Anda di halaman 1dari 7

HELENA SILIYANI WARUWU

TUGAS AGAMA KATOLIK:

1. Diskusikan bagaimana penghargaan terhadap martabat manusia saat ini menurut Anda! Dan
bagaimana Gereja Katolik menegaskan mengenai martabat manusia? Penghargaan atas harkat dan
martabat manusia sebagai salah satu ciptaan Tuhan perlu dijunjung tinggi oleh setiap manusia. Umat
manusia yang mendiami sebuah bumi yang satu dan sama (we share the same sky) ini memiliki satu
tanggung jawab yang sama, yakni menghormati dan membangun martabat manusia di dalam
lingkungan alam yang semakin baik dan terjaga. Manusia terkait erat dan tak dapat dipisahkan dari
persoalan-persoalan lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya. Pembangunan iman dan penegakkan
hak-hak asasi manusia (HAM) mendapatkan terang dan harapan yang baru untuk dikembangkan
menjadi lebih baik.

Bagaimana Gereja Katolik menegaskan mengenai martabat manusia?


Nilai-nilai dasar yang menghormati martabat manusia, seperti penghargaan terhadap daya cipta
manusia, kesamaan setiap orang di hadapan Allah dan perhatian untuk kepentingan bersama, sering
dipakai baik sebagai tolok ukur moral, maupun untuk pertimbangan pribadi. “Kemerdekaan,
kesamaan, dan persaudaraan” menjadi kesepakatan dasar untuk menata hidup bersama dalam
banyak negara. Karena merupakan landasan bagi hidup bersama, nilai-nilai itu disebut nilai-nilai
dasar. Iman Kristen dapat menerangi, menjernihkan, dan mendukung nilai-nilai dasar. Dari imannya
Gereja menimba keyakinan, bahwa “martabat pribadi itu suci”, sebab rahmat Allah, yang ingin
menyelamatkan semua orang, telah menyentuh sedalam-dalamnya hidup setiap insan. Dengan
memaklumkan karya Allah Penyelamat, Gereja memaklumkan juga hormat bagi martabat manusia.
Kalimat itu merupakan asas awal setiap rentetan hak asasi. Dengan mengajarkan dan membela
kebebasan moral dan kebebasan sosial-politik setiap manusia, Gereja memaklumkan pokok iman:
“Kebebasan sejati merupakan tanda mulia gambar Allah dalam diri manusia … supaya ia dengan
sukarela mencari Penciptanya, dan dengan mengabdi kepada-Nya secara bebas mencapai
kesempurnaan penuh yang membahagiakan” . Demikian pula adalah keyakinan iman, bahwa
“manusia berhak berserikat dalam kemerdekaan”, sebab “Allah berkenan menguduskan dan
menyelamatkan manusia bukannya satu per satu, tanpa hubungan satu dengan lainnya, melainkan
dengan membentuk mereka menjadi umat, yang mengakui-Nya dalam kebenaran dan mengabdi
kepada-Nya dengan suci”

2.Apa sebenarnya Tugas perutusan manusia sebagai Citra Allah?


a. melakukan segala sesuatu seturut kehendak Allah,
b. melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan hati nurani,
c. meneruskan kehidupan yang ada di bumi,
d. mengusahakan seluruh ciptaan untuk memuliakan Allah.

