Prodi: Filsafat
IDENTITAS BUKU
ISBN 979-9483-98-0
Bahasa Indonesia
Siapa Itu Sjafri Sairin? Prof. Dr. Sjafri Sairin, MA. (lahir 14 Februari 1945) adalah seorang
ilmuwan dan pengajar Indonesia. Ia diangkat menjadi Guru Besar Antropologi di Universitas
Gadjah Mada , Yogyakarta pada tahun 1998. Sjafri mendapatkan gelar master (S2)
dari Universitas Nasional Australia pada awal tahun 1981, sedangkan gelar doktor (S3) ia raih
dari Cornell University, Amerika Serikat, pada tahun 1991.
Pendahuluan
Kebudayaan sebagai sebuah konsep yang menyatu dalam kehidupan manusia selalu
berhubungan dengan kebutuhan hidupnya. Secara sederhana Malinowski mengatakan bahwa ada
tiga kategori kebutuhan manusi yakni kebutuhan biologis, sosial, dan Psikologis. Kebutuhan
biologis ini berkaitan dengan apa yang diperlukan oleh tubuh seperti makanan atau minuman.
Namun kebutuhan yang ada secara tidak disadari menyatu dengan nilai-nilai masyarakat
pendukung kebudayaan serta berkaitan dengan bagaiamana manusia memberikan keputusan atas
kebutuhan itu, sehingga seperti yang telah dijelaskan bahwa ketiga kategori kebutuhan diatas
walaupun berbeda namun saling kait-mengait.
Antropologi ekonomi sendiri merupakan bagian dari antropologi sosial-budaya yang berfokus
pada aspek ekonomi dalam masyarakat. Didalamnya juga terdapat dua jenis pendekatan yakni
pendekatan umum yang membahas gelaja ekonomi dan spesifik yang membahas penyelesaian
masalah antropologi ekonomi.
Sejarah munculnya Antroplogi eknomi dimulai dari karya seorang ekonom Amerika,
Thorstein Veblen (1899) yang membahas tentang gejala-ekonomi yang disebabkan bukan hanya
dari faktor ekonomi tapi juga non-ekonomi seperti sosial-budaya. Namun pokok antropologi
eknomi tetap didasarkan pada pemikiran Malinowski yang hadir sebagai karya etnografi yang
berpusat pada gejala ekonomi masyarakat primitive dalam pandangan orang eropa.
Pertukaran dalam antroplogi ekonomi dilihat sebagai gejala kebudayaan yang perspektifnya luas,
karena bukan hanya menyangkut soal ekonomi tetapi sampai menyentuh soal agama, teknologi,
alam, politik, dll.
Sistem pertukaran. Antroplogi ekonomi memiliki salah satu tugas penting yakni
Menyusun klasifikas sistem ekonomi dunia termasuk klasifikas pertukaran. Karena itu
Polanyi membedakan 3 pola pertukaran yakni resiprositas, Redistribusi dan pertukaran
pasar. Hal ini didasarkan pada harapan para partisipan yang melakukan transaksi.
Resiprositas merupakan pertukaran timbal balik anatara individu atau antar kelompok.
Harus ada hubungan simetris atau sejajar antar kelompok atau antar individu. proses
pertukaran resiprositas berlangsung lama. Contoh 2 petani yang saling membantu
membersihkan ladang. Sampai kedua ladang milik masing-masing sudah bersih baru
pertukaran ini berakhir. Bahkan ada yang berlangsung seumur hidup seperti kerja-sama
yang dilakukan dari generasi ke generasi. Dalam resiprositas juga terbagi-bagi yakni:
Umum (pihak yang memberikan barang kepada pihak lain tanpa ada batas waktu
tertentu). Sebanding (barang atau jasa yang ditukarkan memiliki nilai yang sebanding).
Negative (terdapat transformasi ekonomi/keunikan dari berbagai gejala resprositas dan
dalam system Perekonomian).
Redistribusi merupakan bentuk kerja individu atau kelompok dalam memanfaatkan
sumber daya yang mereka miliki. Yang lebih dilihat yakni untung-rugi. Bukan melihat
status kedudukan yang dimiliki yang sama tetapi status kedudukan yang berbeda, seperti
kepala desa dan warga desa. Redistribusi terjadi karena individu hidup dalam kelompok
yang mengatur distribusi barang dan jasa. Karena itu pimpinan atau otoritas berperan
penting. Semakin tinggi derajat sentralitas yang mengkoordinir masyarakat, maka
semakin berpotensi tumbuhnya aktivitas redistribusi. Fungsinya pun mencangkup baik
politik, sosial, dan ekonomi.
Dalam bab ini dibahas pendekatan-pendekatan yang ada dalam Antropologi ekonomi yakni
pendekatan formalis, substantif, dan pendekatan Marxisme. Namun pendekatan Marxisme cukup
kompleks sehingga dibahas dibab berikutnya. Berikut penjelasan singkat mengenai pendekatan
Formalis dan Substantif.
Pendekatan ini muncul di Perancis lewat pemikiran beberapa tokoh kemudian meluas ke
kalangan pemikir berbahasa inggirs. Pendekatan ini berkembang tidak terlepas dari banyak ahli
yang kurang setuju dengan antropologi ekonomi klasik yang dipimpin oleh pemikir formal.
Dianggap oleh pemikir baru/Marxis, telah mengalami kegagalan yang disebabkan oleh dua
faktor yakni pemilihan problem studi yang tidak tepat, dan Langkah teori yang tidak tepat.
Namun pendekatan ini tidak merupakan suatu yang baru. Pertama label marxis karena
didasarkan oleh pemikiran karl Marx. Kedua pendekatan ini bekembang dalam jalur yang telah
dibuka oleh Karl Ponyanyi. Perbedaan yang nampak ialah fokus studi. Fokus studi pendekatan
yang lain yakni proses distribusi barang dan jasa dalam masyarakat. Sedangkan pendekatan
Marxis fokus pada proses produksi. Pendekatan sebelumnya memiliki kelemahan yang sama
yakni bersilang pendapat dalam mendefenisikan gejala ekonomi.
Dalam perjalanan, pendekatan Marxis terpecah menjadi tiga kelompok yang saling
bertentangan yakni Antropologis marxis, Struktural Marxis, yang mana kedua kelompok ini
Bersatu menghadapi kelompok ketiga yakni Vulgar Marxism. Meskipun terdapat silang
pendapat, namun ada dasar pemikiran yang menjadi ciri pokok mereka bersama yakni
membangun pemikiran karena tidak setuju dengan antropologi ekonomi klasik yang liberal,
kapitalistik dan meyakini konsep atas dasar fakta pada system ekonomi liberal dapat
dioperasikan pada seluruh tipe ekonomi. Kedua, penganut antropologi ekonomi baru berpendapat
bahwa hanya pendapat karl Marx yang terdapat pada das kapital dan karya-karya selanjutnya.
Ketiga, mereka juga sependapat mengenai ko-eksistensi sebagai bentuk produksi dalam
kehidupan masyarakat. Keempat, mereka dibuat sibuk untuk memperjelas maksud konsep mode
produksi. Kelima, mereka sangat percaya dengan teori substantif dimana produksi materi pada
masyarakat tradisional terikat dengan system reproduksi biologis. Keenam, mereka mencoba
membangun teori yang lebih besar mengenai sukses mode roduksi. Ketujuh, mereka
menganggap bahwa antropologi harusnya menjadi ilmu sejarah. Dan yang terakhir, mereka
berpendapat bahwa antropologi tidak bebas dari ideologi, yang dikembangkan sesuai dengan
ideologi yang bersangkutan.
Antropologi ekonomi personalisme dapat dibagi atas tiga kelompok. Pertama, kelompok
ekonomi personalisme Szanton, Davis dan Dewey. Kedua, ekonomi moral dari Scott dan
ekonomi politik dari Popkin yang dikembangkan sebagai kritik terhadap ekonomi moral
Scott. Ketiga, antropologi ekonomi pos-modernis dari Scott (1985-1990), yang ia
kembangkan dari ketidak puasannya atas studi-studi yang pernah dibuatnya di waktu lalu.
Pada dasarnya ketiga kelompok aliran tersebut memiliki persamaan yang memberikan ciri
khas pada antropologi ekonomi personalisme.
Ekonomi Personalisme. Konsep tentang ekonomi personal pada dasarnya telah lama
diperkenalkan oleh Dewey dan Szanton yang kemudian lebih difamiliarkan oleh
Davis dengan istilah ekonomi personal, namun dengan istilah personalized exchange.
Penggunaan istilah ini pada dasarnya dilandasi oleh adanya kontak sosial dalam
masyarakat. Dimana dalam setiap kontak baik secara individu maupun secara sosial
budaya, secara tidak langsung akan terjadi pertukaran-pertukaran mulai dari hal-hal
yang kecil sampai pertukaran nilai-nilai budaya. Studi antropologi ekonomi personal
kebanyakan diarahkan kepada gejala pasar. Asumsinya adalah pasar merupakan
komunitas ekonomi terbesar dan kompleks, dalam artian kemungkinan terjadinya
berbagai gejala antropologi ekonomi berpotensi untuk muncul secara lebih jelas.
Salah satu contoh yang dapat kita lihat adalah hubungan antara mereka yang
berlangganan. Memang pada dasarnya hubungan tersebut dilandasi oleh motif
ekonomi. Namun kalau dilihat lebih jauh dalam hubungan tersebut terdapat hubungan
sosial lebih jauh. Prinsip ekonomi personalisme pada dasarnya adalah pemanfaatan
faktor-faktor non ekonomi, hubungan sosial untuk kepentingan ekonomi. Ekonomi
personal melihat bahwa hubungan antar pedagang di pasar sebenarnya adalah
hubungan persaingan. Satu pedagang merupakan saingan bagi pedagang yang
lainnya. Namun persaingan tersebut akhirnya melahirkan strategi-strategi tertentu
untuk tetap eksis dan bertahan dalam arus persaingan tersebut.
Ekonomi Moral dan Ekonomi Politik. Ekonomi moral dan ekonomi politik pada
dasarnya merupakan dua bentuk pengembangan ekonomi substantif dan formalis.
Dimana ekonomi moral dari Scott merupakan pengkajian lebih dalam dari ekonomi
substantif. Dimana landasan dari pemikiran ini masih menempatkan nilai-nilai sosial
merupakan faktor yang berpengaruh dalam sistem perekonomian, moralitas tertentu
masih memegang peranan tertentu dalam sistem perekonomian peasant, yang lebih
dikenal dengan istilah etika subsistensi. Dalam perekonomian peasant, mereka lebih
mengutamakan keselamatan dalam artian kebersamaan, dari pada properti. Scott
menuliskan bahwa kaum peasant akan memikirkan ekonominya lebih jauh apabila;
pertama, keamanan subsistensinya telah terpenuhi dan mereka benar-benar yakin apa
yang akan mereka lakukan (kegiatan perekonomian) tersebut akan mendatangkan
hasil seperti yang dibayangkan. Kedua, apabila mereka merasa etika subsistensi
mereka mulai terancam oleh sesuatu. Sedangkan ekonomi politik Popkin
berlandaskan pada pemikiran ekonomi formalis, ia berkeyakinan bahwa rasionalitas
untung rugi merupakan tongkak dari sistem perekonomian dan kondisi ini juga
mempengaruhi kaum peasant.
Pasca Ekonomi Moral. Pokok pikiran ialah klami bahwa kelompok penguasaha
mendominasi kekayaan produksi fisik dan simbolik. Kesadaran akan permainan
diantara dua kutub itulah yang menjadi dasar kerja scott. Pada karyanya, scott
memilih untuk berada ditengah-tengah. Karyanya ini menghasilkan gaya baru dalam
antropologi eknomi, yakni dengan analisis yang memusatkan perhatian pada
diskursus, wacana, dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatannya ini membawa
antropologi ekonomi pada system yang berisi dan hidup oleh manusia.
Kesimpulan
Buku ini memberikan ulasan mengenai ilmu antropologi yang meneliti hubungan antara manusia
dengan kebudayaannya, khusunya ilmu antropologi ekonomi. Pokok bahasan yang ada antara
lain tentang konsep resiprositas dan redistribusi, pendekatan formal dan substantif, marxisme
dalam antropologi ekonomi dan ekonomi kebudayaan. Antropologi ekonomi bukan hanya
semata-mata berbicara soal masalah finansial atau semacamnya, namun keterkaitannya dengan
seluruh aspek kebudayaan yang dihidupi manusia, bahkana secara lebih lengkap lagi di bagian
akhir para tokoh menemukan berbagai analisis baru yang membawa antropologi ekonomi
menjadi ilmu yang membahas soal manusia dan segala sesuatu yang melekat atau dekat dengan
manusia. Dalam perjalanan sejarahnya, Antropologi Ekonomi menjadi ilmu yang memilku
siklus. Terdapat banyak pertentangan antar para tokoh pendahulu, terdapat juga berbagai kritik
satu sama lain, namun itu semua mengantar antropologi ekonomi menemukan jati dirinya yang
juga secara konkret tersalurkan dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari.
Komentar
Buku ini sangat bagus untuk dibaca karena mengulas tentang persoalan ekonomi. Namun disini
letak kekhasan buku ini yakni menggali nilai-nilai budaya yang melekat pada kehidupan sehari-
hari manusia yang tentu saja bersangkutan dengan ekonomi. sisi lain yang bagus dari buku ini,
kita diajak melihat point-point penting berkaitan dengan ekonomi yang mungkin menjadi
pengetahuan baru bagi pembaca. Selain itu pembaca juga diajak melihat garis sejarah mengenai
antropologi ekonomi lewat Analisa-analisa para tokoh maupun kelompok tertentu yang
menghasilkan ulasan ilmiah mengenai antropologi ekonomi sendiri. selain itu dalam beberapa
point penting terdapat contoh yang membantu pembaca untuk memahami point yang sedang
dibahas dalam buku tersebut. Dari segi fisik, buku ini cukup ringkas dan praktis dibawah
kemana-mana. Pokok-pokok yang ingin dibahas dalam buku jelas, sehingga tidak lari kemana-
mana. Karena itu secara kuantitatif, buku tepat dalam membahas setiap topik yang disajikan.
Terlepas dari sisi positif dari buku ini, terdapat juga, sisi negative yang menurut saya akan
menyulitkan pembaca. Dalam buku ini banyak sekali menggunakan Bahasa ilmiah yang sulit
dimengerti sehingga cukup menyulitkan pembaca dalam memahami satu kalimat tertentu.
Bahasa ilmiah yang dimaksud disini ialah istilah-istilah dalam Bahasa asing. Selain itu meskipun
buku ini bicara soal kolaborasi antara antropologi dan ekonomi, namun secara pribadi saya
sendiri tidak bisa merasakan keterkaitan secara langsung dengan praktek dilapangan. Meskipun
buku berbicara dari segi teoritis namun, setidaknya buku ini menyentuh kehidupan langsung
manusia. Hal ini sekali lagi terhalangi karena adanya pembahasan yang terlalu menggunakan
Bahasa ilmiah. Masih berkaiatan dengan hal tersebut, dalam pemberian suatu pengertiaan
terhadap suatu pendekatan atau semacamnya, dibagian awal sudah secara jelas dan tertata,
namun topik-topik yang dibahas di bagaian akhir bab, dalam menjelaskan pengertiannya, buku
ini membahasakannya terlalu bertelele bahkan mengambil sisi intern dari para tokoh yang mana,
bagi saya hal tersebut kurang cocok untuk dimasukan. Sehingga pembaca sulit menemukan
pengertian dari topik atau bahasan tertentu.
Dengan membaca buku ini, para pembaca akan menemukan maksud dari ekonomi yang nyata
dalam suatu kebudayaan manusia. Pembaca secara teoritis, akan memahami ulasan ilmiah
tentang yang dihidupi sehari-hari yang berkaitan dengan ekonomi seperti ke pasar, ke rumah
sakit, terima gaji, dll. Namun bukan hanya soal gejala ekonomi yang terjadi sekarang, tetapi
melihatnya dalam satu garis sejarah yang kemudian membantu pembaca untuk melihat Gerakan
gejala ekonomi dikemudian hari. Namun secara umum pembaca akan menemukan pengetahuan
umum soal hal tersebut. Namun yang penting ialah bagaimana pembaca melihat dan
menganalisis apa yang dilalui setiap harinya. Jangan sampai hal penting yang terjadi sehari-hari
terlewat begitu saja, tanpa adanya pengertian terhadapnya, sehingga tidak ada pengetahuan yang
masuk dan pada akhirnya tidak tindakan yang tepat. Karena itu yang terpenting ialah pembaca
diajak untuk bisa membaca buku ini, karena ada banyak hal positif yang dapat ditarik dari buku
ini.
Usul dans saran untuk buku ini. Meskipun buku ini merupakan buku ilmiah dan yang
didalamnya bersifat teoritis, namun topik atau judul dari buku ini sangat berkaitan dengan hal
yang terjadi sehari-hari, sehingga sebaiknya dalam ulasan buku ini sebaikanya disertakan apa
yang harus dibuat dalam kehidupan sehari-hari, karena pada akhirnya teori yang disampaikan
juga mengarah pada kehidupan praktis manusia. Jadi menurut saya tidak cukup hanya membahas
sebatas teori, tapi contoh konkret dan anjuran untuk menjadi panduan bagi pembaca buku ini.
Selain itu juga buku ini tidak memiliki target pembaca tertentu, sehingga menurut saya
penggunaan Bahasa ilmiah dipakai sehemat mungkin atau dibatasi oleh yang perlu saja, tetapi
sekalipun ada Bahasa atau istilah ilmiah perlu juga disertakan artinya supaya tidak
membingungkan pembaca.