melindungi diri dari berbagai resiko seperti:
a. Tawaran human trafficking
b. Pinjaman online atau Pinjol
c. Berita palsu atau hoax
d. Kecanduan gadget

DOA UMAT SPONTAN

BAPA KAMI
DOA PENUTUP
Allah Bapa Yang Maha Baik, kami bersyukur atas kebersamaan yang Engkau berikan
dari awal hingga akhir pertemuan ini, semoga melalui Firman yang telah Engkau
taburkan dapat tetap tinggal, tumbuh dan berbuah di dalam kehidupan kami serta
semakin mendekatkan diri kami kepada-Mu. Mampukan kami untuk dapat menjalankan
tugas sesuai citra-Mu dan Tuntunlah kami untuk selalu hidup dalam Roh sehingga kami
beroleh hidup dan dipenuhi damai Sejahtera. Kemuliaan kepada Bapa, dan Putra, dan
Roh Kudus, Seperti para permulaan, sekarang, selalu dan sepanjang segala abad.
Amin.

PERUTUSAN
F : Semoga Tuhan beserta kita.
U : Sekarang dan selama-lamanya.
F : Semoga kita semua yang hadir dan keluarga kita serta orang yang kita doakan
dibimbing dan diberkati oleh Allah Bapa Yang Mahakuasa (+), Dalam Nama Bapa dan
Putra dan Roh Kudus
U : Amin.
LAGU PENUTUP

Anda mungkin juga menyukai