sebagian besar kehidupannya dengan mengajar di Grove City College dan Reformed
Theological Seminary. Beliau mengajar selama kurang lebih tiga dekade dan mengampu
bidang-bidang yang sangat bervariasi. Saat ini, beliau menjabat sebagai Profesor Emeritus
dalam bentuk tulisan khususnya dalam bidang teologi dari C. S. Lewis, teologi dari Princeton
yang terdahulu, berkontribusi dalam penulisan kamus teologi Injili, dan yang paling terkenal
adalah karya-karya beliau dalam bidang wawasan dunia, misalnya Membangun Wawasan
Dunia Kristen sebanyak dua jilid. Buku inilah yang membuat ia melanjutkan penulisan dan
editorialnya yang diterbitkan dalam buku Revolusi-Revolusi dalam Wawasan Dunia pada
tahun 2007. Buku ini akan memfokuskan pembahasannya pada perkembangan wawasan
dunia di bagian Barat mulai sejak zaman Helenisme sampai abad ke-20 bahkan setelahnya.
Sepuluh tahun kemudian, Penerbit Momentum menerjemahkan dan menerbitkan buku ini ke
1
perkembangan wawasan-wawasan dunia Barat yang secara sadar maupun tidak sadar telah
Hoffecker mengatakan bahwa hal yang melatarbelakangi penulisan buku ini adalah
mempengaruhi kehidupan mereka. Padahal pengaruh wawasan dunia sangat besar dan tidak
akan pernah berakhir, misalnya dalam hal pemikiran, asumsi, keyakinan, presuposisi, dan
berpendapat bahwa seharusnya wawasan dunia Kristen mempengaruhi semua disiplin ilmu.
Itulah sebabnya Hoffecker menulis buku ini dan mengundang sarjana-sarjana terkemuka di
mengundang sembilan sarjana lain untuk berkontribusi di dalam buku ini. Mereka adalah
John Fame, John Currid, Vern Poythress, Richard Gamble, Peter Leithart, Carl Trueman,
Scott Amos, Richard Lints, dan Michael Payne. Semua kontributor dalam buku ini adalah
sarjana yang juga mengajar di lingkungan akademis, bahkan kebanyakan dari mereka adalah
keyakinan bahwa segala aspek kehidupan dan pemikiran seharusnya dibentuk dan
direformasi seturut firman Allah. Hal itulah yang mendorong Hoffecker dan tim untuk
Judul dari buku ini dapat dikatakan menarik karena Hoffecker memilih menggunakan
kata “revolusi” di dalam judulnya. Revolusi biasa mengandung arti sebuah pergerakan dan
memiliki konotasi yang terkadang buruk karena pada umumnya menggunakan kekerasan
serta bersifat menggulingkan penguasa setempat. Tetapi kurang lebih seperti itulah ide yang
2
ditawarkan oleh Hoffecker pada buku ini, yaitu bahwa pemikiran Barat telah mengalami
sejumlah perubahan yang mendalam serta berdampak sangat besar di dalam dunia Barat.
Buku ini dibagi menjadi 10 bab. Bila ingin dibagi secara garis besar sejarah maka
buku ini terbagi menjadi enam bagian, yaitu abad Permulaan, Abad Pertengahan, Renaisans,
Reformasi, Modern, dan Postmodern. Hoffecker berpendapat bahwa setiap periode akan
tersebut akan terlihat. Hoffecker juga menyajikan buku ini dengan sangat menarik karena
memperlakukan wawasan dunia sebagai sebuah kesatuan walaupun ada pembahasan khusus
lain-lain. Meskipun Hoffecker memaparkan 10 bab penting dalam buku ini, namun fokus
pembahasan ulasan buku kali ini akan memberikan porsi yang lebih besar pada paruh kedua,
Bab 1 berisi tentang peradaban Yunani, peradaban pertama yang ada di Barat. Pada
bab ini Frame berpendapat bahwa wawasan dunia yang dibawa oleh Helenisme sangat sarat
akan ilah-ilah dan pemahaman yang salah akan Allah maupun manusia, baik asal mula
maupun cara hidupnya. Frame tidak menganjurkan orang Kristen untuk menggabungkan
perspektif Kristen dengan perspektif Yunani, walaupun pada kenyataannya para teolog
Kristen pada zaman itu sangat erat hubungannya dengan Neoplatonisme dan
Aristotelianisme.
Bab 2 berisi tentang wawasan dunia dan kehidupan orang Ibrani. Currid dengan tegas
menolak skeptisisme dari Voltaire yang mengatakan bahwa orang Ibrani adalah orang yang
tidak memiliki wawasan dunia karena mereka adalah bangsa yang bodoh dan biadab.
