Anda di halaman 1dari 4

Nama : Trisna Maulida Diyanti

NIM : C1A019079

Tugas Merangkum Materi SPE

Aliran Institusional

Di daratan Amerika Serikat pada tahun 20-an muncul aliran pemikiran ekonomi “institusional”.
Aliran ini juga menolak metode klasik. Aliran ini juga menolak ide eksperimentasi sebagaimana
yang dianut oleh aliran sejarah. Orang yang berpengaruh dalam aliran ini adalah Thorstein
Bunde Veblen (1857-1929). Ia mengkritik teori yang digunakan kaum klasik dan neo klasik yang
model teoritis dan matemarisnya dinilai bias dan cenderung terlalu menyederhanakan aspek non
ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal ia menilai pengaruh keadaan dan
lingkungan sangat besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat.

Bagi Veblen, masyarakat adalah suatu kompleksitas di mana tiap orang hidup dan, tiap orang
dipengaruhi serta ikut mempengaruhi perilaku orang lain. Ia meneliti dengan metode induksi dan
menyimpulkan bahwa perilaku manusia berubah dari tahun ke tahun.

Bagi Veblen masyarakat merupakan suatu venomena evolusi di mana sesuatunya terus menerus
mengalami perubahan. Pola perilaku seseorang dalam masyaraat disesuaikan dengan kondisi
social sekarang. Jika perilaku tersebtu cocok dan diterima, maka perilaku diteruskan. Jika tidak
cocok, maka perilaku akan disesuaikan dengan lingkungan. Keadaan lingkungan inilah yang
disebut Veblen “institusi”.

Dalam berproduksi akan kelihatan mana nilai dan norma serta kebiasaan yang dianut dalam
mengejar keuntungan. Ada keuntungan yang dicapai karena bekerja keras, namun ada juga ygn
didapat dengan cara licik. Begitu juga dengan perilaku konsumsi yaitu ingin memperoleh
manfaat sebesar besarnya dari tiap barang yang dikonsumsi, dan adpula yang tidak wajar apabila
konsumsi hanya untuk pamer, ia menyebutnya dengan conspicuous consumption.

A. Thorstein Bunde VEBLEN (1857-1929)

Veblen adalah seorang Maverick, yaitu orang yang berpijak pada pemikirannya sendiri tanpa
peduli pemikiran orang lain. Ia selalu teguh berpendirian meskipun anggapannya mungkin
bertentanan dengan pendapat yang dianggap “lumrah” atau “benar” kala itu. Ia juga diberi gelar
iconoclast, yaitu orang yang suka menyerang dan ingin menjatuhkan ide atau gagasan orang atau
institusi tradisional yang diterima secara umum.

Ia tidak pernah lagu menentang pendapat para estabilished. Gelar radikal juga cocok untukknya
sebab ia sering mempermasalahkan tata susunan masyarakat contohnya adalah ia
mempermasalahkan kebenaran tesis neo klasik tentang marginal utility dan asumsi tingkah laku
konsumen rasional. Beberapa buu yang ditulis Veblen antaranya : The Theory of Leisure Class
(1899), The theory of business enterprise ( 1904) dan masih banyak lagi.

B. MOTIVASI KONSUMEN

Dalam The Theory of the Leisure Class Veblen menjelaskan hal hal yang berhubungan dengan
dorongan dan pola perilaku konsumsi masyarakat. Menurut Veblen, dulu perilaku orang terikat
dengan masyarakat sekeliling, dan orang dalam tingkah lakunya berudaha ikut menyumbang
terhadap perubahan masyarakat. Orang menghindari perbuatan yang merugikan banyak orang.
Namun saat ini orang banyak mementingkan diri sendiri karena uang dan harta yang mampu
menaikkan status, harga diri atau gengsi seseorang dalam masyarakat.

Jika harta telah terkumpu; banyak,punya banyak waktu untuk bersenang-senang (leisure). Makin
mampu orang tidak bekerja dalam pekerjaan produktif(leisure), makin tinggi derajatnya dalam
masyarakat. Penyakit suka pamer ini cepat berjangkit dalam masyarakat.

Karena aktivitas leisure juga dijadikan sebagai indikasi kesuksesan, maka orang kaya yang
dianggap hebat tidak pernah mengijinkan anak dan istrinya bekerja. Dengan harta yang
berlimpah orang berlomba lomba membeli barang yang digunakan untuk pamer (conspicuous
consumption). Yang menjadi incaran kelompok ini adalah barang yang sangat mahal yang tidak
jelas manfaatnya sendiri bagi kehidupan tetapi memiliki. Kepuasan dari barang yang digunakan
untuk pamer tidak diterima dari pengkonsumsian barang itu teteapi dari dampaknya terhadap
orang lain. Makin kagum orang, maka makin tinggi kepuasannya. Oleh Duesenberry, fenomena
ini dikenal dengen istilah demonstratin effects.

Menurut pandangan Veblen orang yang membeli sesuatu barang yang melebihi proporsi yang
wajar jelas tidak rasional, melainkan lebih bersifat emosional. Veblen melihat bahwa perilaku
conspicuous consumption dan precuniary emulation semakin menggejala di dalam masyarakat
kapitalis finanlis liberal Amerika. Banyak diantara meraka yang hanya menghamburkan waktu,
tenaga dan sumber daya. Jika tidak dicegah, maka Veblen memperingatkan bahwa Negara
Amerika suatu saat akan tertinggal dari bangsa lain yang lebih berperhitungan dalam
membelanjakan pendapatan mereka.

C. PERILAKU PENGUSAHA

Dalam bukunya The Theory of Business Enterprise, Veblen menjelaskan kemiripan perilaku
pengusaha Amerika dengan perlaku konsumsi yang diceritakan di atas. Dahulu, pengusaha pada
umumnya menghasilkan banrang dan jasa untuk memperoleh keuntungan melalui kerja keras.
Investasi masuk ke dalam apa yang disebutnya production for use. Tetapi pada masa sekarang
laba dan keuntungan sebagian tidak lagi diperolah melalui kerja keras menciptakan barrang yang
disukai konsumen, tetapi lewat “trik trik bisnis” ( production for profit).
Veblen melihat masyarakat Amerika yang tumbuh begitu pesat melahirkan suatau golongan yang
disebutnya absentee ownership yaitu pengusaha yang memiliki modal besar dan menguasai
seumlah perusahaan tetapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan operasional perusahaan.
Meskipun ia menyerahkan semua pada professional dan karyawan, tapi ia memperoleh
keuntungan paling besar.

Veblen lebih jauh melihat bahwa para pengusaha yang hanya mementingkan laba tanpa
memperhatikan cara ini biasanya melakukan kongkalikong dengan penguasa sehingga dapat
menguasai bahan mentah dan daerah pemasaran. Ada juga beberapa pengusaha Absentee
ownership yang bahkan tidak segan segan mematikan usaha pengusaha sungguhan yang
memperolah keuntungan lewat kerja keras. Salah satu caranya adalah akuisisi, serta banting
harga yang apabila pesaingnya sudah mati dan keluar pasar biasanya mereka menaikan harga dan
memperolah excessive profit.

Veblen menilai bahwa para pengusaha absentee ownership yang biasa memperoleh keuntungan
besar dengan kongkalikong berpeluang melahirkan golongan leisure class. Perilaku mereka
kadang kala sangat norak karena membeli sesuatu yang dimanfaatkan dengan tidak sewajarnya.

D. TOKOH TOKOH INSTITUSIONAL LAINNYA

Wesley Clair Mitchel (1874-1948) Salah satu karyanya adalah Business cycle and Their Causes.
Dengan menggunakan bermacam data statistic, ia menjelaskan masalah fluktuasi ekonomi. Ia
mengorganisir badan penelitian “National Bureau of Economic Research” yang memungkinkan
lebiih dikembangkannya penelitian tentang pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi , prubahan
produktivitas, analisis harga dan sebagainya.

Gunnar Karl Myrdal (1898-19..) banyak emnulis buku, antara lain An American Dilemna
dll.Salah satu pesan Myrdal pada ahli ahli ekonomi adalah agar ikut membuat value judgement,
sebab jika itu tidak dilakukan maka struktur teoritis ilmu ekonomi akan menjadi tidak realistis.
Sebagai penganjur aliran institusional ia percaya bahwa aliran ini sangat diperlukan dala
melaksanakan permbangunan di Negara Negara berkembang.

Joseph A.Schumpeter (1883-1905) ia membedakan pengertian invensi dan inovasi. Invensi


adalah hal penemuan teknik produksi baru, sedang inovasi memiliki makna yang lebih luas tidak
hanya menyangkut penemuan teknik produksi baru, namun juga penemuan komoditi baru, jenis
material baru, cara baru, cara pemasaran baru, dsb. Ia menganggap inovasi sebagai suatu
loncatan dalam fungsi produksi.

Ia membedakan entrepreneur dengan pengusaha biasa sebab entrepreneur lebih jeli mencari
peluang , mampu merintis dan mengatur inovasi, mau mengadopsi teknikm cara dan pola baru
dan yang paling penting, berani mengambil resiko.
Douglas North menilai bahwa anggapan pakar bahwa hanya mekannisme pasar sebagai satu
satunya penggerak roda ekonomi dan mengabaikan institusi adalah keliru, sebab peran institusi
tidak kalah penting dalam pembangunan ekonomi. Ia menyimulkan bahwa Negara komunis
hancur karena tidak memiliki institusi yang mendukung mekanisme pasar. Ia mengatakan bahwa
reformasi yang dilakukan di Eropa timur dan uni soviet tidak akan memberi hasil nyata hany
dengan memperbaiki kebijakan makro. Dibutuhkan dukungan seperangkat isntitusi yang mampu
memberikan insentif yang tepat kepada setiap pelaku ekonomi. North melihat institusi sebagai
konsekuensi atas pilihan pilihan yang dilakukan oleh anggota masyarakat. Kehadiran institusi
sangat penting sebagai alat untuk mengatur dan mengendalikan para pelaku ekonoki di pasar.

E. DISKUSI

Jika diperhatikan pola perilaku konsumtif nampaknya semakin menggejala dalam berbagai
kelompok masyarakat. Misal dikalangan “yuppies” (young urban professionals) sudah menjadi
mode bahwa kalau mau makan harus restoran yang mewah, ada juga yang membeli barang
hanya untuk pamer. Implikasi lain yaitu dari pandangan North, ialah bahwa perkembangan
ekonomi akan berjalan semwraeut dan yang menang hanya mereka yang bisa berkolaborasi
dengan penguasa.

Bangsa Indonesia pada asa sekarng dan mendatang tidak membutuhkan para absentee ownership
yang cenderung akan melahirkan leisure class. Yang dibutuhkan adalah para professional yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan serta aktif mencurahkan tenaga, fisik dan mental dalam
kegiatan produktif nyata.

Anda mungkin juga menyukai