Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RANGKUMAN SOSIOLOGI EKONOMI

Nama : Fany Alvareza


NPM : 22101082105

MASYARAKAT DAN EKONOMI

A. Dimensi-Dimensi Sosiologi Organisasi Ekonomi

Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung hidup dalam kelompok atau komunitas. Dalam
kehidupan sehari-hari, kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan keberadaan dan kontribusi orang
lain yang terhubung dalam sebuah jalinan yang kompleks dan sistematis. Pada masyarakat rendah,
kebutuhan manusia masih relatif rendah atau terbatas dan kebutuhan itu sendiri dapat terpenuhi dengan
mandiri. Tingkat perkembangan manusia selanjutnya perbahan pada organisasi perekonomian.
Meskipun demikian, sistem sosial tetap berjalan karena masing masing individu terikat kuat dengan
norma norma kelompok nya yang biasa disebut oversocialized.
Perkembangan masyarakat yang ditandai pertumbuhan penduduk dan luasnya cakupan wilayah
teritorial yang dibawah kekuasaan kolektif menyebabkan perubahan pola pembagian kerja dan
organisasi ekonomi. Menurut Banyeh (1999 : 25), tujuan Nabi Muhammad SAW. Menaklukkan makkah
bukan dengan tujuan semata untuk menguasai kota, melainkan lebih sebagai pemberian sanksi dan visi
menislamkan kota makkah serta melindungi hak miliknya. Hak itu harus dipertahankan pemiliknya.
Dari aspek gender, organisadi ekonomi sangat dipengaruhi oleh kontroversi masyarakat tentang
gender. Pada tingat mikro, perbedaan pengalaman sosialisai anak perempuan dan anak laki laki
keluarga. Pada tingkat makro, teorikus feminis fokus pada perbedaan distribusi kekuasaan dan sumber
daya material di berbagai institusi dan struktural masyarakat, terurama dalam organisasi politik dan
ekonomi. Selain gender, terdapat faktor lain yang meyebabkan perbedaan pola organisasi ekonomi
antar-masyarakat yaitu dari segi ras, etnisitas, dan warna kulit. Secara teoritis, fenomena perbedaan
organisasi sosial ekonomi ini dijelaskan oleh teori historis komperatif yang berpendapatan bahwa dari
lintasan perkembangan sejarah, kombinasi sistem politik, organisasi ekonomi, dan nilai nilai budaya,
semua membentuk masyarakat.
Masyarakat berkembang dari tipe yang pra-modern, transisi dan modern. Masing masing
ditandai kepemimpinan yang berbeda mulai dari tradisional, karismatik, dan legal-biromatik. Lebih
lanjut menurut Weber, dalam masyarakat modern atau masyarakat industrial, penggunaan nalar(rasio)
menjadi landasan bagi setiap tindakan ekonomi dengan orentasi utamanya adalah efisiensi. Webet
sangat percaya bahwa alat alat legal, seperti agensi, instrumensi yang dinegosiasikan, dan individu
yang memiliki kewenangan legal merupakan prakondisi penting, tetapi tidak cukup untuk secara utuh
memenuhi memengaruhi rasionalisme kehidupan ekonomi. Penjelasan Weber tentang keterkaintan
antara perkembangan IPTEK dan tumbuhnya rasionalisme yang menyebabkan perubahan organisasi
ekonomi terdapat dalam karya awalnya tentang ekonomi agrarian.
Ilmu pengetahuan dan teknologi dengan demikian merupakan dua sisi mata uang yang sama
yang merupakan satu variabel independen bagi terjadinya perubahan sosial di segenap aspek kehidupan,
termasuk organisasi ekonomi. Setiap perusahaan diukur efisiensinya dari seberapa besar mampu
memaksimalkan keuntungan tanoa mengetahui fakta bahwa proses tersebut juga meningkatjan biaya
sosial dan ekologis. Salah satu bentuk sumbangan nyata ilmu pengetahuan ilmiah dalam proses
rasionalisasi produksi ada pada teori manajemen yang dikembangkan pada Tahun (1856-1915). Teori
manajemen modern yang dikembangkan Taylor menggunakan pendekatan rasionalisasi dalam bentuk