Sebaliknya, Currid menjabarkan dengan jelas bahwa orang-orang Ibrani memiliki wawasan
dunia, mulai dari teologi (monoteisme), kosmologi (adanya konsep pencipta dan ciptaan),
3
ditambah juga dengan sejarah penebusan yang telah mereka hidupi sejak lampau (adanya
konsep mesianis).
Bab 3 berisi tentang wawasan dunia PB. Poythress mendasarkan analisa dan
argumennya berdasarkan satu dokumen utama, yaitu firman Allah yang diilhamkan oleh Roh
Kudus (PB itu sendiri). Poythress berpendapat bahwa pandangan mengenai PB yang
penebusan dalam karya Kristus. Selain itu, PB (termasuk injil) telah membawa revolusi bagi
wawasan dunia pada zaman itu, baik orang Yahudi maupun non-Yahudi (misalnya dalam hal
Pada bagian ini Richard Gamble memaparkan pemikiran dari tokoh-tokoh kunci gereja mula-
mula berdasarkan mazhab dan tempatnya, misalnya Ignasius, Polikarpus, Marcion, Justin
konsili-konsili yang diadakan oleh kekristenan guna menangkal ajaran sesat dan membentuk
teologia yang benar. Gamble juga menekankan adanya ketegangan antara gereja dengan
pemerintah.
Bab 5 membahas tentang teologi pada abad pertengahan. Seperti biasa, Leithart juga
mengawali perkembangan wawasan dunia pada abad pertengahan dari Peter Abelard. Setelah
itu, Leithart memfokuskan pembahasan pada teologi dari Aquinas dan menjelaskan dampak
dari Thomistis. Pada masa inilah mulai muncul pertanyaan-pertanyaan yang biasanya
disebutkan sebagai bab yang membahas dogma tunggal untuk mendefinisikan “wawasan
4
dunia Renaisans” karena Trueman akan lebih memfokuskan pembahasan pada gerakan-
gerakan yang disebut sebagai Renaisans. Oleh sebab itu, Trueman memulainya dari
Humanisme akan mentransformasi penghargaan terhadap logika yang digantikan oleh seni
retorika. Peralihan metodologis dan kultural ini akan mengguncang dunia, termasuk
kekristenan. Hal yang paling mendasar adalah maraknya studi teks dan penerjemahan
Alkitab. Selanjutnya pada pembahasan filsafat Renaisans, Trueman melihat bahwa titik
awalnya bersifat Aristotelian. Trueman juga membahas tokoh utama dalam perkembangan
ilmu pengetahuan pada masa Renaisans, yaitu Copernicus dan Galileo yang berkontribusi
akan membuat manusia semakin meremehkan pengajaran gereja. Hal ini juga berpengaruh
pada cara berpolitik pada masa Renaisans yang mulai mensekulerkan politik, atau minimal
bersifat dikotomi antara teologi dan kenegaraan. Jadi memang Renaisans tidak memberikan
alternatif wawasan dunia abad pertengahan karena keduanya memiliki posisi yang sangat
Bab 7 membahas tentang peristiwa reformasi yang merevolusi wawasan dunia pada
saat itu. Sudah dapat diduga, dua tokoh utama yang akan dibahas oleh Amos adalah Luther
dan Calvin. Dampak terbesar dari Luther adalah mengembalikan Alkitab sebagai otoritas
utama serta mempelajari Alkitab sebagai disiplin ilmu yang utama, sedangkan Calvin
membuat Alkitab menjadi lebih utama daripada rasio. Teologi dari Luther mengenalkan
kembali akan kedekatan Allah dengan manusia melalui Yesus Kristus. Luther menerapkan
konsep dualisme pada gereja dan masyarakat, yang dikenal sebagai pandangan “dua
kerajaan.” Keduanya tidak bercampur dan tidak ada yang lebih tinggi karena gereja
5
Epistemologi Calvin berujung pada Allah sebagai sumber hikmat dan bersifat intuitif. Secara
karena bagi Calvin keduanya adalah “sarana anugerah.” Di sisi lain, gerakan reformasi tentu
berdasarkan wilayah-wilayah, yaitu Inggris, Perancis, Jerman, dan Amerika. Secara umum,
masa pergerakan pada masa pencerahan memiliki pola, yaitu adanya pencerahan,
kebangunan, dan pergerakan. Produk dari Renaisans pada ujungnya akan mengutamakan
peran manusia dan mengurangi peran Allah. Itulah sebabnya dengan mudah empirisme
modern dari Locke langsung bisa berkembang, ditambah dengan perkembangan yang didapat
oleh para Newtonian. Mengerikannya, perkembangan ini ditumbuhkan oleh Herbert dan
ujungnya menjadi deisme yang kuat namun tetap mempertahankan nama Kristen hingga
muncul perkembangan paling radikal yang dilakukan oleh Hume melalui pandangan
