Anda di halaman 1dari 2

DIMENSI AKTUAL

20 tahun setelah Reformasi, Indonesia telah melalui banyak hal, termasuk hal-hal yang
berkaitan dengan isu Persatuan Indonesia. Karena konteks Reformasi lahir sebagai reaksi atas masa
lalu yang lengkap (memenuhi contoh liberalisme dan otoritarianisme), maka darinya bisa dicatat
beberapa pelajaran penting.Pertama, setiap jaman tidak pernah mengubah hal basis dalam
kehidupan, kebutuhan pokok masyarakat. Ancaman terhadap kebutuhan pokok akan mengancam
kehidupan. Pemenuhan kebutuhan pokok meliputi ketersediaan bahan pokok dan kemampuan
masyarakat mengakses.

Kebutuhan pokok adalah struktur dasar (basic structure) sedangkan hal ideal seperti
Persatuan Indonesia adalah struktur atas (super structure). Mengulas panjang lebar persatuan tidak
akan memberi dampak berarti jika hal mendasar belum aman. Pada puncak kemapanan Orde Baru,
semua potensi perpecahan dapat diminimumkan salah satunya karena kebutuhan dasar masyarakat
mampu dicukupi negara. Kebutuhan pokok berkembang seiring perkembangan masyarakat, yang
duluhanya kebutuhan sandang, pangan, papan kini berkembang menjadi kebutuhan kesehatan,
pendidikan, informasi, rekreasi, dan lainnya.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) adalah institusi
sosial yang lahir untuk melengkapi fungsi pemenuhan kebutuhan pokok ini. Ketika negara tidak
mampu memenuhi, maka lembaga lembaga sosial ini yang akan membantu memenuhi.Krisis
ekonomi yang melanda Indonesia beberapa kali terbukti melemahkan sendi politik yang pada
ujungnya melemahkan persatuan bangsa. Elit politik berkewajiban membangun kepercayaan bahwa
kepemimpinannya akan mampu memenuhi kebutuhan pokok warganya.

Disintegrasi sosial dengan indikasi meningkatnya kriminalitas, individualisme, serta


oportunisme biasanya didahului oleh kelangkaan bahan pokok atau lemahnya daya akses. Alasan
yang kedua yang paling sering terjadi. Lemahnya daya akses ini akan menjadi alasan tergerusnya
kepercayaan masyarakat terhadap elit. Jadi, pelajaran kedua adalah adanya kepercayaan dari
masyarakat terhadap elit politik pemerintahan. Ketika kebutuhan pokok bermasalah dan masyarakat
tidak lagi percaya pada pemerintah, maka disintegrasi sosial berpotensi menjadi disintegrasi
kebangsaan.

Kasus-kasus separatisme, ideologi transnasionalisme, atau bahkan maraknya berita hoax


adalah fenomena hilir yang disebabkan oleh fakta hulu tidak adanya kepercayaan terhadap
pemerintahan.Ketidakpercayaan pada pemerintahan ini tidak sedikit yang akhirnya ikut menggerus
kepercayaan masyarakat terhadap Pancasila.Separatisme lahir dari ketidakpercayaan pada distribusi
hasil-hasil pembangunan yang dinilai tidak adil dan korup. Lebih-lebih jika ketidakpercayaan ini
berdampak langsung pada kemiskinan. Meningkatnya paparan ideologi transnasionalisme serta
berita hoax sebanding dengan kepercayaan terhadap negara.

Perkembangan teknologi informasi seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh


pemerintah untuk membangun kepercayaan masyarakat. Keterbukaan informasi atas apa saja usaha
pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat akan mendapat apresiasi yang proporsional dari
masyarakat. Nilai-nilai kejujuran dan keterbukaan seperti ini akan meningkatkan indeks persatuan,
dibandingkan misalnya usaha menutup-nutupi kekurangan dan menggantinya dengan pencitraan.
Masyarakat yang semakin maju akan mudah mengakses informasi yang benar. Ketika masyarakat
kecewa dengan ketidakjujuran yang ditutupi, mereka akan bereaksi negatif.

