Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Setelah filusuf Yunani klasik mencapai puncaknya dengan munculnya
Aristoteles, pemikiran filsafat Yunani merosot. Karena 5 abad sepeninggalan
Aristoteles terjadi kekosongan, sehingga tidak ada ahli pikir yang menghasilkan
buah pemikiran filsafatnya seperti Plato atau Aristoteles baru kira-kira 5 abad
kemudian bangkitlah pemikir yang genial seperti dia, yaitu Plotimus. Selama kira-
kira lima abad itu ada juga pemikir-pemikir yang berpengaruh, akan tetapi tidak
sedalam pemikiran Plato dan Aristoteles. Pokok-pokok yang menjadi bahan
pemikiran telah membeku, yaitu tentang jiwa, tubuh, pengamatan, pemikiran dan
lain sebagainya, sedangkan pokok permasalahan filsafat dipusatkan pada cara
hidup manusia, sehingga orang yang dikatakan bijaksana adalah orang
yang mengatur hidupnya menurut budinya.
Zaman abad pertengahan ialah zaman dimana filsafat abad pertengahan
dicirikan dengan adanya hubungan erat antara agama Kristen dan filsafat. Abad
pertengahan memiliki sebutan lain misalnya abad kegelapan, skolastik atau masa
patristic, yang semuanya menggambarkan corak pemikiran filsafat dan keilmuan
yang dibentuk sesuai dengan perkembangan peradaban Kristen.
Abad ini ditandai dengan runtuhnya budaya Romawi dan upaya untuk kembali
membangun peradaban berdasarkan ajaran filsafat yunani dan ajaran Agama
Kristen, ajaran filsafat berlangsung di gereja pada awalnya kemudian mengalami
perpecahan dikarenakan dominasi kuat secara bertahap berbagi aspek kehidupan.
Ilmu Filsafat berkembang dengan lambat tetapi pasti sejalan dengan kontak
budaya islam dan semangat untuk kembali pada kejayaan peradaban yunani.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, kita dapat merumuskan masalah sebagai
berikut:
1) Bagaimana sejarah Filsafat Zaman Pertengahan ?

1
2) Bagaimana bentuk serta karakteristik Filsafat Zaman Pertengahan ?
3) Apa yang terjadi di Zaman Pertengahan ?
4) Bagaimana masa-masa penting dalam Zaman Pertengahan ?
5) Siapa saja tokoh yang berperan penting pada masa Zaman Pertengahan ?

1.3 Manfaat dan Tujuan Pembahasan


Manfaat dan tujuan pembahasan ini sendiri yaitu untuk menambah wawasan
serta pengetahuan tentang Filsafat terutama materi Filsafat Zaman Pertengahan.
Serta dapat juga membuat kita memahami bagaimana bentuk serta model
kefilsafatan pada Zaman Pertengahan. Selain itu, tujuan pemakalah membuat
makalah ini yaitu untuk dipresentasikan di dalam ruangan bersama dengan rekan-
rekan mahasiswa agar kita dapat saling bertukar pikiran dan pendapat guna
menambah wawasan dan pengetahuan kita.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Kelahiran Filsafat Abad Pertengahan


Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan
filsafat yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran
pada abad pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya,
pemikiran filsafat abad pertengahan didominasi oleh agama. Pemecahan semua
persoalan selalu didasarkan atas dogma agama. Sehingga corak pemikiran
kefilsafatannya bersifat teosentris.1
Baru pada abad ke-6 Masehi, setelah mendapatkan dukungan dari karel
Agung, maka didirikanlah sekolah-sekolah yang member pelajaran gramatika,
dialektika, geometri, aritmatika, astronomi, dan music. Keadaan yang demikian
akan mendorong perkembangan pemikiran filsafat pada abad ke-13 yang ditandai
berdirinya universitas-universitas dan ordo-ordo. Inilah mereka mengabdikan
dirinya untuk kemajuan ilmu dan agama, seperti Anselmus (1033-1109),
Abaelardus (1079-1143), Thomas Aquinas (1225-1274). 2
Di kalangan para ahli pikir Islam (periode filssafat Skolastik Islam) muncul:
Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd.
Periode Skolastik Islam ini berlangsung tahun 850-1200. Pada masa itulah
kejayaan Islam berlangsung dan ilmu pengertahuan berkembang dengan pesat.
Akan tetapi setelah jatuhnya kerajaan Islam di Granda di Spanyol tahun 1492
mulailah kekuasaan politik Barat menjarah ke Timur. Peralihan dari abd
pertengahan ke abad modern dalam sejarah filsafat disebut sebagai masa peralihan
(masa transisi), yaitu munculnya Renaissance dan Humanisme yang berlangsung
pada abad 15-16.