Dan bagaimana cara Anda sebagai kaum muda Katolik ikut dalam karya penyelenggaraan Tuhan,
terutama saat masa pandemic sekarang?
* Jangan Panik, Ini bukan untuk mengatakan tidak ada alasan untuk khawatir, atau bahwa kita harus
mengabaikan nasihat yang baik dari para profesional medis dan ahli kesehatan masyarakat. Namun,
kepanikan dan ketakutan bukan dari Tuhan. Tenang dan berharap. Dan adalah mungkin untuk
menanggapi krisis dengan serius, sambil mempertahankan rasa tenang dan harapan batin.
* Jangan Mengkambinghitamkan
Tahan godaan untuk menjelekkan atau mengkambinghitamkan, yang membuat kita stres. Covid-19
bukan penyakit Cina; itu bukan penyakit “asing”. Itu bukan salah siapa-siapa. Demikian juga, orang
yang terinfeksi tidak bisa disalahkan. Ingatlah bahwa Yesus ditanya tentang orang buta: “Siapa yang
berdosa, bahwa orang ini dilahirkan buta?” Tanggapan Yesus: “Tidak seorang pun” (Yoh 9: 2).
Penyakit bukanlah hukuman. Jadi, jangan menjelekkan dan jangan membenci.
* Merawat yang Sakit
Pandemi ini mungkin membutuhkan waktu yang lama; beberapa teman dan keluarga kita mungkin
sakit dan mungkin meninggal dunia. Lakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantu orang
lain, terutama orang lanjut usia, orang cacat, orang miskin dan terisolasi. Ambil tindakan pencegahan
yang diperlukan; jangan sembrono dan jangan berisiko menyebarkan penyakit, tetapi juga jangan
lupa tugas dasar Kristen untuk membantu orang lain. “Aku sakit, dan kamu datang mengunjungi
aku,” kata Yesus (Mat 25)Dan jangan tutup hati untuk orang miskin dan mereka yang tidak memiliki
atau terbatas perawatan kesehatan. Pengungsi, para tunawisma dan migran, misalnya, akan lebih
menderita daripada masyarakat umumnya. Biarkan hatimu terbuka untuk semua yang
membutuhkan. Jangan biarkan hati nurani kita terinfeksi juga.
* Berdoa
Gereja-gereja Katolik di seluruh dunia ditutup, dengan misa dan layanan paroki lainnya dibatalkan
oleh banyak uskup. Ini adalah langkah bijaksana dan perlu yang dirancang untuk menjaga orang
tetap sehat. Tetapi mereka harus dibayar mahal: Bagi banyak orang, ini menghilangkan salah satu
bagian yang paling menghibur dalam hidup mereka — Misa dan Ekaristi — dan lebih mengucilkan
mereka dari komunitas pada saat mereka paling membutuhkan dukungan. Apa yang bisa dilakukan
seseorang? Nah, ada banyak Misa yang disiarkan televisi dan siaran langsung, serta yang disiarkan di
radio. Tetapi bahkan jika kita tidak dapat menemukannya, Kita dapat berdoa sendiri. Ketika kita
melakukannya, ingatlah bahwa kita masih merupakan bagian dari komunitas. Ada juga tradisi lama di
gereja kami untuk menerima “persekutuan rohani,” ketika, jika kita tidak dapat berpartisipasi dalam
Misa secara pribadi, kita mempersatukan diri kita dengan Allah dalam doa.
* Percayalah bahwa Tuhan Menyertai kita
Yesus memahami semua ketakutan dan kekhawatiran yang kita miliki. Yesus memahami kita, bukan
hanya karena ia ilahi dan memahami segala sesuatu tetapi karena ia adalah manusia dan mengalami
semua hal. Pergi kepadanya dalam doa. Dan percayalah bahwa dia mendengarkan doa kita dan
bersama kita.

3.1 Siapakah Yesus menurut ajaran Gereja Katolik?

Dalam Kekristenan, Allah disebut "Bapa" dalam pengertian yang tidak pernah dikenal sebelumnya,
selain sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, dan Pelindung bagi anak-anak-Nya, umat-Nya. Bapa
dikatakan mempunyai hubungan yang kekal dengan Anak Tunggal-Nya, Yesus. Hal ini menunjukkan
bahwa, Kristus adalah Anak Allah yang lahir dari Dia. Hal ini menyiratkan suatu hubungan yang
eksklusif dan akrab yang menjadi hakikat-Nya yang khas: "...tidak seorangpun mengenal Anak selain
Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu
berkenan menyatakannya" (Matius 11:27).

