Anda di halaman 1dari 5

SEKULARISME

Etimologi Sekularisme

Istilah sekularisme pertamakali digunakan oleh penulis Inggris George


Holyoake pada tahun 1851.1 Akar kata secular berasal dari 2 bahasa latin.
Pertama, “saeculum”, yang berarti generasi (generation), abad atau era (a century
or an age), ataupun dimensi waktu (measure of time), dalam makna ini,
penekanannya lebih ditujukan pada hal- hal yang bersifat duniawi (wordly),
bukan pada yang abadi, yang memiliki karakter non- temporal dari sebuah tatanan
transenden.2 Kedua, mundus yang berarti ‘zaman’ atau jika diinggriskan menjadi
‘mundane’3 yang bermakna ruang 4, di zaman Yunani kuno kata mundus
digunakan untuk menjelaskan ‘alam semesta’ (cosmos)5. Selain pemaknaan di
atas, Taylor menambahkan dua istilah yang lebih modern dalam bukunya A
Secular Age, ‘aion’ (dalam bahasa Inggris: aeon), serta ‘siecle, siglo’ (dalam
bahasa Spanyol) yang berarti suatu abad (a century).6 Cox menerangkan
kemunculan 2 kata latin yang terpisah ini mengandung arti “dunia” menunjukkan
dualisme yang menimbulkan masalah teologis, karena istilah tersebut tidak ada
didalam Al- Kitab. Dimana Yunani dan Ibrani memiliki interpretasi yang berbeda
tentang realitas dunia perbedaan inilah yang menurutnya mengakibatkan
ketegangan dalam teologi Kristen sejak awal.7 Maka dari istilah baru inilah, telah
dimulai sebuah perjalanan konseptual. Pengertian sekularisme sebagai konsep
terus mengalami perkembangan bahkan perubahan, yang sejalan dengan arus

1
Ray Argile, Inventing Secularism The Radical Life of George Jacob Holyoake, United
State of America, McFarland & Company, Inc., Publishers, 2009. p. 5.
2
Anna Tomaszewska and Hasse Hamalainen, The Sources of Secularism (Enlightment
and Beyond), p.3.
3
A S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, Oxford,
Oxford University Press, 1948, p. 987.
4
Yuni Pangestutiani, Sekularisme, Spiritualis: Vol. No. 2, September 2020, Depok, p.
193.
5
Harvey Cox, The Secular City (Secularization and Urbanization in Theological
Perspective), Princenton University Press, 2013, Princenton- New Jersey, p. 23.
6
Charles Taylor, A secular Age, London, The Belknap Press of Harvard University Press,
2007, p. 347.
7
Harvey Cox, The Secular City (Secularization and Urbanization in Theological
Perspective), p. 23.

1
modernisasi yang terjadi di masyarakat Barat, sehingga memunculkan istilah-
istilah modern yang lain seperti sekularisasi dan sekularisme.8

Sekularisme adalah nama dari sebuah ideologi dan cara pandang 9, Cox
memaparkan bahwa ideologi ini bisa dikatakan juga sebagai agama baru.10

Kata secularization dalam Oxford Dictionary didefinisikan sebagai “the


process of removing the influence or power that religion has over something” atau
proses menghilangkan pengaruh kekuasaan yang dimiliki oleh agama. 11 Harvey
cox mendefinisikan sekularisasi sebagai berikut: “ secularization as the liberation
of man from religious and metaphisycal tutelage the turning of his attention away
from other worlds and toward this one”.12 Sedangkan menurut Peter L Berger,
dalam bukunya The Sacred Canopy (Element Of A sociological Theory Of Religion),
makna sekularisasi mengacu pada proses dimana sector- sector masyarakat dan
budaya dibebaskan dari dominasi institusi dan symbol keagamaan. 13 Oleh karena
itu, Berger juga mengatakan bahwa sekularisasi ini lebih dari proses sosial-
kultural yang mempengaruhi totalitas kehidupan budaya dan ide. 14 Berbeda
dengan Hegel yang memberikan makna sekularisasi seabagai sebuah proses untuk
mensyarakatkan rasionalisasi agama dan moralitas imanen, pendapatnya ini
dietujui oleh Taylor.15 Taylor memaknai kata secularity (sekularitas) dalam bukunya,
sebagai “sebuah penurunan kepercayaan dan praktik keagamaan dengan orang orang
yang berpaling dari tuhan dan tidak lagi menghadiri gereja.” 16

8
Craig Calhoun, et.al, Rethinking Secularism, New York, Oxford University Press, 2011,
p. 54.
9
Dikutip dari Jose Casanova, dalam Rethinking Secularism, bahwasannya: Rethinking
Secularism requires that we keep in mind the basic analitycal distinction between “the secular” as
a central modern epistemic category. “secularization” as an analitycal conceptualization of modern
world- historical processes, and “secularism” as a worldview and ideology. Ibid, p. 65.
10
Harvey Cox, The Secular City (Secularization and Urbanization in Theological
Perspective), p.25.
11
A S Hornby, Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English, p. 1354.
12
Harvey Cox, The Secular City (Secularization and Urbanization in Theological
Perspective), p. 21.
13
Peter L. Berger, The Sacred Canopy (Element Of A sociological Theory Of Religion),
New York, Open Road Integrated Media,1966, p. 84.
14
Karel Dobbelaere, Secularization: An Analysis at Three Levels, Belgium, Presses
Interuniversitaires Europeennes Brussels, 2002, p. 29.
15
Anna Tomaszewska and Hasse Hamalainen, The Sources of Secularism (Enlightment
and Beyond), p. 74.
16
Charles Taylor, A. Secular Age, United State of America, Stanford University Press,
1931, p. 16.