1
Asmoro Achmadi,Filsafat Umum,(Jakarta:2014),hal.25
2
Asmoro Achmadi,Filsafat Umum,(Jakarta:2014),hal.25

3
2.2 Karakteristik Filsafat Zaman Pertengahan
Zaman pertengahan dimulai sejak jatuhnya imperium Romawi sekitar tahun
476 Masehi. Akhir dari zaman pertengahan ini pun tidak mudah untuk
dikemukakan, hanya saja akhir zaman ini lazim dikaitkan dengan terjadinya
renaisans (kebangkitan kembali). Secara garis besar zaman pertengahan diwarnai
dengan masuk dan berkembangnya agama Nasrani di Eropa, di zaman ini terjadi
interaksi antara Hellenisme dan Semitisme. Tumbuhnya agama Nasrani sebagai
agama utama terutama di Eropa membawa akibat menguatnya posisi Semitisme di
atas Hellenisme. Inilah yang kemudian mendorong munculnya reaksi untuk
terjadinya kebangkitan Hellenisme yang kemudian memicu timbulnya zaman
modern, sebagai akhir dari zaman pertengahan Eropa. Dominasi agama terhadap
akal yang berarti bahwa kebenaran sudah ada di dalam agama sehingga akal tidak
dibutuhkan lagi, membuat kajian filsafat di zaman ini tidak berfungsi.3
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai
“abad gelap”. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang
pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga
manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan
dalam berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan
ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.
Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio
terhadap agama. Karena itu, kajian terhadap agama/teologi yang tidak berdasarkan
ketentuan gereja akan mendapatkan larangan yang ketat. Yang berhak
mengadakan penyelidikan-penyelidikan terhadap agama hanyalah pihak gereja.
Walaupun demikian ada juga melanggar larangan tersebut dan mereka dianggap
orang murtad dan kemudian diadakan pengejaran (inklusisi).4
Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah5:
 Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja

3
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.87-88.
4
Asmoro Achmadi,Filsafat Umum,(Jakarta:2014),hal.67
5
Ahmad Syada, Mudzakir,Filsafat Umum,(Bandung:1998),hal.80-81.

4
 Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
 Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang
penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistem kepercayaan
yang picik dan fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.
Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.6

2.3 Akal dan Hati pada Zaman Pertengahan


Akal pada Zaman Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal itu kelihatan dengan
jelas pada Filsafat Plotinus. Augustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan
terhadap akal muncul kembali. Sebagaimana telah dikatakan, Zaman Pertengahan
merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada
Zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.7
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia
mengatakan bahwa Tuhan (ini melalui metafisika) bukan untuk dipahami,
melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat (dan tujuan hidup
secara umum) adalah bersatu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini rasa itulah satu-
satunya yang dituntun oleh Kitab suci, pedoman hidup manusia.
Augustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada
zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu
dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relatif. Kebenaran itu mutlak, yaitu
ajaran agama. Moral berpuncak pada dosa Adam; kehidupan pertapa adalah
kehidupan terbaik. Hati memerlukan kehidupan demikian. Ia juga mengatakan
bahwamempelajari hukum alam adalah mubazir, memboroskan waktu. Ia berkutat
pada pendapat bahwa bumi adalah pusat jagat raya. Heliosentrisme ditolaknya.
Intelektualisme tidak penting, yang penting ialah cinta kepada Tuhan. Tidak perlu
dipikir, tanya hati Anda, siapa pencipta Alam ini. Untuk itu harus bersih, harus
hidup. Maka kehidupan membujang (celibat) adalah kehidupan terpuji. Manusia

6
Ahmad Syada, Mudzakir,Filsafat Umum,(Bandung:1998),hal.81.
7
Ahmad Tafsir,Filsafat Umum (akal dan hati sejak Thales sampai
Capra),(Bandung:2005),hal 113.

5
dilarang mempelajari astronomi. Mempelajari anatomi menjadikan manusia
materialis. Filsafat dan sains jangan disentuh. Akal mati, hati menang.8
Masa sebelum zaman modern tiba, dilalui dengan dua zaman penting di zaman
pertengahan, yaitu zaman patristik dan skolastik.