proses produksi. Taylor memfomulirkasikan seperangkat prinsip rasionalisasi, yaitu manajer dapat
mengurangi tenaga kerja ahli, memengaruhi otonomi dan mengontrol pekerja.
Perusahaan kapitalis didefinisikan dan teori sosiologi dari Weber sebagai tipe “Organisasi
Ekonomi” khusus yang berorientasi keuntungan. Kaum profesional memandang ketja sebagai calling
(pekerja) dan mematuhi aturan. Sementara itu, pekerja mempretasikan pekerja kategori spesial dalam
analisis Weber dan memiliki kesamaan dengan profil sosialnya. Kajian tentang organisasi ekonomi,
terutama pada masyarakat post-industrial terus berkembang hingga saat ini. Mereka adalah Alain
Touraine dan Daniel Bell yang memperluas argumen Mahqlup tentang informasi sosiologi-ekonomi
dalam memformulasikan ide tentang “Manusia Post-Industrial”.
Kebanyakan para ahli setuju dalam hal prinsip-prinsip tentang kecerendungan organisasi sosial
dan ekonomi. Akan tetapi, mereka berbeda pendapatn soal efek sosial dari kecerendungan tersebut.
Teoritikus liberal, seperti Ralph Dahrendorfh ,dalam buku nya yang berjudul The New Liberty,
menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial merupakan prasyarat mutlak bagi
perbaikan sosial. Teori ini melihat masyarakat informasi sebagai sesuatu yang berbeda secara radikal
lalu dan menjadi lebih optimistik dan melihat kemungkinan-kemungkinan dan memprediksi masa
depan.
Dinegara-negara maju globalisasi telah mengubah seluruh aspek organisasi ekonomi. Inovasi
sekarang lebih kuat ikatannya dengan proses kerja sama dengan perusahaan-perusahaan disektor yang
berbeda. Lagi-lagi hal itu bukan hanya menjadi merupakan jaringan antar-individu, tetapi
antar-organisasi atau antar sekelompok aktor juga menjadi penting. Salah satu bentuk perubahan
konkret organisasi ekonomi akibat globalisasi tersebar adalah pertumbuhan Multi National Corporation
(MNC). MNC saat ini merupakan perusahaan privat ataupun publik.
Pesatnya pertumbuhan MNC diberbagai belahan dunia ini merupakan salah satu frnomena
berkembangnya kapitalisme sebagai sistem dan organisasi ekonomi dunia yang utama. Dengan
demikian, berkaitan dengan kapitalisme dunia akhir akhir ini diperlukan artikulasi kondisi ekonomi dan
non-ekonomi sebagai pilar penting sistem kapitalisme. Organisasi ekonomi yang berkembang pada
masyarakat post-industrial saat ini pula disebut sebagai “fadeisme”. Istilah ini secara luas digunakan
untuk mendeskripsikan sistem produksi masa yang dipelopori oleh perusahaan motor Ford diawal abad
25 dan mode pertumbuhan tipikal di Amerika Utara dan Eropa Barat. Meski demikian, masyarakat
post-industrial bukan berarti tanpa konsekuensi negatif. Salah satu konsekuensi negatif tersebut adalah
jenis konflik yg berbeda.
Menurut Alain Touraine ([1984] 1988:111) sebagaimana dikutip Sther menjelaskan dengan baik
beberapa perubahan hubungan sosial jangka panjang dan konsekoensinya. Dalam “masyarakat tang
terprogam” ( atau post-industrial ) fokus sentral protesnya adalah “kebahagiaan”. Touraine
menggunakan tema masyarakat terprogram untuk menunjuk munculnya tipe masyarakat dalam
kerangka asal usul metode penduduk organisasi ekonomi. Dalam beberapa pandangan “status”
ekonomi pasar sosial Jerman akan memberi jalan bagi pengembangan status kebijakan di Eropa. Apa
yang dikembangkan di Jerman ini menjadi sangat menarik. Alih-alih mencapai tujuan tersebut, kondisi
yang terjadi malah sebaliknya. Kemiskinan, pengangguran, kesenjangan sosial, dan sederet masalah
sosioa lannya meningkat tajam. Sejumlah ekonomi memulai kampanyenya untuk mengakhiri ide pasar
bebas dan tampaknya jejak mereka semakin banyak mendapat sambutan luas.
B. Organisasi kerja dan Hubungan kerja

Manusia dalam memenuhi kehidupan sehari - hari berinteraksi dan melakukan transaksi
pertukaran dengan yg lain dalam jalinan interaksi yg komplek. Pada interaksi pertukaram ekonomi
feodal bersifat asimetris karena buruh tani tidak memiliki posisi tawar bersrti yang berhadapan tuan
tanah. Apa tampak dipermukaan menunjukan bahwa setiap pertukaran antara tenaga kerja dan modal
adalah sesuatu fair, tetapi dalam realitasnya, terapi dalam hubungan hubungan tersebut sosial tersebut
dapat berupa ekspoliasi, elianasi, dan dominasi.
Teori elementer merupakan salah satu teori sosial yang dapat menjelaskan berbagai fenomena
seputar aktivitas manusia dalm relasi manusia yang terlekat struktur sosial. Ketika seseorang
menghadapi parameter yang pasti, seperti memilih struktu arau relasi yang ada ditempat dia bertindak.
Weber menunjuk hubungan yang bercampur motif, pada tingkat organisasional, keputusan yang
diambil organisasi, baik dalam hubungannya dengan anggota internal maupun anggota lain diluar
organisasi, mempunyai karakteristik dengan karakter individual.
Secara empiris, pola hubungan kerja sangat bervariarif. Hubungan patronase masyarakat
terhadap nelayan lebih didasarkan pada pertimbangan untuk tetap mempertahankan kelangsungan
hidup nelayan dalam keadaan terbatasnya modal kerja. Hubungan kerja industrial dilain pihak juga
termasuk hubungan kerja simetris karena pada dasarnya posisi tawar buruh tidak sebanding dengan
kuatnya posisi pengusaha.
Menurut Patupi, keterpaksaan karena kemiskinan dan terbatasnya kesempatan kerja dan
peluang berusaha menyebabkan lemahnya daya tawar masyarakat miskin dan tingginya ketentuan
terhadap perlakuan yang merugikan. Pada tingkat makro, faktor yang ikut mendorong terjadinya
kondisi tersebut antara lain kebijakan pembangunan yang cenderung urban biased dan menekankan
pada pertumbuhan ekonomi. Akibat selanjutnya adalah munculnya berbagai permasalahan diantaranya
adalah rasionalisasi industri yang berdampak pada pemutusan hubungan kerja dan menyebabkan
persoalan perkotaan yang khas, seperti tingginya kriminalisasi, prostitusi, anak jalanan, dan sederet
problem sosial lainnya.
Salah satu permasalahan global yang berkaitan dengan kerja dan hubungan kerja ini adalh
semakin meningkatnya tenaga kerja yang berasal dari luar negeri (imigrasi). Sementara itu, Carnoy
seluruh negara point-industrial terdapat didalam nya penduduk imigran yang sudah lama menetap serta
memiliki budaya yang sangat berbeda dengan penduduk lokal. Secara historis, kelompok imigaran
secara simultan berusaha berasimilasi dengan masyarakat tuan rumah sambil mempertahankan elemen
budaya aslinya.

C. Ekonomi, Struktur sosial politik dan Perkembangan ekonomi

Perubahan ekonomi sebagaimana aspek-aspek lain di masyarakat merupakan sebuah proses


yang sangat komplek dan sulit dideskripsikan. Sejumlah teoritikum mulai dari yang klasik hingga
postmodern berusaha memahami fenomena tersebut. Sejumlah ahli lain mengidentifikasi variabel
teknologi fiksi utama yang mendorong perubahan ekonomi suatu masyarakat. Paling tidak, terdapat
dua arti penting. Pertama, dari sisi efisiensi penggunaan sumber daya dan kedua, dari sisi peningkatan
produksi. Dengan ditemukannya teknologi baru, produksi dapat dilakukan secara massal.
Dalam materi materialisme marx, dua pilar penopang struktur ekonomi masyarakat adalah
tenaga produk dan hubungan produksi. Dalam masyarakat kapitalis, aktor utama yang menjadi perubah
ekonomi masyarakat menurut marx adalah kaum pemilik modal. Aktor ekonomi yang jarang sadar
memaksimalkan sesuatu, tetapi terlibat dalam sebuah tindakan yang “otomatis” dalam berbagai kasus
dan “instingtual” atau non-rasional dilain pihak. Seputar perubahan ekonomi menjadi tema sentral
kajian sosiologi sejak kelahirannya pada awal abad 19.
Beberapa konsekuensi yang tidak bisa diabaikan antara lain konflik perkotaan, instabilitas
politik, dan permasalahn sosial lainnya. Dalam beberapa kasus, sosiologi juga ingin mengontrol
perubahan sosial (mengontrol arah perubahan sosial). Perubahan ekonomi dan dampaknya menjadi
perhatian teoritikus feminis. Sosiologi sebagai sebuah disiplin berkembang diabad-19. Pada awal
berkembangannya, para sosiolog klasik umumnya concern terhadap pengumuman perubahan politik
dan ekonomi berhubungan dengan berkembangnya kapitalisme individual.
Analisis statistik bivariat dan multivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang lemah
terhadap beberapa kasus tidak signifikasi antara tingkat pendapatan dan demokrasi. Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tang dilakukan diberbagai negara di Amerika Latin tidak
secara “otomatis” membawa perubahan dan kemajuan, baik dalam bidang demokrasi maupun hak asasi
manusia.

D. Uang dan Monetisasi

Uang merupakan produk budaya sebagai alat tukar untuk membantu manusia dalam melakukan
aktivitas multikulturalnya. Munculnya uang sebagai alat tukar secara historis menjadi ketika
berlangsung perubahan sistem perdagangan dari sistem barter ke sistem transaksi perdagangan modern.
Pada masyarakat modern, uang merupakan simbol status seseorang terpenting karena dapat digunakan
untuk mendapatkan simbol status lain selain uang. Dalam masyarakat sederhana, tempat kepekaan dan
ketakutan akan musush sangat tinggi, setiap orang mempertahankan kemiskinan dalam kerangka untuk
mengurangu musuh.
Seiring dengan perkembangan zama, uang mengalami evolusi. Perputaran roda ekonomi
dengan segala aspeknya telah direduksi menjadi perputaran uang. Uang yang semula sekedar alat,
berubah menjadi tujuan. Ketika terjadi akumulasi sebagaimana reproduksi dan keberlangsunggannya,
komplek kekuasaan ini harus menjadi fokus analisis, tidak hanya modal dalam bentuk kekayaan orang.
Dalam kehidupan lain, ekonomi kapitalis dan administrsi publik disituasikan. Dua subsistem fungsional
menggunakan uang dan kekuasaan organisasional sebagai media pertukaran.
Karakteristik rasionalisasi kehidupan modern memiliki beberapa domain sosial, dan uang
merupakan kekuatan yang mengarahkan. Uang merupakan elemen kehidupan manusia yang paling
abstrak dan impersonal. Sementara Durkheim merupakan ahli yang tidak banyak membahas uang.
Baginya, krisis ekonomi menyebabkan melemahnya regulasi sosial yang selanjutnya mengakibatkan
rusaknya batas keinginan manusia, termasuk untuk memperoleh uang.

E. Konsumerisme dan Budaya Konsumen

Globalisasi yang menandai berakhirnya abad ke 20 merupakan sebuah keniscayaan yang