3.2 Siapakah Yesus menurut pemahamanmu sendiri?

- Yesus Kristus Juruselamat Dunia, Setiap kali kita tidak menaati Allah, kita disebut berdosa.
Hukuman dosa adalah maut. Namun Allah dalam kasihNya ingin agar kita tidak binasa. Karena itu Dia
mengutus Mesias yang dijanjikan (yang juga disebut Kristus) untuk menyelamatkan dunia (Yohanes
1: 41)

- Yesus mengubah hidup, Selama hampir 2000 tahun, Yesus Kristus masih mengubah kehidupan
manusia di seluruh dunia, Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama
sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang (2 Korintus 5: 17 LAI). Dia dapat mengubah
hidupmu juga. Yesus akan membebaskanmu dari kecanduan dosa (2 Timotius 1: 17), membarui akal
budimu (Roma 12: 2) dan menyembuhkan luka-luka batinmu (2 Timotius 2: 16-17)

- Yesus adalah Anak Allah, “Anak Allah” berarti: (1) Dia adalah Allah yang sempurna. (2) Dia adalah
salah satu dari tiga pribadi yang “membentuk” Allah yang Esa. Konsep ini dikenal dengan nama Allah
Tri Tunggal.

4.1 Diskusikan Wahyu dalam konteks masa kini!

Wahyu adalah penyerahan diri secara total Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus dan iman
adalah kepercayaan kita atau tanggapan kita atas pewahyuan Allah diikuti dengan kata "ya". Iman
tidak mungkin ada sebelum kita mempunyai agama. Di agama Kristen diberitau bagaimana kerelaan
Allah memberikan Putra- Nya Yesus Kristus turun ke tengah-tengah manusia untuk menyadarkan
dan menebus dosa manusia. Walaupun tidak mempunyai kesalahan dan dosa untuk disalibkan tetapi
Yesus tetap merelakan diri untuk menebus manusia. Allah melakukan semua itu karena kasih-Nya
yang begitu besar kepada manusia.

4.2 Bagaimana manusia bisa beriman?

Mengetahui banyaknya berkat yang datang melalui menjalankan iman kepada Yesus Kristus, kita
hendaknya berusaha untuk meningkatkan iman kita kepada-Nya. Juruselamat berfirman, “Sekiranya
kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja, … takkan ada yang mustahil bagimu” (Matius 17:20).
Biji sesawi sangatlah kecil, namun itu tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar.

Bagaimana kita dapat meningkatkan iman kita? Dengan cara yang sama kita meningkatkan atau
mengembangkan keterampilan-keterampilan lain apa pun. Bagaimana kita mengembangkan
keterampilan dalam ukiran kayu, menenun, melukis, memasak, membuat gerabah, atau memainkan
alat musik? Kita belajar dan berlatih serta mengasahnya. Sewaktu kita melakukan itu, kita
bertambah mahir. Demikian juga dengan iman. Jika kita ingin meningkatkan iman kita kepada Yesus
Kristus, kita harus mengasahnya. Nabi Alma membandingkan firman Allah dengan sebiji benih yang
harus dipelihara dengan iman:

“Tetapi lihatlah, jika kamu bersedia menyadarkan dan membangkitkan bakatmu, bahkan untuk suatu
percobaan terhadap kata-kataku dan menjalankan sepercik iman saja, ya, bahkan jika kamu tidak
dapat berbuat lain daripada keinginan untuk percaya, biarlah keinginan ini bekerja di dalam dirimu,
bahkan sampai kamu percaya dengan suatu cara sehingga kamu dapat memberi tempat untuk
sebagian dari kata-kataku.

Maka, kita akan membandingkan firman itu dengan sebiji benih. Maka, jika kamu memberi tempat,
sehingga benih itu dapat ditanam di dalam hatimu, lihatlah, jika itu adalah benih yang benar atau
benih yang baik, jika kamu tidak membuangnya karena ketidakpercayaanmu, sehingga kamu
menolak Roh Tuhan, lihatlah, benih itu akan mulai menggembung di dalam dadamu dan apabila
kamu merasakan gerak penggembungan ini, kamu akan mulai berkata di dalam dirimu sendiri—
Sepatutnyalah bahwa ini adalah benih yang baik, atau bahwa firman itu adalah baik, karena benih itu
mulai membesarkan jiwaku. Ya, benih itu mulai menerangi pengertianku ….

Dengan demikian kita dapat meningkatkan iman kita kepada Allah dengan bertindak atas hasrat kita
untuk memiliki iman kepada-Nya. Kita juga dapat meningkatkan iman kita dengan berdoa kepada
Bapa Surgawi mengenai pengharapan, hasrat, dan kebutuhan kita (lihat Alma 34:17–26). Namun kita
seharusnya tidak beranggapan bahwa hal yang harus kita lakukan hanyalah meminta. Kita diberi
tahu dalam tulisan suci bahwa “iman, jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada
hakekatnya adalah mati” (Yakobus 2:17).

5. Membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan dan Tuhan membutuhkan hati nurani
sebagai pedoman. Apa maksud dari kalimat tersebut menurut pemahaman Anda?

Hati nurani menyuarakan tuntutan mutlak untuk selalu memilih yang baik dan menolak yang buruk.
Itu berarti tidak lain bahwa dalam hati nurani kita bertemu dengan realitas mutlak yang menuntut
kita, memperhatikan kita, dan kita merasa malu apabila kita mengelak dari tuntutannya. Dengan
kata lain, siapa yang mengikuti suara hatinya, dia akan taat pada tuntutan mutlak untuk memilih
yang baik dan menolak yang buruk sehingga kita akan dapat bertumbuh dalam mengembangkan
relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan. Tarikan Yang Mutlak,yang baik dapat saja
tidak diikuti – apabila kita menyerah terhadap tarikan ego: emosi, nafsu, kepentingan, rasa benci,
dan dendam. Mengapa Yesus dapat mengatakan bahwa siapa yang membuka hatinya pada
sesamanya, membuka terhadap Yesus yang dalam keyakinan Kristiani adalah Allah di antara kita,
wajah yang Mutlak. Kita kiranya dapat mengerti mengapa Gereja Katolik dapat mempertahankan
bahwa hanya dengan iman orang diselamatkan. Orang yang tidak mempunyai kepercayaan pada
Yesus, bahkan tidak percaya pada Allah, dapat diselamatkan apabila ia taat pada suara hatinya. Iman
dalam arti yang paling inti adalah sikap pasrah nyata kepada Yang Mutlak, Yang Baik yang terjadi
setiap kali Anda memilih sikap moral dan bukan pengakuan lisan eksplisit suatu keyakinan religius.

6. Bagaimana pandangan Gereja Katolik terhadap perbedaan dan ajaran agama lain?

Sikap Gereja Katolik dan juga setiap anggota Gereja terhadap orang lain adalah sama seperti sikap
Kristus terhadap orang lain, yaitu kasih. Sikap kasih inilah yang dituntut dari setiap anggota Gereja,
sehingga masing-masing dari kita akan menjadi saksi yang hidup. Tanpa kesaksian yang baik, maka
semua kebenaran hanyalah menjadi teori belaka tanpa ada realitasnya. Setiap anggota Gereja
dipanggil untuk menjadi kudus. Namun sikap kasih ini tidak berarti mengorbankan kebenaran. Jadi
Gereja tetap mewartakan kebenaran yang sama, seperti yang diwartakan oleh Kristus, walaupun
berbeda dengan apa yang dipercayai oleh agama atau kepercayaan yang lain. Mewartakan
kebenaran adalah salah satu bentuk dari kasih.

Toleransi menuntut kita untuk menghormati pihak lain dalam kekhasannya, dalam identitas mereka,
dalam kelainan mereka. Kita tidak beriman sama, kita tidak meyakini hal-hal yang paling khas bagi
mereka, tetapi kita menghormati mereka. Kita menerima mereka bahwa mereka dengan jujur
meyakini sesuatu yang tidak mungkin kita yakini.

