Anda di halaman 1dari 16

Entitas manufaktur membeli persediaan bahan baku untuk diproses yang pada

akhirnya menjadi produk jadi/selesai, dan selanjutnya dijual. Setelah pembahasan


pendahuluan tentang definisi & karakteristik persediaan di entitas manufaktur, komponen
kos & penentuan kos produk, dan penentuan kos produk terjual, Bab 4 ini membahas tiga
topik utama tentang akuntansi persediaan di entitas manufaktur, yaitu pencatatan transaksi
proses produksi sampai dengan penjualan produk, pelaporan persediaan di entitas
manufaktur, dan penyusunan laporan kinerja entitas manufaktur yang terdiri dari laporan
laba/rugi dan laporan kos produk jadi.

1. DEFINISI & KARAKTERISTIK PERSEDIAAN DI ENTITAS MANUFAKTUR


Persediaan (inventories) di entitas manufaktur lazim terdiri dari tiga jenis, yaitu:
(a) Persediaan bahan baku (raw materials); lazimnya meliputi bahan baku yang akan
diproses melalui tahapan produksi.
(b) Persediaan produk dalam proses (work in process); meliputi produk yang masih
dalam proses produksi.
(c) Persediaan produk jadi (finished goods); meliputi produk-produk yang telah
jadi/selesai diproduksi dan siap dijual.

2. KOMPONEN DAN PENENTUAN KOS PRODUK


Karateristik utama di entitas manufaktur adalah keberadaan transaksi yang
berlangsung di proses produksi, yaitu pengeluaran-pengeluaran yang terjadi di proses
pengolahan bahan baku menjadi produk jadi. Pengeluaran-pengeluaran ini merupakan
komponen kos produk (aset) yang dapat diklasifikasi menjadi tiga macam kos, yaitu:
a. Kos bahan baku langsung (direct materials cost) – KBBL; Contoh, kayu di entitas
usaha pembuatan kursi kayu. Pengeluaran yang merupakan KBBL lazimnya bernilai
signifikan dan dapat diidentifikasi secara jelas ke produk yang dihasilkan.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 71


b. Kos tenaga kerja langsung (direct labor cost) – KTKL; Contoh, upah tukang yang
bertugas memotong dan merakit kayu menjadi mebel. Upah yang dikelompokkan
sebagai KTKL lazimnya dibayarkan per jam kerja atau per produk yang dihasilkan.
c. Kos overhead pabrik (overhead cost) – KOP; terdiri dari semua kos produksi yang
tidak memenuhi kriteria sebagai KBBL ataupun KTKL. Dengan kalimat lain, kos
overhead pabrik berisi pengeluaran lain-lain di proses produksi. Contoh, kos
depresiasi mesin pabrik, kos listrik pabrik, dsb. Termasuk KOP adalah kos bahan
baku tidak langsung (KBBTL) dan kos tenaga kerja tidak langsung (KTKTL).

Penentuan kos masing-masing jenis persediaan adalah sebagai berikut:


a) Persediaan bahan baku; meliputi pengeluaran-pengeluaran langsung untuk
menjadikan persediaan bahan baku siap digunakan dalam proses produksi.
Komponen kos di persediaan bahan baku selaras dengan komponen di persediaan
barang dagangan. Penentuan kos bahan baku yang dikirimkan ke proses produksi
(pabrik) dapat menggunakan metode Identifikasi khusus, FIFO, LIFO, atau Rata-rata.
b) Persediaan produk dalam proses; meliputi kumpulan kos produksi yang melekat di
produk yang belum selesai (masih dalam proses). Komponen kos meliputi KBBL,
KTKL, dan KOP. Jika diperlukan, penentuan besaran kos produk dalam proses dapat
menggunakan metode Identifikasi khusus, FIFO, atau Rata-rata. Metode LIFO tidak
lazim digunakan dalam penentuan kos produk dalam proses. Pembahasan lebih
detail terdapat di matakuliah Akuntansi Biaya/Kos.
c) Persediaan produk jadi/selesai; meliputi kumpulan kos produksi yang melekat di
produk yang telah masuk ke gudang produk jadi. Komponen kos meliputi KBBL,
KTKL, dan KOP. Penentuan besaran kos produk jadi dapat menggunakan metode
Identifikasi khusus, FIFO, atau Rata-rata.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 72


