Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

“PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB INSTITUSIONALISME”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pemikiran Ekonomi

Dosen Pengampu : Filma Alia Sari, S.Pd, M.Pd.E

Disusun Oleh :

Alfanisya Dasma Tri Ananda 2105111597

Ruri Yani Vitma 2105113513

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, karunia terutama
kesempatan yang diberikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan baik. Tanpa adanya kesempatan mustahil penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah
ini secara tuntas, meskipun masih banyak terdapat kekurangan. Tugas kelompok ini memuat
tentang “PEMIKIRAN EKONOMI MAZHAB INSTITUSIONALISME” dan sebagai tugas kelompok guna
memenuhi persyaratan perkuliahan.

Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah pengetahuan dan pemahaman
kita tentang MAZHAB INSTITUSIONALISME . Kami sadar dalam penulisan makalah ini banyak
terdapat beberapa kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 27 Oktober 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berita tentang kebangkrutan beberapa perusahaan raksasa di Amerika Serikat
akibat krisis keuangan di akhir tahun 2008 lalu, beberapa media menulis gaya hidup mewah
CEO sebuah perusahaan yang sedang mengalami kesulitan finansial dan menuju kebangkrutan.
Di tengah usaha pemerintah USA melakukan tindakan penyelamatan ekonomi negara adidaya,
ternyata manejer-manejer perusahaan justru sedang asyik dengan kebiasaan hidup
“menghambur-hamburkan uang” yang telah menjadi bagian dari gaya hidup para jet set.

         Berita tersebut diatas menguak ketika ekonomi kapitalis (klasik) telah dipertanyakan
ketangguhannya menghadapi guncangan krisis. Salah urus perusahaan dari para manejer
keuangan di perusahaan-perusahaan raksasa USA juga dituding sebagai biang dari
permasalahan tersebut. Namun dibalik berita-berita tersebut,  mengingatk  an kita pada aliran
pemikiran ekonomi institusional yang dirintis oleh Thorstein Bunde Veblen (1857-1929). Inti
pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi yang terlihat dalam
perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh motivasi ekonomi tetapi juga
karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap
gambaran teoretis tentang perilaku individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi
ortodoks. Dengan demikian, ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang
ditemukan dalam pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks. Veblen pada intinya mengkritik teori-
teori yang digunakan kaum klasik dan neo-klasik yang model-model teoritis dan matematisnya
dinilai bias dan cenderung terlalu menyederhanakan fenomena-fenomena ekonomi.

Pemikiran-pemikiran ekonomi klasik dan neo klasik juga dikritiknya karena dianggap
mengabaikan aspek-aspek non ekonomi seperti kelembagaan dan lingkungan. Padahal  Veblen
menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap tingkah laku ekonomi
masyarakat. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung dapat meinblokir dan
menimbulkan distorsi proses ekonomi.
B.  Rumusan   Masalah
1.       Bagaimana sejarah lahirnya Mazhab Institusional ?
2.      Sebutkan tokoh-tokoh Pemikiran Mazhab Institusioanl ?
3.      Bagaimana corak Pemikiran Mazhab Institusional ?
4. Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif

C. Tujuan  Penulisan
1.      Agar  mengetahui sejarah lahirnya Mazhab Institusional.
2.      Agar mengetahui tokoh-tokoh Aliran Mazhab Institusional
3.      Agar memahami corak pemikiran Mazhab Institusional.
4. Agar mengetahui apa Tindakan Kolektif dan Surplus yang tidak Produktif
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Lahirnya Mazhab Institusionalisme

Mazhab Institusional pada awalnya muncul sebagai sanggahan terhadap pandangan atau mazhab
ekonomi neo-klassik yang menyatakan bahwa perilaku ekonomi seseorang adalah semata-mata
didasarkan pada keinginan setiap individu untuk memaksimalkan keuntungan (maximizing profit
behaviour).Istilah “ekonomi institusional” (institutional economics) pertama kali diperkenalkanoleh
Walton Hamilton pada tahun 1919.

Namun tokoh-tokoh awal yang secara konvensional dianggap sebagai pendiri mazhab
institusional dalam ekonomi diantaranya adalah Thorstein Veblen, Wesley Mitchell, dan John R.
Commons (Rutherford, 2001). Pandangan tokoh-tokoh awal mazhab institusional tersebut
menekankan beberapa isu antara lain: perubahan teknologi (technological change), aspek
psikologi dan aspek hokum adalah aspek-aspek yang harus di ikut sertakan dalam analisis
ekonomi. Pada awalnya pandangan ini cukup berkembang karena dianggap lebih
merepresentasikan dunia nyata (karena memiliki bukti empiris).

Namun dalam perjalanannya, perkembangan mazhab ini mengalami kemandekan (stagnation)


bahkan cenderung ditinggalkan karena tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari para
pendukung mazhab ini yang pada akhirnya mampu membentuk dan memberikan landasan teori
yang kuat.Disamping itu, perkembangan mazhab neo-klassik yang secara luas mulai
mengembangkan alat ekonometrik dalam analisisnya serta perkembangan mazhab ekonomi
kesejahteraan (Welfare Economics) yang diusung oleh J.M. Keynes, membuat mazhab
institusional menjadi semakin tertinggal karena dengan alat-alat analisis tersebut mazhab neo-
klassik menjadi dianggap mampu untuk memberikan penjelasan secara empirik.

Meski demikian, semenjak tahun 1970-an, mazhab ekonomi institusional mengalami


kebangkitan lagi.Namun mazhab ekonomi institusional yang bangkit belakangan tersebut tidak
sepenuhnya sama dengan mazhab ekonomi institusional  yang dibawa oleh Veblen dkk. Hal ini
menyebabkan mazhab institusional  yang muncul belakangan tersebut sering dinamakan sebagai
mazhab institusional baru (New Institutional Economics) sementara pandangan Veblen dkk
selanjutnya sering disebut sebagai mazhab institusional lama (Old institutional economics).
Mazhab ekonomi institusional baru ini pada umumnya membahas perilaku ekonomi
dengan menggunakan alat analisis yang dikembangkan dengan dukungan dari empat teori yang
juga dapat digunakan sebagai alat analisis.Empat teori tersebut meliputi:
(1) teori biaya transaksi (transaction cost theory),
(2) teory hak kepemilikan (property rights theory),
(3) teori pilihan public (public choice theory), dan
(4) teori permainan (game theory).
Perbedaan mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru adalah bahwa
mazhab institusional baru menggunakan dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berperilaku
rasional (rational individual behavior) dan adanya fungsi preferensi individu yang jelas
(individual preferences function); dimana kedua asumsi tersebut juga merupakan asumsi dasar
yang sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Oleh karena itu, mazhab institusional baru sering
kali tidak diposisikan sebagai sanggahan terhadap mazhab ekonomi neo-klassik (sebagaimana
mazhab institusional lama) tetapi sebagai bentuk pengembangan (extension) dari mazhab neo-
klassik. Tokoh-tokoh yang mengembangkan mazhab institusional di antara nya adalah Wesley
Clair Mitchel , Gunnar Karl Myrdal , Joseph A. Schumpeter , Douglas North .

B. Tokoh – Tokoh Aliran Mazhab Institusional

Aliran institusional merupakan salah satu aliran yang muncul dan dikembangkan di daratan
Amerika Serikat pada tahun 20-an. Ada sedikit persamaan antara aliran institusional dengan
aliran sejarah, sebab keduanya sama-sama menolak metode klasik. Akan tetapi dasar falsafah
dan kesimpulan-kesimpulan politik kedua aliran tersebut berbeda. Aliran institusional menolak
ide eksperimentasi sebagaimana yang dianut oleh aliran sejarah. Begitu juga pusat perhatian
aliran institusional terhadap masalah-masalah ekonomi dalam masyarakat juga berbeda. Ada
beberapa ilmuan yang termasuk ke dalam tokoh aliran institusional, ialah; Thorstein Bunde
Veblen (1857-1929), Wesley Clair Mitchel (1874-1948), Gunnar Myrdal (1898), Joseph
Schumpeter (1883-1950, Dan Terakhir Douglas North (1993).

1. Thorstein Bunde Veblen (1857-1929)


Pada intinya ia mengkritik Pemikiran-pemikiran ekonomi klasik dan neo-klasik yang
model teoritis dan matematisnya dinilai bias dan cenderung terlalu menyederhanakan fenomena-
fenomena ekonomi, dan mengabaikan aspek-aspek non-ekonomi seperti lembaga dan
lingkungan. padahal, Veblen menilai pengaruh keadaan dan lingkungan sangat besar terhadap
tingkah laku ekonomi masyarakat. Struktur politik dan sosial yang tidak mendukung dapat

memblokir dan menimbulkan distorsi proses ekonomi. Pola pemikiran Veblen sangat
berbeda dengan pola pemikiran dari ekonom lain kecuali spencer
idolanya. Bagi Veblen masyarakat adalah suatu kompleksitas tempat
setiap orang hidup. Setiap orangpun dipengaruhi dan mempengaruhi
pandangan serta perilaku orang lain. Dari penelitian dan
pengamatannya, ia menyimpulkan bahwa perilaku masyarakat
berubah dari tahun ketahun. Penelitian tentang perubahan perilaku
dilakukannya dengam pendekatan metode induksi. Dengan metode
induksi ia dapat menjelaskan perilaku masa lalu dengan sekarang. Di
samping itu, ia bisa pula meramal atau memperkirakan perilaku masa
yang akan datang.

Menurutnya cara untuk menyesuaikan pola perilaku seseorang dalam


masyarakat dengan menyesuaikan kondisi-kondisi sosial di masa
sekarang ialah disebut institusi. Dalam hal ini hendaknya dijelaskan
bahwa yang dimaksud Veblen  dengan institusi bukan institusi atau
kelembagaan dalam artian fisik, melainkan dalam artian yang terkait
dengan nilai-nilai, norma-norma, kebiasaan dan budaya.
2. Wesley Clair Mitchel (1874-1948)

Ia adalah murid, teman pengagum Veblen. Selain ikut dalam


mendukung dan mengembangkan pemikiran-pemikiran gurunya,
lebih lanjut ia juga berjasa dalam mengembangkan metode-metode
kuantitatif dalam menjelaskan peristiwa ekonomi. Salah satu karyanya
yang sudah menjadi klasik adalah: Bussines Cycles and Their
Causes (1913). Dalam menggunakan berbagai data statistik ia
kemudian menjelaskan masalah fluktuasi ekonomi. Sesudah perang
dunia kedua, Mithcel mengorganisasi sebuah badan penelitian
“National Bureau Of Economic Research”. Dari penelitian ini
memungkinkan lebih dikembangkannya penelitian-penelitian tentang
pendapatan nasional, fluktuasi ekonomi atau bussines cycles,
perubahan produktifitas, analisis harga, dan sebagainya.

3. Gunnar Karl Myrdal (1898-1927)


Ia merupakan seorang tokoh ekonomi dari Swedia yang digolongkan
sebagai pendukung aliran institusional. Setelah menyelaesaikan
pendidikan dalam bidang hukum, Myrdal melanjutkan pendidikan
dalam bidang ekonomi, dan selesai tahun 1927. Ia banyak menulis
buku antara lain: An Amerikan Dilemma (1944); Value in Social
Theory (1958); Challenge to Affluence (1963); dan Asian Drama: An
Anquiry Into The Poverty of Nations (1968). Salah satu pesan Myrdal
pada ahli-ahli ekonomi ialah agar ikut membuat value judgement.
Jika itu tidak dilakukan maka struktur-struktur teoritis ilmu ekonomi
akan menjadi tidak realistis. Ia juga merupakan salah satu tokoh
ekonomi yang menerima hadiah nobel atas sumbangannya bagi
pengembangan negara-negara berkembang.

4. Joseph A. Schumpeter (1883-1950)

Ia dimasukkan ke dalam salah satu pendukung aliran institusional


karena pendapatnya yang mengatakan bahwa sumber utama
kemakmuran bukan terletak dalam domain ekonomi itu sendiri,
melainkan berada di luarnya, yaitu dalam lingkungan dan institusi
masyarakat. Lebih jelas lagi sumber kemakmuran terletak dalam jiwa
kewiraswastawan (Intrepreneurship) para pelaku ekonomi yang
mengarsiteki pembangunan. Schumpeter membedakan pengertian
invensi dan inovasi. Invensi adalah hal penemuan teknik-teknik
produksi baru. Sedangkan Inovasi mempunyai makna lebih luas, yang
tidak hanya menyangkut penemuan teknik-teknik berproduksi baru.
Akan tetapi juga penemuan produksi komoditi baru, jenis materil baru
untuk produksi, cara-cara usaha baru, cara-cara pemasaran baru, dan
sebagainya. Oleh Schumpeter inovasi dianggap sebagai suatu loncatan
dalam fungsi produksi.

5. Douglas North (1993)


Ia merupakan seorang ilmuan yang berasal dari University of
Washington, Missouri, Amerika Serikat. Penghargaan terhadap aliran
institusional mencapai puncaknya pada tahun 1993 pada saat North
menerima hadiah nobel dalam bidang ekonomi karena jasanya dalam
memperbaharui riset dalam penelitian sejarah ekonomi dan metode–
metode kuantitatif. Selama ini kebanyakan dari ilmuan ekonomi
menganggap hanya mekanisme pasar sebagai satu-satunya penggerak
roda ekonomi dan mengabaikan perak instistusi. Hal ini dinilai North
keliru, sebap peran institusi, baik institusi politik maupun ekonomi,
tidak pentingnya dalam pembangunan ekonomi. Lebih jauh ia
menyimpulkan bahwa negara- negara komunis hancur karena tidak
mempunyai institusi yang mendukung mekanisme pasar. Terhadap
perubahan-perubahan yang radikal yang terjadi di Eropa Timur dan
Eks Soviet, North mengatakan bahwa reformasi yang dilakukan tidak
akan memberikan hasil yang nyata dan memperbaiki kebijakan
ekonomi makro belaka. Agar reformasi berhasil diperlukan dukungan
seperangkat institusi yang mampu memberikan insentif yang tepat
kepada pelaku ekonomi. Misalnya adalah hak paten dan hak cipta,
hukum kontrak dan pemilikan tanah.

Dari uraian di atas jelas institusi yang dikemukakan oleh North


berbeda dengan institusi yang dikemukakan oleh Veblen sebagai
pendiri aliran institusi itu sendiri. Bagi Veblen, institusi diartikan
sebagai nilai-nilai, tradisi dan budaya. Namun bagi North institusi
adalah peraturan perundang-undangan berikut sifat-sifat pemaksaan
dari peraturan tersebut serta norma-norma perilaku yang membentuk
interaksi antara manusia secara berulang-ulang.
http://dirahrahmanblogaddres.blogspot.com/2017/05/makalah-
ekonomi-institusional.html

Anda mungkin juga menyukai