Dalam hal ini kita sadar bahwa Allah Bapa kita jauh lebih agung daripada hati kita dan menyerahkan
kepada Allah bagaimana ia memandang saudara-saudari yang berlainan agamanya dengan kita. Kita
pun menyerahkan diri kepada kebesaranNya. Toleransi tidak menuntut dari kita semua menjadi
sama, baru kita bersedia saling menerima. Toleransi yang sebenarnya berarti menerima orang lain,
agama lain, dengan baik dan mengakui keberadaan mereka dalam keberlainan mereka. Toleransi
justru bukan asimilasi, melainkan hormat penuh terhadap identitas masing-masing yang tidak sama.
Toleransi berarti bahwa meskipun tidak meyakini iman-kepercayaan, meskipun iman bukan
kebenaran, namun sepenuhnya menerima keberadaan bersedia belajar dan bersedia bekerja sama.

Untuk bersikap toleran terhadap agama lain, tidak diandaikan anggapan dangkal bahwa “semua
agama sama saja”. Semua agama tentu tidak sama.

Kepercayaan mendalam mereka sangat berbeda, bahasa mereka berbeda, banyak pandangan moral
mereka berbeda, sejarah mereka berbeda. Adapun sikap yang tepat adalah mengakui perbedaan,
menghormati seratus persen identitas masing-masing agama dan tidak menuntut agar agama
merelativisasi diri. Artinya, saya menghormati agama lain dengan segala kebenaran yang dimilikinya
tanpa saya merelativisasi iman saya sendiri akan Yesus Kristus sebagai penyelamat tunggal. Ketika
saya menghormati agama lain, saya tetap berkeyakinan teguh dan penuh pada iman agamaku
sendiri.

7. 1. Diskusikan bagaimana Ajaran Gereja Katolik dalam Kitab Suci mengenai membangun
persaudaraan sejati!

Persaudaraan sejati adalah kebutuhan utama umat manusia dalam relasinya satu sama lain.
Persaudaraan sejati itu akan menjadi kekuatan yang luar biasa dahsyatnya dan akan mengubah
wajah dunia manakala manusia hidup di dalamnya. Kasih dapat menjadi dasar dan landasan bagi kita
dalam upaya untuk dapat mewujudkan persaudaraan sejati.

Untuk dapat membangun persaudaraan sejati pertama-tama kita perlu menegakkan suatu relasi
yang benar dengan sesama dan lingkungan. Engkau dan aku adalah sejajar. Di sana tidak ada
dominasi dan kontrol. Hubungan yang sejajar itu diberi unsur cinta dan hormat lalu kemudian
diperkaya dengan kehendak yang kuat untuk selalu melakukan yang terbaik bagi sesama dan
lingkungannya.Terwujudnya persaudaraan sejati adalah impian semua orang. Bahkan inti pesan yang
disampaikan para nabi dalam kaitannya dengan hubungan antara manusia adalah demi terwujudnya
persaudaraan sejati.Yesus memberikan diri-Nya sebagai saudara bagi semua orang. “Tidak ada kasih
yang lebih besar daripada kasih seseorang yang memberikan nyawanya bagi sahabat-
sahabatnya”(Yoh 15:13).

7.2. Kerjasama apa yang pernah kalian lakukan, sebagai perwujudan dalam membangun
persaudaraan sejati dengan saudara-saudra kita yang berbeda?

pada fase dialog tetapi diwujudkan melalui kerja sama kemanusiaan seperti bidang pendidikan
kesehatan dan bantuan untuk korban bencana Lewat aksi nyata tersebut kerukunan dan perdamaian
sejati akan lebih muda.

8. Selamat malam Bu, mohon izin menjawab pertanyaan yang diberikan

1. Siapa sajakah yang menerima pewartaan Yesus mengenai Kerajaan Allah?


Yang mau menerima pewartaan Yesus adalah orang orang kecil dan miskin yang punya satu harapan
yaitu Tuhan, para pendosa yang mau bertobat, perempuan dan anak anak. Karena mereka merasa
dirinya diatur oleh Imam imam taurat dan tak punya harapan selain Tuhan.