3. PENENTUAN KOS PRODUK TERJUAL (COST OF GOODS SOLD)1
Kos produk jadi (dan kos produk dalam proses, jika ada) yang telah dijual berubah
dari persediaan yang merupakan elemen aset menjadi kos produk terjual (KPT) yang
merupakan elemen beban. Sebagai ilustrasi, diketahui persediaan produk jadi tercatat di
akun Persediaan produk jadi sebesar Rp2.700.000. Jika produk tersebut terjual
Rp3.000.000 maka kos produk jadi berubah menjadi KPT Rp2.700.000.
Seperti halnya di entitas dagang, terdapat lima metode penentuan KPT di entitas
manufaktur, yaitu:
a) Metode identifikasi khusus (specific identification);
b) Metode FIFO (first in first out);
c) Metode LIFO (last in first out);
d) Metode rata-rata sederhana (simple average); dan
e) Metode rata-rata tertimbang (weighted average).
Pilihan metode menyesuaikan fakta yang terkait dengan kebutuhan informasi
keuangan yang andal dan kemudahan dan efisiensi dalam penentuan kos produk terjual.

4. PENCATATAN PERSEDIAAN
Banyak buku teks akuntansi menggunakan sistem Perpetual dalam mencatat
transaksi-transaksi proses produksi. Penggunaan sistem Perpetual ini selaras dengan
kondisi entitas manufaktur yang lazimnya memerlukan informasi keuangan yang detail
dan selalu terbarui terkait dengan beragam persediaan. Sistem akuntansi di proses
produksi dikembangkan dengan menyesuaikan transaksi yang sesungguhnya terjadi di
entitas. Berikut ini contoh pencatatan transaksi proses produksi di entitas manufaktur
Tabah nan Ulet yang menghasilkan produk buku tulis.

1 Buku ini menggunakan terminologi “Kos produk terjual” menggantikan terminologi “Kos barang terjual” untuk translasi
terminologi “cost of goods sold”. Kata “produk” mencerminkan bahwa persediaan dihasilkan melalui proses produksi di
entitas manufaktur.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 73


Ilustrasi: Ketentuan akuntansi yang berlaku di entitas Tabah nan Ulet terkait dengan
proses produksi adalah sebagai berikut (a) Sistem Perpetual diterapkan mulai dari
pembelian bahan baku sampai dengan penjualan produk selesai; (b) Dibentuk dua akun
persediaan bahan baku, yaitu Persediaan bahan baku langsung (Persediaan BBL) dan
Persediaan bahan baku tidak langsung (Persediaan BBTL); (c) Pengakuan kos bahan
baku langsung (KBBL) dan kos tenaga kerja langsung (KTKL) langsung ditampung ke
akun Persediaan produk dalam proses (Persediaan PDP). Dengan kata lain, pengakuan
KBBL dan KTKL menggunakan metode Satu tahap, pengeluaran kos produksi langsung
diakui sebagai aset, bukan sebagai biaya; dan (d) Akun Kos overhead pabrik (KOP)
dibentuk untuk menampung pengeluaran-pengeluaran overhead pabrik, yang selanjutnya
secara periodik dilakukan pembebanan kos overhead pabrik ke Persediaan PDP
berdasar tarif. Dengan kata lain, pengakuan KOP menggunakan metode Dua tahap;
tahap pertama mencatat pengeluaran overhead pabrik ke akun KOP, dan tahap kedua,
secara periodik mengalokasikan KOP ke persediaan produk dalam proses.

Pembelian Bahan Baku dan Penggunaan Bahan Baku Langsung


• 3 Mei Tabah nan Ulet membeli tunai bahan baku langsung dengan kos Rp10.000.000
dan bahan pembantu (bahan baku tidak langsung) Rp800.000.
Persediaan BBL Rp10.000.000
3 Mei
Persediaan BBTL Rp800.000
Kas Rp10.800.000
(Pembelian tunai bahan baku langsung dan bahan pembantu, sistem Perpetual)

• 4 Mei Tabah nan Ulet mengirim bahan baku langsung Rp8.000.000 ke produksi.

4 Mei Persediaan PDP Rp8.000.000


Persediaan BBL Rp8.000.000
(Pengakuan kos BBL, sistem Perpetual)

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 74


Pengakuan Kos Tenaga Kerja Langsung
• 5 Mei Tabah nan Ulet membayar upah tenaga kerja langsung Rp11.000.000.
Pengakuan KTKL dicatat menggunakan metode Satu tahap, langsung dialokasikan ke
produk yang diproses.

5 Mei Persediaan PDP Rp11.000.000


Kas Rp11.000.000
(Pengakuan kos TKL, tunai)

Pengakuan Ragam Transaksi Kos Overhead


• 6 Mei Tabah nan Ulet mengirim bahan pembantu (BBTL) Rp400.000 ke produksi.
Pengakuan KOP menggunakan metode Dua tahap. Pencatatan tahap Pertama:

6 Mei Kos overhead pabrik Rp400.000


Persediaan BBTL Rp400.000
(Penggunaan BBTL sebagai kos overhead pabrik, sistem Perpetual)

• 7 Mei Tabah nan Ulet membayar honorarium tenaga kerja tidak langsung Rp220.000.
Pengakuan KOP menggunakan metode Dua tahap. Pencatatan tahap Pertama.

7 Mei Kos overhead pabrik Rp220.000


Kas Rp220.000
(Pembayaran honorarium TKTL sebagai kos overhead pabrik – Tahap Pertama)

• 10 Mei Tabah nan Ulet mengakui depresiasi mesin pabrik yang digunakan untuk
proses produksi produk terkait senilai Rp180.000. Pencatatan tahap Pertama:

10 Mei Kos overhead pabrik Rp180.000


Akumulasi depresiasi mesin pabrik Rp180.000
(Pengakuan penyusutan sebagai kos overhead pabrik – Tahap Pertama)

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 75


• 11 Mei Tabah nan Ulet mengakui penggunaan listrik Rp200.000 untuk produksi.
Pembayaran listrik akan dilakukan minggu depan. Pencatatan tahap Pertama:

11 Mei Kos overhead pabrik Rp200.000


Utang usaha* Rp200.000
(Pengakuan listrik pabrik sebagai kos overhead pabrik, kredit – Tahap Pertama)
* Sebagian pembelajar menggunakan akun Utang beban, Utang dagang, dsb.

Pembebanan Kos Overhad Pabrik ke Proses Produksi


• 13 Mei Tabah nan Ulet membebankan kos overhead pabrik ke produksi Rp950.000.
sesuai tarif. Pencatatan KOP menggunakan Dua tahap, dan pencatatan tahap Kedua:

13 Mei Persediaan PDP Rp950.000


KOP Rp950.000
(Pembebanan KOP ke produksi, tarif – Tahap Kedua)

Penyelesaian Proses Produksi


• 16 Mei Tabah nan Ulet menghasilkan produk jadi dengan kos diketahui sebesar
Rp17.000.000 dari pabrik.

16 Mei Persediaan produk jadi Rp17.000.000


Persediaan PDP Rp17.000.000
(Pengakuan produk selesai, sistem Perpetual)

Penjualan Produk Jadi


• 20 Mei Tabah nan Ulet menjual semua produk selesai yang dihasilkan 16 Mei secara
kredit dengan harga jual Rp20.000.000. Entitas usaha menerapkan sistem Perpetual.

13 Mei Piutang dagang Rp20.000.000


Penjualan Rp20.000.000
Kos produk terjual Rp17.000.000
Persediaan produk jadi Rp17.000.000
(Penjualan produk selesai secara kredit, sistem Perpetual)

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 76


5. PELAPORAN AKUN PERSEDIAAN MANUFAKTUR
Jika setiap jenis persediaan (persediaan bahan baku, persediaan produk dalam
proses, dan persediaan produk jadi) memiliki nilai moneter yang signifikan, dan
pengguna laporan keuangan memerlukan informasi persediaan untuk analisis keuangan
maka laporan posisi keuangan seharusnya menyajikan saldo masing-masing persediaan.
Dalam penyajian persediaan di entitas manufaktur sebagian besar entitas menyajikan
semua jenis persediaan ke satu akun Persediaan karena banyak pertimbangan,
diantaranya adalah karena keringkasan informasi keuangan. Terdapat dua pilihan
metode dalam penilaian persediaan di entitas usaha manufaktur. Pilihan pertama,
persediaan disajikan sebesar nilai kos (cost) – disebut metode Kos. Pilihan kedua,
persediaan disajikan sebesar “Lower Cost or Net Realizable Value” (Yang lebih rendah
kos atau nilai bersih yang dapat direalisasi) – disebut metode LCNRV.
Standar akuntansi menganjurkan penerapan LCNRV terkait dengan penyajian
akun Persediaan di laporan posisi keuangan. Net realizable value (NRV) untuk
persediaan bahan baku dan persediaan produk jadi relatif mudah diketahui karena
lazimnya harga pasar jenis persediaan tersebut tersedia. Bagaimana penentuan NRV
untuk persediaan produk dalam proses yang tidak diketahui harga pasarnya sehingga
tidak mudah untuk menentukan NRV jenis produk tersebut? Dalam kondisi ini maka
entitas usaha dapat menggunakan harga pasar produk selesai sebagai titik awal estimasi
NRV. Secara teknis, penetapan NRV adalah dengan memperhitungkan estimasi
tambahan kos produksi agar persediaan dalam proses menjadi persediaan produk jadi
dan pengeluaran tambahan agar produk jadi terjual. Berikut ini ilustrasi singkat
penentuan NRV untuk persediaan produk dalam proses.

Ilustrasi: Per 31 Desember 2019 entitas usaha Tlaten memiliki tiga jenis persediaan PDP
dengan kos, harga pasar produk jadi, tambahan kos untuk mengubah PDP menjadi
produk jadi, dan pengeluaran yang diperlukan untuk menjual produk jadi sebagaimana
www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 77
tersaji di Tabel 4.1 (kolom [2], [3], [4] dan [5]). Saldo akun PDP di tanggal yang sama
tercantum sebesar kos, yaitu Rp410.000.000. Menerapkan metode LCNRV per jenis
persediaan maka diketahui bahwa persediaan PDP Kualitas A disajikan sebesar NRV
Rp146.000.000 (dihitung dari Rp200.000.000 – Rp50.000.000 – Rp4.000.000) karena
NRV lebih rendah daripada kos Rp148.000.000, persediaan PDP Kualitas B disajikan
sebesar kos Rp133.000.000 karena kos lebih rendah daripada NRV Rp135.000.000
(Rp180.000.000 – Rp40.000.000 – Rp5.000.000), dan persediaan PDP Kualitas C
disajikan sebesar NRV Rp127.000.000 karena NRV lebih rendah daripada kos
Rp129.000.000. Menggunakan metode LCNRV per jenis persediaan, akun Persediaan
PDP di entitas usaha Tlaten dicantumkan di laporan posisi keuangan (neraca) per 31
Desember 2019 sebesar Rp406.000.000 (kolom [6]).
Tabel 4.1
Penentuan Nilai Persediaan - Metode LCNRV
Jenis Harga Pasar Kos Tambahan Pengeluaran
Kos LCNRV
PDP Produk Jadi agar Selesai tambahan
[2] [6]
[1] [3] [4] Penjualan [5]
Kualitas A Rp148.000.000 Rp200.000.000 Rp50.000.000 Rp4.000.000 Rp146.000.000
Kualitas B Rp133.000.000 Rp180.000.000 Rp40.000.000 Rp5.000.000 Rp133.000.000
Kualitas C Rp129.000.000 Rp160.000.000 Rp30.000.000 Rp3.000.000 Rp127.000.000
Total Rp410.000.000 Rp540.000.000 Rp120.000.000 Rp12.000.000 Rp406.000.000

Pencatatan penyesuai diperlukan untuk menjadikan akun PBD dari bersaldo


Rp410.000.000 di daftar saldo percobaan menjadi bersaldo Rp406.000.000 di daftar
saldo setelah penyesuaian. Selisih dapat diakui sebagai beban kerugian atau sebagai
kos barang terjual (KBT), tergantung kebijakan yang dihasilkan berdasar pada fakta. Jika
entitas usaha Tlaten memperlakukan sebagai kos produk terjual maka pencatatan
penyesuai yang diperlukan (khususnya penjurnalan):

31 Des. Kos produk terjual Rp4.000.000


Persediaan PDP Rp4.000.000
www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 78
6. PENYUSUNAN LAPORAN LABA/RUGI & LAPORAN KOS PRODUK JADI
Laba bruto menunjukkan kinerja entitas yang terkait dengan penjualan dan kos
produk yang terjual. Laba bruto di entitas manufaktur dihitung dari selisih antara
penjualan bersih (net sales) dan kos produk terjual (KPT). Teknik penghitungan kos
produk terjual (KPT) identik dengan penghitungan kos barang terjual (KBT). Peraga 4.2
berikut ini menyajikan ilustrasi laporan laba/rugi (termasuk kos produk terjual) di entitas
usaha manufaktur Peduli Alam.
Peraga 4.2: Laporan Laba/Rugi di Entitas usaha Manufaktur (Ilustrasi)

Entitas usaha Peduli Alam


Laporan Laba/Rugi (1 Jan. s/d 31 Des. 2019)
Penjualan 1.867.000.000
(-) Retur & keringanan penjualan (12.000.000)
(-) Potongan penjualan (5.000.000)
Penjualan bersih 1.850.000.000
Persediaan produk jadi, 1 Januari 112.000.000
(+) Kos produk jadi (KPJ) 1 periode 850.200.000
(=) Kos produk jadi siap dijual 962.200.000
(-) Persediaan produk jadi, 31 Desember (87.000.000)
(-) Kos produk terjual (KPT) 1 periode (875.200.000)
Laba bruto (gross profit) 974.800.000
Beban-beban Operasional:
Beban pemasaran 293.000.000
Beban administrasi umum 257.000.000
(-) Total beban operasional (550.000.000)
Laba dari kegiatan operasional 424.800.000
(-) Beban Non-Operasional: Beban tak terduga (23.200.000)
Laba sebelum pajak penghasilan 401.600.000
(-) Pajak penghasilan (138.000.000)
Laba bersih setelah pajak penghasilan 263.600.000

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 79


Laporan tambahan yang lazimnya disajikan entitas manufaktur adalah laporan kos
produk jadi (cost of goods manufactured). Peraga 4.3 berikut ini menyajikan contoh
penyusunan laporan kos produk jadi (KPJ) di entitas usaha Peduli Alam.

Peraga 4.3: Laporan Kos Produk Jadi

Entitas usaha Peduli Alam


Laporan Kos Produk Jadi – 1 Jan. s/d 31 Des. 2019
Persediaan awal PRODUK DALAM PROSES, 1 Januari 67.000.000
Kos Bahan Baku Langsung
Persediaan bahan baku langsung, 1 Januari 76.000.000
(+) Pembelian bahan baku langsung 262.500.000
(=) Kos bahan baku langsung tersedia digunakan 338.500.000
(-) Persediaan bahan baku langsung, 31 Desember (50.000.000)
Total kos bahan baku langsung 288.500.000
Kos Tenaga Kerja Langsung
Total kos tenaga kerja langsung 280.000.000
Kos Overhead Pabrik
Kos bahan baku tidak langsung 65.000.000
Kos tenaga kerja tidak langsung 48.600.000
Kos depresiasi – mesin pabrik 40.000.000
Kos depresiasi – gedung pabrik 30.000.000
Kos utilitas pabrik 28.900.000
Kos asuransi pabrik 24.400.000
Kos pemeliharaan pabrik 11.800.000
Kos pajak bumi dan bangunan pabrik 10.000.000
Kos lain-lain untuk pabrik 20.000.000
Total Kos overhead pabrik 278.700.000
(+) Total kos produksi yang ditambahkan selama 1 periode 847.200.000
Kos produksi 1 periode yang siap menjadi produk jadi 914.200.000
(-) Persediaan akhir PRODUK DALAM PROSES, 31 Desember (64.000.000)

Kos produk jadi (KPJ) selama 1 periode 850.200.000

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 80


Pertanyaan Kuantitatif
Soal 1
Entitas usaha Tegak membuat almari kayu sejumlah 20 unit yang dihasilkan selama Maret.
Ketentuan akuntansi yang berlaku: jenis pengeluaran bahan baku dan upah tenaga kerja
yang berjumlah total kurang dari Rp100.000 diperlakukan sebagai kos overhead pabrik.
❖ 70 lembar kayu dengan kos Rp40.000/lembar
❖ 10 kaleng politur dengan kos Rp50.000/kaleng.
❖ 5 kaleng dempul dengan kos Rp30.000/kaleng,
❖ 20 lembar amplas dengan kos Rp3.000/lembar.
❖ Jumlah jam tenaga kerja tukang potong, rakit, dan sejenis yang digunakan 100 jam,
dengan kos Rp20.000/jam kerja.
❖ Pengeluaran untuk listrik dan air Rp260.000.
❖ Pengeluaran untuk kebersihan pabrik dengan tarif Rp1.100/meter2. Luas pabrik yang
dibutuhkan untuk proses produksi almari adalah 75m2.
❖ Upah tenaga pengawas Rp40.000 per 10 unit almari.
❖ Penyusutan aset tetap ditetapkan Rp10.000/almari.

Diminta:
(1) Hitunglah kos bahan baku langsung untuk proses produksi 20 unit almari.
(2) Hitunglah kos tenaga kerja langsung untuk proses produksi 20 unit almari.
(3) Hitunglah kos overhead pabrik untuk proses produksi 20 unit almari.
(4) Hitunglah kos produk jadi per unit almari.

Soal 2
Entitas usaha Ikhlas menerapkan sistem perpetual untuk pencatatan persediaan maupun
penjualan produk jadi. Khusus untuk penjualan, entitas usaha menerapkan metode FIFO
dalam penentuan kos produk terjualnya.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 81


Persediaan produk jadi di awal Oktober berjumlah 500 unit dengan kos Rp20.000/unit.

(a) 3 Oktober Ikhlas menyelesaikan proses produksi 200 unit, total kos Rp4.100.000.
(b) 5 Oktober Ikhlas menjual 300 unit produk jadi (1/10,n/45) harga jual Rp30.000/unit.
(c) 10 Oktober Ikhlas menyelesaikan proses produksi 400 unit dengan kos Rp20.500/unit.
(d) 12 Oktober Ikhlas menjual tunai 500 unit produk jadi dengan harga jual Rp30.000/unit.
(e) 13 Oktober Ikhlas memberikan keringanan harga atas transaksi tertanggal 12 Oktober
(lihat transaksi d) Rp1.000/unit dengan mentransfer melalui bank hari ini.
(f) 15 Oktober Ikhlas menerima pelunasan piutang dari transaksi 5 Oktober (transaksi b).
(g) 16 Oktober Ikhlas menjual 100 unit produk jadi (1/10,n/45) harga jual Rp30.000/unit.
(h) 17 Oktober Ikhlas menerima kembali 10 unit produk yang dijual tanggal 16 Oktober.
(i) 20 Oktober Ikhlas menerima pelunasan atas transaksi yang terkait tanggal 16 Oktober.
Diminta: Lakukan pencatatan, khususnya penjurnalan, yang diperlukan.