2.4 Zaman Patristik


Istilah patristik adalah istilah yang dibuat gereja, berasal dari kata patres yang
artinya para bapa, mungkin dapat diartikan para perintis gereja di Eropa. Zaman
ini merupakan zaman pergumulan kultural antara hellenisme dan semitisme. Oleh
karena itu, para perintis dikenal sebagai perintis apologetik, yang mengadakan
polemik, perdebatan dengan alam pikiran Hellenisme. Problem-problem utama
yang dibahas adalah tentang Tuhan, Trinitas, Tuhan yang menjadi manusia,
hubungan antara Tuhan dengan manusia, dosa yang semuanya meliputi masalah
epistemologi, ontologi dan moral. Beberapa perintis ternama zaman ini antara
lain: Gregorius, Basilius, Origenes, dan lainnya. Di dalam proses ini tumbuhlah
jenis pengetahuan yang disebut sebagai teologi.
Pada abad-abad pertama Masehi Gereja Kristen mengalami penganiyaan dari
pihak penguasa Romawi. Namun keadaan ini kemudian berubah secara radikal
ketika kaisar Constantinus Agung mengeluarkan pernyataan “Edik Milano” pada
tahun 313 Masehi yang memberikan jaminan kebebasan beragama bagi penganut
kristen. Sejak saat ini ajaran Kristen berkembang pesat di seluruh wilayah
kekuasaan Romawi9 di bawah pengaruh Bapa-bapa gereja.
Ajaran-ajaran yang dikembangkan para filsuf Patristik merupakan sintesis
antara agama dan filsafat. Mereka mengusahakan keselarasan antara agama
Kristen dengan filsafat Yunani, dan bahkan ada diantara mereka yang
menganggap filsafat Yunani sebagai suatu persiapan menuju ke Injil (praeparatio
evangelicia).
Ajaran mereka secara umum sangat terpengaruh oleh filsafat Plotinus (Neo-
Platonisme), disamping Platonisme (Ajaran Plato) dan Stoisisme (Ajaran Stoa).

8
Ahmad Tafsir,Filsafat Umum (akal dan hati sejak Thales sampai
Capra),(Bandung:2005),hal 113-114.
9
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.89.

6
Mereka tidak hanya mengadopsi begitu saja ajaran-ajaran filsafat Yunani dan
Hellenisme tersebut, tetapi memadukan dan menyesuaikannya dengan ajaran
Kristen dalam rangka membela ajaran Kristen dari berbagai tuduhan dan kecaman
yang tidak wajar.
Menurut mereka iman Kristiani sesungguhnya tidak bertentangan dengan akal
manusia sehingga ajaran-ajaran Kristen dapat dikembangkan sesuai dengan
pemikiran akal yang sejati. Secara keseluruhan periode Patristik berlangsung
selama lebih kurang tujuh abad mulai dari abad pertama sampai permulaan abad
ke 8 Masehi.

2.5 Filsafat Patristik Timur (Yunani)


Filsafat ini berkembang di wilayah Timur kekaisaran Romawi yaitu kota
Alexandria. Di kota ini pula didirikan sebuah sekolah Kristen yang dikenal
dengan “Mazhab Alexandria” yang mengembangkan ajaran teologi secara
sistematis dan filosofis.10
Dalam menafsirkan kitab suci, misalnya filsuf Patristik Mazhab Alexandria
lebih menonjolkan pendekatan alegoris (kiasan) yang terkadang bertentangan
dengan ajaran-ajaran Gereja ortodoks. Prinsip ajaran mereka pada umumnya lebih
didasarkan pada pentingnya pertanggungjawaban filosofis dalam memahami
ajaran-ajaran kitab suci tanpa harus mengorbankan iman Kristiani. Tema-tema
pokok ajaran mereka antara lain meliputi persoalan Trinitas, penciptaan, dosa dan
kejahatan, roh dan materi (jiwa dan tubuh).11

Tokoh-tokoh penting Patristik Yunani, adalah:


a. Justinus Martyr
Justinus Martyr merupakan filsuf Kristen pertama, berasal dari Sikhem,
Palestina. Ia mempelajari berbagai sistem filsafat dan sesudah masuk agama
Kristen ia masih tetap memakai nama “filsuf” yang membela hak-hak agama
Kristen.

10
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.90.
11
Burhanuddin Salam,Pengantar Filsafat, (Jakarta:2005),hal.191.

7
Ajaran pokok meliputi persoalan apologetis (pembelaan) terhadap ajaran
Kristen dengan memanfaatkan argumentasi filsafat Yunani. Ia menegaskan bahwa
agama Kristen bukanlah agama baru karena agama Kristen lebih tua usianya
dibandingkan dengan filsafat Yunani. Menurut pendapat Justinus Martyr bahwa
Nabi Musa telah menobatkan kedatangan Kristus. Nabi Musa hidup sebelum
Plato, dan Plato menurunkan hikmatnya dari hikmat Musa.
b. Clemens dari Alexandria
Clemens dari Alexandria adalah termasuk tokoh mazhab Alexandria ketika
kota Alexandria menjadi pusat kebudayaan internasional yang diwarnai kehidupan
filsafat. Pendirian filsafat Kristen mazhab Alexndria pada waktu itu bertujuan
mempertahankan kesatuan agama Yahudi dan agama Kristen. Tuhan dalam agama
Yahudi dipahami identik dengan Tuhan dalam ajaran agama Kristen, dan filsafat
Yunani dijadikan landasan bagi perkembangan teologi Kristiani tanpa jatuh dalam
kesalahan Gnostik.
Ajaran pokok Clemens berkisar pada hubungan filsafat dengan agama Kristen,
terutama menyangkut persoalan Iman dan Gnosis.12 Iman (pistis) memang
diperlukan bagi setiap penganut Kristen, tetapi menurut Clemens disamping iman
terdapat hal yang lebih tinggi yang disebut gnosis (pengetahuan yang mendalam).
Iman adalah awal pengetahuan dan harus tumbuh berkembang menjadi gnosis.
Gnosis adalah ilmu sejati yang mengandung kebenaran-kebenaran yang pasti yang
dapat menerangi iman.
c. Origenes
Origenes termasuk tokoh mazhab Alexandria, yang terpengaruh oleh ajaran
Plato. Ia membicarakan persoalan iman dan gnosis, disamping ajaran tentang
Tuhan, penciptaan, dan hubungan roh dengan jasmani. Ajaran Origenes tentang
hubungan iman dan gnosis berbeda dengan ajaran Clemens. Menurut Origenes,
iman tidak diperlukan lagi bai orang yang telah berpengetahuan atau
berpemahaman secara mendalam. Iman hanya diperlukan bagi orang-orang awam
(sederhana), oarang-orang yang tidak memahami isi Kitab Suci secara rohani.

12
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.92.

8
Tuhan, dalam pandangan Origenes, adalah transedenn (mengatasi pengertian
manusia). Tuhan tidak bertubuh, esa, tidak berubah dan pencipta segala yang
berwujud rohani dan jasmani.
Tentang hubungan roh dengan tubuh, masuknya roh ke dalam tubuh
(jasmaniah) digambarkan oleh Origenes sebagai suatu dosa sehingga roh itu
terbelenggu di dalam tubuh. Juga keberadaan seluruh jagat raya yang bersifat
jasmani adalah akibat dari dosa. Namun kedudukan roh dalam benda-benda
jasmani itu beraneka ragam, dari yang berjasmani halus sampai yang berjasmani
kasar, dari malaikat sampai manusia. Pada gilirannya semua roh itu dapat kembali
lagi kepada Tuhan sebagai asalnya melalui kelahirannya kembali atau
perpindahannya dalam hidup yang lain.
d. Gregorius dari Nazianze
Gregorius dari Nazianze berpendapat bahwa dengan akal manusia dapat
mengenal Tuhan. Dengan mempelajari ciptaan-ciptaanNya melalui kekuatan akal,
manusia dapat memahami bahwa Tuhan itu ada meskipun hakikat-Nya tidak dapat
diketahui. Mengenai hakikat atau zat Tuhan, manusia hanya mampu
mengungkapkan bahwa Tuhan tidak bertubuh, tidak berubah, tidak dapat binasa
dan begitu seterusnya.
e. Basilius
Basilius berpendapat bahwa hanya Tuhan yang tidak berpermulaan (qadim),
sedangkan alam (dunia) ini punya permulaan (baharu). Permulaan atau awal alam
adalah awal waktu karena alam dan waktu berhubungan secara timbal balik.
Ketika Tuhan menciptakan alam ketika itu pula dimulainya waktu. Akan tetapi
penciptaan alam oleh Tuhan sama sekali tidak terjadi dalam waktu. Perbuatan
menciptakan itu terjadi di luar waktu.
f. Gregorius dari Nizza
Gregorius dari Nizza adalah Bapa gereja yang ajarannya dianggap paling
menonjol.njalan pikirannya terpengaruh oleh Neo-Platonisme di samping
berkaitan dengan ajaran Origenes. Akan tetapi ia berusaha menolak pendirian
Origenes yang berhaluan Platonis dalam rangka mempertahankan kebenaran
Kristiani.

9
Pokok-pokok ajaran Gregorius juga berkisar pada persoalan tentang iman dan
pengetahuan, roh dan tubuh, dan pengenalan akan Tuhan. Ia menjabarkan
perbedaan antara iman dan pengetahuan. Sumber dan isi iman berbeda dengan
sumber dan isi pengetahuan. Kebenaran atau kepastian iman tidak dapat
dijelaskan dengan akal karena iman itu lebih tinggi hakikatnya dari pengetahuan
akali.
Gregorius berpendapat bahwa roh atau jiwa manusia diciptakan bersamaan
dengan penciptaan tubuh sehingga jiwa tidak mengalami semacam praeksistensi.
Jiwa berperan menghidupkan tubuh. Maka tubuh (materi) pada dirinya sendiri
bukan suatu kejahatan karena kejahatan bersumber dari kebebasan kehendak
manusia. Manusia diberi kebebasan sekehendaknya, dan kejahatan terjadi karena
ia tidak memilih kehendak untuk kebaikan (perbuatan baik).13
Berbeda dengan tubuh, jiwa itu tetap kekal abadi setelah kematian tubuh.
Akan tetapi jiwa tidak mengalami reinkarnasi (berpindah ke dalam tubuh yang
lain semasa hidup di dunia), ketika hari kebangkitan nanti jiwa dihubungkan
kembali dengan tubuh sehingga keduanya dapat merasakan kebahagiaan yang
kekal.
Tentang pengenalan akan Tuhan, pandangannya serupa dengan Gregorius
Nazianze bahwa akal juga dapat mengenal Tuhan dengan mempelajari hasil-hasil
ciptaan-Nya. Akan tetapi akal tidak selamanya dapat menyelamatkan manusia.
Manusia diselamatkan berkat kasih dan karunia ilahi melalui iman.

2.6 Zaman Skolastik


Perkataan Skolastik berasal dari bahasa Latin, dari kata scholasticus, yang
berarti guru. Perkataan ini mengacu pada pengertian pengajaran karena dalam
periode ini filsafat secara resmi diajarkan dalam sekolah-sekolah, biara-biara dan
universitas-universitas menurut kurikulum yang tetap dan bersifat Internasional.
Periode Filsafat Skolastik berlangsung selama lebih kurang 6 abad, sejak abad
ke 9 sampai dengan abad ke 15 M. Periode Filsafat Skolastik mencapai puncak
kejayaan atau keemasannya pada abad ke 13 M yang juga merupakan masa

13
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.95.

10
Kejayaan Filsafat Zaman Pertengahan. Masa kejayaan atau keemasan ini
ditimbulkan, terutama sekali oleh tiga faktor: pertama, didirikannya berbagai
universitas. Kedua, terbentuknya beberapa ordo biara baru. Ketiga, sejumlah
karya filsafat yang sampai saat itu belum dikenal di dunia Barat. Ditemukan dan
dimulai digunakan dalam pengajaran filsafat.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut14:
a. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama.
b. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.
c. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
d. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.
Diawali dengan kemunculan seorang tokoh dari kalangan gereja yang bernama
Agustinus (354-430)15. Pemikir ini adalah seorang uskup, walaupun perjalanan
hidupnya menjadi anggota gereja mengalami perkembangan yang tidak mulus
seluruhnya. Agustinus mengembangkan ajaran epistemologi yang berpangkal
pada iluminasi (penerangan) dalam menolak skeptisisme. Melalui iluminasi
kebenaran hakiki dapat diperoleh manusia, yaitu melalui partisipasi rasio manusia
(mengambil bagian) dalam rasio Ilahi menerangi rasio manusia. Rasio Ilahi
mengandung segenap kebenaran absolut dan abadi.
Menurut Agustinus, persoalan imanensi Tuhan bertitik-tolak dari konsep
Tertullianus tentang Trinitas. Tertullianus mengajarkan bahwa Tuhan itu esa dari
segi zatnya dan tiga dalam pribadinya (berada dengan tiga cara) yaitu sebagai
Bapa, sebagai Anak dan sebagai Roh Kudus. Agustinus juga berpendapat bahwa
dunia jasmani mengalami perkembangan atau perubahan secara terus-menerus

14
Asmoro Achmadi,Filsafat Umum,(Jakarta:2014),hal.72
15
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.96.

11
(mirip evolusi) namun perkembangan tersebut sangat tergantung pada kehendak
Tuhan.
Secara keseluruhan ajaran yang dikembangkan Agustinus merupakan
penyatuan antara ajaran Kristiani dan filsafat. Akan tetapi filsafat hanya dapat
dipraktekkan sebagai filsafat Kristiani yang disebut juga dengan kebijaksanaan
Kristiani. Dengan kata lain pemikiran teologis dan pemikiran filosofis merupakan
satu kesatuan. Bahkan tidak jarang metode filsafat digunakan untuk pembenaran
agama Kristen.
Filsafat Skolastik juga memperlihatkan pengaruh-pengaruh pemikiran Yunani
dan Hellenisme. Di samping pengaruh Plato (Platonisme) dan Plotinus (Neo-
Platonisme), Filsafat Skolastik juga dipengaruhi oleh pemikiran Aristotelianisme.
Dalam segi-segi tertentu pengaruh Aristoteles bahkan lebih menonjol
dibandingkan Plato atau Plotinus, seperti yang tercermin dari filsafat Ibnu Rusyd
atau lebih dikenal dengan nama Averros (komentator Aristoteles) dan mazhab
paripatetik Arab dalam kalangan islam, filsafat Thomas Aquinas dari kalangan
Kristen dan Filsafat Maimonides dari Yahudi. Dengan kata lain pada periode
Skolastik pengaruh Neo-Platonisme telah diambil alih oleh Aristotelianisme.
Berbeda dengan Filsafat Patristik, filsafat Skolastik tidak hanya di dominasi
oleh pemikiran Kristen tetapi juga berkembang dalam pemikiran Filsafat Islam
dan Filsafat Yahudi terutama melalui ajaran Maimonides (1135-1204 M).
Meskipun secara umum Filsafat Skolastik berkembang dalam tiga tradisi
pemikiran yang berbeda, yaitu Kristen, Islam, dan Yahudi, namun puncak
kemajuannya didominir oleh Skolastik Islam (atau biasa disebut Filsafat Islam)
dan Skolastik Kristen (atau yang lazim dikenal dengan Filsafat Kristen).

2.7 Zaman Skolastik Islam


Priode skolastik islam meliputi fase kelahiran perkembangan, dan puncak
kemajuan (masa keemasan) filsafat islam. Priode ini ditandai dengan transformasi
interpretasi dan islamisasi pemikiran-pemikiran yunani serta Hellenisme dalam
mewujudkan kebutuhan intelektual umat islam sebagai bentuk apresiasi mereka
terhadap filsafat.

12
Proses transformasi tersebut berawal dari penerjemahan buku-buku para
filosuf yunani kedalam bahasa arab di pelopori oleh al-Kindi, untuk kemudian al-
Kindi dikenal sebagai filosuf islam pertama. Secara keseluruhan misi mereka
tidak hanya sebatas memahami orisinalitas pemikiran-pemikiran yunani, tetapi
berupaya menciptakan format pemikiran yang islami atau pengislaman filsafat.16
Para filosuf islam terutama al-Kindi membangun dasar untuk pemikiran filsafat di
dunia islam, dengan mencari titik temu antara filsafat dan agama.
Prestasi mereka telah memperkaya Khazanah dalam berbagai bidang
kefilsafatan, terutama sekali dengan lahirnya filsafat profetik (kenabian) yang
tidak pernah terdapat dalam teradisi filsafat manapun juga. Ketenaran mereka
dalam bidang filsafat telah berhasil mengantar peradaban islam ke puncak
kemajuan (Zaman Keemasan Peradaban Islam) sebagai tonggak kemajuan
peradaban dunia pada masa itu.
Beberapa nama yang sangat dikenal sebagai filosuf Skolastik islam dan
memiliki berpengaruh baik di dunia islam ataupun di dunia barat adalah al-
Farabi, Ibnu Siana, al-Ghazali dan Ibnu Rusyd. Mereka semua tercatat sebagai
filosuf islam yang datang dari belahan timur (Arab dan Persia), sedangkan Ibnu
Rusyd termasuk filosuf islam belahan barat (Andalusia).
Pemikiran filsafat al-Farabi memberi pengaruh tersendiri di kalangan
pemikiran islam sehingga mendapat gelar sebagai guru kedua (Muallim Tsani)
setelah Aristoteles (Muallim Awwal / guru pertama) penobatan ini
dilatarbelakangi oleh prakasa al-Farabi dalam mengembangkan ajaran filsafat
islam yang telah dirintis oleh al-Kindi, serta keberhasilannya dalam merumuskan
sistematika filsafat islam. Jika Aristoteles tercatat sebagai filosuf petama yang
merumuskan sistematika filsafat islam. Al- Farabi mampu menganalisis pemikiran
filsafat Aristoteles dengan baik sehingga dapat mudah dipahami, satu hal penting
yang tidak dimiliki oleh filosuf zaman pertengahan Eropa. Akibatnya zaman
pertengahan Eropa tidak ditandai oleh kemajuan berfikir.
Pengaruh Ibnu Rusyd yang paling menonjol di Barat (eropa) tercermin
lahirnya suatu aliran atau mazhab yang dikenal dengan Averoisme. Dunia barat

16
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.100.

13
sepantasnya merasa berhutang budi pada Ibnu Rusyd karena melalui komentar-
komentarnya, karena hanya dengan pemikiran Ibnu Rusyd para pemikir barat
dapat memahami dengan baik ajaran-ajaran Aristoteles. Bahkan sebagian para
kritisi menilai apa yang selama ini dikenal sebagai ajaran Aristoteles sebenarnya
adalah ajaran-ajarannya Ibnu Rasyd sang komentator Aristoteles.

2.8 Filsafat zaman Thomas Aquinas


Tokoh yang di anggap besar di abad pertengahan, di dalam aliran skolatis
aldalah adalah Thomas Aquinas, terutama karena usahanya membangun suatu
perpaduan yang bernafaskan realisme antara nalar dan iman, kodrat dan
adikrodati, filsafat dan teologi. Berbeda dengan Aquinas mengikuti ajara
Aristoteles. Masuknya pemikiran Aristoteles dan Plato pada zaman ini
diakibatkan antara lain adanya kontak dengan dunia Arab.17
Oleh karena itu filsafatnya lebih menitikberatkan pada menerima pengetahuan
intelektual (dan dengan demikian juga kebenaran, kepastian dan sebagainya)
sebagai kenyataan relasional antara subyek dan obyek. Juga menerima adanya
keterbatasan ilmu pengetahuan manusia, walaupun pengetauan adalah potensi
yang tidak tebatas sifatnya.
Naskah terkenal Thomas Aquinas adalah naskah On Truth. Sama dengan
Aristoteles, sifat pemikiran Thomas Aquinas adalah intelektualistik. Begitu
percayanya sebagian besar kalangan di dalam gereja terhadap pemikiran Thomas
Aquinas sehingga ada yang menyebutnya sebagai philosophia perenis, di mana
orang mengira segala sesuatunya sudah terjawab di dalam karyanya.

2.9 Zaman Sesudah Thomas Aquinas


Walaupun demikian, keterangan sistematik Thomas Aquinas itu menjadi
memudar pula. Ini disebabkan antara lain karena terjadinya bermacan krisis,
antara alain:
1. Pertentangan yang terus menerus antara kekuasaan negara dan kekuasaan
gereja (terutama di Jerman, Inggris,Prancis, dan Italia)

17
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.103.

14
2. Terjadinya krisis keagamaan (pemecahan antara katolik timur dan katolik
barat, timbulnya protestantisme) yang tadinya tidak sebegitu doktrinal
akhirnya berkembang menjadi krisis dokrinal pula.
3. Berdirinya banyak Universitas, terjadi persaingan dan terdapat mutu yanag
semakin menurun.
4. Kebangkitan kembali Hellenisme
5. Peneuan-penemuan ilmiah dan teknologi
6. Perubahan kondisi sosio-ekonomi
7. Suasana pemikiran yang menjadi legastik,esensialistik,birokrasi, sehingga
tidak memicu adanya pemikiran basar yang kreatif.18
Zaman pertengahan dalam sejarah filsafat berlangsung selama lebih kurang
11 abad, sejak abad ke 4 sampai abad ke 15 Masehi. Secara kultural, zaman
pertengahan umumnya di awali oleh budaya Hellenisme, sejak periode patristik
Barat.
Sekalipun zaman pertengahan sebagai kelanjutan dari zaman klasik (zaman
kuno) yang terpengaruh dari transformasi pemikiran-pemikiran filsafat yunani dan
Hellenisme, zaman pertengahan memiliki karakter sendiri yang berbeda dengan
karakter filsafat zaman klasik yang umumnya bercorak kosmosentris. Karakter
dasar atau corak filsafat zaman pertengahan yang paling menonjol adalah
teosentris. Istilah teosentris di sini diartikan sebagai suatu kecenderungan
(tendensi) yang menempatkan kedudukan dan otoritas ketuhanan (agama) sebagai
pusat (sentral) diskursus kefilsafatan.
Pada zaman pertengahan kecenderungan teosentris tersebut secara lebih
spesifik dapat diklarifikasi patristik ke dalam dua periode. Pertama, periode
filsafat patristik sebagai jembatan sejarah yang menghubungkan zaman klasik
dengan zaman pertengahan. Periode patristik ini berada di penghujung zaman
klasik atau menandai berakhirnya zaman klasik, yang sekaligus juga merupakan
permulaan Zaman Pertengahan. Kedua, periode filsafat Skolastik sebagai periode
terakhir tradisi filsafat Zaman Pertengahan sekaligus sebagai puncak kemajuan
Zaman Pertengahan.

18
Syamsul Rijal,dkk, Filsafat Umum,(Darussalam,Banda Aceh:2010),hal.104.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Zaman pertengahan dimulai sejak jatuhnya imperium Romawi sekitar tahun
476 Masehi. Akhir dari zaman pertengahan ini pun tidak mudah untuk
dikemukakan, hanya saja akhir zaman ini lazim dikaitkan dengan terjadinya
renaisans (kebangkitan kembali). Secara garis besar zaman pertengahan diwarnai
dengan masuk dan berkembangnya agama Nasrani di Eropa, di zaman ini terjadi
interaksi antara Hellenisme dan Semitisme.
Filsafat Barat Abad Pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai
“abad gelap”. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang
pada saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia sehingga
manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang
terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan
dalam berpikir. Apabila terdapat pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan
ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapatkan hukuman berat.

Ciri-ciri pemikiran filsafat barat abad pertengahan adalah:


 Cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
 Berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
 Berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain
Masa abad pertengahan ini juga dapat dikatakan sebagai suatu masa yang
penuh dengan upaya menggiring manusia ke dalam kehidupan/sistem kepercayaan
yang picik dan fanatic, dengan menerima ajaran gereja secara membabi buta.
Karena itu perkembangan ilmu pengetahuan terhambat.
Akal pada Zaman Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal itu kelihatan dengan
jelas pada Filsafat Plotinus. Augustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan
terhadap akal muncul kembali. Sebagaimana telah dikatakan, Zaman Pertengahan
merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada
Zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.

16
Masa sebelum zaman modern tiba, dilalui dengan dua zaman penting di zaman
pertengahan, yaitu zaman patristik dan skolastik.
a. Zaman Patristik
Istilah patristik adalah istilah yang dibuat gereja, berasal dari kata patres yang
artinya para bapa, mungkin dapat diartikan para perintis gereja di Eropa. Zaman
ini merupakan zaman pergumulan kultural antara hellenisme dan semitisme. Oleh
karena itu, para perintis dikenal sebagai perintis apologetik, yang mengadakan
polemik, perdebatan dengan alam pikiran Hellenisme.
Ajaran-ajaran yang dikembangkan para filsuf Patristik merupakan sintesis
antara agama dan filsafat. Mereka mengusahakan keselarasan antara agama
Kristen dengan filsafat Yunani, dan bahkan ada diantara mereka yang
menganggap filsafat Yunani sebagai suatu persiapan menuju ke Injil (praeparatio
evangelicia).
Ajaran mereka secara umum sangat terpengaruh oleh filsafat Plotinus (Neo-
Platonisme), disamping Platonisme (Ajaran Plato) dan Stoisisme (Ajaran Stoa).
Mereka tidak hanya mengadopsi begitu saja ajaran-ajaran filsafat Yunani dan
Hellenisme tersebut, tetapi memadukan dan menyesuaikannya dengan ajaran
Kristen dalam rangka membela ajaran Kristen dari berbagai tuduhan dan kecaman
yang tidak wajar.
b. Zaman Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai berikut:
1. Filsafat Skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata
agama.
2. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat
ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk.

17
3. Filsafat skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan kedalam bentuk sintesis yang
lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.
4. Filsafat skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.

Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa faktor:
 Faktor religious
 Faktor ilmu pengetahuan
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode:
 Skolastik awal, berlangsung dari tahun 800-1200
 Skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300
 Skolastik akhir, berlangsung dari tahun 1300-1450

3.2 Saran
Dengan selesainya makalah yang berjudul “Filsafat Zaman Pertengahan”,
semoga kita dapat menambah sedikit wawasan dan pengetahuan tentang filsafat
itu sendiri baik bagi rekan mahasiswa maupun untuk pemakalah sendiri. Makalah
ini mungkin jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami sebagai pemakalah
mohon saran dan masukan konstruktif dari pembaca isi makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro.2014,cet 15.Filsafat Umum.Jakarta: Rajawali Pers.


Rijal, Syamsul.,dkk.2010.Filsafat Umum.Darussalam,BandaAceh: Ushuluddin
Publishing.
Salam, Burhanuddin.2005.Pengantar Filsafat.Jakarta: Bumi Aksara.
Syada, Ahmad., Mudzakir.1998.Filsafat Umum.Bandung: Pustaka Setia.
Suhar.2010.Filsafat Umum.Jakarta: Gaung Persada.
Tafsir, Ahmad.2005.Filsafat Umum (Akal dan Hati sejak Thales sampai Capra).
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

19

Anda mungkin juga menyukai