Anda di halaman 1dari 5

Kajian Teoritis : Usangnya Pancasila

Sebagai Ideologi
oleh: Muhammad Naufal Rayyan Romadhoni

Pancasila di era globalisasi mempunyai pengaruh cukup lemah terhadap masyarakat yang
menganut-nya sebagai pedoman. Seakan globalisasi berkehendak pada ideologi, perkembangan
IPTEK menjadi salah satu penyebab lemahnya jiwa pancasila didalam implementasi perilaku
masyarakat Indonesia. Teknologi modern memungkinkan masyarakat untuk mengakses dunia
luar dengan sangat mudah, yang demikian memungkinkan masuknya pengaruh dunia luar
terhadap asas kebudayaan, ideologi dan sebagainya keranah implementasi perilaku masyarakat
Indonesia. Sebagai contoh , pengaruh media sosial sebagai fasilitas kemudahan bagi manusia
saat ini memungkinkan masyarakat menerima informasi dan ilmu yang tentunya tidak dapat
tersaring dengan baik oleh pihak manapun atau pemerintah sekalipun, hal ini dapat menybabkan
adanya defrensiasi sosial dibidang ideologi pada masyarakat, yang demikian dapat mengancam
pancasila sebagai ideologi yang sah. Yaitu ideologi alternatif.

Ideologi alternatif merupakan ideologi yang eksistensinya sangat dipengaruhi oleh globalisasi,
entah suatu individu menciptakan ideologi sendiri atau pengaruh dari suatu tokoh atau individu
bijak dan punya pemikiran nyentrik. Ideologi alternatif dinilai lebih banyak menghasilkan, atau
memakmurkan oleh sebagian masyarakat Indonesia. Sebagai contoh , masyarakat Indonesia
terutama pemuda pemudi sudah berani mencacatkan pancasila secara utopis dan membandingkan
dengan ideologi lain diantara kesmpurnaan dibidang masing masing seperti marxis dengan
materilnya, komunis dengan kesetaraanya, liberal dengan kebebasanya dan lain lain.
Keberadaan ideologi alternatif dikalangan masyarakat tentu sangat mencederai pancasila yang
dimana muncul teori teori tentang usangya pancasila, pancasila yang tidak relevan, pancasila
gagal sebagai ideologi dan lain sebagainya.

Saya tidak menjustifikasi bahwa pancasila adalah ideologi yang buruk, karena menurut saya
semua ideologi tidak ada yang betul betul sempurna. Sebagaimana yang kita tau, ideologi
diciptakan oleh angan manusia yang tentu saja tempat salah dan dosa, semua ideologi itu utopis
atau sempurna diangan saja, tetapi saat diemplementasikan sebuah ideologi pasti akan
menunjukan kecacatanya.

Sebagai mana topik kita yaitu pancasila, saya akan membahas satu persatu dimana letak
kecacatan pancasila melalu lima sila yang tertera , serta menjawab apa yang mendasari
masyarakat berpirikiran bahwa pancasila telah usang.
1. Ketuhanan yang maha esa.

Sila pertama pada piagam Jakarta berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syariat Islam bagi para pemeluknya.” Yang kemudian sila ini menjadi kontroversi, dianggap
diskriminasi karna sebagaimana kita tau bahwa warga Negara Indonesia bukan hanya kaum
muslim. Kemudian digantikan dengan kalimat yang lebih mewakili yaitu "Ketuhanan yang
maha esa”.

Sebetulnya secara teori kalimat di sila pertama sudah sangat bagus, pun kata “esa” dapat
mewakili tiap tiap agama yang ada di Indonesia. Esa sendiri dalam mengartikanya banyak
masyarakat salah mengagap bahwa “esa” hanya ditujukan kepada agama mayoritas yaitu islam,
padahal makna esa sendiri itu sangat luas, sehingga anggapan arti kata esa dalam beberapa
agama memiliki arti yang berbeda dalam konteks ketuhanan dengan berbagai manifestasi di
agama masing masing.

Setelah meringkas tentang kompetenya sila pertama untuk merangkul seluruh umat beragama di
Indonesia ternyata tidak menjadikan sila pertama sempurna, karna ternyata warga Indonesia
tidak hanya kaum beragama, melainkan ada juga yang non agama yaitu orang orang tidak
berkeyakinan, tidak mengakui adanya tuhan dan sebagainya, yang biasa kita kenal dengan atheis.