Mereka yang Menerima Pewartaan Yesus:

- Orang Miskin dan Sederhana

Ketika Yesus menyampaikan warta tentang Sabda Bahagia seolah-olah Sabda itu ditujukan kepada
mereka yang miskin dan menderita. Mereka tidak punya daya dan kekuatan untuk melawan, keluar
dari kondisi yang membelenggu mereka. Dalam kondisi yang seperti ini mereka hanya dapat
mengandalkan kekuatan Tuhan. Satu-satunya sandaran mereka ialah Tuhan. Maka ketika Yesus
menyampaikan warta Sabda Bahagia, mereka menyambut dengan penuh sukacita warta
pembebasan Yesus tersebut. Yesus bagi mereka adalah pembela dan penyelamat. Yesus adalah
Mesias yang dinantikan untuk melakukan keadilan dan pembelaan-Nya. Mereka rela meninggalkan
segala-galanya untuk mengikuti Yesus.

- Para Pendosa yang Mau Bertobat

Masyarakat Yahudi pada umumnya, terutama para imam dan orang Farisi menganggap para
pendosa adalah najis. Maka ketika Yesus datang dan mau bergaul dengan mereka yang dicap
pendosa dan menganggap mereka sebagai pribadi yang layak untuk dicintai dan tidak ikut memusuhi
mereka. Sikap Yesus ini tentu saja sangat mengejutkan para pendosa dan mengagetkan para imam
dan ahli Taurat. Dalam hal ini Yesus mau menegaskan, soal kesetaraan dihadapan Allah. Bagi Yesus,
orang yang baik dan yang jahat dalam arti tertentu sama kedudukannya di hadapan Allah, sama-
sama dicintai Allah, sama-sama anak Abraham. Karena kesamaan itulah, mereka pun mempunyai
hak atas Kerajaan Allah.

- Orang-Orang Sakit

Bagi mayarakat Yahudi pada umumnya penyakit adalah kutukan dari Tuhan. Yesus hadir untuk
menyelamatkan mereka, menyembuhkan orang kusta, yang buta dapat melihat, yang lumpuh dapat
berjalan. Kedatangan Yesus telah membawa harapan baru bagi mereka yang sakit. Dengan cara itu
Yesus telah menunjukkan diri-Nya sebagai penyelamat, Sang Pembebas. Yesus mewartakan Allah
yang maha pengasih.

- Kaum Wanita dan Anak-anak.

Tradisi bangsa Yahudi menempatkan kaum wanita dan anak-anak, sebagai warga masyarakat kelas
dua, keberadaannya berada di bawah dominasi kaum laki-laki. Dan Yesus membela mereka, Ia
memuji persembahan janda miskin (Mark 12:41-44) dan membiarkan anak-anak datang kepada-Nya
(Mat 19:13-15), bahkan memberkati mereka. Karena sikap Yesus yang peduli kepada mereka, maka
mereka pun mengikuti dan melayani-Nya.

2. Apa maksud dari pernyataan “ orang miskin atau sengsara dinyatakan berbahagia oleh Yesus”?
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan allah,karena merekalah yang empunya kerajaan surga
mengartikan bahwa tidak menjadi masalah jika hartamu di dunia sedikit, namun ketika seseorang
memiliki iman, kepercayaan, perbuatan yang baik kepada sesama, Ia dianggap kaya oleh Tuhan saat
seseorang itu nanti akan berada di Sorga. Hal Ini dikarenakan banyak di antara orang kaya pada
masa itu yang melupakan Tuhan, lupa menyembah Tuhan, jarang melakukan kebaikan dan seringkali
menumpuk harta kekayaan duniawi. Inilah mengapa Kata Yesus bahwa meskipun miskin di dunia,
namun ketika dia beriman kepada Allah, melakukan yang baik pada sesama setia kepada Tuhan,
maka ia adalah kaya di mata pencipta kita.

Sekian, Terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai