No. 2448
MANSOUR FAKIH DAN TRANSFORMASI SOSIAL
(Studi pemikiran Mansour Fakih mengenai Transformasi Sosial di Indonesia)
Disusun oleh:
ANGGRAINI MIFTACHUR ROCHMAH
(03/166144/SP/20199)
PENDAHULUAN
dari berbagai kepentingan dan seringkali berbenturan. Pada dasarnya, interaksi yang
hubungan yang lebih makro, hubungan kekuasaan juga terjadi dalam hubungan
antara masyarakat dengan negara. Relasi kekuasaan yang terjadi antara masyarakat
dengan negara inilah yang sering menimbulkan banyak persoalan seperti persoalan
keadilan dan asas kemerataan yang tidak dirasakan oleh setiap warga negara karena
berbagai faktor, seperti bias suku, ras, gender, agama, kelompok ekonomi serta
pemberian hak dan pemenuhan kewajiban. Dalam hubungan masyarakat dan negara,
kedudukannya baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari kelompok. Ada
hubungan timbal balik yang bersifat mutualisme antara negara dengan masyarakat.
1
warga negara dan sebagai manusia. Dengan demikian, akan terjadi hubungan yang
Memang terdengar sebagai sebuah hal yang utopis ketika kita mulai
membicarakan masalah keadilan bagi setiap orang dan keinginan untuk menciptakan
keadilan itu sendiri sehingga keadilan tersebut dapat dinikmati oleh setiap orang.
Namun, bukan pula suatu hal yang mustahil karena bisa jadi hal tersebut sangat
sosial dan berbagai masalah keadilan. Pertama, golongan yang berpendapat bahwa
persoalan yang terjadi adalah kesalahan internal, yaitu kesalahan yang berasal dari
ada. Kedua, golongan yang berpendapat bahwa persoalan ketidakadilan yang terjadi
adalah sebagai akibat dari sistem dan struktur yang tidak adil. Mansour Fakih
menyebut keadaan ini sebagai proses dehumanisasi yang terjadi baik secara represif
maupun menggunakan sistem dan struktur yang ada. Dehumanisasi ini yang
budaya, dll. Apakah dia menyadari suatu realitas sosial sebagai suatu kewajaran yang
2
memang terjadi begitu adanya atau bahkan sebenarnya realitas sosial yang ada adalah
sebuah rekayasa sosial yang siapapun bisa saja menciptakan realitas sosialnya sendiri
yang sebenarnya terjadi. Sebagai contoh, bagaimana dia melihat pembangunan dan
modernisasi di Indonesia yang tidak hanya sekedar menjadi jargon yang digembor-
gemborkan pemerintah, tetapi juga sudah menjadi diskursus (discourse)1 dan bahkan
ideologi bagi setiap rakyat Indonesia. Diskursus yang dibangun selama ini adalah
pembangunan dan modernisasi diyakini sebagai solusi dari berbagai krisis yang
ekonomi, politik, hukum dan sosial. Disini lain, modernisasi cenderung membuat
masyarakat merasa nyaman berada dalam kemapanan yang diciptakan oleh sebuah
atau beberapa sistem dan struktur yang melingkupinya. Kemapanan yang membuat
1
Discourse kadang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai wacana. Namun, penggunaan
wacana dianggap lebih merujuk pada efek–efek positif yang ditimbulkan. Sedangkan discourse lebih
merujuk pada efek negatif. Jadi diskursus dianggap lebih tepat digunakan untuk menjelaskan bahwa
segala sesuatu tidak bebas kepentingan
3
kelompok yang ada dalam masyarakat, memilih untuk bersikap apatis terhadap
keadaan di sekitarnya.
tidak bisa dilepaskan begitu saja dari sistem kapitalisme yang melingkupinya.
menengah ke atas menjadi semakin jauh, siapa yang mempunyai modal dan
merupakan sistem akumulasi modal dan keuntungan yang hanya dapat dinikmati
Masyarakat menganggap ini sebagai satu solusi yang diambil negara untuk
perekonomian saja membuat masyarakat jauh dari kehidupan politik. Asal perut
kenyang, maka hal lain seperti masalah politik dan hukum tidak akan dipersoalkan
lagi. Bahkan politik seperti halnya seks, menjadi hal yang tabu untuk dibicarakan.
Hal ini menjadi salah satu strategi negara untuk menjauhkan masyarakat dari
sebagaimana idealnya. Bagi Mansour Fakih, hal tersebut merupakan salah satu
4
bentuk dari hegemoni negara untuk mengendalikan masyarakat sekaligus mengurung
kehidupan non ekonomisnya seperti aspek politik, sosial maupun aspek hukum.
Tidak hanya itu saja, praktek ketidakadilan juga dapat kita temui dari
kaum cacat selalu dilihat sebagai sekelompok orang–orang aneh yang tidak bisa
melakukan apapun.
adalah seorang aktivis yang menaruh perhatian besar terhadap terjadinya proses
cacat (yang kemudian disebut dengan istilah difable -different able people-- )2 dan
Transformasi Sosial banyak dipengaruhi oleh teori–teori sosial kritis, khususnya teori
2
Ada beberapa kalangan yang menerjemahkan difabel dengan different abilities. Tetapi istilah
pertama kali yang muncul dari kata difabel merupakan singkatan dari different able people yang
dalam perkembangannya orang menerjemahkan dengan berbeda-beda.Lih Saleh Abdullah, Januari
2007
5
sosial kritis yang berasal dari kalangan neo marxis, seperti pemikiran Antonio
Gramsci.
Transformasi Sosial ini adalah upaya perlawanan terhadap sistem yang dianggap
tidak pro rakyat kelas bawah yang dilakukan tidak hanya sebatas dengan melakukan
demo ataupun upaya–upaya represif yang mungkin bisa dilakukan tetapi juga bisa
dilakukan dengan upaya non represif lainnya. Bukan hanya melalui aksi demonstrasi,
umum dilakukan.
kebijakan yang jelas pro rakyat. Dalam pandangan Mansour, sistem yang ada
sekarang ini adalah penyebab keadaan sosial ekonomi yang terjadi di banyak negara
Lebih dari itu, Mansour Fakih berusaha untuk memaparkan ide Transformasi
Sosial secara lebih luas dan jelas sehingga mampu mengkerangkai terjadinya proses
kondisi yang ada sekarang. Kondisi yang timpang dan sarat dengan ketidakadilan.
Proses perubahan sosial yang efektif tidak hanya memposisikan masyarakat sebagai
obyek. Namun lebih dari itu, masyarakat adalah komponen penting untuk menjadi
3
Haryanto, MA, Analisis Tahap–Tahap Gerakan Mahasiswa Indonesia : Laporan Penelitian,
FISIPOL UGM, Yogyakarta, 1983
6
B. Rumusan Masalah
Sebuah penelitian yang dilakukan selalu berangkat dari sebuah atau beberapa
menguraikan latar belakang permasalahan yang ada, maka ada pertanyaan mendasar
dan paling besar yang ingin coba di jawab oleh penulis dalam tulisan ini yaitu :
sosial di Indonesia?
7
D. Panduan Teoritis
perubahan sosial dan transformasi sosial memiliki makna yang sama, yaitu
menciptakan tatanan kehidupan yang lebih baik. Perubahan sosial lebih familiar
dipakai untuk menunjuk pada perubahan sosial yang bersifat ekonomis, sedangkan
transformasi sosial merujuk pada perubahan jangka panjang yang memiliki cakupan
perubahan yang lebih luas. Cakupan perubahan itu meliputi segala aspek kehidupan
dan transformasi sosial secara terpisah. Namun, pada dasarnya kedua istilah tersebut
dua suku kata itu dapat diketemukan arti katanya. Social, memberi makna terhadap
segala sesuatu yang ada dan berkembang bersama, melibatkan pihak–pihak lain yang
change dapat dipahami sebagai perubahan suatu keadaan atau norma dan nilai yang
telah dipegang oleh masyarakat, namun tidak berarti mengabaikan apa yang telah ada
dimasa lalu.
konservatif yang pro status quo. Mereka beranggapan bahwa seluruh kehidupan
8
dijagat raya ini sudah diatur dan ditentukan oleh kehendak Tuhan dan alam. Mereka
meyakini bahwa perubahan sosial hanya akan membuat tatanan masyarakat yang
Dalam kajian ilmu sosiologi, perubahan sosial merupakan sebuah proses yang
ataupun menciptakan suatu keadaan yang berbeda dari keadaan sebelumnya, yaitu
suatu keadaan yang memiliki tatanan sosial yang lebih baik. Perubahan sosial
yang akan memberi efek bagi aspek kehidupan sosial lainnya, baik dalam tingkat
suatu sistem. Manusia ibarat sebuah sistem yang terdiri dari berbagai organ dimana
apabila ada masalah dengan salah satu organ akan mempengaruhi fungsi organ lain.
Begitu juga dalam perubahan sosial, dimana perubahan pada satu bagian akan
Namun, pada dasarnya perubahan itu ada, terjadi dan memberi pengaruh
terhadap hal–hal lain karena tidak ada aspek kehidupan dalam masyarakat yang bisa
berdiri sendiri. Satu sama lain saling berkaitan dan saling mempengaruhi.
4
Piotr sztomka, Sosiologi Perubahan Sosial, Prenada Media, Jakarta, 2001
5
Suwarsono dan Alvin Y.SO, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta, 2000
9
Masyarakat akan selalu mengalami perubahan yang menuju pada keseimbangan
baru.
dan perspektif yang digunakan dalam menganalisa realitas sosial yang ada. Jika
diklasifikasikan, secara garis besar, teori perubahan sosial terbagi menjadi dua, yaitu
teori perubahan sosial mainstream dan teori perubahan sosial sebagai kritik dari teori
berpengaruh pada perubahan dan perbaikan di bidang politik dan sosial. Teori
dunia ketiga. Teori modernisasi ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh negara–
negara barat khususnya Amerika Serikat. Awalnya teori modernisasi ini digunakan
hampir seluruh negara berkembang, teori ini dijadikan teori perubahan sosial
10
sosial. Bagi penganut teori perubahan sosial mainstream, teori perubahan sosial
intinya, teori modernisasi menekankan pada aspek internal bagi kegagalan proses
perubahan sosial yaitu pada aspek individu atau pelaku perubahan sosial itu sendiri.
perubahan sosial yang terjadi di suatu negara, yaitu penyebab terjadinya kemiskinan
di suatu negara.
sebaliknya.
dan norma masih erat dipegang. Hubungan emosional diantara individu dalam
6
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergoalakan Ideologi LSM Indonesia,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004, hal 39
7
Agus Salim, Perubahan Sosial:Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi kasus Indonesia, Tiara
Wacana, Yogyakarta, 2002 hal 10
11
hubungan sosial hubungan yang mempribadi dan emosional.8 Hal ini berbeda dengan
masyarakat modernis yang memiliki hubungan kerja yang tidak mempribadi dan
Syarat untuk menjadi manusia modern adalah setiap orang harus mempunyai
achievement (n-ach). Konsep need for achievement adalah semangat baru dalam
materialnya saja tetapi juga memenuhi kepuasan batin dengan melakukan pekerjaan
berprestasi. Dalam dunia usaha, konsep n-ach dibutuhkan untuk mendorong jiwa
berwirausaha.
ekonomi yang tinggi yang ditandai dengan kondisi masyarakat yang memiliki sifat
dari peran negara maju yang bertindak sebagai sponsor dan promotor.
