Anda di halaman 1dari 5

TUGAS INDIVIDU

ANALISIS PANDANGAN TOKOH OLD PUBLIC ADMINISTRATION


TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK
DOSEN Prof. Dr. Paisal Halim, M. Hum

NAMA : ACHMAD MUNAWAR


NPM: BC182110345
INSTITUT STIAMI PUSAT
JL. Jendral Suprapto
Analisis pandangan tokoh Old Public Administration sebagai berikut :

1. Weber yakin bahwa sosok organisasi birokrasi sangat ideal dalam


melaksanakan administrasi publik

Pemikiran Max Weber tentang birokrasi, oleh Jay M Shafritz (1978) diklasifikan
sebagai pemikiran Old Administration Paradigm (Paradigma Administrasi Klasik). Hal
ini disandarkan pada ciri khas paradigma Administrasi Klasik, yang menekankan pada
aspek birokrasi di dalam analisis-analisis administrasi negara hingga tahun 1970-an.
Selain itu, analisis birokrasi yang dikemukakannya sangat mempengaruhi pemikiran-
pemikiran birokrasi selanjutnya.

Di dalam analisis birokrasinya, Weber mempergunakan pendekatan “ideal type”. Tipe


ideal merupakan konstruksi abstrak yang membantu kita memahami kehidupan
sosial. Weber berpendapat adalah tidak memungkinkan bagi kita memahami setiap
gejala kehidupan yang ada secara keseluruhan. Adapun yang mampu kita lakukan
hanyalah memahami sebagian dari gejala tersebut. Satu hal yang amat penting ialah
memahami mengapa birokrasi itu bisa diterapkan dalam kondisi organisasi tertentu,
dan apa yang membedakan kondisi tersebut dengan kondisi organisasi lainnya.
Dengan demikian tipe ideal memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita
mengabstraksikan aspek-aspek yang amat penting dan krusial yang membedakan
antara kondisi organisasi tertentu dengan lainnya. Dengan cara semacam ini kita
menciptakan tipe ideal tersebut (Thoha, 2004)

2. Max Weber : Sebuah Biografi

Max Weber, yang dipandang sebagai “Father’s of Modern Sociology”, lahir di tahun
1864 di Erfurt (daerah Thueringen) Jerman. Ia adalah anak pertama dari delapan
bersaudara. Ketika masih kanak-kanak, Weber menderita sakit infeksi pada kulit otak,
yang lalu menyebabkan ia sering kesemutan dan mungkin salah satu penyebab
gangguan jiwa yang sering dideritanya di kemudian hari.

Tahun 1893, Weber menikah dengan Mariane Schnitger, seorang sepupu jauh, yang
terkenal sebagai pejuang emansipasi wanita. Tahun 1898 bagi Weber dikenal
sebagai “tahun perjalanan ke neraka”, ia menderita gangguan syaraf, yang tidak
pernah akan sembuh. Tahun 1904, ia menjadi salah seorang penerbit majalah Arsip
untuk ilmu sosial dan sosial politik. Di sanalah terbit “Tesis Max Weber”, yang
merupakan kumpulan tulisan yang terbit sekitar tahun 1905 dan kemudian terkenal
dengan judul “Etika Protestan dan Jiwa Kapitalisme” (Die Protestantische Ethik).
Salah satu pernyataan Weber tentang keilmuan, yang dijadikan dasar oleh para
pengikutnya, adalah : “ Ilmu pengetahuan tidak dapat menunjukkan apa yang
“harus” kita kerjakan, ia hanya dapat menerangkan syarat-syarat dan konsekuensi
tindakan kita”.

Tahun 1920 Eropa terserang wabah panas. Weber, yang ketika itu menjadi profesor
di Muenchen, menjadi salah satu korbannya. Ia meninggal 14 Juni 1920, pada usia
56 tahun. Sang isteri, Mariane Weber menulis: Kira-kira tengah malam Weber
menghembuskan napas terakhir. Saat itu kilat dan guntur menggelegar…

3. Max Weber: Karya Tulisnya


Max Weber dikenal dengan metode “pengertian”nya (Method of Understanding) dan
teori Ideal Typus. Ideal Typus adala suatu konstruksi dalam fikiran seorang peneliti
yang dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisa gejala-gejala dalam
masyarakat.

Pemikiran Max Weber sangat berperan dalam dunia keilmuan, seperti: sosiologi,
politik dsb. Beberapa karya tulisannya, yaitu:

(1). The History of Trading Companies during the Middle Ages (1889)

(2). Economy and Society (1920)

(3). Gesammelte Aufsätze zur Religionssoziologie (Collected essay on Sociology


of Relegion) Vo. 1 -3 (1921)

(4). Collected essay on Sociology and Social Problems (1924)

(5). From Max Weber: Essay in Sociology

(6). The Theory of Social and Economic Organization

4. Birokrasi: Sebuah Paparan Pemikiran Weber

Dasar filsafat politik Weber dan kontruksi birokrasi idealnya dapat ditemukan dalam
karyanya Politic as a Vocation yang dibacakan dalam pidatonya di Universitas Munich
pada tahun 1918. Dimulai dengan konsep tentang “negara” (state), dimana Weber
lebih melihat negara dari sisi sarana (alat) yang dimilikinya. Weber menyatakan the
state is a human society that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use
of pliysical force within a given territory (Gerth and Mills, 1958:78). Negara adalah
sebuah masyarakat manusia yang dibenarkan memonopoli penggunaan kekuatan
memaksa secara fisik di dalam suatu wilayah tertentu.

Menurut Weber, negara tidak dapat didefinisikan dalam pengertian atau dari sisi
“tujuan”-nya, tetapi harus lebih dilihat dari sisi sarana yang dimilikinya. Sarana utama
dari negara adalah dibenarkannya dan dimonopolinya penggunaan kekuatan
memaksa secara fisik. Konsekwensinya, negara akan mencerminkan dibenarkannya
dominasi manusia terhadap manusia. Negara dapat saja mendelegasikan
penggunaan kekuatannya untuk memaksa. karena itu, negara akan tetap menjadi
sumber utama bagi dibenarkannya penggunaan kekerasan. Karyanya yang cukup
menghebohkan (impact full) dunia tersebut adalah kitabnya yang berjudul The Theory
Of Social And Economic Organization. Karya tersebut dipandang cukup
menghebohkan karena dari kitab ini muncul beragam reaksi dan gagasan yang
berkaitan dengan birokrasi, baik yang pro maupun yang kontra.

Usaha Weber untuk mempopulerkan birokrasi dilatar-belakangi oleh merajalelanya


era patrimoni, dimana tidak ada hubungan impersonal dalam organisasi. Semua
keputusan organisasi diputuskan oleh patron sebagai pemilik organisasi. Saat itu
belum ada sistem pengawasan yang dapat diandalkan. Sebagian konsep birokrasi
yang dikemukakan Weber dapat dijumpai dalam pemikiran Jerman, yaitu Cameralism
(paham Kameralis) (Jackson, 2005)

Weber menyajikan secara detail tentang organisasi birokrasi yang ideal dalam
karyanya berjudul “Birokrasi”. Diterbitkan pada tahun 1922. Weber percaya bahwa
salah satu karakteristik utama masyarakat industri adalah dorongan utnuk
merasionalisasikan proses sosial dan ekonomi. Rasionalisasi yang dimaksud adalah
… the calculated matching means and ends to achieve social and economic objectives
with the greates possible efficiency (pemaduan sarana dan tujuan untuk mencapai
tujuan sosial dan ekonomi seefisien mungkin (Islamy, 2003). Karena itu jenis birokrasi
seperti ini ia namakan sebagai birokrasi “tipe ideal” atau “model organisasi yang
rasional”.

5. Birokrasi Weber: Sebuah Analisis

Dalam keseluruhannya, karya Weber mendorong tumbuhnya paham pesimisme.


Sedikit sekali memberikan alternatif dari hak-hak bagi manusia untuk melakukan
pilihan. Berbagai tragedi kemanusiaan akibat dari ajaran ini, merupakan sesuatu yang
berharga dimana manusia dalam masyarakat yang modern harus memberikan
perhatian guna menghindari terjadinya berbagai kekacauan. Teknik-teknik demokrasi
seperti referendum, pemilu, dan lembaga perwakilan adalah teknik-teknik yang
dipergunakan untuk mengurangi jalur-jalur berlanjutnya dominasi birokrasi
(phenomena birokratik). Seperti diamati Daniel Bell: “Bagi Weber …. sebuah nilai etik
dan gaya hidup, mulai menguasai kehidupan seluruh masyarakat” (Bell, 1973). Di
dalamnya mencakup paham universal tentang kesesuaian (conformity), ketidak-
memihakkan (impersonality), dan perhitungan secara rasional (rational calculation),
dimaksudkan untuk mencapai tujuan akhir manusia yaitu efisiensi, ketepatan
(preciseness) dan kepatuhan (obidience).

2. Taylor sangat yakin hanya satu cara terbaik untuk melaksanakan tugas
administrasi publik

Ide-ide yang berkembang pada tahun 1900-an memperkuat paradigma dikotomi


politik dan administrasi, seperti karya Frank Goodnow ”Politic and
Administration”. Karya fenomenal lainnya adalah tulisan Frederick W.Taylor
”Principles of Scientific Management (1911). Taylor adalah pakar manajemen ilmiah
yang mengembangkan pendekatan baru dalam manajemen pabrik di sector swasta –
Time and Motion Study. Metode ini menyebutkan ada cara terbaik untuk
melaksanakan tugas tertentu. Manajemen ilmiah dimaksudkan untuk meningkatkan
output dengan menemukan metode produksi yang paling cepat, efisien, dan paling
tidak melelahkan.Jika ada cara terbaik untuk meningkatkan produktivitas di sector
industri, tentunya ada juga cara sama untuk organisasi public. Wilson berpendapat
pada hakekatnya bidang administrasi adalah bidang bisnis, sehingga metode yang
berhasil di dunia bisnis dapat juga diterapkan untuk manajemen sektor publik.
Termasuk dalam kelompok pelopor teori klasik adalah Frederik W. Taylor meskipun
latar belakang pendidikan dan pekerjaannya adalah di bidang teknik, ia dikenal
sebagai "bapak manajemen ilmiah". Pemikirannya yang cemerlang mampu
mengembangkan suatu cara terbaik untuk metode kerja yang baru, menciptakan
standar kerja, menemukan orang yang tepat untuk suatu jenis pekerjaan tertentu
melalui proses seleksi dan menyediakan peralatan dan perlengkapan kerja yang
terbaik bagi pekerja. Pelopor teori klasik lainnya adalah Henry Fayol dan Gulick dan
Urwick dengan konsep POSDCORB yang merupakan gambaran kegiatan utama dari
para eksekutif di dalam organisasi yang meliputi planning, organizing, staffing,
directing, coordinating, reporting, dan budgeting yang melahirkan beberapa
konsekuensi terhadap teori administrasi, seperti dikotomi antara politik dan
administrasi sebagai bagian yang sentral dari proses administrasi.

3. Wilson lebih cenderung melihat administrasi publik sebagai kegiatan yang


tidak bersifat politis

Paradigma administrasi public dimulai dengan Old Publik Administration atau


administrasi publik lama1. Paradigma Administrasi Negara Lama dikenal juga dengan
sebutan Administrasi Negara Tradisional atau Klasik. Paradigma ini merupakan
paradigma yang berkembang pada awal kelahiran ilmu administrasi negara. Tokoh
paradigma ini adalah antara lain adalah pelopor berdirinya ilmu administrasi
negara Woodrow Wilson dengan karyanya “The Study of Administration”(1887) serta
F.W. Taylor dengan bukunya “Principles of Scientific Management”.
Dalam bukunya ”The Study of Administration”, Wilson berpendapat bahwa problem
utama yang dihadapi pemerintah eksekutif adalah rendahnya kapasitas administrasi.
Untuk mengembangkan birokrasi pemerintah yang efektif dan efisien, diperlukan
pembaharuan administrasi pemerintahan dengan jalan meningkatkan profesionalisme
manajemen administrasi negara. Untuk itu, diperlukan ilmu yang diarahkan untuk
melakukan reformasi birokrasi dengan mencetak aparatur publik yang profesional dan
non-partisan. Karena itu, tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau
birokrasi yang netral dari politik. Administrasi negara harus didasarkan pada prinsip-
prinsip manajemen ilmiah dan terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Inilah yang
dikenal sebagai konsep dikotomi politik dan administrasi. Administrasi negara
merupakan pelaksanaan hukum publik secara detail dan terperinci, karena itu menjadi
bidangnya birokrat tehnis. Sedang politik menjadi bidangnya politisi.

Anda mungkin juga menyukai