dilakukan oleh John Wesley, yang sering diasosiasikan sebagai gerakan Injili. Wesley
mengedepankan empat prinsip otoritas Alkitab (biasa disebut quadrilateral) yaitu Alkitab,
rasio, tradisi, dan pengalaman. Namun Wesley memiliki perbedaan pandangan soteriologi
dengan para pendahulunya. Wesley berpendapat bahwa keselamatan seseorang berasal dari
sinergi kehendak ilahi dan kehendak bebas manusia. Di Perancis, kebangunan rohani
dilakukan oleh Jansenisme dan Pascal setelah mendapat pengaruh yang sangat besar dari
Descartes dengan slogan cogito ergo sum yang ia miliki. Di Jerman, gerakan Pietisme
berkembang dengan luas, walaupun ada pengaruh yang sangat besar bahkan terbesar dari
6
Kant yang berpendapat bahwa moralitas tidak bergantung pada otoritas ilahi karena manusia
memiliki kualitas tersebut. Tetapi Kant juga berpendapat bahwa iman religius yang murni
harus berfokus pada pengajaran moral yang konsisten dengan agama rasio. Hal ini membuat
kekristenan “ala Kant” tidak membutuhkan mukjizat atau pembuktian kebenaran secara
Edwards melalui praktik afeksi-afeksi kudus yang ditandai oleh 2 tanda afeksi yang benar-
benar kudus dan benar. Menurut Edwards, ketika manusia disatukan dengan Allah,
filsafat modern.
teisme. Perkembangan Kantian meluas sampai ke Hegel yang juga memberikan pengaruh
yang sangat luas terhadap filsuf-filsuf setelahnya. Nama-nama yang dibahas oleh Lints
adalah Feuerbach, Karl Marx, Darwin, Freud, dan Nietzsche. Pandangan yang dibuat oleh
masing-masing filsuf tersebut sangatlah revolusioner. Sebut saja Marx yang mampu
menciptakan paham komunisme, Darwin yang mampu membuat orang percaya bahwa
dirinya berasal dari monyet melalui paham evolusi, dan Nietzsche dengan teori Allah yang
sudah mati. Tawaran kebebasan berpikir membuat pemikiran pada zaman ini laku keras.
Namun di sisi lain, muncul banyak kebangunan rohani yang dibangun oleh Hodge, B. B.
Pada bab 10, muncul sebuah masalah yang diangkat oleh Payne. Kepercayaan diri
yang dibangun pada abad 19 hancur lebur karena sebuah peristiwa yang mengecewakan,
yaitu perang dunia. Oleh sebab itu, muncul revolusi terbaru dalam bidang bahasa, iptek, dan
etika. Tokoh terbesarnya adalah Wittgenstein. Setelah itu, Payne membahas tokoh besar
7
lainnya yaitu Richard Rorty yang menekankan bahasa, kesadaran, dan komunitas sebagai
Beberapa kekurangan yang ditemui pada buku ini. Memang bukan usaha yang mudah
untuk menuliskan progresif dan revolusi perkembangan pemikiran Barat selama 20 abad,
namun beberapa bagian yang dijelaskan secara tidak kronologis dapat membingungkan.
Kekurangan lainnya yang ditemukan adalah pada bab 7 (hlm 257), penulis menekankan
adanya dampak ekonomi pada masa reformasi tetapi tidak menjelaskan bahkan menyebut
dampak dari kapitalisme. Selain itu, penulis yang telah menawarkan konsep “revolusi”
terkadang tidak menggunakan istilah tersebut secara konstan sehingga suasana revolusi
wawasan-wawasan dunia dalam pemaparan menjadi kurang terasa. Pada bab 9, Hegel
menjadi tokoh utama “Para Nabi Sekuler.” Tetapi entah mengapa nama Hegel tidak
disebutkan di sana. Padahal di tabel garis besar nama Hegel disebut pertama kali.
Secara keseluruhan, buku ini bersifat sangat informatif. Apresiasi yang patut
diberikan pada penulisan buku ini ada pada penutupnya yang bersifat terbuka karena memang
revolusi-revolusi wawasan dunia akan terus ada. Tetapi para penulis selalu memiliki sebuah
optimisme yang senada, yaitu bahwa wawasan dunia Kristen jauh lebih baik karena mampu
membuat dunia menjadi lebih dipahami dan menyingkapkan banyak kebenaran. Wawasan
dunia Kristen juga dapat mengejar makna, kebenaran, dan nilai yang ultimat dengan
kerendahan hati. Buku ini juga ditulis dengan bertanggung jawab karena memiliki banyak
sumber kutipan dan catatan kaki yang tepat. Selain itu, apa yang dipaparkan dalam buku ini
juga memiliki kesegarannya sendiri, misalnya redefenisi Renaisans yang tidak lagi terpaku
– Ridwan Tangkilisan