Namun demikian, teori modernisasi tidak lepas dari berbagai kritikan. Teori
Modernisasi mendapat kritik yang sangat tajam tidak hanya dari golongan radikal
tetapi juga dari kelompok akademisi sosial lainnya. Pada perkembangan selanjutnya,
8
Ibid hal 12
9
Ibid hal 12
12
modernisasi di negara berkembang cenderung mengacu pada proses modernisasi
yang terjadi di negara barat. Hal ini membuat tertutupnya kemungkinan model dan
Dari sudut pandang Neo Marxis, teori modernisasi dipandang hanya sekedar
dari Neo Marxis terhadap teori modernisasi ini yang melahirkan teori dependensi.
menentang hegemoni ekonomi, politik, budaya dan intelektual dari negara maju.12
Raul Prebish, Paul Baran, Cordoso, Andre Gunder Frank adalah beberapa
tokoh penganut teori dependesia ini. Dari gagasan–gagasan mereka dapat ditarik
berkembang adalah bukan masalah internal masyarakatnya, namun lebih dari itu,
Ada dua pola umum terjadinya perubahan sosial berdasarkan agennya. Agen
10
Mansour Fakih, Masyrakat Sipil untuk Transformasi Sosial: Pergolakan Ideologi LSM Indonesia,
Op.cit 132
11
Agus Salim, Op.cit hal 53
12
Agus Salim, Op.cit hal 89
13
sosial dalam masyarakat. Perubahan sosial bisa terjadi karena digerakkan dan bahkan
ketiga, negara memainkan peran penting dalam proses perubahan sosial. Negara, di
sedemikian ideal. Dalam hal ini, negara memposisikan masyarakat sebagai obyek
yang hanya mengikuti pola perubahan yang di desain oleh negara. Atau dengan kata
lain, masyarakat adalah partisipan perubahan sosial. Kedua, disamping negara yang
memegang peranan penting, pasar (market) juga berperan penting dalam perubahan
proses perubahan sosial tidak hanya dikendalikan oleh negara tetapi juga oleh pasar.
masyarakat juga bisa berperan dalam proses perubahan sosial itu sendiri. Pada
umumnya, mereka diorganisir dalam sebuah organisasi yang mewakili mereka dalam
Organisasi Non Pemerintah (ORNOP) dalam era Orde baru lebih dikenal dengan
perubahan sosial. Istilah transformasi dapat di uraikan menjadi dua suku kata. Trans
yang dimaknai sebagai perpindahan dan formasi yang diartikan sebagai bentuk,
13
Agus Salim, Op.cit hal 13
14
susunan. Jadi, secara sederhana, Transformasi dapat diartikan sebagai perubahan
yang menjadi warisan nenek moyang, baik berbentuk materiil maupun immateriil
yang berwujud nilai, norma dan adat. Hal ini berkaitan dengan perilaku masa lampau
masyarakat yang berpengaruh pada masa sekarang dan masa depan. Sedangkan
sosial. Pilihannya adalah perubahan yang hanya sekedar bersifat reformatif atau
dari masyarakt maju. Perubahan sosial reformatif ini menjadi ciri khas teori
lebih menekankan pada perubahan yang dilakukan secara mendasar, yaitu perubahan
sistem dan struktur. Perubahan sosial transformatif atau yang biasa disebut dengan
transformasi sosial dinilai lebih efektif untuk memecahkan permasalahn yang ada
dalam masyarakat ketimbang perubahan sosial reformatif yang hanya terfokus pada
14
Suwarsono, Op.cit hal 89
15
Transformasi sosial dilakukan dengan mendasarkan pada perspektif
politik.
yang mereduksi perubahan sosial sebagai perubahan besar di bidang ekonomi saja,
transformasi sosial menunjuk pada perubahan yang sifatnya lebih menyeluruh dan
mempunyai cakupan yang lebih luas daripada perubahan sosial seperti yang umum
dipahami. Menyeluruh, dalam hal ini memberi arti bahwa perubahan sosial tidak
15
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Op.cit hal 131
16
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Op.cit hal 133
16
sekedar bertumpu pada aspek ekonomi saja sebagai titik awal untuk melakukan
Sebagai contoh, Antonio Gramsci dapat dikatakan sebagai salah satu pemikir
sosial. Gagasan besarnya yang disebut dengan hegemoni17 memberi kontribusi bagi
meyakini bahwa perjuangan kelas dalam aspek ekonomi adalah hal yang utama
karena buruh merupakan agen peubahan sosial yang paling penting. Sedangkan
Gramsci berpendapat bahwa buruh dan perjuangan kelas bukan satu–satunya faktor
kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat untuk dapat melakukan suatu perubahan
yang menunjuk pada satu golongan masyarakat saja tetapi juga mencakup perubahan
17
Secara umum dapat dipahami sebagai penguasaan terhadap suatu bangsa. Istilah ini pertama kali
digunakan oleh seorang Marxis dari Rusia bernama Plekhanov untuk menunjukkan pada kelas pekerja
mengenai pentingnya membentuk suatu aliansi dalam rangka melawan tsarisme.
18
Gramsci juga menggunakan istilah transformasi sosial untuk merujuk pada istilah perubahan sosial.
17
proses perubahan sosial sekaligus ada campur tangan dari pasar. Campur tangan
pasar terhadap perubahan sosial tidak lebih sekedar dari konspirasi negara dengan
pasar untuk tetap memegang kendali perubahan sosial, menentukan arah dan tujuan
yang cukup tinggi pada masa Orde baru menyimpan banyak penderitaan rakyat. Dari
segi ekonomi, negara sangat bergantung dari bantuan negara barat dan lembaga
rakyat semakin bertambah dan semakin bertambah. Tentu saja, hal seperti ini tidak
membuat keadaan menjadi baik malah sebaliknya, negara dan masyarakat menjadi
Di bidang politik, sosial dan budaya, belum dapat dilihat hasil yang
memuaskan dari perubahan sosial selama ini. Meninggalkan Orde baru dan masuk
era Reformasi, tidak membuat keadaan menjadi lebih baik walau memang kran
demokrasi dibuka lebih lebar. Masih banyak permasalahan yang terjadi di negara ini,
kerja. Era Reformasi nampaknya tidak cukup menyediakan ruang bagi proses
18
E. Metode Penelitian
memaparkan sebuah fenomena yang terjadi sebagai jawaban dari pertanyaan riset
yang diajukan.
Data yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan riset dari penelitian ini
terbagi menjadi dua jenis, yaitu data mengenai profil Mansour Fakih yang meliputi
besar yang mempengaruhi pemikiran Mansour Fakih serta data yang berbicara
mengenai Transformasi Sosial yang berasal dari buku dan artikel yang ditulis
dokumen hanya terbatas pada buku–buku, artikel, jurnal dan laporan penelitian
19
lainnya mengenai transformasi sosial, gender dan feminisme, bahasan mengenai
Dari metode dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini maka akan
dapat diperoleh data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang
diperoleh dari buku yang ditulis oleh Mansour Fakih, yaitu Bebas dari
Manifesto Intelektual Organik. Data sekunder lainnya diperoleh dari artikel, laporan,
jurnal yang ditulis langsung oleh Mansour Fakih maupun pernyataan–pernyataan dari
Mansour Fakih yang dipublikasikan oleh media massa. Adapun data sekunder adalah
data yang diperoleh dari buku, artikel, jurnal, surat kabar/koran/media massa yang
mendukung.
responden dalam proses tanya jawab.19 Mengingat wawancara tidak bisa dilakukan
yang memiliki kedekatan dengan obyek. Mereka adalah rekan kerja Mansour Fakih
berstruktur untuk menghindari suasana formal yang akan menghambat penulis dalam
menggali data lebih banyak. Wawancara dilakukan penulis dengan Saleh Abdullah
sebagai sekretaris sekretariat INSIST dan Toto Raharjo sebagai Ketua dewan
19
W Gulo, Metodologi Penelitian, Grasindo, Jakarta, 2002 hal 119
20
Pendidikan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki
Yogyakarta.
hal yang bisa diperoleh sebagai data, baik data primer maupun data
kesulitan pada saat interpretasi data itu sendiri sehingga tidak mudah
tersebut.
adalah kejelasan data bisa digali lebih dalam tidak terbatas pada panduan-
wawancara tidak fokus pada topik yang dibicarakan sehingga data yang
21
seharusnya bisa diperoleh malah jadi tidak bisa didapatkan dari sumber
informan.
Mansour fakih mengenai transformasi sosial. Teknik analisa data yang digunakan
adalah:
dari buku–buku, artikel, surat kabar dan jurnal maupun dari hasil wawancara dengan
rekan kerja. Data itu akan dibagi dalam bentuk data primer dan data sekunder.data
primer merupakan tulisan langsung dari Mansour Fakih dan data sekunder
Mansour Fakih dan Transformasi Sosial, gender, feminisme, pendidikan dan Hak
2. Reduksi data
Reduksi data yaitu memilah–milah data yang relevan dan yang kurang
relevan untuk mencapai tujuan penelitian. Pemilahan data dilakukan dengan mencari
sumber dan informasi yang diperoleh dari buku, jurnal, surat kabar, artikel dan hasil
akan dikumpulkan. Langkah selanjutnya adalah mencari mana sumber dan informasi
22
3. Metode interpretasi20
4. Metode deskriptif
Setelah proses pengumpulan data, intrepretasi data kemudian dari hasil data
yang diperoleh akan disajikan dan diuraikan secara sistematis dan runut.
F. Sistematika Penulisan
1. BAB I : Pendahuluan
kerja serta pemikiran–pemikiran tokoh besar yang diadopsi Mansour Fakih dan
mempengaruhinya.
20
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial , Gadjah Mada Press,
Yogyakarta, 1992 hal 72
23
tersebut. Di dalam Bab IV ini, perspektif difabel akan dibahas sebagai isu yang
Manusia
Sosial dalam konteks masyarakat Indonesia, yaitu yang erat kaitannya dengan
5. BAB V : Penutup
24
BAB II
A. Pengantar
Penjelasan BAB II ini akan bercerita mengenai profil Mansour Fakih dan
manusia tidak terlepas dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, yang
mempengaruhi pola pikir mereka sehingga mampu merumuskan satu atau beberapa
hal dalam hidupnya. Pemikiran seseorang muncul melalui proses belajar dan
memahami berbagai macam peristiwa serta kejadian yang secara langsung ataupun
tidak langsung terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitarnya. Pemikiran seseorang
mengenai suatus hal juga sangat dipengaruhi oleh pemikiran–pemikiran lain, situasi
politik
belakang profesi akan dibahas dalam BAB II ini. Hal tersebut merupakan faktor–
faktor internal yang membentuk citra dan pemikiran dari Mansour Fakih. Sedangkan
untuk faktor eksternal, penulis membahas mengenai buah pemikiran dari sejumlah
25
BAB II ini akan menjadi pengantar bagi pembaca sebelum memahami lebih
jauh berbagai hasil pemikiran dari Mansour Fakih yang nantinya akan dibahas dalam
BAB III. Dengan demikian, kajian dalam BAB II dan BAB III dapat dikatakan
sebagai suatu rangkaian deskripsi tentang bangun pemikiran Mansour Fakih dengan
Tidaklah asing menyebut nama Mansour Fakih sebagai salah satu tokoh
pergerakan sosial dan pegiat Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia. Sosoknya
hak Asasi Manusia terutama bagi lapisan masyarakat bawah dan masyarakat marjinal
yang mengalami diskriminasi oleh struktur dan kultur dalam masyarakat Indonesia.
Mansour Fakih dikenal sebagai orang yang gigih memperjuangkan kepentingan hak–
pada tanggal 10 Oktober 1953 dari sebuah latar belakang keluarga yang biasa.
Walaupun latar belakang kehidupan Mansour Fakih yang berasal dari keluarga yang
21
Budi Santoso, Pengantar dalam Refleksi Kawan Seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya
Mansour Fakih, OXFAM, Yogyakarta, 2004 hal 22.
26
biasa, tetapi ia beruntung mendapat kesempatan untuk mengenyam pendidikan yang
lebih tinggi di kota. Pendidikan yang pada waktu itu tidak bisa dinikmati setiap
orang. Melalui kesempatan mengenyam pendidikan itu pula, Mansour Fakih berhasil
keluarga, latar belakang komunitas, dan kelompok maupun institusi besar yang
mempunyai pengaruh luar biasa besar terhadap perjalanan kariernya. Mansour Fakih
adalah potret yang mewakili orang–orang yang tidak jelas asal–usulnyanya, tidak
jernih kastanya, dan kabur trah sosial politik dan sosial ekonominya.22 Mansour
Fakih merupakan seorang individu dengan kepekaan yang luar biasa dalam
memahami realitas sosial di sekitarnya. Kepekaan yang didukung oleh rasa empati
Dimata para sahabatnya, Mansour Fakih dikenal sebagai orang yang paling
tidak bisa mengucapkan kata “tidak”23 sehingga banyak hal yang sebetulnya
sederhana menjadi suatu hal yang demikian rumitnya bagi seorang Mansour hanya
karena ia tidak mau menyakiti orang lain. Itulah yang menjadi kekurangan Mansour
mudah diterima banyak pihak.24 Ia adalah sosok multidimensi dan gampang bergaul
22
Puthut EA, Orbituari Mansour Fakih: Buku yang Selalu Terbuka dalam Refleksi Kawan
Seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya Mansour Fakih, OXFAM, Yogyakarta 2004 hal 17.
23
Ibid hal 18.
24
Ibid hal 18.
25
Budi Santoso, Op.cit hal 23.
27
Bermula dari pengalaman Mansour kecil26 ketika ia tidak dipilih sebagai
badannya dianggap terlalu kecil dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi pasukan
inti, Mansour kecil bertanya mengapa alasan tidak terpilihnya dia adalah persoalan
pertanyaan, “Bukankah tinggi badan adalah persoalan fisik yang mutlak di atur oleh
Tuhan tanpa bisa kita mengaturnya?” Jika demikian halnya, bagaimana dengan
menjadi haknya untuk terlibat? Peristiwa tersebut menjadi bagian penting dalam
perjalanan hidup Mansour Fakih, dimana hal tersebut di kemudian hari memotivasi
Mansour Fakih untuk ikut berpatisipasi dalam berbagai aktivitas penegakan hak–hak
persamaan dalam hak–hak sipil, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Usaha yang
kerja dengan prinsip hak–hak asasi manusia (Human Rights Mainstream).27 Ia adalah
26
M.B Wijaksana, In Memoriam Mansour Fakih, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, 2004 hal 118.
27
Idham Ibty, Mitra senior, Mansour Fakih, Mewasiatkan Pembelajaran HAM dalam Refleksi
Kawan seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya Mansour Fakih, OXFAM, Yogyakarta, 2004 hal
124.
28
kerangka kerjanya. Bahkan secara radikal, ia mengusulkan adanya reorientasi LSM
Indonesia yang secara tidak sadar telah ikut andil memperburuk kehidupan rakyat
Asasi Manusia perlu dijaga, dihormati dan dilindungi serta disosialisasikan dalam
mengintegrasikan semua konvensi HAM PBB yang telah diratifikasi ke dalam semua
Perbandingan Agama Fakultas Ushuludin pada tahun 1978. Melihat dari riwayat
pendidikan tingginya, Mansour Fakih menjadikan filsafat dan teologi sebagai basic
28
Fajar Sudarwo, Pemikirannya (Mansour Fakih) Terus Menggelinding di Kepala Aktivis Pro
Keadilan dan Demokratisasi dalam Refleksi Kawan Seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya
Mansour Fakih, OXFAM, Yoygakarta, 2004 hal 121.
29
Mansour Fakih dalam kata Pengantar buku Keadilan Untuk Semua (Sirikit Syah,2004) yang
dituturkan kembali oleh Idham Ibty ibid hal 125.
30
Ibid hal 125.
29
keilmuannya. Mansour adalah seorang pengagum pemikiran–pemikiran islam
dalam mewarnai menguatnya wacana islam rasional pada masa itu. Kekagumannya
meraih gelar Master of Education dari Centre International Education pada tahun
sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan telah dibukukan dengan judul
Mansour Fakih mengenai posisi LSM di Indonesia. Salah satu wacana yang
31
M.B Wijaksana, Op.cit hal 119.
32
M.B Wijaksana, Log.cit hal 119.
33
M.B Wijaksana, Op.cit hal 119.
30
ditawarkan berdasarkan penelitian tersebut adalah LSM34 di Indonesia harus
Sejak tahun 1979, Mansour Fakih mulai bergabung dengan NGO (Non
hidupnya. Pada waktu itu, ia menjadi peneliti dan petugas lapangan LP3ES Jakarta
sampai pada tahun 1981. Inilah yang menjadi awal Mansour Fakih berkecimpung di
belakang akademisnya.
dengan orang–orang seperti Toto Rahardjo, Erwin Pandjaitan, Simon Hate, Ahmad
Mahmudi, dan Roem Topatimasang, yang telah cukup lama bergerak di lapis bawah,
34
Penggunaan istilah LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dianggap sebagai diskursus yang
merujuk pada organisasi kemasyarakatan yang merupkan alat dari developmentalisme. Tangan kanan
pemerintah dalam developmentalisme. Oleh karena itu, melalui pedebatan yang panjang diantara
aktivis–aktivis NGO (Non Governmental Organization), digunakanlah kata ORNOP (Organisasi Non
Pemerintah) yang merupakan terjemahan langsung dari NGO untuk menggantikan istilah LSM.
35
Istilah ORNOP lebih banyak digunakan karena memberi kesan sebagai oposan pemerintah.
36
Fajar Sudarwo, Op.cit hal 122.
37
Puthut EA, Op.cit hal 4.
31
melakukan kerja–kerja pengorganisasian rakyat melalui media kesenian. Toto dan
Emha Ainun Nadjib yang kemudian menjadi kawan diskusi Mansour mengenai
pemikiran dan metodologi kritis dari Paulo Freire. Bahkan ketika di Amerika, ia
mendapat kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi dengan Freire secara langsung.
Alun, Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, dan Ismid Hadad yang kemudian menjadi
guru sekaligus rekan Mansour Fakih dalam mendalami ilmu–ilmu sosial ekonomi
Studi Pembangunan (LSP) serta konsultan Pan Asia Research Jakarta. Setahun
Pengembangan Masyarakat (P3M) sampai pada tahun 1987. Dua tahun kembali dari
Indonesia di Yogyakarta selama tiga tahun, yaitu pada tahun 1993-1996. Pada tahun
yang sama, ia juga menjadi anggota dewan pengurus YLKI. Pada tahun 1997–2002,
pernah menjadi peneliti tamu pada Institute for Development Studies di Universitas
38
M.B Wijaksana, Log.cit hal 119.
32
Sussex, Inggris. Ia juga menjadi dosen pasca sarjana di Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tahun 2000 dan tugas itu berakhir bersamaan
Pada tahun 2002, dia menerima tawaran sebagai anggota Komisi Nasional
Hak Asasi Manusia sampai pada tahun 2004. Tawaran ini ia terima karena selain
Indonesia dan struktur itu adalah Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS
HAM).
Hoffmann dari PUSKAT (Pusat Kateketik) dan Romo Mangunwijaya dari Pastoran
Salam, Yogyakarta.
Roem Topatimasang adalah nama yang tidak bisa dipisahkan dari nama
Mansour Fakih di kalangan akitivis gerakan sosial di Indonesia. Bersama Utomo dan
Indonesia. Mansour, berbekal teori dan latar belakang akademisnya, dan Roem
sedang dirasakan.
33
Mansour Fakih juga dikenal sebagai seorang yang sangat anti neoliberalisme.
Sebagai contoh misalnya, hal seperti ini dapat dilihat ketika ia mulai menggunakan
Linux dikomputernya disaat masih banyak orang menggunakan Microsoft. Hal ini ia
lakukan sebagai bagian dari aksi menentang rezim hak kepemilikan intelektual yang
terhadap neoliberalisme.
Transformation)
pergerakan sosial dan Hak–hak Asasi manusia yang memiliki skope nasional
maupun internasional, terlebih dalam dunia NGO dan LSM. Kiprahnya dalam NGO
Malik, Sri Kusyuniati, Sita Aripurnami, Fauzi Abdullah dan Wilarsa Budiharga.
Pada tahun 1997, setelah INSIST dibentuk, beberapa kawan yang lain pun ikut
bergabung, seperti Toto Raharjo, Saleh Abdullah, Amir Sutoko, Simon Hate, Noer
Fauzi, dan Yando Zakaria. Beberapa intelektual, seperti P.M Laksono, Francis
Wahono, dan Ivan A. Hadar juga ikut aktif dalam kegiatan–kegiatan INSIST.
34
INSIST berkembang menjadi suatu organisasi terbuka bagi banyak aktivis gerakan
kelemahannya sebagai manusia yang tidak bisa berjuang sendiri. Oleh karena itu, ia
membutuhkan organisasi dengan kesamaan visi dan misi mengenai pergerakan sosial
dan transformasi sosial di Indonesia dan teman yang memiliki komitmen untuk
melakukan perubahan tatanan sosial yang mendasar dan baru. Kumpulan orang–
orang yang berada di INSIST ini yang oleh Mansour Fakih kemudian disebut sebagai
komunitas santun.
Topatimasang, Anu Lounela dan Eko Prasetyo memimpin Dewan Redaksi tetap
jurnal INSIST, WACANA. WACANA merupakan salah satu jurnal pemikiran yang
bagi setiap orang, tetapi belum sempat ia melihat proses rehumanisasi benar–benar
tercapai, Mansour Fakih meninggal dunia karena serangan stroke. Mansour tutup
39
Wawancara dengan Saleh Abdullah (direktur INSIST) Januari 2007.
40
Fajar Sudarwo, Log.cit hal 122.
35
usia pada tanggal 15 Februari 2004, pukul 23.00 WIB di rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta.
Fakih
Serikat, dalam rangka menempuh pendidikan formal master dan doktornya, Mansour
kritis yang digunakan sebagai acuan bagi Mansour Fakih untuk mengadakan
akan dibatasi pada konsep-konsep yang diserap oleh Mansour, baik itu berasal dari
seorang tokoh seperti Gramsci, Freire, Foulcault, maupun teori feminisme lainnnya.
Rangkaian pemaparan berikut ini tentunya memuat juga uraian tentang bagaimana
36
C.1 Hegemoni Gramscian
gagasan utama yang sangat mempengaruhi pemikiran Mansour Fakih, yaitu konsep
hubungan antar kelas yang ada dalam masyarakat dengan kekuatan-kekuatan sosial
yang ada di dalamnya dengan menekankan pada faktor politik dan ideologi yang
mengacu pada gagasan dasar Marx mengenai hubungan antar kelas, serta hubungan
antara kelas dan negara. Yang harus digaris bawahi dari gagasan Gramsci adalah
konsensus. Konsensus dilakukan melalui jalur politik dan ideologis dimana kelas
41
Antonio Gramsci lahir di Ales Sardinia pada tanggal 22 januari 1891 dan meninggal di Roma pada
27 April 1937. Gramsci adalah salah satu pemikir dalam tradisi pemikiran teori kritis dengan karyanya
yang terkenal Quqreni del Carcere atau Selection from the Prison Notebooks mengenai mengapa dan
bagaimana negara modern mendapatkan konsensus atas kekuasaannya terhadap mayoritas masyarakat
dan bagaimana konsensus itu dapat diubah menjadi konsensus baru yang mendukung nilai – nilai
sosialisme yang merupakan kumpulan dari catatan harian yang ditulis sewaktu dia di penjara pada
tahun 1929-1935. Pemerintahan Fasis Italia menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara. Minatnya
terhadap politik khusunya mengenai gerakan sosial dan gerakan kaum buruh di Turin pada waktu itu
muncul sejak dia duduk dibangku kuliah. Gramsci kemudian menekui bidang media massa,
kebudayaan dan kritik ideologi. Seiring dengan perjalanan hidupnya sebagai seorang aktivis, dia mulai
terlibat dalam aktivitas – aktivitas politik dengan aktif dalam kegiatan partai politik yang concern
terhadap gerakan – gerakan perjuangan kaum buruh.Gramsci memberikan konsepsi mengeni partai –
partai komunis yang demokratis di negara – negara barat dengan menjadi peletak dasar western
communism sebagai suatu alternatif komunisme untuk membedakan dengan perkembangan dan
praktek komunisme di Uni Soviet. Gramsci juga mewariskan perubahan yang besar dalam berbagai
perdebatan pemikiran dan teori mengenai perubahan sosial, terutama bagi perubahan sosial radikal
dan revolusioner.
42
Hegemoni merupakan teori yang didasarkan pada analisis Gramsci mengenai penyerahan ideologi
kelompok tertindas terhadap rezim Mussolini pada masa formasi social kapitalistik eksploitatif dan
penindasan ekonomi politik yang di ikuti oleh dukungan terhadap keradaan rezim Mussolini.
37
Konsep Hegemoni Gramsci didasarkan pada analisis Gramsci terhadap
masa formasi sosial kapitalistik yang eksploitatif dan penindasan ekonomi politik
oleh rezim Mussolini. Penyerahan ideologi ini kemudian diikuti dengan pemberian
melalui jalur konsensus yang berimplikasi pada munculnya suatu kelompok yang
Gramsci memberikan persyaratan bagi suatu kelas untuk bisa menjadi kelas
untuk bisa meraih kepemimpinan nasional.44 Kedua, bagi Gramsci, suatu kelas
belum bisa dikatakan kelas hegemonik hanya karena kelas tersebut mampu untuk
mempengaruhi kelas lain. Tetapi lebih dari itu, kelas hegemonik harus mampu
kelas, tetapi juga perjuangan non kelas seperti perjuangan hak–hak politik,
cara–cara yang demokratis. Inilah yang disebut Gramsci dengan nasional kerakyatan.
43
Kelas yang mendapatkan persetujuan dan pengakuan dari kekuatan dan kelas social lain dengan
cara menciptakan sistem aliansi.
44
Roger Simon, Gagasan–Gagasan Politik Gramsci, Pustaka Pelajar-INSIST, Yogyakarta, 2004 hal
56.
45
Ibid hal 58.
38
menjabarkan ideologi organik dan mengemban tugas melaksanakan reformasi moral
fungsi intelektualnya.
ditindas oleh negara dan sistem neoliberalisme. Penindasan yang tidak tampak
sebagai penindasan karena tidak ada tindakan kekerasan yang bisa dilihat secara
tertindas bisa menggunakan hegemoni untuk melawan dan merebut kekuasaan dari
kelas hegemonik. Hal ini dilakukan apabila keadaan yang ada tidak lagi memberikan
ruang gerak dan keadilan bagi kelas yang terhegemoni. Ini yang disebut Gramsci
mungkin bagi kelas terhegemoni untuk bisa berganti menjadi kelas hegemonik.
struktur yang ada di Indonesia merupakan struktur yang hegemonik. Dan struktur
46
Ibid hal 85.
39
yang bersifat hegemonik ini yang menurut Mansour sebagai pangkal dari apa yang
dinamakan dehumanisasi.
hegemoni dapat dilihat dari perubahan cara hidup, cara berpikir dan cara pandang
masyarakat yang meniru serta menerima cara maupun gaya hidup dari kaum kapitalis
dan eksploitatif itu dibangun dalam sebuah struktur dan dijaga oleh sistem. Dengan
kata lain, hegemoni sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat secara sosial dan
Kelas yang terhegemoni akan dengan sukarela, tanpa mereka sadari, menyerahkan
untuk membentuk sistem aliansi dengan maksud dan tujuan yang menurut kelas
terhegemoni sama.
yang tidak hanya berpangkal pada aspek ekonomi saja. Mansour berpendapat,
tatanan sosial baru, yaitu masyarakat yang berkeadilan. Pendapat ini merupakan
40
C.2 Discourse Analysis Michael Foulcault
terhadap teori perubahan sosial. Gagasan utama dari Foulcault adalah discourse
dominasi.50
karena konsepsi dan wacana tidak pernah netral, obyektif, dan bebas nilai.
Baginya, ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang tidak bebas nilai. Pengetahuan selalu
memiliki kepentingan sendiri dan berpihak. Masalahnya adalah pada apa dan siapa
kepentingan itu berpihak. Bagi Mansour sendiri, pengetahuan harus berpihak pada
49
Michael Faoulcault lahir di Poiter, Perancis pada tahun 1926 dan meninggal di Paris pada tahun
1984. Ia merupakan pencetus gagasan mengenai posmodernisme. Ia menyumbangkan gagasan kritik
bagaimana sebuah makna dikonstruksi. Baginya, “knowledge is not something that can exist apart
from power relations”.
50
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 170.
41
C.3 Gender dan Feminisme
terjadinya ketidakadilan. Analisis itu sekaligus digunakan juga sebagai alat untuk
gender adalah suatu analisis yang menjadi alat perjuangan bagi gerakan–gerakan
ketidakadilan sosial dari aspek hubungan antar jenis kelamin. Analisis gender, seperti
itu, sehingga masyarakat pada akhirnya seringkali tidak bisa membedakan secara
jelas konsep gender dan seks. Kurangnya pemahaman terhadap perbedaan konsep
gender dan seks memang menjadi salah satu pemicu terjadinya ketidakadilan gender.
Jika seks merupakan pembagian dua jenis kelamin secara biologis, maka gender
kepada orang lain guna melahirkan identifikasi bahwa itu laki–laki atau perempuan.
Gender bukan definisi permanen, artinya, sifat–sifat yang melekat dalam gender bisa
51
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002 hal 3.
42
dan penuh kasih sayang. Adapun laki–laki sendiri dikonstruksi sebagai seorang
celana, dan lain-lain. Ciri–ciri tersebut bisa saja “dipertukarkan”. Misalnya, siapa
bilang laki–laki tidak boleh menangis atau tidak semua perempuan lemah lembut,
Secara sederhana, empat perspektif tersebut dapat dibagi menjadi dua aliran besar
feminisme, yaitu aliran fungsionalis dan aliran konflik,53 meskipun kemudian lahir
pula aliran–aliran feminisme lainnya dari perspektif yang berbeda. Namun, keempat
52
Mansour Fakih, Posisi Perempuan dalam Islam: Tinjauan dari analisa gender, Risalah Gusti,
Surabaya. 1996 hal 38.
53
Mansour Fakih, Analisis Gender, Op.cit hal 79.
43
Pengaruh feminisme Marxis dan feminisme Radikal dalam pemikiran
Mansour Fakih terlihat dari bagaimana Mansour Fakih melihat praktek ketidakadilan
di masyarakat.
sumber yang menjadi landasan bagi tertindasnya kaum perempuan. Patriarki adalah
antara laki-laki dan perempuan yang dilanggengkan oleh patriarki merupakan sistem
yang memberi kekuasaan bagi laki-laki untuk menguasai perempuan secara ekonomi
aspek ekonomi.
dari analisis Marx mengenai hubungan antara suami dan istri yang dianalogikan
dengan hubungan antara kaum proletar dengan borjuis. Perempuan dalam sistem
54
Ibid hal 99.
55
Ibid hal 100.
44
industri. Penindasan perempuan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitasi yang
dalam kajian dehumanisasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih banyak
orang yang menganggap kaum perempuan tidak ada kaitannya dengan kemiskinan
struktural. Pemahaman seperti ini tidak hanya menjangkiti masyarakat awam saja.
pemahaman seperti itu ketika melihat kaum perempuan dan kemiskinan struktural.
adalah pendidikan kritis Paulo Freire.57 Tesis utama yang dikemukakan Freire adalah
Pertama, Freire dengan tegas menyatakan bahwa pendidikan adalah sebuah proses
politik. Kedua, berangkat dari anggapan dasar bahwa pendidikan adalah sebuah
56
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 88.
57
Paulo Freire di lahirkan di Brasil 19 September 1921 di kota Recife dan meninggal dunia pada
tanggal 2 Mei 1997. freire dikenal sebagi tokoh pendidikan radikal yang menjadi arsitek bagi model
pendidikan untuk memberdayakan kaum tertindas dari sistem pendidikan. Bukunya yang terkenala
adalah Pedagogy of the Oppressed disamping Pedagogia do Oprimido.
45
sistem kapitalis dominan.58 Ketiga, proses penyebaran itu dilakukan melalui sistem
monologis dengan guru sebagai pemberi pengetahuan dan murid sebagai penerima
pengetahuan. Inilah yang disebut Freire sebagai pendidikan gaya bank,59 sebuah pola
pendidikan tertindas. Pendidikan gaya bank merupakan pendidikan satu arah, anti
dalam suatu kondisi dimana dia harus menyesuaikan diri dengan situasi dominan
yang ada disekitarnya. Pola pendidikan seperti ini menempatkan kelompok tertindas
pada posisi yang tidak memberinya ruang dan kesempatan untuk bisa
Tesis yang kedua dari Freire, yaitu disamping keberadaannya yang dapat
instrumen dalam proses pembebasan. Senada dengan apa yang dikemukakan oleh
Freire, Mansour juga meyakini bahwa pendidikan merupakan alat untuk kembali
memanusiakan manusia dari proses dehumanisasi yang telah dialaminya. Hal ini
58
Lies Marcos dan Setyo Fajar Dewantoro, Op.cit hal 101.
59
Pendidikan gaya bank:
1. guru mengajar, murid diajar.
2. guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak tahu apa – apa.
3. guru berpikir, murid dipikirkan.
4. guru bercerita, murid mendengarkan.
5. guru menentukan peraturan, murid diatur.
6. guru memilih dan memaksakan pilihannya, murid menyetujui.
7. guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya.
8. guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid (tanpa diminta pendapatnya) menyesuaikan diri
dengan pelajaran itu.
9. guru mencampuradikkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya yang ia
lakukan untuk menghalangi kebebasan murid.
10. guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah obyek belaka.
46
didasarkan pada asumsi bahwa perjuangan manusia untuk menjadi manusia
seutuhnya adalah sebuah fitrah. Kaum tertindas harus melihat diri mereka sendiri
sebagai manusia yang berjuang atas dasar fitrah ontologis dan kesejarahan untuk
menjadi manusia seutuhnya.60 Lebih dari itu, proses pembebasan tidak hanya
masyarakat bekerja.61
peserta didik ditempatkan sebagai subyek dalam kegiatan belajar. Mendesain suasana
belajar dengan menciptakan komunikasi dua arah antara guru dan murid.
sebagai pencipta pengetahuan dan pemberi informasi. Guru hanyalah fasilitator bagi
murid untuk membuka kesadaran kritis masyarakat dalam memahami realitas dengan
memperbaiki metode dan teknik pendidikan yang ada. Menurutnya, pendidikan yang
60
Paulo Freire, Pendidikan Kaum Tertindas, LP3ES, Jakarta, 2000 hal 43.
61
Ira Shor dan Paulo Freire, Menjadi Guru Merdeka Petikan Pengalaman dalam Lies Marcos dan
Setyo Hajar Dewantoro, Op.cit hal 109.
62
Dialog Freire dengan Ira Shor dalam Lies Marcoes dan Setyo Hajar Dewantoro, Op.cit hal 106.
47
bahwa pendidikan kaum tertindas adalah pendidikan yang harus dilaksanakan
dengan, dan bukan untuk, kaum tertindas dalam perjuangan yang tiada henti untuk
dehumanisasi. Pendidikan kritis yang dirintis oleh Mansour Fakih bukanlah melalui
jalur pendidikan formal, akantetapi pendidikan kritis bagi masyarakat pada umumnya
dirintis melalui jalur yang disebut dengan “sekolah” rakyat, dimana rakyat
ditempatkan sebagai subyek, rakyat lebih mengetahui bagaimana cara dan jalan
Mansour sebagai seorang aktivis, membuat dia sangat bersemangat ketika harus
fasilitator mereka dalam mencari jalan keluar terbaik bagi permasalahan mereka
sendiri.
D. Penutup
tersebut memiliki peran yang sangat penting dalam mempengaruhi serta membentuk
pemikiran Mansour Fakih ketika memahami realitas sosial yang ada. Proses
63
Paulo Freire, Pendidikan yang Membebaskan. Pendidikan yang memanusiakan, dalam Menggugat
Pendidikan, Omi Intan Naomi (Ed), Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2003 hal 439.
48
mengumpulkan konsep-konsep tersebut. Tetapi lebih dari itu, dari elaborasi keempat
dalam konteks masyarakat Indonesia, kita dapat menarik benang merah apa yang
menjadi fokus perhatian dari keempat konsep yang diadopsi Mansour, yaitu
gender dan pendidikan kritis Freirean berujung pada satu titik, yaitu ketidakadilan.
secara struktural. Sistem dan struktur yang telah ada memberi peluang bagi tumbuh
pun mulai memikirkan bagaimana cara untuk memerangi ketidakadilan yang terjadi
di dalam masyarakat.
Konsep yang digunakan untuk membebaskan manusia dari proses dehumanisasi yang
secara sadar maupun tidak, telah terjadi dalam kurun waktu yang lama. Konsep yang
mencerminkan sebuah terobosan baru yang ditawarkan Mansour Fakih untuk melihat
sebut dengan Transformasi Sosial dan akan diulas di dalam BAB III sebagai bahasan
49
BAB III
A. Pengantar
Sosial Mansour Fakih secara keseluruhan dengan menekankan pada sisi metode dan
isu serta agen Transformasi Sosial sebagai kekhasan gagasan Transformasi Sosial
tersebut.
tolak pemikiran Mansour Fakih mengenai Transformasi Sosial. Pada BAB III ini
Sosial, yaitu sebuah gambaran dari upaya Mansour Fakih mengelaborasi pemikiran-
Transformasi Sosial. Buah pemikiran yang menjadi sebuah konsep alternatif dalam
umumnya.
Di dalam BAB III ini, akan dibahas dua hal penting yang paling menonjol
Transformasi Sosial lainnya, yaitu isu penting yang menjadi salah satu gagasan
sebagai bentuk cacat yang dikonstruksi dan mengenai agen Transformasi Sosial.
50
Pembahasan mengenai isu perspektif difabel sebagai bahasan utama dalam
BAB ini dikarenakan isu difabel merupakan isu baru di Indonesia yang digunakan
yang berbicara mengenai difabel. Dengan demikian, isu difabel dalam BAB ini akan
diulas untuk lebih memahami Transformasi Sosial dalam pemikiran Mansour Fakih.
terbentuk dalam sistem relasi yang tidak adil di bidang politik, ekonomi, baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional. Sistem relasi itu memang didesain agar
struktur sosial timpang dan tidak merata.64 Dehumanisasi tidak hanya membawa
korban bagi mereka yang berada dalam kondisi tertindas, tetapi sekaligus juga bagi
64
Mansour Fakih, Bebas dari Neoliberalisme,INSIST, Yogyakarta, 2003, hal 20.
51
yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, dijual melalui
program privatisasi..”65
terenggutnya Hak Asasi Manusia baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari
suatu kelompok, yang sarat dengan nuansa dan unsur eksploitatif di segala aspek
rakyat dengan sistem dan struktur yang diciptakan negara, ke dalam kehidupan
bermasyarakat yang sederhana, dimana hadir di dalamnya relasi antar individu dan
yang selama ini sarat dengan nilai–nilai budaya ketimuran, dimana gambaran seperti
politik dan sipil masyarakat saja, tetapi juga telah menyentuh aspek sosial dan
budaya masyarakat.
65
Ibid hal 1
66
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal vi.
52
Menurut Mansour, kondisi ekonomi merupakan akar penyebab terjadinya
kapitalisme dengan wajah baru, sebagai biang dari berbagai praktek ketidakadilan
gambaran dari upaya negara–negara kaya dalam memberikan jalan keluar bagi
yang didukung oleh sistem pemerintahan yang kurang baik. Mansour Fakih
67
Mansour Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, Op.cit hal 54.
53
prinsip–prinsip persaingan bebas.68 Hal tersebut selanjutnya berimplikasi kepada
dikarenakan peran dan fungsi negara digantikan oleh pasar dan swasta.
Dengan demikian, sistem ekonomi yang tengah berlangsung saat ini adalah
sebuah sistem yang didesain untuk mengambil alih fungsi dan peran negara sebagai
sebuah institusi yang bekerja untuk rakyat. Dalam bahasa Mansour Fakih, saat ini
68
Mansour Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, Op.cit hal 8.
54
tengah berlangsung suatu proses transformasi global dari peran dan fungsi negara
kepada swasta dan pasar yang mengakibatkan kesengsaraan rakyat, dimana negara
Negara dianggap tidak mampu untuk memenuhi kontrak sosialnya. Negara dinilai
dimana–mana.
diskursus dominan yang ada di dalam masyarakat. Dominasi diskursus tidak terlepas
dari hegemoni suatu kelompok terhadap kelompok lain. Hegemoni diyakini menjadi
praktek ketidakadilan. Diskursus berperan membentuk cara pandang dan pola pikir
69
Jerry Mander, dkk, Globalisasi Membantu Kaum Miskin? Dalam Seri Kajian Global Globalisasi
Kemiskinan dan Ketimpangan, Cindelaras, Yogyakarta, 2004 hal 5.
70
Mansour Fakih, Bebas dari Neoliberalisme, Op.cit hal 21.
71
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal xiii.
55
ideologi tertentu yang diselundupkan ke dalam istilah–istilah yang sangat sering
Meskipun meyakini bahwa sistem dan struktur adalah sumber ketidakadilan dengan
pemerintah sebagai alatnya, akan tetapi menurut Mansour Fakih, kita tidak perlu
mengkerdilkan negara, yang tidak bisa menjalankan peran dan fungsinya dengan
kembali pada hakekat dan eksistensinya, yakni untuk melindungi warganya dari
dominasi, maupun pelanggaran hak–hak politik, budaya, sosial dan ekonomi rakyat72
untuk mewujudkan masyarakat tanpa eksploitasi atau suatu sistem sosial tanpa
“pencurian’ struktural.73 Lebih dari itu, masyarakat juga harus bisa “mengambil” alih
fungsi–fungsi negara dengan bentuk yang berbeda. Hal tersebut bisa dimulai dengan
memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara dan manusia,
72
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal ix.
73
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal xiii.
56
C. Transformasi Sosial : Konsep Menuju Tatanan Kehidupan yang Lebih
Baik
Dari uraian diatas, dapat ditarik benang merah bahwa yang menjadi
Untuk itu, Mansour Fakih berpendapat diperlukannya suatu usaha yang bertujuan
memperbaiki dan mencapai tatanan sosial yang lebih baik melalui suatu proses
parameter dari rehumanisasi yang menjadi tujuan utama dari Transformasi Sosial
Transformasi Sosial adalah sebuah pemikiran yang sama sekali bukan hal
baru. Seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, Transformasi Sosial
merujuk pada makna yang sama dengan perubahan sosial, yaitu melakukan
perubahan terhadap keadaan yang sekarang karena dianggap tidak lagi sesuai dengan
74
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Op.cit hal 38
75
Mansour Fakih, Masyrakakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Op.cit hal 32.
57
Maksud dari hubungan mendasar yang baru dan lebih baik diatas adalah
struktur, yakni perubahan dari struktur ekonomi yang eksploitatif menuju struktur
struktur politik yang non represif, dan perlunya perubahan dari struktur gender yang
Mansour Fakih mengatakan bahwa alat untuk mewujudkan struktur baru yang lebih
ekonomi yang memiliki watak otoriter dan eksploitatif. Sementara itu, dibidang
politik ia memiliki watak represif dan secara kultural memiliki watak dominatif.77
Oleh karena itu, demokratisasi diperlukan untuk memberikan peluang dan wewenang
melalui dialog, diskusi, dan aksi yang bertumpu di atas persamaan serta keadilan.78
alternatif bagi perubahan sosial yang merupakan tujuan utama dari setiap gerakan
sosial.79 Dikatakan sebagai model alternatif bagi perubahan sosial karena perubahan
sosial yang ada selama ini adalah perubahan sosial yang hanya bersifat reformatif
manusia serta menempatkan rakyat sebagai obyek, bukan sebagai subyek perubahan
76
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 hal
66-67.
77
Ibid hal 66.
78
Ibid hal 66.
79
Mansour Fakih, Masyarakat Sipil untuk Transformasi Sosial, Log.cit hal 38
58
sosial. Rakyat tidak lebih dari pelaksana kebijakan yang telah didesain oleh negara
dan pasar.
perubahan sosial, dapat digunakan untuk menciptakan relasi sosial politik yang lebih
adil dan berwatak emansipatoris dengan menekankan pada aspek kelas, gender
maupun relasi kekuasaan yang lebih luas dan berimplikasi terhadap praktek dan
proyek pembangunan sosial80 serta memiliki ruang lingkup yang lebih luas baik dari
segi metode, dimensi maupun motivasi.81 Mansour Fakih menekankan pada aspek
gender dalam melakukan suatu perubahan karena bagi Mansour Fakih analisis
dehumanisasi.
berpikir masyarakat. Bagi Mansour, peralihan menuju sebuah cara pandang alternatif
bagi pola pikir masyarakat merupakan modal untuk melawan hegemoni dan
diskursus dominan demi sebuah perubahan yang berkeadilan. Misi utamanya adalah
merubah cara pandang dan pola pikir masyarakat yang ada sebelumnya dengan cara
80
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 43.
81
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 44.
82
Muhammad Miftakhudin, Mansour Terperosok dalam Institusi Komnas HAM dalam Refleksi
kawan Seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya Mansour Fakih, OXFAM, 2004 hal 41.
59
C.1 Kesadaran Kritis : Modal Awal
pangkal tolak untuk membangun kesejahteraan dan keadilan sosial. Hal tersebut
dapat dipahami karena manusia pada hakekatnya merupakan makhluk yang dibekali
cipta, rasa dan karsa, sehingga membedakan dia dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
atau tidak melakukan sesuatu sebagai respon terhadap lingkungan sekitarnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Setiap manusia memiliki tingkat kesadaran
yang berbeda–beda di dalam memberikan reaksi atas aksi yang terjadi. Tingkat
a. Kesadaran naif
Kesadaran naif adalah kesadaran tingkat awal yang dimiliki oleh manusia.
seorang individu yang utuh untuk memahami realitas disekitar. Kesadaran akan
b. Kesadaran massif
manusia sudah merasa memahami realitas yang ada dengan pemahaman yang
lebih luas, akan tetapi hanya sebatas pemikiran, ide, gagasan dan wacana.
Analisa didasarkan pada kenyataan yang ada tetapi belum mampu untuk
83
Sigit Pamungkas, Sosialisme Islam HOS Tjokroaminoto, Skripsi, FISIPOL UGM, Yoygakarta,
2001.
60
menjabarkannya pada tindakan praksis, belum mempengaruhi perilakunya
c. Kesadaran kritis
Pada tingkat kesadaran kritis ini, manusia tidak hanya menyadari dan
memahami realitas yang ada disekelilingnya, akantetapi tahu juga apa yang
Tingkat kesadaran kritis ini jarang sekali dapat kita temukan. Kesadaran kritis
kadang terbelenggu oleh berbagai macam ideologi yang diyakini dan kondisi sosial
Oleh sebab itu, Mansour Fakih menempatkan kesadaran kritis sebagai modal
awal sekaligus syarat mutlak bagi Transformasi Sosial. Landasan utama yang paling
penting bagi praktek Transformasi Sosial adalah adanya kesadaran kritis dari
berbagai persoalan yang ada. Dengan demikian, mereka mampu menciptakan realitas
Ditengah jaman yang serba sulit ini, perhatian masyarakat terbatas pada
61
persoalan kemanusiaan. Mansour Fakih melihat hal ini sebagai upaya kelompok
Oleh karena itu, diperlukan sejumlah aktor yang mampu menjadi agen atau motor
yang memfasilitasi kebebasan berpikir dan berekspresi, yang akan digunakan untuk
melanjutkan proses dialektis dalam menemukan dan menciptakan format sosial yang
sulit atau bahkan mustahil untuk bisa dilakukan sendiri. Suatu perjuangan
84
Mansour Fakih, Pengantar Jalan Lain, Op.cit hal ii.
62
organisasi–organisasi non pemerintah (ORNOP) yang lebih dikenal dengan sebutan
yang dibangun dari suara akar rumput untuk melakukan perubahan. Organisasi non
kepentingan–kepentingan masyarakat.
merupakan salah satu upaya untuk memfasilitasi gerakan- gerakan masyarakat. Dari
intelektual organik yang mampu menjalankan fungsi sosial dan intelektualnya untuk
yang bersifat represif. Metode yang bersifat represif itu dimanifestasikan melalui
63
Namun, hal-hal tersebut berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh Mansour
dapat dilakukan dengan cara non represif. Transformasi Sosial dapat dilakukan
dengan menekankan pada upaya untuk mengubah cara pandang masyarakat yang
selama ini telah tertanam, menjadi pola pikir dan pola perilaku masyarakat.
Hakikat Transformasi Sosial adalah mengubah pola pikir dan cara pandang
masyarakat dalam menghadapi permasalahan maupun realitas sosial yang ada dengan
wacana baru sebagai cara pandang alternatif. Cara inilah dianggap “aman” melawan
yang sering menimbulkan reaksi keras dari penguasa dalam berbagai bentuk, seperti
menekankan pada dua hal yang menjadi metode untuk melawan hegemoni negara
memunculkan wacana baru dalam rangka mengubah pola pikir masyarakat. Inilah
memunculkan kesadaran kritis. Terkait dengan hal tersebut, berikut ini merupakan
uraian dari serangkaian cara-cara yang dipaparkan oleh Mansour Fakih untuk
64
E.1 Mengubah Pola Pikir dan Cara Pandang Masyrakat dengan
Countra Discourse
Penggunaan kata discourse dalam bahasa Indonesia sering rancu dengan penggunaan
tersebut tidak terlepas dari pengaruh dan hegemoni negara. Discourse digunakan
untuk menyembunyikan ideologi tertentu yang ada di dalam suatu makna sehingga
Sementara itu, kata wacana sendiri dinilai memiliki makna yang lebih positif
daripada discourse. Kata wacana bermakna pada suatu pandangan alternatif baru.
Oleh karena adanya perbedaan pemaknaan diantara kata discourse dan wacana
tersebut, maka dipakailah kata serapan dalam bahasa Indonesianya, yaitu diskursus,
Terkait dengan diskursus, Mansour Fakih dikenal sebagai sosok yang begitu
65
penyebab kegagalan pembangunan sekaligus sebagai alat analisis untuk menemukan
solusi alternatifnya.
dan kaum difabel yang bagi Mansour sarat dengan praktek ketidakadilan.
sebagai sebuah diskursus oleh pemerintahan Orde Baru pada masa itu. Diskursus
yang digunakan untuk memberikan gambaran terhadap sistem perubahan sosial yang
ideologi dan teori tentang perubahan sosial. Pembangunan sebagai salah satu teori
perubahan sosial adalah fenomena yang luar biasa karena gagasan dan teori tersebut
85
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori pembangunan dan Globalisasi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2001
hal 11.
66
mulai dibangun, disosialisasikan sebagai motor penggerak pertumbuhan dan menjadi
alat negara kaya dalam menjalankan misinya. Hal ini diperkuat dengan pengetahuan
ekonomi baru yang diperkaya dengan desain sistem manajemen yang canggih.86
Tetapi dibalik itu semua, terciptalah suatu bentuk kekuasaan dan kontrol baru atas
developmentalisme juga bukan merupakan jalan keluar ideal. Bagi Mansour Fakih,
Indonesia, seperti halnya dengan kebanyakan nasib rakyat di negara dunia ketiga.
nasional ke dalam sistem dunia pada dasarnya diperankan oleh aktor–aktor utama,
besar yang didukung negara yang diuntungkan oleh TNCs. Aktor kedua, dewan
86
Ibid hal 190.
87
Ibid hal 190
88
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Op.cit hal 211.
89
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Op.cit hal 215.
67
perserikatan perdagangan global yang disebut dengan WTO (World Trade
Monetary Fund) dan World Bank. Ketiga aktor ini merupakan aktor utama dalam
berwatak otoriter. Bagi Mansour, hal ini merupakan tantangan bagi kalangan
pemahaman bahwa globalisasi tidak pernah dan tidak akan pernah memberikan
harga untuk menggantikan istilah kenaikan harga.90 Hal ini mungkin terkesan sangat
90
Muhammad Miftahudin, Op.cit hal 40.
68
adalah kenaikan harga yang membawa konsekuensi pada meningkatnya pengeluaran
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya disatu sisi dan memberi keuntungan lebih
sosial. Ini sungguh merupakan hal yang menarik ketika seorang laki–laki, apalagi di
kaum perempuan dan laki–laki. Ini merupakan bagian dari upaya countra discourse
tampaknya belumlah terlalu populer dan menarik untuk dikaji lebih dalam. Telah
berkeadilan perlu diciptakan suatu relasi sosial politik yang lebih adil dan berwatak
emansipatoris melalui penekanan pada aspek kelas dan gender. Lebih dari itu, bagi
pula sistem dan struktur yang telah mapan.91 Hal ini tentu saja sangat sulit untuk
dilakukan tanpa adanya kesadaran dari setiap orang untuk menyikapi permasalahan
91
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Op.cit hal 5.
69
Ketidakadilan gender berawal dari adanya perbedaan peran antara laki–laki
ajaran agama dan negara. Perbedaan gender melahirkan anggapan bahwa laki–laki
memiliki tanggung jawab dan hak yang lebih besar daripada perempuan, seperti
rumah tangga) tanpa medapatkan penghargaan. Inilah yang disebut Mansour dengan
diskursus.
kerja, dalam sistem adat istiadat masyarakat dibanyak kelompok etnik, dalam tafsir
untuk diubah karena telah mengakar dan menjadi keyakinan, baik bagi kaum laki–
berikut ini:
92
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial Op.cit hal 13.
93
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial Op.cit hal 23.
70
Sistem kapitalis menempatkan perempuan sebagai tenaga kerja murah dan
Gender merupakan suatu akar sosial atau nilai budaya dan sosial yang sangat
pemiskinan hanya karena ada salah satu jenis kelamin manusia yang
Hal ini terjadi karena stereotype yang terlanjur melekat dalam diri
71
c. Penafsiran agama yang salah telah men-subordinasikan perempuan terkait
ketentuan yang mengatur hubungan, hak dan kewajiban antara laki–laki dan
telah berkembang.
d. Kaum perempuan selalu menjadi korban kekerasan yang dilakukan oleh laki–
Kekerasan yang dialami kaum perempuan tidak lebih dari usaha sistem
Kekerasan yang dialami tidak hanya menyangkut kekerasan fisik tetapi juga
sistem. Sistem yang memberi ruang dan keleluasaan bagi kaum laki–laki sehingga
72
dapat melakukan lebih banyak hal dari kaum perempuan. Hal tersebut dilakukan
melalui keberadaan stereotipe sifat yang dilekatkan dalam memaknai laki–laki dan
perempuan. Laki–laki selalu dikonstruksikan sebagai pihak yang lebih kuat daripada
kaum perempuan.
memang tidak hanya menempatkan kaum perempuan saja sebagai korban, tetapi
kaum laki–laki juga. Namun, jika dilihat dari kuantitas dan kualitas, ketidakadilan
tersebut memang banyak terjadi pada kaum perempuan. Baginya, kaum perempuan
kaum perempuan, tetapi juga kaum laki–laki karena, pada dasarnya persoalan yang
ada terletak pada ideologi yang dianut oleh laki–laki dan perempuan. Hal ini sangat
terjadinya perbedaan dampak atas kebijakan yang ada bagi laki–laki dan perempuan.
yang kurang menguntungkan daripada laki–laki. Ini yang dimaksud Mansour dengan
95
M.B Wijaksana, Op.cit hal 121.
96
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Log.cit hal 170.
97
Mansour Fakih, Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi, Log.cit hal 170.
73
countra discourse. Melawan diskursus yang telah tertanam dalam diri setiap manusia
individu sampai pada urusan negara. Mansour Fakih memberikan solusi alternatif
perempuan.
98
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Op.cit hal 154.
74
c. Merubah asumsi, konsepsi, keyakinan dan persepsi masyarakat mengenai
perempuan.
Hal ini berkaitan erat dengan ideologi, keyakinan yang telah ada sebelumnya.
Oleh sebab itu, Mansour Fakih, dengan analisis gendernya berusaha untuk
membebaskan tidak hanya kaum perempuan tetapi juga kaum laki – laki dari
menyangkut isu gender yang kemudian akan direspon oleh suatu organisasi.99
bagaimana gender menjadi inti, nilai inti dalam sebuah pekerjaan LSM. Dia
hegemoni, juga sebagai alat untuk melawan hegemoni itu sendiri sebagai mekanisme
99
Erlinda M. Panisales, Op.cit hal 29.
100
Erlinda M. Panisales, Op.cit hal 27.
75
Menurut Mansour, pendidikan adalah sarana tepat untuk kembali
merupakan sebuah sarana yang berperan penting untuk mengubah kesadaran naif dan
massif manusia menjadi kesadaran kritis dalam melihat realitas sosial yang ada.
Pendidikan adalah alat yang efektif untuk melawan hegemoni meski disatu sisi
gerakan sosial.
difabel merupakan pembahasan utama dalam bab ini sebagai isu yang paling
diajukan oleh Mansour, yaitu dimana posisi manusia yang menyandang predikat
cacat dalam sistem sosial, budaya, ekonomi, serta pendidikan. Berkaitan dengan hal
budaya serta tertata dalam struktur formasi sosial di Indonesia dewasa ini.101
101
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 305
76
Difabel (differently able people) adalah istilah yang dikemukakan Mansour
stereotipe dan bermakna disempowering. Kaum difabel selama ini selalu dianggap
sebagai orang yang tidak “normal”, bahkan orang yang tidak mempunyai
kemampuan.
Istilah difabel muncul pertama kali sebagai langkah awal Mansour dalam
proses dekonstruksi sosial sekaligus sebagai salah satu bentuk resistensi dan
pemberdayaan yang hakiki sebagai wacana tandingan. Istilah itu muncul ketika
disable.
Dalam pembicaraan antara Mansour dan Setia Adi Purwanta, Setia Adi
kebutaan itu dia sebenarnya bisa menjalankan tugas–tugasnya dengan baik. 103 Dari
pernyataan Setia Adi tersebut, Mansour berpendapat bahwa sebenarnya cacat itu
102
Setia Adi Purwanta, Menumbuhkan Perspektif difabel untuk mewujudkan masyarakat inklusi dalam
Refleksi Kawan Seperjuangan peringatan 100 hari wafatnya Mansour Fakih, OXFAM, Yogyakarta,
2004 hal 54-55.
103
Ibid hal 53.
77
menyakitkan hingga yang dimaksudkan menghaluskan tetapi intinya
tetap memiliki konotasi penolakan sehingga perlakukan dan
penempatan pada posisi marjinal dalam struktur sosial…cacat
sebenarnya menjadi ada karena diadakan, proses pengadaannya
melalui berbagai media dan berlangsung lama sehingga baik birokrat,
masyarakat, anggota keluarga bahkan individu yang bersangkutan
sendiri mengakui bahwa dirinya benar – benar cacat, maka cacatlah
mereka…”104
merupakan hasil konstruksi sosial yang dibangung oleh sebuah diskursus. Istilah
dihubungkan dengan kondisi fisik maupun kondisi psikis seseorang yang ditandai
dengan tidak berfungsinya salah satu bagian tersebut. Menurut Mansour, tidak
berfungsinya satu atau beberapa bagian seseorang baik fisisk maupun psikis tidak
ada kaitannya sama sekali dengan mampu atau tidaknya seseorang secara
dan bagian dalam diri mereka yang lain yang masih berfungsi sebagaimana mestinya.
Bagi Mansour, kondisi “cacat” adalah ketika seseorang tidak bisa menjalankan
104
Dituturkan Mansour Fakih kepada Setia Adi Purwanta dalam Setia Adi Purwanta, ibid hal 53.
78
fungsi-fungsi sosialnya seperti, koruptor, palanggar Hak Asasi Manusia, aktor
menimbulkan subordinasi dan pelabelan negatif terhadap kaum difabel yang dapat
segenap peraturan, nilai dan norma yang berlaku di masyarakat dan negara.106
Jadi, “cacat” dan “normal” adalah konstruksi sosial yang tidak selalu
dilanggengkan oleh kepentingan dari golongan yang menganggap dri mereka normal
untuk membedakan diri dengan mereka yang dianggap tidak normal dan cacat.108
untuk memahami apa yang disebutnya dengan cacat yang dikonstruksi. Jika dilihat
dalam berbagai kegiatan pembangunan. Hal ini disebabkan karena kaum difabel
105
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 311-316
106
Mansour Fakih, Panggil Saja Kami Kaum Difabel dalam Jalan Lain, Op.cit hal 315.
107
Mansour Fakih, Jalan Lain, Op.cit hal 309
108
Mansour Fakih, Jalan Lain,Log.cit
79
pembangunan.109 Difabel disosialisasikan sebagai kelompok yang tidak “normal”
Pandangan ini muncul dari keyakinan akan rendahnya kualitas sumber daya
yang kemudian menjadi asumsi dasar bagi analisis mainstream. Masih menurut
karena kaum difabel tidak bisa mengejar ketertinggalannya dari “manusia normal”
menjelaskan bahwa kalaupun ada keterlibatan kaum difabel dalam pembangunan, itu
tidak lebih dari sekedar menggunakan kaum difabel sebagai tujuan pembangunan
dengan merancang kegiatan yang memenuhi kebutuhan praktis kaum difabel tanpa
emansipasi difabel.
melahirkan wacana tandingan mengenai hakikat difabel dan hak–hak kaum difabel
itu sendiri. Mansour melihat penindasan difabel sebagai realitas obyektif karena
adanya diskriminasi akibat adanya keyakinan bahwa mereka (kaum difabel) tidak
109
Ibid hal 76.
110
Mansour Fakih, Akses Ruang yang Adil Meletakkan Dasar Keadilan Sosial bagi Kaum Difabel,
diseminasi Nasional di Yogyakarta 27-28 september 1999 dengan judul Perwujudan Fasilitas Umum
yang Aksesibel bagi Semua di dokumentasikan dan dibukukan dalam peringatan 100 hari wafatnya
Mansour Fakih, OXFAM, Yogyakarta, 2004 hal170.
80
bermanfaat bagi pertumbuhan dan akumulasi kapital dalam sistem produksi
kapitalisme.111
termasuk kaum difabel, berhak mendapatkan hak–hak sebagai seorang manusia yang
utuh, terlepas dari perbedaan fisik yang dimiliki satu dengan yang lainnya. Kaum
difabel memiliki hak dan kesempatan, serta perlindungan yang sama dengan kaum
bekerjanya sistem dan struktur yang tidak adil dari ideologi “normalisme” sehingga
pada akhirnya membawa korban. Sebuah ideologi yang telah mengorbankan jutaan
Menurut Mansour, usaha untuk memberdayakan kaum difabel tidak terbatas dalam
utama dalam mewujudkan keadilan sosial. Hal itu dapat dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:114
a. Mendidik kesadaran manusia ‘normal” akan hak asasi difabel kepada setiap
individu. Hal ini dimulai dari lingkup rumah tangga sampai pada tingkat
111
Ibid hal 173.
112
Ibid hal 177.
113
Ibid hal 177.
114
Ibid hal 179.
81
orang “normal” terhadap kaum difabel sampai kepada proses pembuatan
terhadap kaum difabel pada umumnya dan LSM pada khususnya, untuk terus
memperjuangkan hak dan posisi kaum difabel yang setara dengan manusia
“normal’.
b. Menciptakan kota yang ramah terhadap kaum difabel terutama pada seluruh
difabel, monitoring dan evaluasi terhadap proses ataupun proyek dan institusi
82
G. Penutup
Dari uraian diatas mengenai gagasan Transformasi Sosial, ada beberapa hal
yang kita ketahui sebagai ciri khas dan keunikan dari gagasan Transformasi Sosial
Mansour Fakih, yaitu, keunikan pertama terletak pada metode yang dijalankan oleh
Mansour Fakih bagi berjalannya proses Transformasi Sosial itu sendiri, yaitu dengan
menggunakan metode countra discourse dan pendidikan populer yang diadopsi dari
pendidikan kritis Freire. Kedua, yaitu mengenai agen Transformasi Sosial dimana,
Transformasi Sosial dijalankan dengan jaringan aktor-aktor gerakan sosial yang kuat.
Dengan kata lain, Transformasi Sosial di lakukan secara kelembagaan. Ketiga, yaitu
merupakan perspektif baru yang membuka pemahaman lebih luas mengenai praktiek
merupakan countra discourse yang unik dari pemikiran Mansour Dakih. Selama ini
difabel tidak pernah menjadi bahan analisis ang berkaitan dengan dehumanisasi yang
Ketika menyinggung keadilan bagi kaum difabel, hal tersebut memberi arti bahwa
masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial dan budaya. Keadilan juga
harus berbicara tentang perlindungan hak asasi kaum difabel sebagai isu penting Hak
83
BAB IV
A. Pengantar
baru menuju pada suatu rezim yang lebih demokratis. Rezim ini ditandai dengan
dibidang politik. Hal ini tentu saja membawa efek positif bagi perkembangan
demokrasi di Indonesia.
pemikiran Mansour Fakih mengenai gender, hak-hak kaum difabel, hak kaum
perempuan dan anak-anak menjadi sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang
tengah berbenah dalam hal penegakan hukum dan Hak-hak Asasi Manusia pasca
cara pandang dan pola pikir dalam masyarakat serta bagaimana pemikiran tersebut
84
mewarnai pergerakan sosial dalam level praksis115serta bagaimana relevansi
Manusia di Indonesia.
bagaimana cara Mansour merubah pola pikir masyarakat dan bagaimana metode
yang tepat digunakan dalam level praksis dalam bentuk pendidikan dan
Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya pembahasan ulang di dalam BAB IV
ini.
Jika kita membaca atau mendengar istilah Hak Asasi Manusia, maka yang
akan terlintas pertama kali dalam benak kita adalah mengenai hak-hak dasar
manusia. Hak Asasi Manusia sangat erat hubungannya dengan demokrasi di suatu
negara, bahkan bisa dikatakan Hak Asasi Manusia yang di dukung oleh ditegakannya
hukum menjadi parameter bagi sebuah negara untuk bisa di katakan demokratis atau
tidak.
