KEGAGALAN ALIRAN EKONOMI NEOKLASIK DAN RELEVANSI ALIRAN EKONOMI KELEMBAGAAN
DALAM RANAH KAJIAN ILMU EKONOMI
Kegagalan aliran ekonomi Neoklasik kegagalan secara filosofis, di mana dalam aliran ekonomi ini lebih ditekankan dengan pendekatan kuantitatif dalam melakukan analisis. Hal tersebut banyak dilakukan oleh pakar ekonomi dengan melakukan kegiatan penelitian yang berbasis dengan pendekatan kuantitatif. Aliran ekonomi Neoklasik yang bertumpu pada aliran/paham positivism, yang melihat suatu realita hanya dari sudut permodelan yang disederhanakan dan bertumpu pada analisis kuantitatif. Dengan demikian perkembangan akan ilmu pengetahuan akan menjurus kepada aliran studi lintas ilmu di mana unsur spiritual yang utamanya unsur moralitas sebagai pencahaya mendapat porsi lebih utama. Kegagalan sudut sosial-ekonomi, pendapat para ahli ekonomi yang memberikan masukkan di mana Negara sedang berkembang sedang membutuhkan aliran ekonomi tersendiri. Di lain sisi, aliran ekonomi Neoklasik ini jauh dari pada moral dan agama. Kritik- kritik yang disampaikan oleh ahli ekonomi di dunia memberikan pengaruh bahwa aliran ekonomi Neoklasik sudah gagal dalam pemikiran, pendidikan, penelitian dan pengambilan kebijakan. Aliran ekonomi ini lebih mengandalkan kepada kebebasan ekonomi dan terlalu percaya kepada superioritas mekanisme pasar yang pada kenyataannya justru menimbulkan bahaya eksploitasi baik Negara kurang terhadap Negara lemah, orang kuat terhadap orang lemah (terpinggirkan) dan aspek moralitas dianggap tidak begitu penting. Kemiskinan, ketimpangan dalam distribusi pendapatan, kerusakan lingkungan, berkembangnya budaya materialism dan hedonism maupun patologi sosial lainnya dapat dialamatkan kepada memuncaknya keberadaan aliran ekonomi Neoklasik. Maka sebagai pengganti dari kegagalan ini sudah selayaknya untuk melihat dan mempelajari ekonomi lainnya. Aliran ekonomi yang sangat cocok untuk menggantikan peran aliran ini adalah aliran ekonomi Kelembagaan. Aliran ekonomi kelembagaan, aliran ini merupakan suatu reaksi dari ketidakpuasan terhadap aliran Neoklasik yang merupakan kelanjutan dari aliran Klasik. Aliran ini merangkum segala aspek keilmuan yand dirangkum dalam analisis ekonomi. Ahli ekonomi membagi aliran ekonomi kelembagaan ini menjadi tiga golongan. Ketiga golongan ini merupakan suatu kombinasi dari pemikiran ekonomi kelembagaan di Indonesia dan luar negeri. Yaitu kelembagaan lama, quasi dan kelembagaan baru. Aliran kelembagaan lama, pakar ekonomi setuju menetapkan bapak ekonomi kelembagaan Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). Beliau mengkritik mengenai ilmu ekonomi ortodoks yang lebih kepada aliran ekonomi Klasik, dan ekonomi heterodoks yang melihat perilaku variabel ekonomi secara lebih luas lagi. Vablen lalu menulis buku, yang isinya mengenai suatu kegiatan konsumtif yang dilakukan sedikit orang yang memiliki kekayaan dan seorang pengusaha bukan yang menggerakkan ekonomi tetapi malah menyabot. Aliran ekonomi kelembagaan terus berkembang seiring dengan pakar-pakar ekonomi yang melakukan sebuah analisa yang melibatkan banyak aspek secara luas. Para pakar ekonomi kelembagaan ini adalah Mitchell yang melihat adanya siklus karena suatu self generating process yang diperoleh dari data empiris, John R. Commons yang melakukan perubahan-perubahan sosial yang berdampak pada ekonomi suatu masyarakat dan selalu menentang dari ekonomi ortodoks, John A. Hobson yang menyatakan ada tiga kelemahan dari ekonomi ortodoks dari tidak dapat menyelesaikan full employment, distribusi pendapatn dan pembagian ekonomi positif dan normatif. Aliran quasi kelembagaan, tokoh yang masuk ke dalam pemikiran Veblen dkk, akan tetapi sifatnya terlalu individualis dan iconoclastic dan corak pemikirannya berbeda dengan aliran kelembagaan baru. Tokohnya Joseph Schumpeter yang bertumpu pada ekonomi jangka panjang yang dalam analisisnya mengenai inovasi komoditi baru maupun dalam menjelaskan terjadinya siklus ekonomi. Gunnar Myrdal lebih tertarik kepada keadaan yang berbeda antara Negara sedang berkembang dengan Negara maju. John Kenneth Galbraith bahwa teori ekonomi ortodoks itu dalam kenyataannya melenceng jauh sekali di mana keberadaan pasar persaingan sempurna tidak ada bahkan pasar telah dikuasai oleh perusahaan-perusahaan besar. Aliran kelembagaan baru, dimulai pada tahun 1930-an. Aliran ini merupakan upaya perlawanan terhadap dan sekaligus pengembangan ide ekonomi Neoklasik meskipun tetap saja dapat terpengaruh oleh ideologi dan politik yang ada pada masing-masing pemikir. Ronal Coase, dengan gagasan tentang ekonomi untuk mengimbangi gagasan intelektual kebijakan kompetisi dan regulasi industry Amerika Serikat pada tahun 1960-an, semua itu dapat dicapai oleh kebebasan ekonomi dan kewirausahaan. NIE menempatkan dirinya sebagai pembangun teori kelembagaan non pasar dengan pondasi teori ekonomi Neoklasik. Tokoh NIE Douglass C. North menggunakan dan menerima asumsi dasar dari ekonomi Neoklasik mengenai kelangkaan dan kompetisi, akan tetapi meninggalkan asumsi rasionalitas instrumental, di mana ekonomi Neoklasik memakai asumsi tersebut. NIE sendiri pun terus memperdalam kajiannya tentang kelembagaan non pasar seperti hak kepemilikan, kontrak, partai revolusioner, serta mengenai masalah kegagalan pasar. Ditambah NIE mencoba menjelaskan pentingnya kelembagaan (emergency of institutions). NIE merupakan studi multidisiplin yang mana ilmu ekonomi berekspansi dengan wilayah social, politik dan sosiologi sehingga memiliki beberapa cabang ilmu. NIE dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu sejarah ekonomi baru (ner economic history) yang dikembangkan oleh North, Fogel dan Rutherford dan aliran pilihan publik (public choice school), yang dikembangkan Buchanan Tullock Olson dan Bates. Kedua, teori ekonomi biaya transaksi (transaction cost economics) dikembangkan oleh Ronald Coase, Douglass North dan Oliver Wiliamson dan informasi ekonomi (economics information) diperkenalkan oleh Akerlof, Stigler, dan Stiglitz. Dan masih banyak cabang lain seperti teori ekonomi sosial baru, teori hukum dan ilmu ekonomi, dan teori tindakan kiolektif.
Implikasi, Tabel 2. Perbedaan Paradigma antara Aliran ekonomi Neoklasik dan ekonomi Kelembagaan Uraian elemen Ekonomi Neoklasik (Mainstream Economics Ekonomi Kelembagaan (Institutional Economics) Pendekatan Materialistik Idealistik Satuan Observasi Komoditas dan Harga Transaksi Tujuan Individu Diri sendiri (self interest) Diri sendiri dan orang lain Hubungan dengan ilmu- ilmu sosial lain Hanya ilmu ekonomi saja Hamper semua ilmu sosial Konsep nilai Nilai dalam pertukaran Nilai dalam penggunaan Konsep ekonomi Mirip ilmu-ilmu alam Pendekatan budaya Falsafah Pra-Dewey Pasca-Dewey Tingkah laku sosial Percaya free will Behaviorist Postulat Keseimbangan Ketidakseimbangan Fokus Sebagian (particularism) Kesluruhan (holism) Metode ilmiah Hampir pasti positif Kebanyakan normatif Data Kebanyakan kuantitatif Kebanyakan kualitatif Sistem Tertutup Terbuka Ekonometrika Dipakai secara baik Tidak/kadang dipakai Visi ekonomi Mengarah ke statis Lebih kea rah dinamis Peranan Memberikan pilihan Merekomendasi pilihan Sikap terhadap kegiatan kolektif Melawan Tak dapat dihindari Tokoh anutan dan idola Adam Smith, Alfred Marshall Thorstein B. Veblen, John R. Commons
Aliran ekonomi kelembagaan percaya bahwa kondisi ekonomi akan menentukan bentuk struktur kelembagaan. Guna mengatasi keadaan perekonomian Indonesia yang carut marut yaitu menurut Sugiyanto strategi pembangunan ekonomi di Indonesia harus mengalami pergeseran, dimulai dengan orientasi terhadap peningkatan keadilan dan pemerataan dengan menempatkan penghapusan kemiskinan dan penciptaan lapangan pekerjaan sebagai tujuan utama pembangunan. Ditambah penekanan terhada kelembagaan akan menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan masalah-masalah pembangunan (institution matter). Budaya, hasil penelitian Purbayu bahwa gotong royong terpengaruh oleh sistem religi yang dianut dalam masyarakat dan dalam hal ini dengan memakai kriterianya Clifford Geertz yaitu abangan dan santri. Modal Sosial hasil penelitian Purbayu kegagalan pembangunan pada berbagai daerah disebabkan hanya memperhatikan aspek ekonomi saja, tanpa mempertimbangkan masalah modal sosial yang begitu bernilai pada suatu daerah. Perikanan hasil penelitian dari Mubyarto di mana dampak teknologi baru yang berupa pukat harimau (trawl) tanpa kecuali dianggap oleh seluruh nelayan sebagai merugikan dan sangat mengurangi pendapatan nelayan setempat. Pangan, Bustanul Arifin mengadakan penelitian mengenai ekonomi kelembagaan pangan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan pentingnya peran pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan sistem kelembagaan ketahanan pangan. Lahan, Purbayu tentang penguasaan lahan terhadap efisiensi usaha tani padi di Kabupaten Banjarnegara menemukan kenyataan bagaimana pengaruh budaya kearifan lokal terhadap tingkat efisiensi usaha tani padi. Hasilnya kearifan lokal yang ada di daerah berupa perhatian begitu besar dari petani pemilik terhadap penyakap (misal pinjaman dana untuk usaha tani dengan tidak adanya bunga, serta pertanggungan resiko usaha dari pemilik) sebagai cermin masih terdapatnya budaya gotong royong yang cukup baik, dapat mengangkat kinerja pertain penyakap untuk tidak kalah bersaing dengan bentuk penguasaan lahan lainnya. Pembangunan pertanian, Nugroho SBM mengemukakan kebijakan kelembagaan yang harus diambil dalam pembangunan pertanian di Indonesia antara lain kebijakan kelembagaan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah tidak boleh merusak kelembagaan yang sudah ada, misal kebijakan sub kontrak yang dilaksanakan pada berbagai sub sector pertanian dengan saling menguntungkan, revitalisasi KUD, dan sebagainya. Otonomi daerah, Wihana mengadakan kajian teori di mana peran ekonomi kelembagaan baru dapat diaplikasikan pada kasus otonomi daerah di Indonesia. Hasilnya menemukan bahwa daerah (Negara) merupakan neksus hubungan kontrak antara prinsipal yaitu konstituen dengan agen perwakilan. Pemilu, Purbayu menyoroti masalah pemilu yang dapat dianalisis memakai ekonomi kelembagaan, khususnya memakai disiplin ekonomi politik. Korupsi, Purbayu menyatakan perlunya dilakukan pendekatan terhadap kasus-kasus ekonomi di Indonesia dengan pendekatan ekonomi kelembagaan disebabkan kacaunya data statistic karena praktik korupsi yang menggurita. Kesimpulan, 1. Keberadaan aliran ekonomi kelembagaan merupakan reaksi dari dominasi aliran ekonomi ortodoks (utama), yang bukan saja di Negara maju banyak dikritik, akan tetapi penerapannya di Negara sedang berkembang banyak mengalami kegagalan. 2. Munculnya permasalahan-permasalahan baik itu krisis finansial global, kemiskinan, pengangguran, ketimpangan, keresahan sosial, dan kerusakan lingkungan tentunya dapat dialamatkan kepada penerapan ekonomi Neoklasik sebagai pendukung paling utama aliran ortodoks. 3. Aliran ekonomi kelembagaan yang akan menyoroti masalah ekonomi kaitannya dengan disiplin ilmu-ilmu lainnya memungkinkan pendekatannya bersifat holistik. 4. Aliran ekonomi kelembagaan dapat dibagi kepada aliran kelembagaan lama, aliran quasi kelembagaan dan aliran kelembagaan baru, hal ini bukan berarti satu aliran lebih baik dibandingkan aliran lain.
Abraham Maslow, dari hierarki kebutuhan hingga pemenuhan diri: Sebuah perjalanan dalam psikologi humanistik melalui hierarki kebutuhan, motivasi, dan pencapaian potensi manusia sepenuhnya