2
Didalam Oxford Eglish Dictionary secularism didefinisikan sebagai
berikut17:

1. The doctrine that morality should be based solely on regard to the well- being
of mankind in the present life, to the exclusion of all considerations drawn
from belief in God or in future state.
2. The view that education, or the education provided at the public cost, should
be purely secular.

Terminologi Sekularisme

Sekularisme adalah barang asing yang sifatnya merusak. Dari makannya,


sekular menunjukkan suatu sifat kebendaan atau keduiniaan. Sekularisme berarti
pemisahan antara spiritualitas agama dengan kehidupan dunia. Sekularisme ini
lahir kira- kira 2,5 abad yang lalu, yang dilatarbelakangi oleh rasa traumatis
orang- orang barat terhadap dominasi agama Kristen didunia barat. Bahkan, orang
barat menyebut periode traumatis tersebut dengan dark age.

Alasannya saat itu adlah, kebrutalan maupun kekejaman dibenarkan oleh


agama sebagai dalih fatwa agama. Kelahiran sekularisme itu dimulai ketika
runtuhnya Imperium Romawi Barat sampai munculya zaman Renaissance pada
abad ke 14. Ada 3 landasan proses atau pemicu sekularisasi. Pertama, trauma
sejarah, Kedua, Problem teks Biblical, Ketiga, Problem Teologi Kristen. Maka
kita dapat menguraikan satu- persatu mengenai pemicu sekularisasi tersebut.

1. Trauma sejarah.

Mereka merasa mengalami kematian ketika berada dibawah


dominasi politik agama Kristen. Hal itu dikarenakan Gereja
mengklaim satu- satunya institusi atau wakil resmi Tuhan dimuka
bumi. Ungkapan yang terkenal saat itu adalah “Paus tidak bisa berbuat
salah”. Apapun yang dia katakan itu selalu benar, sebab dia adalah
wakil Tuhan. Ini adalah konsep “Invallible” yang artinya tidak bisa
salah.
17
A S Honby, Oxford English Dictionary, p. 1354.

3
2. Problem Teks Bible.

Problem bagi orang barat yaitu, menyangkut keotentisitasan Bible dan


makna yang terkandung didalamnya. Dalam perjanjian lama, orang barat
mengatakan Hebrew Bible, sampai hari itu menjadi misteri siapa penulisnya.
Menurut seorang guru besar perjanjian lama, Brush Matchler, ada dua faktor
yang menjadi problem yang dihadapi oleh para penafsir bible yaitu, 1) Tidak
ada dokumen bible yang original, dan 2) Kalaupun tidak ada, maka dokumen
itu berbeda antara yang satu dan yang lainnya, yang sama- sama dianggap
original. Maka, masyarakat barat pun menjadi tidak percaya terhadap kitab
sucinya.

Holyoake dalam bukunya Principles of Secularism, mendifinisikaan makna


secularism sebagai: “Secularism is an ethical system founded on the principal of natural
morality and independent of revealed religion or supranaturalism.”18 Holyoake
menciptakan istilah sekularisme untuk menggambarkan pemikirannya tentang tatanan
sosial yang independen dari agama yang tidak merendahkan atau mengkritik keyakinan
agama, ia mengklaim sekularisme adalah sebuah kerangka etis, yang terlepas dari
moralitas yang diwahyukan karena ini didasarkan pada prinsip- prinsip akal. Pemaknaan
ini juga disepakati oleh Berger.19

Kemunculan ideologi sekularisme di barat pada abad ke 19 ini, dimulai dengan


pengakuan bahwa ia berasal dari konsep teologis Kristen Barat yang tidak dimiliki oleh
Kristen Timur. Kata Latin saeculum atau seperti dalam ungkapan per-saeculorum
awalnya secara eksklusif mengacu pada rentang waktu yang tidak terbatas. Dan berfungsi
untuk mengatur seluruh relitas geografis dan temporal susunan Kristen abad pertengahan,
dan memunculkan 2 klasifikasi terhadap “dunia”, yaitu dunia penebusan agama (spiritual-
sakral), dan dunia sekular- temporal (dunia yang profan). 20

18
Sekularisme adalah suatu system etik yang didasarkan pada prinsip moral alamiah dan
terlepas dari agama- wahyu atau supranaturalisme.
19
Peter L. Berger, The Sacred Canopi Elements Of A Social Construction of Reality, p.
84-85.
20
Jose Cassanova, on Rethinking Secularism, p. 67.

4
Disebutkan terdapat beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai pendorong
sekularisasi, antara lain: 1) penyebaran peradaban manusia secara menyeluruh
keseluruh dunia, 2) dinamika yang dihasilkan oleh kapitalisme, 3) cara hidup yang
dibawa oleh produksi indutrialisasi, 4) pengaruh luas ilmu pengetahuan modern
keberbagai sector sosial, 5) infrastruktur praktis didalam situasi sosial.21

Maka dari beberapa definisi dan faktor- faktor penyebab sekularisasi yang
telah disebutkan diatas dapat dilihat bahwasannya, aksi sekularisasi ini sudah
mewabah kedalam berbagai aspek kehidupan manusia. Aksi sekularisasi yang
terus di gaungkan barat, kini sudah menjadi sebuah cara pandang (worldview)
yang ditiru oleh masyarakat luas di berbagai negara, yang disebut sebagai paham
sekularisme.

21
Fauzan, Sekularisasi Dalam Pandangan Harvey Cox, Kalam: Jurnal Studi Agama dan
Pemikiran Islam, Lampung, P.255.

Anda mungkin juga menyukai