(HAM) dengan demokrasi, maka perlu juga untuk memahami terlebih dahulu konsep
115
Wawancara dengan Toto Rahardjo (Ketua Dewan Pendidikan INSIST), 3 Juli 2007
85
Hak-hak Asasi Manusia secara umum dan pentingnya Hak Asasi Manusia dalam
Manusia
Hak Asasi Manusia bukanlah sebuah isu baru. Hak Asasi Manusia
menyandang serangkaian hak alamiah yang kekal dan tidak dapat dicabut,
ditinggalkan dan berkurang karena tuntutan hak ilahi.116 Konsep Hak-hak Asasi
1. Hak Asasi Manusia merupakan hak setiap orang yang dimiliki karena
individu.
ras, agama, suku, pandangan politik, asal usul tidak relevan untuk
dipersoalkan.
3. Hak Asasi Manusia adalah hak mutlak yang dimiliki oleh setiap orang.
Dengan demikian, tidak ada seorangpun bahkan negara yang bisa untuk
116
Muh. Budairi Idjehar,SH,M.Hum, HAM Versus Kapitalisme, INSIST, Yogyakarta, 2003 hal 70
117
Disarikan dari Eko Prasetyo, Hak Asasi Manusia: Silang Sengketa Konflik Kepentingan, Op.cit
86
Kemunculan Hak Asasi Manusia dimulai dari kesadaran akan kemanusiaan
hak pribadi oleh penguasa merupakan faktor utama lahirnya gagasan mengenai Hak-
hak Asasi Manusia ini. Beberapa kalangan mengatakan Hak Asasi Manusia sebagai
puncak prestasi dari proses modernisasi politik di negara-negara Eropa dan Amerika
utara.120
bukanlah sebuah dokumen yang mengatur mengenai hak-hak individu warga negara,
tetapi hanya mengatur dan menjamin kepemilikan dan hak-hak kaum bangsawan
saja. Meskipun demikian, Magna Charta dapat dikatakan sebagai cikal bakal
Kemudian, pada tahun 1679 lahirlah apa yang dinamakan dengan Habeas Corpus Act
dimana dalam dokumen tersebut ditentukan bahwa seseorang bisa ditahan atas
perintah hakim. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya tahun 1689, muncullah Bill of
Rights yang menjadi titik awal menuju revolusi Hak Asasi Manusia.
118
Eko Prasetyo, Hak Asasi Manusia: Silang Sengketa dan Konflik Kepentingan, INSIST,
Yogyakarta, 2001 hal 30
119
Misalnya penjajahan di Indonesia dengan sistem kerja rodi pada masa kolonial Belanda dan
romusha pada pemerintah Jepang menduduki Belanda, Perang etnis, diskriminasi Ras di Afrika
Selatan yang dikenal denga politik Apharteid, dll.
120
Ibid hal 7
121
Geoffrey Robertson QC, Kejahatan Terhadap Kemanusiaan: Perjuangan Untuk Mewujudkan
Keadilan Global (terjemahan dari Crimes Against Humanity: The Strunggle For Global Justice),
diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM),
Jakarta, 2002, hal 5
87
Gagasan mengenai Hak Asasi Manusia kemudian berkembang dan
melahirkan berbagai macam peraturan dan konvenan yang mengatur mengenai Hak
untuk memasuki dunia baru yang bebas dari segala macam bentuk penindasan dan
diskriminasi.
Hak Asasi Manusia menjadi begitu penting ketika manusia mulai menyadari
tentang hakikatnya sebagai satu kesatuan individu dan kelompok yang utuh.
Kesadaran ini timbul ketika masyarakat mengalami segala macam bentuk kekerasan,
penindasan dan perlakuan diskriminatif atau yang lebih sering disebut dengan
Manusia. Dampaknya sungguh sangat luar biasa. Pertama, jaminan terhadap hak-hak
individu disamping pengakuan terhadap hak kolektif, memberikan ruang bagi setiap
manusia untuk mengaktualisasikan diri atas eksistensi mereka, baik di bidang politik,
ekonomi, sosial maupun budaya. Kedua, Hak Asasi Manusia tidak hanya sekedar
diterapkan dalam perlakuan non diskriminatif, tetapi juga digunakan dalam kerangka
kerja birokrasi dan aparaturnya di berbagai negara. Ketiga, penegakan Hak Asasi
Manusia yang didukung oleh penegakan hukum (rule of law) dijadikan parameter
88
bagi suatu negara untuk bisa dikatakan sebagai negara demokratis ataupun tidak.
harus dipenuhi oleh suatu negara. Prinsip utama dari demokrasi seperti yang
dikemukakan oleh Dahl adalah bahwa demokrasi ditandai dengan adanya persamaan
hak dan tidak ada perbedaan perlakuan di antara masyarakat yang di atur oleh
dan warga negara tanpa dipengaruhi oleh latar belakang politik, ekonomi dan
sosialnya.
yaitu sejak pemerintahan kolonial menduduki Indonesia yang diteruskan oleh rejim
Orde baru selama 32 tahun, dimana penagakan Hak Asasi Manusia hanya sekedar
menjadi wacana tanpa makna dan implementasi nyata. Oleh karena itu, komitmen
untuk menegakan Hak-hak Asasi Manusia di Indonesia menjadi salah satu agenda
penting di era reformasi untuk menuju pada tatanan kehidupan yang lebih
demokratis.
sebelum mendapat tempat yang layak seperti sekarang ini. Dinamika pasang surut
122
Muh. Budairi Idjehar,SH,M.Hum, Op.cit. hal 7
89
penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia selalu dipengaruhi oleh sistem politik
dan karakter birokrasi yang berlaku di Indonesia. Perbedaan yang mencolok adalah
bagaimana penegakan Hak Asasi Manusia di masa pra reformasi dan pasca
perkembangan penegakan Hak Asasi Manusia pada masa pra reformasi dan pasca
didukung oleh birokrasi represif dan militer. Dengan dukungan dari dua aktor utama
tersebut, negara mempunyai kekuasaan absolut atas rakyat dan segala kehidupan
pemerintahan Orde baru. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penegakan Hak
Asasi Manusia pada masa pemerintahan orde baru berada pada level yang rendah.
123
Eko Prasetyo, op.cit hal 29
90
2. Prinsip universalisme yang terkandung dalam Hak-hak Asasi Manusia
Dari ketiga faktor tersebut dapat kita ketahui bahwa dibangunnya orde
Indonesia, terutama dalam bidang politik dan hukum. Pelanggaran Hak Asasi
Manusia terjadi secara struktural dan sistematis di tengah wacana demokrasi dan
kedaulatan rakyat, yaitu melalui kebijakan-kebijakan dan peraturan yang dibuat oleh
124
Eko Prasetyo, Op.cit hal 28
91
nasional.125 Demokrasi hanya tinggal menjadi jargon dan slogan tanpa implementasi
yang nyata. Demokrasi yang ada di Indonesia merupakan demokrasi semu dimana
setiap warga negara harus tunduk pada setiap ketentuan dan kebijakan yang dibuat
oleh pemerintah.
Pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia terjadi dalam sistem ekonomi kapitalistik yang
berada dalam setiap program pembangunan pembangunan. Tidak ada ruang yang
luas bagi setiap warga negara untuk mengapresiasikan dan mengaktualisasikan diri
pekerjanya tidak lain merupakan hubungan antara majikan dan budak dimana mereka
miskin akan tetap berada dalam kemiskinan dan si kaya akan terus tenggelam dalam
tumpukan hartanya. Persoalan Hak Asasi Manusia yang terjadi di bidang ekonomi
penuh. Dimulai dari tidak adanya kebebasan bagi setiap warga negara untuk
yang kesemuanya di atur dalam berbagai peraturan-peraturan. Tidak hanya itu, media
massa, sebagai sarana penyebaran demokrasi pun, berada dalam pengawasan dan
125
Cornelis Lay & Pratikno, KOMNAS HAM 1993-1997 Pergulatan dalam Otoritarianisme, FISIPOL
UGM, Yogyakarta, hal 25
126
Eko Prasetyo, Op.cit hal 68
92
sensor sekaligus mendapat tekanan dan ancaman127 dari pemerintah. Dibidang sosial
dan budaya, yang paling jelas terlihat adalah diberlakukannya homogenisasi budaya,
adanya pengekangan dalam memilih agama dan kepercayaan yang dianut setiap
warga negara.
B.2.2 Reformasi
mulainya kehidupan baru di era Reformasi dengan format pemerintahan yang baru.
Pada masa transisi setelah keruntuhan Orde baru, terjadi perubahan besar dibidang
politik. Hal tersebut dapat dilihat dari kelonggaran yang diberikan negara untuk
media massa dalam hal penyiaran berita dan informasi kepada masyarakat,
munculnya partai-partai politik baru yang siap bertarung dalam pemilihan umum,
Disamping itu, pada masa pemerintahan Abdurahman Wahid, setiap warga negara
bebas untuk memeluk agama dan kepercayaan yang dianutnya. Hal ini sangat
berbeda sekali dengan orde baru dimana negara membatasi pilihan agama yang
127
Ancaman yang dilakukan adalah dengan menggunakan massa sebagai alat untuk menekan media
massa. Disamping itu banyak kasus yang terjadi dimana polisi melakukan pemanggilan terhadap
wartawan atas tulisan-tulisan yang dimuatnya. Disamping itu, tentu saja masih lekat dalam ingatan
kita pembredelan media-media massa seperti Tempo, Editor, Sinar Harapan dan harian-harian lainnya
pada massa pemerintah orde baru. Disusunnya undang-undang penyiaran juga menutup kebebasan
pers baik media cetak maupun media elektronik. Untuk media elektronik, pemerintah mendirikan
TVRI dan RRI untuk siaran televise dan Radio. Hal ini dimaksudkan untuk mengkontrol berbagai
siaran dan informasi yang akan disampaikan kepada masyarakat.
93
namun, demokrasi tidak lagi hanya sekedar menjadi wacana tanpa implementasi.
yang plural ini. Demikian halnya dengan Hak-hak Asasi Manusia di Indonesia.
Gelombang gerakan Hak Asasi Manusia mulai terlihat diberbagai pelosok negeri ini.
Hak Asasi Manusia, sebagai sebuah gerakan tidak lagi mencakup ruang lingkup yang
terbatas hanya dibidang politik dan hukum saja. Tetapi lebih dari itu, gerakan Hak
Jika pada masa pemerintahan orde baru, penegakan Hak Asasi Manusia
ditekankan dalam bidang politik dan hukum, maka di era reformasi ini gerakan
masyarakat yang menuntut adanya pengakuan atas eksistensi dan keadaaan “apa
adanya” dari setiap individu sebagai manusia dan sebagai warga negara. Bahkan hak
asasi manusia menjadi rujukan sebagai perspektif dalam setiap program dan
kebijakan serta peraturan yang disusun oleh negara. Namun demikian, tidak serta
terhadap Hak Asasi Manusia masih saja terjadi. Ditengah menguatnya wacana Hak
Asasi Manusia, muncul perluasan aktor pelanggaran Hak Asasi Manusia. Aktor
128
Rentang waktu 1998-2001 spektrum isu pelanggaran HAM meluas dengan isu disekitar masalah
gender, hak anak, agama, indegenious rights, hak kelompok minoritas dan diskriminasi rasial serta
persoalan pengungsi berkembang secara cepat menggeser dominasi siu hak sipil dan politik yang
selama orba menjadi fokus perhatian lih Cornelis Lay & Pratikno, Op.cit hal 62
94
pelanggar Hak Asasi Manusia tidak lagi didominasi oleh birokrasi dan militer, tetapi
juga masyarakat sipil lainnya seperti pemilik modal, masyarakat yang berbasis
Hak asasi manusia tetap menjadi isu penting yang terus diperdebatkan dalam
kepentingan yang terjadi disana tetapi, masih banyak pihak yang mempunyai
luas dan tidak hanya melibatkan negara sebagai aktor utama tetapi juga aktor non
negara, yaitu kelompok-kelompok yang ada dalam masyarakat. Jika kita membuka
lagi pembahasan BAB III sebelumnya, kondisi tersebut secara jelas digambarkan
oleh Mansour Fakih yang ia disebut sebagai proses dehumanisasi. Masyarakat telah
kehilangan jiwa humanisnya terhadap sesama manusia. Etnis, agama, ras, perbedaan
antar manusia.
Sejak pemerintahan Orde lama hingga era Reformasi seperti sekarang ini,
129
Cornelis Lay & Pratikno, Komnas HAM 1998-2001, Op.cit hal 85
95
yang tidak pernah terselesaikan. Era Reformasi, yang konon berpegang pada prinsip-
prinsip Hak-hak Asasi Manusia masih juga menyisakan kekecewaan akan kasus-
kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia pada masa lampau yang tidak terselesaikan
dan selalu mentah di depan hukum. Bahkan, di era Reformasi ini, terjadi perluasan
aktor pelanggaran Hak Asasi Manusia dengan berbagai bentuk pelanggaran hak asasi
ide dan metode. Transformasi Sosial yang dirumuskan oleh Mansour Fakih menjadi
sangat relevan dengan konteks Indonesia dalam menegakan Hak-hak Asasi Manusia
dari bekerjanya Hak Asasi Manusia sebagai salah satu alternatif untuk
mereka mampu untuk menindas satu sama lain dengan motif yang beragam, tidak
hanya terbatas pada urusan politik, ekonomi tetapi juga karena sebab-sebab yang
sangat sepele. Keadaan tersebut, bukanlah suatu keadaan yang terjadi tanpa sebab.
Mansour tetap berkeyakinan bahwa pada dasarnya pelanggaran hak asasi manusia
Dari pernyataan Mansour tersebut, dapat kita simpulkan bahwa ada kondisi
96
1. Masyarakat Indonesia terlalu lama hidup dalam tekanan dan kekerasaan.
2. Tuntutan untuk bertahan hidup. Akibat dari himpitan ekonomi yang berat
lebih memilih otot daripada akal dan hati nurani serta bersedia melakukan
97
D. Perspektif Difabel dalam Kerangka Hak Asasi Manusia di Indonesia
Asasi Manusia yang harus seharusnya dihormati, dijaga dan dilindungi oleh negara
tetapi malah dilakukan oleh negara sendiri dengan menggunakan kekuasaan dan
praktek pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat dan memberikan rangsangan kepada para aktivis penegak Hak Asasi
Manusia untuk lebih peka melihat dan memahami kenyataan yang sebenarnya terjadi
prespektif baru130 kepada para aktivis penegak Hak Asasi Manusia untuk
Asasi Manusia tidak hanya sebatas pada pelanggaran terhadap hak sipil dan hak
politik masyarakat.
dihadapi kaum petani, merupakan suatu pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia
ketika seorang petani tidak lagi mempunyai hak untuk memproduksi lahannya secara
mandiri, baik dari pemilihan bibit, pupuk sampai cara memanen. Atau dengan kata
lain, ketika orang tidak menguasai apa yang sebenarnya ia kuasai maka itulah yang
130
Wawancara dengan Toto Rahardjo, 3 Juli 2007
98
dinamakan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia.131Tidak hanya sebatas pada itu
saja, analisis teori ini kemudian diterapkan dalam level praktis dengan menjadi
advokasi.
Indonesia dan hak-hak layak didapatkan oleh mereka secara jelas menjelaskan bahwa
mungkin selama ini kita ikut andil dalam melanggar hak-hak kaum difabel yaitu
dengan memberikan pelabelan negatif kepada mereka sebagai masyarakat cacat dan
masyarakat untuk kembali menumbuhkan jiwa humanis untuk saling menghargai dan
menghormati satu sama lain dengan apa adanya. Perspektif difabel menjadi satu
perspektif baru dalam memahami bentuk dan pelanggaran Hak Asasi Manusia,
seperti halnnya perspektif gender dan hak perempuan, hak anak, dll
E. Penutup
Ada beberapa catatan penting yang akan menjadi bagian penutup dari bab ini.
Pertama, penghormatan dan penegakan Hak Asasi Manusia tidak dapat berjalan
akan berhasil ditegakkan dalam logika demokrasi dimana hak-hak individu mendapat
terhadap Hak-hak Asasi Manusia baik secara kuantitas maupun kualitas membawa
131
Wawancara dengan Toto Rahardjo, 3 Juli 2007
99
pengaruh terhadap perluasan definisi dan makna pelanggaran terhadap Hak-hak
Asasi Manusia itu sendiri. Pelanggaran terhadap Hak-hak Asasi Manusia mencakup
dll.
pada sistem dan struktur yang ada dan benturan-benturan kepentingan yang ada,
peningkatan yang signifikan. Isu-isu yang tidak pernah diangkat menjadi masalah
publik karena tidak termasuk dalam kategori pelanggaran Hak Asasi Manusia, mulai
perempuan diwilayah domestik maupun publik. Jika pada masa pemerintahan Orde
baru, penegakan Hak Asasi Manusia ditekankan dalam bidang politik dan hukum,
masyarakat adat yang mendapat perlakuan diskriminatif sampai pada gerakan kaum
homoseksual dan lesbian menjadi wacana penting bagi penegakan Hak-hak Asasi
Manusia di Indonesia.
demikian, Hak Asasi Manusia tetap menjadi pekerjaan rumah yang harus segera
diselesaikan oleh bangsa ini untuk menjadi sebuah bangsa yang berkeadilan.
100
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
ekonomi sebagai tolak ukur berhasil tidaknya perubahan sosial dalam suatu negara.
Fakih mengenai Transformasi Sosial ini pada akhirnya berujung pada beberapa
merupakan sebuah gagasan yang berangkat dari ketidakadilan yang dialami oleh
politik dan budaya masyarakat. Ketidakadilan yang terjadi secara struktural dan
sistematis. Praktek ketidakadilan yang termanifestasi baik secara fisik maupun non
fisik. Berbagai bentuk ketidakadilan ini oleh Mansour Fakih disebut sebagai proses
dehumanisasi.
101
Ketiga, Transformasi Sosial merupakan sebuah proses untuk menciptakan
hubungan ekonomi, sosial, politik dan budaya yang lebih baik dengan tujuan
alternatif dari wacana dominan yang ada. Ini yang disebut sebagai countra discourse.
Countra Discourse merupakan sebuah usaha untuk mengubah pola pikir dan
memungkinkan setiap orang untuk melihat berbagai peristiwa dan persoalan yang
ada dengan kacamata dan sudut pandang yang lebih luas. Kata kuncinya adalah
mengubah cara pandang dan pola pikir masyarakat dalam memahami setiap peristiwa
Keempat, Transformasi Sosial mencakup lingkup dan metode yang lebih luas.
Transformasi Sosial tidak hanya mencakup salah satu aspek kehidupan masyarakat
Indonesia sebagai sebuah bangsa dan sebuah negara. Rehumanisasi bertujuan untuk
dan struktur serta kultur yang selama ini memberi legitimasi bagi terjadinya praktek
102
ketidakadilan yang termanifestasi ke dalam pelanggaran Hak-hak Asasi Manusia.
Sasaran Transformasi Sosial tidak hanya terbatas pada lingkup masyarakat sipil
tetapi juga negara. Hal ini jelas dikatakan oleh Mansour Fakih, bahwa masyarakat
institusi yang bekerja untuk rakyat dan fungsi-fungsi utamanya yang berperan untuk
sosial dan budaya. Transformasi Sosial bukanlah menjadi pekerjaan masyarakat sipil
saja tetapi juga negara. Artinya, setiap pihak harus mempunyai komitmen yang sama
103
Ketimpangan sistem
Ketimpangan sistem relasi
relasi dan
dan struktur
struktur sosial
sosial yang
yang tidak
tidak adil
adil
TRANSFORMASI SOSIAL
-
REHUMANISASI
104
B. Refleksi Kritis terhadap Gagasan Transformasi Sosial Mansour
Fakih
Sosial yang telah diuraikan dalam BAB III diatas, memuat hal-hal sebagai berikut;
Apa yang telah dipikirkan dan dilakukan oleh Mansour Fakih dapat menjadi
salah satu motivasi untuk menghadirkan kembali jiwa humanis dalam diri kita
masyarakat yang berkeadilan bisa dimulai dari kita sendiri, yaitu bagaimana kita
hanya sekedar menjadi wacana atau bahkan slogan tanpa di ikuti oleh tindakan-
ditengah masyarakat dan negara Indonesia hilang seiring “hilang”nya jasadnya dari
dunia ini. Meneruskan cita-cita yang telah dirintis oleh Mansour Fakih tidak hanya
menjadi tugas dan kewajiban para aktivis sosial dan aktivis Hak Asasi Manusia
Gagasan Transformasi Sosial itu sendiri harus lebih disikapi secara kritis.
Sebagai kajian yang bukan hal baru lagi, gagasan Transformasi Sosial yang
dirumuskan Mansour Fakih juga memiliki kelebihan dan kelemahan sebagai berikut.
Kelebihan gagasan Transformasi Sosial dapat terlihat dalam dua hal, yaitu
sebagai berikut:
105
Pertama, pada aspek isu yang diangkat dan bagaimana Transformasi Sosial
tersebut dijalankan oleh agen-agennya. Isu yang diangkat Mansour berkaitan dengan
masalah ketidakadilan tidak hanya terkait pada hubungan struktur ekonomi dan
politik saja, yang menyangkut dominasi negara kaya terhadap negara berkembang,
tetapi juga merupakan isu-isu yang erat kaitannya dengan kultur yang ada dalam
Sosial itu sendiri. Cara yang dilakukan Mansour untuk mensosialisasikan gagasan
dalam gerakan sosial adalah hal yang penting dilakukan. Jaringan yang dimaksud
dengan melakukan training metode Transformasi Sosial itu sendiri terhadap NGO
dan aktivis-aktivis gerakan sosial. Hal tersebut dapat dilihat dalam kiprahnya
bersama INSIST sebagai apa yang ia namakan sekolah aktivis gerakan sosial, yaitu
Pertama, mengubah cara pandang terhadap suatu hal memang bukan perkara
yang tetanam dan telah mengakar kuat dalam setiap benak masyarakat.
106
Kedua, Transformasi Sosial juga akan menjadi sulit dilakukan ketika ia
dipertentangkan dengan sistem, struktur, sosial dan kultur yang terlanjur melekat
dalam masyarakat Indonesia. Memang bukanlah suatu pekerjaan yang mudah untuk
bisa mengubah pola pikir dan ideologi yang terlanjur melekat dalam kultur
jika tidak bisa dikatakan belum terwujud. Meski hidup dalam era Reformasi yang
lebih demokratis dibandingkan dengan masa pemerintahan Orde baru, tidak menjadi
jaminan bahwa proses rehumanisasi akan berjalan lancar, mulus tanpa hambatan.
Penulis juga melakukan catatan kritis bagi pembahasan kaum difabel dalam
menempatkan kaum difabel pada posisi yang sejajar dengan mereka yang dikatakan
normal. Ketika berbicara mengenai makna dalam sebuah kata ataupun istilah, kata
pemberdayaan terkesan memiliki makna dari tidak berdaya menjadi sebuah usaha
untuk memberikan daya. Mungkin ini yang tidak disadari Mansour Fakih bahwa
ketika istilah pemberdayaan juga bisa menjadi sebuah diskursus. Kedua, analisis
hanya sebatas pada sistem relasi yang berjalan timpang sekaligus hegemoni antara
negara-negara kaya terhadap negara berkembang seperti yang terlihat jelas dalam
Harus kita sadari bahwa kehidupan dalam suatu negara merupakan satu
107
terjadi disana. Benturan kepentingan antar individu, antara kelompok yang satu
dengan kelompok yang lain dan juga benturan kepentingan antara masyarakat
dengan negara. Kondisi demikian ini menjadi tantangan yang harus dihadapi, tetapi
pada saat yang sama bisa juga menjadi hambatan bagi terwujudnya masyarakat yang
berkeadilan.
perubahan sosial yang kemudian menjadi harga mati bagi proses perubahan sosial itu
sendiri. Jika demikian halnya, tentu saja akan terjadi lagi hegemoni dalam
penting bagi agen Transformasi Sosial itu sendiri untuk memperlakukan wacana
108
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Agus Salim, Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2002
Eko Prasetyo, Hak Asasi Manusia: Silang Sengketa Konflik Kepentingan, INSIST,
Yogyakarta 2001
Hadari Nawawi dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial , Gadjah
Mada Press, Yogyakarta, 1992
Jerry Mander, dkk, Globalisasi Membantu Kaum Miskin? Dalam Seri Kajian Global
Globalisasi Kemiskinan dan Ketimpangan, Cindelaras, Yogyakarta,2004
109
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan,Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002
Dr. Mansour Fakih, Jalan Lain: Manifesto Intelektual Organik, INSIST PRESS,
Yogyakarta, 2002
Ir. M. Iqbal Hasan, MM, Pokok – Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002
110
---------------, Pendidikan yang Membebaskan. Pendidikan yang memanusiakan,
dalam Menggugat Pendidikan, Omi Intan Naomi (Ed), Yogyakarta, Pustaka
Pelajar, 2003
Rahmat Hidayat, Ilmu yang Seksis : Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori
Sosial Maskulin, Jendela, Yogyakarta, 2004
Suharto dan Aris Munandar (Ed), Pokok – Pokok Pemikiran Mansour Fakih:
Refleksi Kawan Seperjuangan Peringatan 100 hari wafatnya Mansour Fakih,
OXFAM-SIGAB, Yogyakarta, 2004
Suwarsono & Alvin Y. SO, Perubahan Sosial dan Pembangunan, LP3ES, Jakarta,
2001
SKRIPSI:
111
ARTIKEL:
Mansour Fakih, Akses Ruang yang Adil Meletakkan Dasar Keadilan Sosial bagi
Kaum Difabel, diseminasi Nasional di Yogyakarta 27-28 september 1999
dengan judul Perwujudan Fasilitas Umum yang Aksesibel bagi Semua di
dokumentasikan dan dibukukan dalam peringatan 100 hari wafatnya Mansour
Fakih, OXFAM, Yogyakarta, 2004
Mansour Fakih, Posisi Perempuan dalam Islam: Tinjauan dari analisa gender dalam
Risalah Gusti, Surabaya. 1996
112