Lahirnya kognisi publik yang didasarkan pada kontrol bersama akibat teknologi informasi
menjadikan posisi elit dan masyarakat semakin setara. Perkembangan ini berbeda dengan masa-
masa di mana konsep demokrasi perwakilan masih dibutuhkan. Ketika dihadapkan pada
kepentingannya yang dilanggar, masyarakat bisa langsung bersuara dan suaranya bahkan lebih
lantang dari suara majelis wakil rakyat. Media sosial telah berubah menjadi pelantang demokrasi,
dan semakin ke sini kontrol bersama kognisi publik ini semakin mengarah pada nilai bersama.

Konsep Warga Negara Indonesia telah berkembang menjadi warga dunia maya (netizen).
Perkembangan ini merupakan loncatan besar di mana seluruh perilaku aktor elit maupun rakyat
paling bawah semakin transparan di mata netizen. Di dunia maya, baik aktor kelas elit maupun aktor
kelas bawah lebur dalam kesetaraan hak bersuara.Pertemuan virtual ini menyebabkan kontrol atas
kinerja elit dan hak-hak sipil masyarakat semakin baik. Kekecewaan friksi-friksi golongan yang dulu
tersimpan menahun, kini bisa langsung diungkapkan. Ketika kekecewaan itu terungkap, pengadilan
maya akan memprosesnya secara alamiah. Yang baik akan diapresiasi dan yang buruk akan diadili.

Secara umum, perkembangan jaman dari ilmu pengetahuan dan teknologi ini suportif
terhadap asas-asas Persatuan Indonesia. Kontrol bersama menjadi instrumen terbaik untuk
memonitor kinerja elit pemerintahan yang bertanggung jawab menjamin keterpenuhan kebutuhan
pokok. Pada titik ini, filosofi bahwa pemimpin adalah pelayan masyarakat mulai menemukan makna
nyata. Meski demikian, tetap ada efek negatif yang harus terus ditekan. Kebebasan bersuara juga
perlu dibatasi. Tidak ada pihak boleh dirugikan atau merugikan, diperlukan kepastian aturan main
yang mengatur kekuasaan semua pihak.

Hukum dan aturan memiliki fungsi yang sama, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Manusia modern menggunakan hukum tidak hanya untuk melindungi kepentingannya sendiri. Ia
juga menggunakan hukum untuk mengetahui batas wewenangnya sehingga bisa melindungi
kepentingan manusia lain. Kelemahan masa-masa sebelumnya adalah soal ini, kepastian hukum
beserta penegakannya. Dahulu, hukum tidak ada yang membatasi penguasa tertinggi, jikapun ada, ia
tidak sepenuhnya bisa ditegakkan. Di masa lalu, prinsip bahwa Indonesia adalah Negara Hukum
belum terbukti padat.

Pada bagian terdahulu telah dijelaskan bahwa rasionalitas Persatuan Indonesia adalah
bagian potensial dari diri Bangsa Indonesia, sejak purba hingga modern. Sebagai bagian potensial, ia
tidak bisa diharapkan terwujud setiap saat. Adakalanya semangat persatuan ini timbul, adakalanya
tenggelam. Untuk terus menjaga agar semangat persatuan ini timbul, dibutuhkan manajemen
kesadaran kebangsaan yang dapat diandalkan. Salah satu perangkat penting bagi terpeliharanya
manajemen kesadaran kebangsaan ini adalah adanya kepastian dan penegakkan hukum.

Kekuasaan yang terpusat pada aktor, gagasan aktor, atau sistem politik yang ditawarkan
aktor akan berdampak pada dialektika subjektif tanpa akhir.Setiap aktor tidak akan mampu
mengakomodir seluruh kehendak aktor-aktor yang lain. Seorang pemimpin dari elit politik tidak akan
mampu memenuhi kepentingan seluruh rakyatnya. Hukum akan berfungsi menutup celah
kesenjangan antara pemenuhan kepentingan elit dengan ketidakterpenuhan kepentingan sebagian
rakyatnya. Persatuan Indonesia yang dibangun oleh Pancasila merupakan persatuan yang dibangun
berdasarkan hukum.

Anda mungkin juga menyukai