Orang-orang atheis tentu tidak ikut andil dalam keberhasilan sila pertama sebagai bagian dari
pancasila. Sebenarnya peran kaum atheis dalam masyarakat tidak berpengaruh besar selama
pemikiran mereka disimpan rapat dalam ranah privat, tampa mempengaruhi atau mengajak
masyarakat sekitar untuk mengikuti sifat pemikiran perseorangan, yang demikian adalah
persebaran ranah publik.

Tetapi dalam praktiknya, pemikiran atheis sudah mulai berani untuk merambat ke ranah publik.
Hal ini dibuktikan dengan adanya influrncer, dan para atheis vocal yang secara langsung ataupun
tidak langsung sudah menyebarluaskan pemikiran mereka secara persuatif. Kejadian ini terus
dinormalkan sehingga muncul praktik pemikiran lain yang ikut serta mencederai sila pertama
dengan keberadaanya. Sebagai contoh : LGBT, Persebaran LGBT di Indonesia adalah bentuk
nyata dari ketidak jelasan dan ketidak tegasan sila pertama sebagai salah satu pedoman. Dengan
munculnya hal yang demikian , terciptalah sebuah penyimpangan sosial sehingga menjadikan
masyarakat semakin jauh dari kriteria bangsa bertuhan dan beragama. Dengan kata lain, sila
pertama tidak cukup mewakili seluruh masyrakat Indonesia yang “katanya” menganutnya
sebagai bagian dari pedoman.

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


Ah, omong – omong soal keadilan, apakah benar benar ada pemimpin yang sikap adilnya begitu
ideal?. Jika ada, tolong sumbang kami beberapa.

Pencerminan pemimpin pada lembaga negara sangat tidak relevan dengan arti utuh sila ke dua.
Tak heran, Masyarakat Indonesia memang miskin pribadi adil, inilah yang menjadi problem
mengapa sila ke dua sangat utopis bila dilogika. Jangankan rakyat, aparat saja jarang yang benar
benar ideal sifat adilnya, padahal jika sila kedua benar benar diterapkan di hati masyarakat
masing masing, hal yang demikian harusnya dikategorikan sebagai hal tabu.

Sila ke dua adalah sila pengatur norma, tetapi mengapa bangsa beradab justru memiliki jutaan
kasus pelanggaran sosial?. Pelanggaran sperti bullying, kekerasan seksual maupun fisik masih
banyak terjadi dikalangan masyrakat, setidaknya, kasus kasus yang mencacatkan sila kedua ini
memiliki presentase rendah/menurun seiring berjalanya waktu, tetapi pada kenyataanya kasus-
kasus demikian memiliki peningkatan yang bahkan signifikan hampir setiap tahunya.

Implementasi masyrakat sangat tidak sesuai dengan ekspektasi pancasila. Hal ini dikarenakan
SDM yang seiring perkembangan zaman kualitasnya masih stagnan. Bila hal ini terus terjadi
hingga menjadi tradisi, masyrakat Indonesia akan mengalami degradasi moral seiring berjalanya
zaman.

Maka, bisa disimpulkan bahwa kecacatan sila kedua disebabkan oleh banyaknya pelanggaran
norma sosial, tampa adanya penegasan dan usaha lebih untuk menghilangkan kebiasaan yang
sudah mengakar pada masyarakat.

3. Persatuan Indonesia

Teorisme dan separatisme. Hal itu sudah menjelaskan bahwa persatuan di Indonesia sudah mulai
retak dan perlu dipertanyakan, bahkan tidak usahlah bahas perang antar etnis/separatisme, antar
pemerintah dan rakyat saja hubungan antar keduanya sudah tidak harmonis , padahal kasaranya
pemerintah itu “pembantu” rakyat , hal ini disebabkan oleh tindakan pemerintah yang seringnya
lebih mementingkan kepentingan partai ketimbang rakyat itu sendiri. Contoh nyata , disaat
pemerintah menggencarkan berita covid 19, banyak diantara rakyat yang tidak percaya tentang
keberadaan virus tersebut, maka disana sudah menjelaskan tidak ada istilah persatuan dalam
hubungan mereka.
Disaat nilai persatuan didalam hubungan antara rakyat dan pemerintah ini sudah memudar
ataupun tidak ada, maka jadi apa negara kita yang katanya demokrasi ini. Ayolah, kenapa hal ini
terus diabaikan, ini jelas bukan hal sepele. Kita bahkan mempunyai semboyan Bhineka Tunggal
Ika, lantas apalah arti keberadaanya bila terus diabaikan, lantas juga apa arti para pahlawan susah
payah menjadikan bangsa kita merdeka. Persatuan di Indonesia sangat samar/tidak kasat mata,
orang orang sangat boleh mengatakan bahwa NRI itu satu, tapi sekedar mengingatkan bagi yang
sok sok tidak tau, bahwa NRI kita krisis persatuan.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam


permusywaratan perwakialan

Seperti yang kita tau, kita sebagai masyarakat sudah mulai hilang kepercayaan kepada
pemerintah. Tindakan pemerintah yang semena-mena dan kadang mengabaikan hal-hal kecil
yang merugikan rakyat adalah contoh perilaku labil pemerintah dalam menjalankan tugasnya.

Korupsi yang marak dilakukan pemerintah , diringankan hukumanya dengan alasan sudah
bersedekah/berjasa bagi negaranya, dan hal hal yang tidak masuk akal lainya masih sering
terjadi. Rakyat saja yang mencuri ayam, rakyat yang menyebarkan ujaran kebencian dan lain
sebagainya kadang kadar konsekuensinya lebih berat daripada pelanggaran korupsi yang
tentunya bisa kita nalar dengan akal sehat sangat tidak sebanding.

Terus saja seperti itu, maka rakyat akan semaikin tidak percaya kepada pemerintah, dan
parahnya bila masyarakat sudah kehilangan kepercayaan, ditakutkan akan terjadi revolusi.
Rakyat mulai membangkang, menolak dan lain sebagainya, dan kemudian dikhawatirkan negara
kita menjadi negara yang gagal hanya karena pemimpinya lebih memprioritaskan kepentingan
partai daripada kepentingan rakyat.

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Tidak adanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Ah, Ngomongin soal keadilan sosial
ya kita semua tau kalau semua itu hanyalah angan belaka, kembali dari anggapan ideology itu
hanya sempurna di angan, kita semua tau keadilam sosial tidak akan benar benar ada. Secara
starta sosial, Masyarakat Indonesia memilik suatu cluster/kelas sosial yang bias dibilang sangat
tidak stabil. Misal orang – orang kaya, elite dan pemilik modal pada zaman ini semakin menjaga
dan bahakan memoerlebar jarak antara dia dan si miskin.

Ngomongin soal kemiskinan , hal ini tentu saja tertuju pada ekonomi rakyat yang tidak stabil,
Pun jika digeser ke konteks lain tetap tidak akan membuat sila terakhir terlihat relevan. Misal
kita geser ke pendidikan, pendidikan kita tidak merata, dibuktikan dengan angka literasi yang
kebanyakan ada dan terfalsilitasi di daerah/kawasan padat saja, apalagi pelayanan kesehatan juga
tidak merata, dan satu lagi infrastruktur, ada yang jalanya mulus bagus tervegetasi dengan baik,
ada pula jalan yang dibuat seadanya tampa ada perbaikan berangsur yang menjadikan jalan
lubang dan tragis disetiap tapak yang dijejaki.

_______________________________________________

Disini Saya sebagai salah satu masyarakat Indonesia hanya ingin mencurahkan dan sedikit
berpendapat bahwa pancasila harus disempurnakan implementasinya, sekali lagi saya tidak
menjustifikasi bahwa pancasila itu buruk, tetapi bila ada kesalahan atau suatu pelanggaran
terhadap nilai-nilai pancasila lalu kita diam saja, tampa protes atau mengkritisasi hal tersebut,
demikian adalah hal yang harus disalahkan.

Saya tidak sendiri, saya yakin ada satu atau banyak orang setuju bila pancasila yang sekarang
hanya ideal di angan saja. Tetapi bila anda tidak enak hati atau sukar pada artikel ini mohon
hakimi karya saya, benci karya saya, tampa harus memaki pemilik karya yang demikian adalah
termasuk kekerasan verbal yang tentunya mencederai pancasila itu sendiri yakni pada sila kedua.
Sekian dari saya, terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai