Anda di halaman 1dari 11

Nama : Alfina Lifani Sipayung

Efri Nova Y. Simorangkir

Leli Wanda Simamora

Radinal Niko Hutagalung

Ray Aldi Ebenezer Sembiring

Sherly Tri Olivia Ginting

Tingkat/Jurusan : III A/Teologi

Mata Kuliah : Okultisme

Dosen Pengampu : Dr. Ramli Harahap Kelompok 1

Pandangan Kitab Suci Tentang Okultisme

I. Pendahuluan
Pada masa kini, kebutuhan pokok manusia sudah berhubungan dengan
teknologi.Komunikasi, transportasi, konsumsi, akomodasi, sampai kepada pengobatan
penyakit jugatelah menggunakan teknologi. Itu berarti bahwa penggunaan logika adalah
yang paling utama. Tetapi sekalipun zaman telah menggunakan logika, okultisme, yaitu
kepercayaan terhadap kekuatan gaib tetap masih ada. Ironisnya, teknologi yang
menggunakan logika itu, dipakai dalam kegiatan okultisme.Apa okultisme itu? Bagaimana
pandangan Alkitab tentang okultisme? Bagaimana sikap orang Kristen terhadap okultisme?
Berikut penjelasannya.
II. Pembahasan
II.1. Pengertian Okultisme
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah “okultisme” berarti kepercayaan
kepada kekuatan gaib yang dapat dikuasai manusia. Okultis adalah ahli ilmu gaib yang
tidak dimiliki oleh manusia biasa1.Dalam bahasa Inggris, okultisme berasal dari kata
“occult”yang berarti secret (rahasia), tersembunyi dari pandangan manusia biasa 2 atau

1Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka, 2005), 795.


2John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000,) 401.
bersifat misteri. Sedangkan isme berarti ajaran, atau paham atau juga doktrin. Sehingga
okultisme dapat diartikan menjadi ajaran atau paham/doktrin tentang hal-hal yang gelap,
rahasia, dan tersembunyi, khususnya menyangkut kuasa kegelapan.3
Dalam prakteknya, okultisme yaitu praktek-praktek yang dilakukan dengan
“rahasia” dan latar belakang di luar logika manusia dengan peristiwa yang gaib dan
aneh. Pelaku okultisme mengarah kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau menguasai
atau menginginkan sesuatu. Atau juga merupakan praktek akibat takut terhadap sesuatu
kutukan sehingga melakukan tindakan okultisme.Pada umumnya, tindakan olkultisme
adalah warisan dari nenek moyang yang turun-temurun sampai pada masa sekarang.
Banyak alasan penganutnya untuk harus melakukan tindakan okultisme, misalnya, takut
kepada roh nenek moyang, atau takut tidak akan dilindungi roh nenek moyang, atau juga
tidak diberikan berkat oleh roh nenek moyang. Masih banyak yang lain tindakan umum
masyarakat yang bisa dikatakan tidak masuk akal dan jauh dari Iman Kristen. Tindakan
ini tidak hanya dilakukan oleh orang tertentu saja (misalnya dukun), tetapi juga
masyarakat banyak.4
II.2. Alasan Timbulnya Okultisme
Jika ditanya “kenapa timbul kepercayaan terhadap kuasa kegelapan atau
okultisme di kalangan masyarakat sekarang”? Hal ini memiliki hubungan dengan
kepercayaan akan okultisme itu dikalangan masyarakat suku primitif (manusia pada
zaman sebelum sekarang).5 Dalam sebuah buku karangan Eric J. Dingwal dan John
Langdon Davies,6 okultisme berawal dari kehausan akan kepastian akan sesuatu hal yang
belum diketahui oleh manusia. Dengan alasan bahwa agama tidak mampu memberikan
jawaban atas “kehausan” itu. Maka manusia beralih kepada “alam gaib”, di mana ada
sesuatu kuasa yang tidak nampak atas pengelihatan manusia biasa. Dan dala,m pikiran
manusia itu, kuasa itu dapat berakibat baik ataupun berakibat buruk. Akhirnya manusia
menciptakan sesuatu yang tidak dapat dijangkau dengan indrawi dalam pikirannya dan
mengakui pikirannya itu hingga pada akhirnya ciptaannya itu menjadi hal yang
3Pondsius & Susanna Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, (Jawa Timur: Departemen
Literatur YPPII, 2004), 16.
4Pondsius & Susanna Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, (Jawa Timur: Departemen
Literatur YPPII, 2004), 182-209.
5Rudolf H. Pasaribu, Okultisme di Kalangan Masyarakat Batak, (Jakarta: Atalya Rileni Sudeco, 2003), 31-
40.
6Eric J. Dingwall & John Langdon Davies, Alam Gaib, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1964), 20-22.
ditakutinya. Ada sebuah kekuatan supranatural dalam dunia ini, dan pada klimaksnya
lahirlah setan, benda gaib, tempat-tempat keramat, dan lain-lain.
II.3. Okultisme Ditinjau Dari Alkitab
Alkitab melandaskan ada dua kuasa yang sedang bekerja di dunia yaitu: kuasa
terang (Allah) dan kuasa kegelapan (iblis) dalam segala manifestasinya. Maka dapat kita
mengatakan bahwa sesuatu yang berada dalam kekuasaan Allah adalah “Kerajaan Allah
atau kuasa terang” dan segala sesuatu yang di bawah kekuasaan Iblis adalah “kerajaan
iblis yang menjadi raja atau penghulunya. Hal ini memberikan pemahaman bagi kita
bahwa yang dimaksud dengan kerajaan Allah dan kerajaan iblis bukan menunjuk kepada
suatu teritorial atau wilayah, tetapi suatu wilayah kekuasaan yang disebut kerajaan
Sorgawi dan kerajaan Duniawi. Kuasa Allah (terang) telah mengalahkan kerajaan iblis
(gelap), namun iblis masih berusaha dan berusaha dengan berbagai strateginya untuk
menghambat orang di dalam kerajaannya (kegelapan) untuk masuk dalam kerajaan Allah
(terang) dan berusaha memerangi orang yang sudah berada dalam kerajaan Allah (orang
yang sudah percaya).7
Menurut Alkitab perjuangan hidup bukanlah hal-hal yang hanya menyangkut
kebutuhan hidup jasmani tetapi juga terhadap hal-hal yang bersifat supranatural
sebagaimana dikatakan Paulus (Ef. 6:12). Peperangan rohani ini adalah juga antara
Kerajaan Allah dengan kerajaan setan. Salah satu tujuan kedatangan Yesus ke dunia ini
adalah “yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan iblis itu” (1 Yoh. 3:8).
Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa hal-hal yang supranatural itu sangat nyata
dalam peperangan rohani, walaupun ada sebagian orang ingin men-demythologize hal-
hal yang bersifat devil, demons, dan demon possesion dalam Alkitab. Alkitab
menyatakan bahwa dunia okkult adalah nyata, dan kuasa Allah di dalam Yesus Kristus
dan Roh Kudus juga adalah nyata. Selain itu ada banyak orang menyadari bahwa sebuah
manifestasi dari kuasa okkult adalah milik setan. Manifestasi itu dapat terlihat. Kita bisa
melihat dampak kepemilikan tetapi kita tidak bisa melihat masuknya setan ke
manifestasinya.8

7Jaharianson Saragih, Pelayanan Pelepasan dan Dampak Positifnya, (Medan: L-SAPA, 2016), 76-77.


8Juanda Raya P, Dasuha, Penelitian dan Pengembangan GKPS, (Pematang Siantar: Kantor Pusat GKPS,
2012), 37-38.
II.4. Praktek Okultisme Dalam Alkitab9
Peristiwa okkult yang berkaitan dengan Tuhan Yesus ketika Dia mengusir roh-roh
jahat (legion) yang merasuki seorang laki-laki  yang sudah lama tidak berpakaian dan
roh-roh jahat itu memasuki sekawanan babi-babi (Luk. 8:27-33).Dalam PL ada beberapa
praktek okkult yang dilarang keras oleh Allah bagi orang Israel selaku umat Allah,
yakni:
1. Penyembahan kepada patung-patung dan tugu-tugu berhala buatan manusia serta
tiang-tiang berhala (Kel. 23:24; Mi. 5:12-13; 2 Taw. 33:7). Dasar pelanggaran ini
jelas dituliskan pada Dekalog (Kel. 20:4-5)
2. Menaruh lambang berhala di ambang pintu masuk rumah (Yes. 57:8). Pemilik rumah
itu telah meninggikan lambang itu di atas dirinya atau kepalanya. Itulah pertanda
bahwa mereka tidak menyembah dan beribadah kepada Allah.
3. Mencari arwah atau kepada roh-roh peramal (Im. 19:31; 2 Taw. 33:6). Bertanya
kepada arwah atau kepada roh peramal (Ul. 18:11). Sebagai umat Allah seharusnya
mereka bertanya kepada Allah atau Roh Allah saja. Sebab para hamba Tuhan (Imam,
Nabi, dan Raja) adalah orang-oramg yang telah diurapi Roh Tuhan.
4. Mempersembahkan anak laki-laki atau anak perempuan sebagai korban bakaran
dalam api (Ul. 18:10; 2 Taw. 33:6). Kebiasaan ini adalah kebiasaan bangsa-bangsa
sekitar yang belum mengenal Allah. dalam penyembahan kepada dewa molokh, ilah
yang disembah bangsa Amon. Praktek ini terbukti dari dokumen-dokumen yang
ditemukan di Siria.
5. Menjadi petenung, peramal, penelaah, penyihir, pemantera (Ul. 18:10-11; Mi. 5:11; 2
Taw.33:6). Perilaku ini sama saja dengan upaya mendahului Allah. Allah adalah
pemilik sejarah kehidupan manusia. Dia yang tahu apa yang harus terjadi, karena
tidak ada peristiwa di dalam sejarah kehidupan ini yang tidak di dalam
sepengetahuan-Nya.
6. Meminta petunjuk kepada orang-orang mati (Ul. 18:11). Keyakinan orang terhadap
roh-roh orang yang sudah mati bergentanyangan, itulah yang mendorong orang
tersebut unruk melakukan praktek pemanggilan arwah atau roh-roh orang mati
tersebut.

9Juanda Raya P, Dasuha, Penelitian dan Pengembangan GKPS, 43-49.


7. Menjadi dukun (Yeh. 13:18). Juga menurut kesaksian perempuan En-Dor dalam 1
Samuel 28:9 bahwa setiap orang petenung, pemanggil arwah dan pemanggil roh
peramal harus dilenyapkan dari tengah-tengah orang Israel. Sebab perbuatan mereka
adalah kekejian bagi Allah (Ul. 18:12).
8. Mengikatkan tali-tali ajimat (Yeh. 13:18). Dalam Yesaya 3:18-23 ada daftar
perhiasan wanita. Sebagian dari pada perhiasan itu, seperti anting-anting adalah
ajimat yang mengandung mantera yang dibisikkan.
9. Mengenakan selubung kepala dengan maksud menangkap jiwa orang (Yeh. 13:18).
10. Mengucapkan tenungan-tenungan bohong (Yeh. 13:23).
11. Menyembah tentara langit dan beribadah kepadanya (2 Taw. 33:3)
II.5. Tinjauan Teologis Praktek Ocultisme
Dasar teologis pelayanan dalam praktek ocultisme hanyalah berpusat kepada
kebenaran firman Allah yang hidup, kitab Ulangan 18:9-14 menjelaskan tentang
bagaimana larangan Allah terhadap segala praktek-praktek ocultisme karena perbuatan
seperti itu merupakan kekejian bagi Allah (Ul.18:12). Alkitab sangat jelas melarang
setiap praktek ocultisme, karena perbuatan tersebut ialah tindakan berpaling dari Allah
yang hidup dan merupakan kejahatan yang terbesar dari semua kejahatan. 10Manusia
seringkali menanggapi roh-roh jahat dan berhubungan dengan illah dunia yaitu iblis.
Firman Tuhan sudah jelas mengatakan, segala sesuatu yang berhubungan dengan iblis
dilarang oleh Tuhan dan bagi yang melanggar akan masuk di bawah penghakiman ilahi
dan hukuman mati (Im. 19:31; Ul. 18:10).11
Alkitab adalah firman Allah yang berotoritas mutlak bagi pemikiran, perkataan,
dan perbuatan. Paulus menegaskan bahwa injil adalah kekuatan otoritas mutlak karena
injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang percaya (Rm. 1:16-17; II
Tim. 1:8-9). Kekuatan dan kedaulatan injil inilah yang dinyatakan atas hidup orang
percaya kepada Allah dan kekuatan injil untuk mengalahkan setan dan roh-roh
jahat.12 Kedaulatan Allah sangat ditekankan dalam mengusir roh jahat karena semuanya
dalam otoritas-Nya yang penuh kuasa. Maceleod menjelaskan ada tiga dimensi dari
kedaulatan Allah yang dikutip oleh Stevri I. Lumintang demikian:

10Surya Kusuma, Okultisme: Antara Budaya Vs Iman Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 7-8.


11Kevin J. Conner, A Practical Guide To Christian Belief, (Malang: Gandum Mas, 2004), 259.
12Stevri I. Lumintang, Keunikan, 415.
1. Kepemilikan
Alkitab menjelaskan bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan Allah, diantaranya
ialah bumi, surga, perak, emas, dan segala sesuatu manusia dan semua orang Kristen
adalah milik Allah.
2. Otoritas
Allah memiliki hak mutlak untuk menyatakan kehendak-Nya kepada semua umat
ciptaan-Nya, dan kehendak-Nya tidak pernah gagal. Otoritas-Nya adalah pasti dan
mutlak atas segala sesuatu, tentunya juga termasuk setan dan roh-roh jahat lainnya.
3. Kontrol
Allah adalah Tuhan atas semua ciptaan-Nya, yang mengontrol segala sesuatu,
mengontrol sejarah dunia, mengontrol sejarah gereja, mengontrol penderitaan gereja,
dan mengontrol kuasa setan.13
II.5.1. Perjanjian Lama
Dalam perjanjian lama praktek ocultisme melalui jimat digunakan untuk
perlindungan dalam berperang, menyatakan atau menunjukkan kekuasaan, dan
kepercayaan memakai jimat akan melindungi pemiliknya dari yang jahat.
Biasanya jimat tersebut dipakai pada bagian kepala atau leher. 14 Jenis jimat yang
digunakan seperti tongkat, batu cadas, lembu emas, kain, gelang cincin (Yes.
57:6). Keluaran 20:4-6 melarang manusia membuat berbagai bentuk patung yang
menyerupai apapun karena itu sama halnya membatasi kuasa Allah dan
menyembah kepada ilah-ilah lain atau kuasa gelap berarti tidak mengenal secara
benar kedaulatan Tuhan sebagai Pencipta.15
Orang yang terlibat dalam kegiatan penyembahan berhala ialah orang
yang membenci Tuhan (Kel.20:6), orang yang tidak mengerti dan menyukai
firman Allah, beringinan untuk mencari keselamatan, mencari hidup yang benar,
dan ingin menjadi penguasa. Kitab II Tawarikh 33:1-20 menjelaskan bahwa Raja
Manasye mendirikan mezbah-mezbah untuk penyembahan berhala di dalam
rumah Allah ini merupakan penajisan Bait Allah yang kudus. Dalam kegiatan

13Stevri I. Lumintang, Keunikan, 416.


14D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF,
2007), 487.
15Suhandi Yeremia,  A Biblical Theology of the Old Testament, (Malang: Gandum Mas, 2005), 76.
seperti ini sangat jelas bahwa mengundang roh-roh jahat bukan mengundang
kehadiran Roh Allah ditengah-tengah ibadah, tetapi semua kegiatan seperti itu
sudah sangat jelas bahwa merupakan suatu kenajisan dan kekejian bagi Allah
(Im.19:31), dan Allah sangat menentang dan melenyapkan setiap orang yang
terlibat dari muka bumi (Im. 20:6), Allah muak melihat umat-Nya
mempraktekkan dan menyembah kepada ilah lain karena Ia adalah Allah yang
cemburu (Kel. 20:3; Im. 20:23), perbuatan tersebut menajiskan diri dan berzinah
dalam perbuatan-perbuatan mereka (Mzr. 106:37-39).16
II.5.2. Perjanjian Baru
Perjanjian Baru juga memberikan penjelasan bahwa kegiatan praktek
okultisme melalui jimat-jimat ini ditiru oleh iblis yang sebenarnya itu dikerjakan
oleh Yesus dalam pelayanan-Nya. Iblis juga bisa pakai untuk mengadakan suatu
mujizat palsu sehingga ada orang yang pada akhirnya tertarik dan
mempercayainya. Tipu daya iblis membutakan mata rohani seseorang yang
akhirnya membuat seseorang terjerumus dan terlibat dalam praktek kuasa gelap.
Iblis adalah sang penipu, dia berusaha untuk menipu setiap orang melalui tanda-
tanda supaya orang yang melihatnya terpengaruh dan menjadi percaya serta mau
ikut kehendaknya dan sampai memberontak kepada Kristus,17 Berikut ini ada
beberapa contoh yang dipakai oleh orang-orang sebagai benda yang berkuasa
atau jimat, seperti: Tali sembahyang, jumbai yang panjang, dan tanah. 18 Dalam
Kisah Para Rasul 8:9-24; 13:6-11, menyebutkan orang-orang Farisi mengusir
setan-setan dan ahli-ahli sihir sebagai saingan para pewarta injil, kegiatan
tersebut dianggap bertentangan dengan agama kekristenan oleh umat Kristen
yang ada di Efesus, mereka membakar segala benda-benda yang berhubungan
dengan iblis, buku-buku mantera (Kis. 19:19). Alkitab sangat menentang
kegiatan praktek ocultisme, baik terlibat secara langsung maupun tidak secara
langsung, sikap kompromi dengan setan dilarang oleh Tuhan baik dalam
perjanjian lama (Ul. 18:10-12, 20; Mikha 5:12) maupun dalam perjanjian baru (I

16Frederick S. Leahy, Iblis Sudah Keok, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, 1995),69.
17Paul Enns, The Moody Handbook Of Theology Jilid 1, (Malang: SAAT, 2006), 367.
18J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (Jakarta: Bina Kasih, 1962), 578.
Kor. 10:20-21),19 bukan hanya terlibat tetapi Alkitab juga mengingatkan dan
melarang untuk meniru segala ritual ocultisme dalam bentuk apapun karena
apabila ditiru maka roh-roh kuasa gelap akan memperoleh jalan masuk untuk
menghancurkan pertumbuhan iman jemaat dalam gereja.20
II.6. Pemahaman Iman Kristen Tentang Okultisme
Jika orang percaya atau menyerahkan dirinya kepada Kristus yang kuasanya jauh
melebihi kuasa-kuasa kegelapan: maka tidak boleh sedikit pun percaya atau
menyerahkan diri kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegelapan. Oleh sebab
itu, orang menyatakan dirinya dukun Kristen, sebagai hal yang tidak mungkin; karena
soal kedukunan dan soal Kristus adalah dua hal yang saling bertentangan seperti terang
dan gelap. Oleh sebab itu orang Kristen tidak boleh pergi ke dukun meminta
pertolongan. Orang Kristen menyandarkan diri kepada pemeliharaan Kristus saja, yang
senantiasa melepaskan dan membebaskannya dari kuasa iblis (Luk. 22:31). Demikian
juga dalam Yakub 4:7, diperintahkan untuk melawan iblis dan mencari pertolongan
kepada darah dan kayu salib Kristus, pasti iblis lari. Mengingat peringatan yang
senantiasa ditemui dalam firman Allah dan juga peringatan Allah dalam Alkitab dalam
kitab Ulangan 29:29,  orang Kristen dilarang benar-benar untuk berhubungan atau main-
main dengan kuasa kegelapan.21
Bagi orang Kristen tidak ada Allah selain Allah yang dikenal dalam Allah Bapa,
Allah Putra, dan Allah Roh Kudus. Firman Tuhan menyatakan sebagai berikut:
“Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu; ‘tidak ada berhala di dunia
dan tidak ada Allah lain dari pada Allah yang esa.’ Sebab sungguhpun ada apa yang
disebut allah, baik di sorga, maupun di bumi dan memang benar ada banyak ‘allah’ dan
banyak ‘tuhan’ yang demikian namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa,
yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup. Tetapi bukan semua orang yang mempunyai pengetahuan itu. Ada orang, yang
karena masih terus terikat pada berhala-berhala, makan daging itu sebagai daging
persembahan berhala. Dan oleh karena hati nurani mereka lemah, hati nurani mereka
itu dinodai olehnya”  (1 Kor. 8:4-7).Orang yang percaya kepada ilah lain seperti yang

19Merrill C. Tenney, Survei Perjanjian Baru, (Malang: Gandum Mas, 2009), 87.


20Ellis H. Skolfield, Iblis Dalam Gereja, (Bandung: Kerygma Komunika, 1993), 132.
21E.P. Gintings, dkk, Okultisme, (Bandung: Bina Media Informasi, 2007), 68-69.
disebutkan dalam ayat di atas akan mempraktikkan pemujaan dan pengultusan kepada
sesuatu barang, benda, bahkan orang atau malaikat yang akan memengaruhi kehidupan
mereka. Dalam hal ini setiap irang Kristen diingatkan oleh firman Allah, yaitu: “Hati-
hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan
palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia. Tetapi tidak menurut
Kristus. (Kol.2:8). Karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi
melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-
penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara”(Ef. 6:12). Dengan
demikian, okultisme dalam pemahaman Kristen adalah filsafat kosong, ajaran turun-
temurun, dan roh-roh dunia yang bersumber dari kekuatan setan.22
II.7. Sikap Orang Kristen Terhadap Okultisme
Sebagai ciptaan-Nya menyadari bahwa manusia adalah mahkota ciptaan Allah
yang diberikan mandat untuk menaklukkan dunia ini (Kej 1:26-31). Menaklukkan dunia
yang dimaksud adalah tidak menjadikan dunia yang adalah juga ciptaan sebagai “Tuhan”
yang menguasai manusia.23 Diharapkan sebagai orang Kristen dengan landasan Firman
Tuhan, okultisme ini harus disangkal dan ditolak. Selain melanggar Firman Tuhan,
tindakan okultisme juga berdampak kepada orang yang melakukan yaitu:24
a. Akibat secara rohani, akan mengalami depresi, sikap tertutup, memusuhi firman
Allah.
b. Akibat secara psikologi, ketakutan yang tidak wajar, hawa nafsu yang tidak
terkontrol, pemarah dan bunuh diri.
c. Akibat secara fisik, urat syaraf yang sakit, kemandulan, kematian yang tidak wajar.

Menurut seorang antropolog yang meneliti Tunggal Panaluan yaitu W. H. Rassers,


menyatakan bahwa adalah kebodohan dan keterkungkungan diri apabila masih percaya
kepada okultisme. Sebab okultisme tidak dapat dibuktikan dengan analisa yang dalam,
dan apabila dilakukan penelitian selalu berujung kepada kesimpang-siuran.25

22Surya Kusuma, Okultisme: Antara Budaya Vs Iman Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 2014), 7-8.


