Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NURMAHADI PUTRANTO

NIM : 126309201035

Kelas : Sosiologi Agama 2A

Kebhinekaan

Kebhinekaan merupakan penerimaan kita terhadap keberagaman yang ada di


Indonesia.17 ribu pulau, 270 juta jiwa, lebih dari seribu tiga ratus suku bangsa dan 742
bahasa daerah, menjadikan satu Indonesia. Selain itu, tak sedikit kekuatan dan budaya asing
yang berjasa besar dalam memajukan peradaban nusantara, sehingga menjadikan
Keberagaman sebagai kekayaan bangsa ini. Namun, dalam perjalanannya, Indonesia sebagai
sebuah entitas suatu bangsa dan sebuah institusi pun, terus menghadapi berbagai ujian.
Kebhinekaan yang seharusnya menjadi kekuatan, justru seringkali disalahgunakan, hingga
mengakibatkan aksi intoleransi dan kekerasan. Keberagaman ras, suku, bahasa, agama dan
budaya merupakan nilai-nilai yang membentuk bangsa Indonesia. Kini kebhinekaan ini
tengah terancam oleh munculnya gerakan dan kelompok intoleran yang menyebarkan
ideologi radikal dan kekerasan.

Situasi kebangsaan Indonesia saat ini sedang menunjukkan ketidakseimbangan,


karena maraknya kasus intoleransi di tanah air, seperti penutupan tempat ibadah, pelarangan
aktivitas ibadah, hingga kasus. Intoleransi itu rupanya sudah menjalar menjadi sebab
munculnya kekerasan-kekerasan yang melanggar hak kebebasan orang untuk berekspresi,
menyampaikan pendapat, berkesenian, berkebudayaan dan juga kebebasan akademis.
Kelompok-kelompok intoleran saat ini sudah berani memasuki kampus-kampus di Indonesia.
Pemerintah disini harus cepat dan tegas merespon pelarangan-pelarangan hukum terkait
intoleransi. Hal ini sangat mengkhawatirkan bagi masyarakat Indonesia apabila kasus-kasus
intoleransi terus terjadi karena bisa menimbulkan konflik, perpecahan bahkan perang saudara.

Kebhinekaan yang penuh dengan tantangan yang akarnya adalah perbedaan,


intoleransi, saling mencurigai. Gejala-gejala ini terus terjadi, padahal negara ini memiliki
motto “Bhineka Tunggal Ika“, Pancasila, pluralisme, kemajemukan yang selalu kita bangga-
banggakan. Hal ini sudah lama disinyalir dalam konteks global, semakin mengglobal sebuah
masyarakat ini diiringi yang namanya identitas lokal, makanya jumlah negara yang tercatat di
PBB dari tahun ke tahun semakin naik dan munculnya identitas lokal, etnis keagamaan.
Problemnya kemudian, kemunculan negara-negara ini ternyata sudah tidak dengan damai,
bahkan disertai konflik satu dengan yang lain di Afrika, Timur Tengah bahkan yang relatif
mapan terjadi brexit, meningkatnya gerakan sayap kanan di Amerika, pergeseran politik.
Nah, ini juga berpengaruh terhadap Indonesia. Indonesia sendiri sesungguhnya dengan
adanya demokratisasi ruang-ruang perbedaan semakin mengemuka, inikan orang yang
awalnya termarjinalkan memanfaatkan ruang kebebasan untuk mengekspresikan pikirannya,
pendapatnya, bahkan aksi massa yang mereka itu sebagian sesungguhnya kekuatan
ideologinya anti demokrasi, tetapi mereka memanfaatkan ruang kebebasan dan ini luar biasa.
Hal ini tidak terbayangkan dilakukan, misalnya di negara Timur Tengah. Jadi, terjadi satu
keterkaitan antara situasi global dan nasional.

Ironisnya dengan adanya demokrasi dulu pada masa orde baru, ini tidak boleh,
gerakan ini ditindas, tetapi dengan adanya demokrasi justru memberikan ruang. Hal ini
mungkin menunjukkan adanya kegagalan dalam berdemokrasi. Namun, hal ini merupakan
bagian dari jebakan-jebakan demokrasi ketika demokrasi itu kemudian tidak melahirkan
pemimpin-pemimpin yang bisa menjembatani fasilitator dan agregator antara masyarakat
yang semakin plural dan juga antara negara dan masyarakat. Misalnya partai politik itukan
pilar utama yang fenomenal selama era demokrasi, mestinya itu keatas memberikan suatu
program leader yang bagus dan ke bawah memberikan pendidikan, tetapi yang namanya
parpol sekarang jati diri atau integritasnya sedang goyah. Dengan demikian, masyarakat itu
karena kurang percaya pada parpol bergerak sendiri dengan massa dan massa ini muncul
pemimpin, misalnya tokoh agama.

Peran agama pada ranah demokrasi terkadang digunakan sebagai politisasi, misalnya
cawagub atau cawagub melakukan menawarkan perda syariah, inilah yang digunakan hanya
jualan politik. Kita jangan kaget seumpama apabila di bali ada perda syariah Hindu misalnya.
Inikan bisa kemudian membuat degradasi sosial atas nama spirit agama, padahal awalnya itu
hanya agenda politik. Pemimpin ulama besar seperti Muhammadiyah dan NU itu mengawal
kebhinekaan Pancasila. Akhir-akhir ini muncul pengaruh dari luar yang paling vokal
memanfaatkan situasi kebebasan, tetapi ini akibat dari demokrasi itu tidak disertai penguatan
hukum dan keadilan ekonomi. Jadi, ada orang yang merasa kokoh, tetapi kokoh karena massa
sebenarnya rapuh karena ekonomi, sehingga mereka kemudian mengandalkan massa.
Keadilan sosial harus ada terutama dalam ekonomi masyarakat harus dibuka lapangan
pekerjaan yang luas, sehingga tidak ada kecemburuan yang menimbulkan perselisihan
ataupun konflik. Ujaran kebencian dan berita bohong sangat masif di Indonesia karena
semakin majunya teknologi informasi. Hal ini tentunya bisa mengancam kebhinekaan dan
menghambat upaya untuk merangkai kebhinekaan. Media sosial yang dipenuhi dengan hoax
sangat berpotensi menimbulkan konflik agama, antarsuku maupun antaretnis. Hal ini
dikarenakan di Indonesia masalah agama, suku dan etnis sangat sensitif, sehingga
dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Pemerintah selalu
mengkampanyekan kebhinekaan, pluralisme, toleransi, tetapi pada praktiknya tudak selaras
dengan apa yang menjadi tujuan utama.

Konsep pluralisme sudah diterapkan masyarakat indonesia sejak dulu. Diantara yang
paling menonjol adalah penerapan konsep pluralisme dalam bidang keagamaan. Sedangkan
agama adalah hal yang sangat sensistif dikalangan masyarakat. Tentunya penerapan konsep
ini pastilah berproses dengan cara yang tidak instan. Karena,tidak semua orang serta merta
bisa memahami dan menerima kepercaayaan orang lain yang berbeda dengannya.Konsep
pluralisme dalam beragama ini bisa diterapkan dalam kehidupan masyarakat dengan adanya
kesadaran pada diri setiap orang. Kesadaran diri terhadap banyaknya perbedaan
kenyakinan,membuat seseorang bisa lebih menghormati orang lain. Meskipun penerapan
konsep pluralisme beragama bisa dikatakan tidak mudah serta melalui proses yang
panjang,hal ini bukan berarti menjadi hal yang tidak mungkin untuk dilakukan.

Dalam bidang agama semua manusia memiliki agama yang berbeda-beda sesuai
anutan mereka. Dari umat islam,katolik,kristen,hindhu,budha,konghucu dan mungkin masih
banyak lagi lainnya. Sehingga sudah layaknya kita untuk selalu bertoleransi walaupun
berbeda agama. Wujud dari toleransi bisa dengan menghargai pendapat, bekerja sama tanpa
membeda bedakan agama,menghormati dan saling mengasihi,membantu bila sedang tertimpa
musibah. Selain itu mungkin sebagian umat islam saling mengucapkan selamat apabila
merayakan hari besar keagamaan, baik secara langsung melalui ucapan atau tulisan. Mereka
juga tidak sungkan untuk saling bersalaman atau bertegur sapa. Sikap itu menunjukkan
adanya sikap saling menghargai antar umat beragama dalam kemajemukan suatu masyarakat
dengan mementingkan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan.
Kerukunan antar umat beragama juga bisa dibilang dengan toleransi,karna setiap agama yang
mengajarkan untuk salling mengasihi sesama manusia tanpa harus memebedakan keyakinan
yang dianutnya. Kesadaran manusia untuk bereetika baik dilingkungan dapat membuat
seseorang menjadi ringan tangan dalam memberi bantuan tanpa harus membedakan
kenyakinan atau agama masing-masing. Selain itu juga ada norma-norma agama yang
melandaskan akan pentingnya bertoleransi.

Dalam upaya untuk mempertahankan sikap toleransi antar agama yaitu dengan cara
menerapkan ajaran agama yang tergambar dalam suatu acara memperingati syawalan. Selain
itu dengan menerapkan sikap sosial sebagaimana semestinya. Dan apabila seorang pemimpin
dalam suatu daerah memiliki kenyakinan agama yang beda maka wajib bagi seorang
pemimpin untuk mengayomi dan mengasihi tanpa harus memandang agamanya agar tidak
menimbulkan perpecahan antar suatu daerah. Tetap menjaga toleransi dengan ikut
berpartisipasi jika ada masyarakat yang sedang merayakan hari besar keagamaan dengan
mengamankan jalan dan memberikan ucapan selamat, datang ke acara yang mereka adakan
ketika mendapat undangan.

Marilah kita bersama, bersatu mewujudkan kebhinekaan di Republik ini agar


kebhinekaan yang sering diucapkan bisa terwujud dan tidak hanya muncul dari mulut yang
pandai beretorika. Kebhinekaan haruslah terjaga, karena Founding father bangsa Indonesia
sudah bersusah payah untuk menyatukan dari berbagai agama, budaya maupun suku. Kini
kita sebagai generasi abad 21 harus menjaga bukan memecah belah kebhinekaan di NKRI ini,
kita harus menyebarkan bibit toleransi bukan bibit intoleransi. Keberagaman adalah sebuah
anugerah Tuhan yang luar biasa yang harus kita jaga. Perbedaan agama atau apapun harus
kita hormati dan dihargai. Tidak penting apa agamamu dan sukumu, apabila kamu bisa
melakukan sesuatu yang baik dan berguna bagi semua orang, maka orang tidak akan
mempertanyakan apa agamamu.

Anda mungkin juga menyukai