Tema: Pengaruh Pemikiran Yunani dalam kelahiran dan perkembangan alam Pikiran abad
pertengahan
Tujuan:
1. Mengetahui latar belakang tumbuhnya pemikiran abad pertengahan, khususnya
Pemikiran Patristik.
2. Memahami konteks kebudayaan lama (Hellenisme) sebagai dasar pembentuk
kebudayaan baru (kekristenan).
3. Mengenal sistem pembelajaran yang biasa dipakai pada masa tersebut.
Materi:
Filsafat Kristiani adalah suatu bentuk pengungkapan atas kenyataan cara berpikir para
Bapa-bapa Gereja untuk menjelaskan isi ajaran iman gereja seputaran Kristus dan
kebangkitannya. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu sistem berpikir dan kebudayaan yang
berlaku dalam lingkup dunia seputaran laut Mediteran adalah kebudayaan Helenistik. Hal ini
membuat tumbuhnya upaya para Bapa Gereja untuk memberikan penjelasan yang sejalan
dengan cara berpikir semasa. Dengan demikian cara berpikir Yunani memberikan pengaruh
yang cukup kuat dalam cara pengajaran Kristen.
Kita bisa menemukan beberapa konsep Yunani yang diambil dan disesuaikan dengan
pemahaman teologis Kristen agar supaya bisa lebih dimengerti oleh para pengikutnya,
misalnya konsep sumber asali dari alam semesta. Namun kita tidak dapat mengabaikan
bahwa ada lebih banyak lagi konsep-konsep yang sungguh-sungguh merupakan hal yang
murni kristiani, seperti konsep penciptaan. Di sini kita akan mencoba melihat penggunaan
tersebut seperti yang termuat dalam prolog Injil Yohanes
1
1 Filsafat yang Tumbuh di Antara Runtuhnya dua Kekaisaran Romawi
Setelah Yunani runtuh maka Kekaisaran romawi bertumbuh dan berkembang. Dunia
dikenal sebagai dunia Romawi. Sehingga abad pertengahan disebut abad Romawi karena di
sana kekuasaan di bawah Kekaisaran Romawi. Pada tahun 313 kaisar Konstantin melalui
maklumat Milan mengangkat Gereja sebagai agama Negara. Dalam perkembangan Romawi
dibagi dua yakni Romawi Barat dan Romawi Timur, Romawi Barat lebih dahulu hancur oleh
serangan Orang-orang Barbar (bangsa yang tak beradab) pada tahun 476.
Kekaisaran Romawi barat mengalami keruntuhan pada saat kekristenan menjadi cara
hidupnya dan ini dipandang sebagai puncak kejayaannya juga. Setelah kehancuran Kekaisaran
Romawi, maka orang-orang kafir mengatakan, “ Kehancuran Romawi Barat adalah akibat
Dewa-dewa murka karena Kekaisaran menerima dan menjadikan Kristen sebagai agama
negara. Peristiwa ini tentu saja membawa dampak pada cara pengungkapan dan
penghayatan kekristenan yang mana membawa pada upaya pemisahan cara memahami
tujuan hidup seturut kemuliaan gereja atau seturut kejayaan negara.
Kekuasaan gereja tetap bertahan karena pimpinan gereja mengambil alih kekuasaan,
di sini gereja dan pemerintah menjadi satu kekuasaan. (Akhir kekuasaan Romawi Barat).
Setelah runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat muncul raja-raja Eropa Barat yang kuat
sehingga berhasil mengusir bangsa Barbar, misalnya Clovis menjadi raja Kristen Perancis
pertama dan rakyatnya beragama Kristen dan Perancis disebut juga mempelai gereja.
Tumbuh dan berkembangnya, biara-biara besar seperti Benediktin, Cistersian, hadirnya
banyak santo-santa, dan lain-lain berasal dari Perancis. Demikian juga di Italia, St. Fransiskus
Asisi. Di lain pihak, Kekristenan di Timur mulai sedikit demi sedikit digerogoti oleh Kekaisaran
Turki. Dan akhirnya pendudukan daerah Afrika Utara dan paling terkenal di Spanyol Selatan
oleh kaum muslim.
Pada 1453 Byzantium/Konstantinopel direbut oleh Turki menandai berakhirnya
Kekaisaran Romawi Timur/Kekaisaran Romawi akibatnya tokoh-tokoh besar Kristen lenyap
dari sana. Imbas dari semuanya itu pemikiran Filsafati Kristen mulai lenyap, bahkan filsafat
Islam yang dipengaruhi pandangan Yunani juga lenyap karena penguasa muslim menganggap
Filsafat bertentangan dengan Islam. Dengan jatuhnya Kekaisaran Romawi maka abad
pertengahan berakhir dan tergantikan oleh Filsafat modern, di sini kurang/tidak ada pemikir-
pemikir dari Kekaisaran Ottoman.
2
2 Jejak-jejak Konsep Pemikiran Yunani dalam Penjelasan Ajaran Kristen
Alam pemikiran abad pertengahan sangat dipengaruhi oleh gagasan Yunani terutama
plato lewat Plotinus, St. Agustinus, Isidorus dari Séville. Beberapa indikasinya dapat dilihat
antara laing:
• Pendasaran “seni bebas” (Septem artes liberales) yang berasal dari filsafat
yunani « Gramm loquitur, Dia verba docet, Rhet verba colorat,
Mus canit, Ar numerat, Geo ponderat, Ast colit astra. »
• Sistem pertanyaan-jawaban sebagai bentuk dialektik yang berasal dari Zeno
• Aristoteles yang dikenal lewat Thomas Aquinas
Filsafat Kristiani adalah suatu bentuk pengungkapan atas kenyataan cara berpikir para
Bapa-bapa Gereja untuk menjelaskan isi ajaran iman gereja seputaran Kristus dan
kebangkitannya. Bisa dikatakan bahwa pada saat itu sistem berpikir dan kebudayaan yang
berlaku dalam lingkup dunia seputaran laut Mediterania adalah kebudayaan Helenistik. Hal
ini membuat tumbuhnya upaya para Bapa Gereja untuk memberikan penjelasan yang sejalan
dengan cara berpikir semasa. Dengan demikian cara berpikir Yunani memberikan pengaruh
yang cukup kuat dalam cara pengajaran Kristen.
Kita bisa menemukan beberapa konsep Yunani yang diambil dan disesuaikan dengan
pemahaman teologis Kristen agar supaya bisa lebih dimengerti oleh para pengikutnya,
misalnya konsep sumber asali dari alam semesta. Namun kita tidak dapat mengabaikan
bahwa ada lebih banyak lagi konsep-konsep yang sungguh-sungguh merupakan hal yang
murni kristiani, seperti konsep penciptaan. Sebagai contoh: prolog Injil Yohanes
3
dimengerti sebagai akal budi. Logos sedemikian yakni sebagai prinsip kemudian menjadi
konsep yang menggambarkan keesaan itu sendiri. Sebuah keesaan yang menjadi sumber dan
asal usul dari alam semesta berdasarkan pemahaman seturut pewahyuan.
4
mereka memiliki Logos itu, artinya Dikursus benar dan Akal budi sempurna menjelma dalam
Yesus Kristus. Sehingga berfilsafat berarti hidup secara sesuai dengan Akal Budi
Orang-orang Kristen adalah filsuf karena mereka hidup secara sesuai dengan Logos
Ilahi. Transformasi dari kekristenan ke dalam filsafat ini menandai pemikiran di Alexandria:
Clemens dari Alexandria yang baginya, kekristenan yang adalah pewahyuan penuh dari Logos,
adalah filsafat yang sungguhnya. Filsafat adalah dia yang mengajar untuk menuntun manusia
dengan cara menjadi sama dengan Tuhan dan menerima rencana Ilahi sebagai prinsip
pengarah dari seluruh pembinaan manusia.
5
keberadaannya sebagai salah satu cara hidup yang aktual di masa tersebut. Hal ini dinyatakan
misalnya oleh para sejarawan di masa itu seperti Porphyrus dari Tirus. Meskipun terdapat
beberapa kekurangan menyangkut model-model, cakupan, metode-metode, dan juga sering
kali tidak kronologis tetapi pengenalan akan periode ini dapat membantu kita melihat
pemikiran filsafati abad pertengahan.
6
Di bagian Yunani, filsafat tidak ada kaitan dengan teologi. Sehingga orang yang
menjadi Kristen, meyakini kemenangan Tuhan yang tidak ada kaitannya dengan filsafat. Di
sini teologinya murni tanpa pengaruh filsafat.
Ada perbedaan pengungkapan isi ajaran teologi antara Latin dan Yunani sebagai
konsekuensi.
Masa Patristik secara umun tidak ada pembedaan metode teologis dengan metode
filsafat (masa itu Bapa-Bapa Gereja tidak membedakan filsafat dan teologi, cara berpikir
teologi dengan metode filsafat).
Bahan Bacaan:
1) Alain de Libera, La philosophie Médieval, PUF, 2006.
2) Battista Monding. A History of Mediaeval Philosophy, Rome: Urbaniana Univ.
Press, 1991.
3) Jeanne Hersch, L’etonement Philosophique, Gallimard, 1993.
4) Maurice, Frederick Denison. Filsafat Abad Pertengahan. Terj. Suprianto
Abdullah. Indoliterasi, Yogyakarta, 2021
5) Pierre Hadot, La philosophie comme manière de vivre, Albin Michel, 2001.
7
6) Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat. Kaitannya dengan kondisi sosio politk
zaman kuno hingga sekarang. Terj. Sigit Jatmiko, Agung Prihaatoro, Imam
Muttaquiem, Imam Baihaqi, Muhammad Sodiq. Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2007.
7) Thomas Hidya Tjaya, Humanisme dan Skolastisisme, Pustaka Filsafat, Kanisius,
2004.