Soal 3
Ketentuan akuntansi yang berlaku di entitas usaha Sregep terkait dengan proses produksi
adalah sebagai berikut (a) Sistem Perpetual diterapkan mulai dari pembelian bahan baku
sampai dengan penjualan produk selesai; (b) Dibentuk dua akun Persediaan bahan baku
langsung (Persediaan BBL) dan Persediaan bahan baku tidak langsung (Persediaan BBTL);
(c) Pengakuan kos bahan baku langsung (KBBL) dan kos tenaga kerja langsung (KTKL)
langsung ditampung ke akun Persediaan produk dalam proses (Persediaan PDP); dan (d)
Akun Kos overhead pabrik (KOP) dibentuk untuk menampung pengeluaran-pengeluaran
overhead pabrik yang selanjutnya secara periodik dilakukan pembebanan kos overhead
pabrik ke Persediaan PDP berdasar tarif. Berikut ini transaksi-transaksi yang terkait dengan
proses produksi di bulan Agustus:
• 3 Agustus Tabah nan Ulet membeli tunai bahan baku langsung dengan kos
Rp10.000.000 dan bahan pembantu (bahan baku tidak langsung) Rp800.000.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 82


• 4 Agustus Tabah nan Ulet mengirim bahan baku langsung Rp8.000.000 ke produksi.
• 5 Agustus Tabah nan Ulet membayar upah tenaga kerja langsung Rp11.000.000.
• 6 Agustus Tabah nan Ulet mengirim bahan pembantu (BBTL) Rp400.000 ke produksi.
• 7 Agustus Tabah nan Ulet membayar honorarium tenaga kerja tidak langsung
Rp220.000.
• 10 Agustus Tabah nan Ulet mengakui penyusutan mesin pabrik Rp180.000.
• 11 Agustus Tabah nan Ulet mengakui penggunaan listrik Rp200.000 untuk proses
produksi. Pembayaran listrik akan dilakukan minggu depan.
• 13 Agustus Tabah nan Ulet membebankan kos overhead pabrik ke produksi Rp950.000.
sesuai tarif.
• 16 Agustus Tabah nan Ulet menghasilkan produk selesai Rp17.000.000 dari produksi.
• 20 Agustus Tabah nan Ulet menjual semua produk jadi yang dihasilkan 16 Agustus
secara kredit dengan harga jual Rp20.000.000. Entitas usaha menerapkan sistem
Perpetual.
Diminta: Lakukan pencatatan, khususnya penjurnalan, yang diperlukan.

Soal 4
Berikut ini data yang terkait dengan persediaan bahan baku langsung selama 1 periode di
entitas usaha manufaktur Semangat:
 Persediaan awal periode Rp2.500.000 * Pembelian 1 periode Rp89.400.000
 Retur pembelian 1 periode Rp1.000.000 * Potongan pemb. 1 periode Rp9.200.000
 Kos angkut pembelian 1 periode Rp6.100.000 * Keringanan pemb. 1 periode Rp1.700.000
 Persediaan akhir periode Rp3.000.000

Diminta: Hitunglah kos produksi bahan baku langsung selama satu periode.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 83


Soal 5
Per 31 Desember 2019 entitas usaha Giat memiliki enam jenis persediaan PDP dengan kos,
harga pasar produk selesai, tambahan kos untuk mengubah PDP menjadi produk selesai,
dan pengeluaran yang diperlukan untuk menjual produk selesai sebagaimana tersaji Tabel
berikut ini.

Jenis Harga Pasar Kos Tambahan Pengeluaran


Kos
PDP Produk Jadi menuju Produk tambahan
[2]
[1] [3] Selesai [4] Penjualan [5]

Tipe 1 Rp48.000.000 Rp100.000.000 Rp50.000.000 Rp3.000.000

Tipe 2 Rp113.000.000 Rp170.000.000 Rp40.000.000 Rp6.400.000

Tipe 3 Rp125.000.000 Rp192.000.000 Rp61.000.000 Rp6.800.000

Tipe 4 Rp210.000.000 Rp340.000.000 Rp121.000.000 Rp10.300.000

Tipe 5 Rp536.800.000 Rp614.000.000 Rp80.000.000 Rp1.000.000

Tipe 6 Rp479.450.000 Rp567.300.000 Rp73.700.000 Rp21.800.000

Diminta:
a. Lakukan penghitungan NRV dan tentukan nilai yang harus disajikan di laporan posisi
keuangan jika entitas usaha menerapkan metode LCNRV berbasis jenis PDP.
b. Jika penurunan nilai diperlakukan sebagai bagian dari kos produk terjual, lakukan
pencatatan, khususnya penjurnalan, untuk mengakui penurunan nilai persediaan.
c. Jika penurunan nilai diperlakukan sebagai kerugian lain-lain, lakukan pencatatan,
khususnya penjurnalan, untuk mengakui penurunan nilai persediaan.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 84


Soal 6
Berikut ini data terkait kos produksi dan persediaan produk dalam proses di entitas usaha
Perjuangan di periode November 2019.
Kos bahan baku langsung Rp80.000.000
Kos tenaga kerja langsung Rp70.000.000
Kos overhead pabrik Rp14.000.000
Persediaan produk dalam proses, 01 Nov. 2019 Rp18.000.000
Persediaan produk dalam proses, 30 Nov. 2019 Rp17.000.000

Diminta: Hitunglah besarnya kos produk jadi.

Soal 7
Data produksi dan penjualan produk entitas usaha AMAL di Oktober 2019 adalah sbb:
Persediaan produk jadi, 1 Oktober Rp14.400.000
Persediaan produk jadi, 31 Oktober Rp10.200.000
Persediaan produk dalam proses, 1 Oktober Rp17.900.000
Persediaan produk dalam proses, 31 Oktober Rp19.200.000
Kos bahan baku langsung selama Oktober Rp116.600.000
Kos tenaga kerja langsung selama Oktober Rp145.400.000
Kos overhead selama Oktober Rp20.800.000
Penjualan (nilai bersih) Rp359.200.000

Diminta: Sajikan laporan laba bruto (penjualan bersih, kos produk terjual, dan laba bruto).

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 85


SOAL 5
Akuntansi perusahaan manufaktur SUBSTANSI menghasilkan informasi sebagai berikut:
1 Januari 2019 31 Desember 2019
(dalam ribuan Rp) (dalam ribuan Rp)
Sediaan:
Bahan baku langsung 14.000.000 13.000.000
Produk dalam proses 29.000.000 27.000.000
Produk jadi 51.000.000 55.000.000
Kos tenaga kerja langsung 125.000.000
Pembelian bahan baku langsung 178.000.000
Kos tenaga kerja tidak langsung pabrik 15.000.000
Kos bahan baku tidak langsung pabrik 10.000.000
(dibebankan)
Kos utilitas pabrik (dibebankan) 18.000.000
Kos depresiasi peralatan pabrik 14.000.000
(dibebankan)
Kos pemeliharaan perbaikan pabrik 6.000.000
(dibebankan)
Kos depresiasi mesin pabrik (dibebankan) 6.000.000
Penjualan 710.000.000
Potongan penjualan 12.000.000
Beban pemasaran 95.000.000
Beban administrasi umum 75.000.000

Diminta: Sajikan laporan laba rugi di perusahaan Substantif periode 2019.

www.akuntamatika.com | Bab 4: Persediaan Produk di Entitas Manufaktur 86

Anda mungkin juga menyukai