membawa dampak serius di berbagai aspek kehidupan. Globalisasi telah melahirkan apa yang disebut
dengan budaya massa yang terwujud secara nyata berupa tumbuhnya budaya konsumerisme dikalangan
masyarakat. Budaya ini telah meruntuhkan akal sehat karna orang tidak lagi dapat membedakan antara
keinginan (wans) dan kebutuhan (need).
Teoritikus keritik melontarkan keritik terhadap apa yang mereka sebut sebagai "industri kultur",
yaitu struktur yang dirasionalisasikan dan dibirokratisasikan (misalnya, jaringan televisi) yang
mengendalikan kultur moderen. Sementara itu, dari sisi perusahaan kapitalis, iklan menjadi senjata
ampuh dianggap sebagai "dewa" yang menentukan hidup - matinya perusahaan.
Pada awal abad 20, gagasan sebuah kewajiban dari panggilan dalam hubungannya dengan "
nilai - nilai spiritual dan kultural tertinggi" meningkatnya hubungan dengan realitas kehidupan
ekonomi kapitalis moderen yang berkembang pesat. Beberapa perakti yang secara umum dihubungkan
dengan sesuatu yang bermoral dalam masyarakat adalah mendominasikan waktu dan uang untuk
kegiatan karitas, mendukung atau membantu teman ketika mereka membutuhkan, dan mungkin juga
membantu seorang nenek menyebrang jalan yang padat lalu lintas.
Pengetahuan ilmu sosial terhadap persoalan konsumen dan budaya konsumen telah berlangsung
lama. Remaja urban merupakan elemen masyarakat konsumen yang paling aktif dan dinamis.
Komunitas ini tidak pernah bosan untuk selalu memburu produk budaya, mengikuti perkembangan
mode, dan berbelanja melebihi apa yang sebenarnya dibutuhkan. Konsekuensi dari meningkatnya
konsumsi antara lain adalah meningkatnya biaya iklan dan pengurasan budaya lain

F. Modal Sosial

Istilah modal sosial menunjuk pada kapasilitas dari seseorang individu untuk mendapatkan
sesuatu yang bernilai (material) atau barang simbolis dari hubungan - hubungan sosial yang dimilikinya
atau keanggotaan kelompok.
Pierre Bourdieu (1986) mendefinisikan modal sosial sebagai sumber daya yang dimiliki oleh
seseorang ataupun sekelompok orang dengan memanfaatkan jaringan atau hubungan yang berlembaga,
yang unsur terpenting didalamnya adalah adanya pengakuan antar anggota yang ada didalamnya.
Bourdieu membedakan beberapa bentuk modal kultural yang merupakan bentuk simbolis kebudayaan
yang diinternalisasikan, diobjekrifikasi dari objek material dan media, kemudian
diimtinasionalisasikan.
Sementara itu, Coleman (1988) menderivikasikan konsep model sosial premis - premis teori
pilihan nasional. Teori pilihan nasional berasumsi bahwa individu secara alamiah adalah rasional
(melihat ke jauh ke depan dengan garapan dan preferensi yang ditawarkan). Dengan demikian,
norma-norma sosialisasi dan pengaruh institusi hanya merupakan sumber preferensi individual. Konsep
modal sosial saat ini menjadi terkenal berkat usaha Putnam mendiskusiakn persoalan itu dalam
karyanya yang berjudul Bowling Alone (2000). Putnam mengidentifikasi bahwa ekspansi teknologi
komunikasi merupakan penyebab beberapa kecenderungan makro, seperti tingkat pendidikan,
perubahan struktur keluarga, dan berbagai bentuk deferensiasi soaial lain.
Dalam sosiologi ekonomi, terdapat perbedaan pendekatan dalam melihat modal sosial, yaitu
antara strukturalis dan neoinstitusionalis. Pendekatan strukturalis melihat posisi seorang aktor dalam
struktur hubungan sosial adalah kursial dan menganalisis posisi sesorang dalam struktur sosial penting
untuk memahami tindakannya. Sementara itu, tingkat modal sosial dalam sebuah lingkungan
ketetanggaan sering berhubungan dengan faktor, seperti stabilitas, intregasi, kepercayaan, solidaritas,
dan toleransi, yang pada gilirannya digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena.
Meskipun demikian, menurut Pescosolindo (2005:216), berbagai pendapat tentang pendektan
modal sosial tidak membawa ide menarik terhadap perspektif jaringan. Pertama, lebih dari sekedar
tradisi yang lain. Kedua, modal sosial fokus perhatiannya pada kualitas positif. Ketiga, pendekatan
modal sosial memperluas perpektif jaringan yang menarik bagi ilmu-ilmu sosial.

Anda mungkin juga menyukai