23E. P. Ginting, Religi Karo, Membaca Religi dengan Mata Yang Baru, (Kabanjahe: Abdi Karya,
1999), 214.
24Pondsius & Susanna Takaliung, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, (Jawa Timur: Depatermen
Literatur YPPII, 2004), 301.
25W. H. Rassers, Tentang Tongkat Mistis Batak, (Medan: Bina Media Perintis, 2008), 7.
III. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kami simpulkan bahwa okultisme yaitu praktek-praktek yang
dilakukan dengan “rahasia” dan latar belakang di luar logika manusia dengan peristiwa
yang gaib dan aneh. Pelaku okultisme mengarah kepada sebuah hasrat untuk memiliki atau
menguasai atau menginginkan sesuatu. Atau juga merupakan praktek akibat takut terhadap
sesuatu kutukan sehingga melakukan tindakan okultisme. okultisme berawal dari kehausan
akan kepastian akan sesuatu hal yang belum diketahui oleh manusia. Dengan alasan bahwa
agama tidak mampu memberikan jawaban atas “kehausan” itu. Maka manusia beralih
kepada “alam gaib”, di mana ada sesuatu kuasa yang tidak nampak atas pengelihatan
manusia biasa. namun alkitab memberi pemahaman bahwa sesuatu yang berada dalam
kekuasaan Allah adalah “Kerajaan Allah atau kuasa terang” dan segala sesuatu yang di
bawah kekuasaan Iblis adalah “kerajaan iblis yang menjadi raja atau penghulunya. Hal ini
memberikan pemahaman bagi kita bahwa yang dimaksud dengan kerajaan Allah dan
kerajaan iblis bukan menunjuk kepada suatu teritorial atau wilayah, tetapi suatu wilayah
kekuasaan yang disebut kerajaan Sorgawi dan kerajaan Duniawi. Kuasa Allah telah
mengalahkan kerajaan iblis, namun iblis masih berusaha dan berusaha dengan berbagai
strateginya untuk menghambat orang di dalam kerajaannya untuk masuk dalam kerajaan
Allah dan berusaha memerangi orang yang sudah berada dalam kerajaan Allah.
IV. Daftar Pustaka

Alwi, Hasan. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Jakarta:Balai Pustaka, 2005.


Conner, Kevin J. A Practical Guide To Christian Belief, Malang: Gandum Mas, 2004.
Dasuha, Juanda Raya P. Penelitian dan Pengembangan GKPS.
Dingwall, Eric J. & John Langdon Davies, Alam Gaib, Surabaya: Pustaka Progresif, 1964.
Douglas, D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina
Kasih/OMF, 2007.
Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, Jakarta: Bina Kasih, 1962.
Echols, John M. & Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: Gramedia, 2000.
Enns, Pau.  The Moody Handbook Of Theology Jilid 1, Malang: SAAT, 2006.
Ginting, E. P. Religi Karo, Membaca Religi dengan Mata Yang Baru, Kabanjahe: Abdi
Karya, 1999.
Gintings, E.P. dkk, Okultisme, Bandung: Bina Media Informasi, 2007.
Kusuma, Surya. Okultisme: Antara Budaya Vs Iman Kristen, Yogyakarta: ANDI, 2014.
Leahy, Frederick S. Iblis Sudah Keok, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF,
1995.
Pasaribu, Rudolf H. Okultisme di Kalangan Masyarakat Batak, Jakarta: Atalya Rileni
Sudeco, 2003.
Pondsius & Susanna Takaliuang, Antara Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, Jawa Timur:
Departemen Literatur YPPII, 2004.
Rassers, W. H. Tentang Tongkat Mistis Batak, Medan: Bina Media Perintis, 2008.
Saragih, Jaharianson. Pelayanan Pelepasan dan  Dampak Positifnya, Medan: L-SAPA,
2016.
Skolfield, Ellis H. Iblis Dalam Gereja, Bandung: Kerygma Komunika, 1993.
Stevri I. Lumintang, Keunikan.
Tenney, Merrill C. Survei Perjanjian Baru,  Malang: Gandum Mas, 2009.
Yeremia, Suhandi.  A Biblical Theology of the Old Testament, Malang: Gandum Mas, 2005.

Anda mungkin juga menyukai