Anda di halaman 1dari 7

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi ini.
Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad
SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah tentang Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi yang
telah tersusun ini dapat bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para
pembaca, menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan, baik dari
aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan. Semua ini murni
didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu, kami membutuhkan kritik dan
saran kepada segenap pembaca yang bersifat membangun untuk lebih meningkatkan kualitas
di kemudian hari.

Indonesia, April 2022

Penyusun
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang terletak dalam posisi silang yang strategis dilihat
dari kedudukan geografisnya. Di posisi silang mobilitas dunia tersebut, Indonesia banyak
mendapat keuntungan yang didapat dalam perkembangannya. Namun tidak hanya itu,
pengaruh-pengaruh negatif dan penetrasi ideologi asing yang datang dari luar.
Tidak hanya ideologi liberalisme dari bangsa barat atau komunisme dari Rusia atau
China tetapi masih banyak yang lain dan itu kurang sesuai dengan kepribadian bangsa. Hal
itu tentunya akan menjadi ancaman tantangan yang langsung dan tidak langsung dapat
membahayakan identitas integritas bangsa. Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terdiri dari berbagai pulau dengan keanekaragaman suku, bangsa, budaya, dsb.
Oleh karena itu, untuk bertahan mempertahankan kelangsungan hidup bangsa harus
kita miliki ketahanan nasional untuk tetap menggalang persatuan dan kesatuan untuk
menangkal masuknya pengaruh-pengaruh negatif yang tidak sesuai dengan kepribadian
bangsa ini.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, penyusun merumuskan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa yang menjadi ancaman integrasi nasional di bidang ideologi?
2. Kenapa liberalisme menjadi ancaman integrasi nasional di bidang ideologi?
3. Apa akibat dari ancaman integrasi nasional di bidang ideologi?
4. Bagaimana strategi mengatasi ancaman integrasi nasional di bidang ideologi?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi


Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa Indonesia masih rawan terhadap berbagai
ancaman. Salah satunya dari paham komunisme yang bersembunyi di balik semboyan
demokrasi. Upaya sejumlah pihak untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi
komunis telah berulang kali terjadi di Indonesia terhitung sejak 1926, 1946, 1948, dan 1965.
Beruntung setiap aksinya, Indonesia berhasil diselamatkan Tuhan YME dan keteguhan
masyarakat menjalankan Pancasila sehingga upaya tersebut gagal. Meski tidak lagi muncul
sebagai sebuah partai karena tidak diperbolehkan lagi, namun ideologi komunis hingga kini
masih ada dan berkembang di Indonesia.
Dalam penafsiran demokrasi misalnya, kelompok tersebut menganggap semua hal bisa
dibentuk termasuk mewujudkan ideologi komunis. Semua cara mereka lakukan untuk itu,
meski tidak seluruhnya nyata tapi sangat terasa keberadaannya. Karenanya, peran negara
sangat penting dengan memegang teguh undang-undang. Paham komunisme seperti penyakit
menular yang terus menyebarkan pengaruhnya. Hal ini harus dicegah, bila tidak maka banyak
yang akan menjadi korban. Berdasarkan penelitian literatur yang dilakukannya dalam kurun
waktu 74 tahun, penyebaran paham komunis di 76 negara telah membunuh 120 juta manusia.
Artinya, sebanyak 4.500 orang per hari dibunuh. Tidak ada ideologi di dunia seperti itu,
Hitler saja kalah karena cuma 1/3. Ini bukan ideologi tapi penyakit menular.
Pelarangan ini tidak bisa dikatakan melanggar hak asasi manusia sebab, negara harus
menjamin keselamatan rakyatnya. Di Italia, partai fasis dilarang. Begitu juga di Jerman yang
melarang paham Nazi dan komunis. Negara punya tanggung jawab menjelaskan dampak dari
paham komunis kepada generasi penerus bangsa. Salah satunya melalui pendidikan.
Kurangnya pemahaman generasi muda terhadap paham komunis, karena belum maksimalnya
sistem pendidikan yang ada.
Bukan hanya paham komunisme yang harus diwaspadai, tapi juga kapitalisme dan
liberalisme. Paham tersebut memengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat tanpa disadari.
Hal itu dapat dilihat dari perubahan perilaku dan sikap nasionalisme. Ancaman terhadap
ideologi Pancasila akan selalu datang dalam bentuk beragam. Kalau komunisme jadi
ancaman maka kapitalisme dan imperialisme juga adalah musuh bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia belum sepenuhnya terbebas dari pengaruh paham lainnya, misalnya
pengaruh liberalisme. Saat ini kehidupan masyarakat Indonesia cenderung mengarah pada
kehidupan liberal yang menekankan pada aspek kebebasan individual. Sebenarnya,
liberalisme yang disokong oleh Amerika Serikat tidak hanya memengaruhi bangsa Indonesia,
akan tetapi hampir semua negara di dunia. Hal ini sebagai akibat dari era globalisasi.
Globalisasi ternyata mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme
dapat membawa manusia ke arah kemajuan dan kemakmuran. Tidak jarang hal ini
memengaruhi pikiran masyarakat Indonesia untuk tertarik pada ideologi tersebut. Akan
tetapi, pada umumnya, pengaruh yang diambil justru yang bernilai negatif, misalnya gaya
hidup yang diliputi kemewahan, pergaulan bebas, dan sebagainya. Hal tersebut tentu saja
apabila tidak diatasi akan menjadi ancaman bagi kepribadian bangsa Indonesia yang
sesungguhnya.

B. Contoh Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi


Ancaman integrasi nasional dalam bidang ideologi adalah ancaman yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan pemikiran masyarakat suatu negara sehingga
akan mengancam terhadap dasar falsafah negara yaitu Pancasila. Contoh ancaman integrasi
nasional dalam bidang ideologi adalah liberalisme.
Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama. Secara
umum, liberalisme mengusahakan suatu masyarakat yang dicirikan oleh kebebasan berpikir
bagi para individu, pembatasan kekuasaan, khususnya dari pemerintah dan
agama, perlindungan dan penegakan hukum, pertukaran gagasan yang bebas, ekonomi pasar
yang mendukung usaha pribadi (private enterprise) yang relatif bebas, dan suatu sistem
pemerintahan yang transparan, yang di dalamnya hak-hak kaum minoritas dijamin. Dalam
masyarakat modern, kaum liberal lebih menyukai demokrasi liberal dengan pemilihan umum
yang terbuka dan adil, di mana semua warga negara mempunyai hak yang sederajat oleh
hukum dan mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil.
Menjelang tahun 1930-an, liberalisme mulai berkembang tidak hanya meliputi
kebebasan berpolitik saja, tetapi juga mencakup kebebasan-kebebasan di bidang lainnya;
misalnya ekonomi, sosial, dan lain sebagainya. Tahun 1941, Presiden Franklin D. Roosevelt
mendeklarasikan empat kebebasan, yakni kebebasan untuk berbicara dan menyatakan
pendapat (freedom of speech), kebebasan beragama (freedom of religion), kebebasan dari
kemelaratan (freedom from want), dan kebebasan dari ketakutan (freedom from fear).
Menurut Syamsuddin Arif, Ph.D, Liberalisme dapat berkembang ke segala aspek
kehidupan. Di zaman Pencerahan, kaum intelektual dan politisi Eropa menggunakan istilah
liberal untuk membedakan diri mereka dari kelompok lain. Sebagai adjektif, kata ‘liberal’
dipakai untuk menunjuk sikap anti feodal, anti kemapanan, rasional, bebas merdeka
(independent), berpikiran luas lagi terbuka (open-minded) dan, oleh karena itu, hebat
(magnanimous).
1. Dalam politik, liberalisme dimaknai sebagai sistem dan kecenderungan yang berlawanan
dengan dan menentang ‘mati-matian’ sentralisasi dan absolutisme kekuasaan. Munculnya
republik-republik menggantikan kerajaan-kerajaan konon tidak terlepas dari liberalisme
ini.
2. Di bidang ekonomi, liberalisme merujuk pada sistem pasar bebas dimana intervensi
pemerintah dalam perekonomian dibatasi jika tidak dibolehkan sama sekali. Dalam hal ini
dan pada batasan tertentu, liberalisme identik dengan kapitalisme.
3. Di wilayah sosial, liberalisme berarti emansipasi wanita, penyetaraan gender, pupusnya
kontrol sosial terhadap individu dan runtuhnya nilai-nilai kekeluargaan. Biarkan wanita
menentukan nasibnya sendiri, sebab tak seorang pun kini berhak dan boleh memaksa
ataupun melarangnya untuk melakukan sesuatu.
4. Dalam urusan agama, liberalisme berarti kebebasan menganut, meyakini, dan
mengamalkan apa saja, sesuai kecenderungan, kehendak dan selera masing-masing.
Bahkan lebih jauh dari itu, liberalisme mereduksi agama menjadi urusan privat.
Bagi bangsa Indonesia, terutama Pancasila, liberalisme merupakan ancaman. Pendapat
J. Kartini Soedjendro, “Dunia yang menghadirkan gerak globalisasi dan universalitas nilai-
nilai liberalisme telah menciptakan perubahan yang begitu besar dalam tata cara pergaulan
internasional.” Dampaknya telah dirasakan oleh semua negara di dunia termasuk Indonesia.
Atas kenyataan ini sikap politik yang harus diambil suatu bangsa sangat bergantung dari
ideologi yang dianut.
Bagi bangsa Indonesia, liberalisme jelas merupakan ideologi yang dapat mengancam
kelangsungan kebangsaan Indonesia karena secara material, di dalamnya terkandung nilai-
nilai sosial-politik yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sikap politik bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
C. Akibat dari Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi
Ancaman integrasi nasional dalam bidang ideologi dapat berakibat antara lain:
1. Melemahnya pemahaman masyarakat tentang ideologi bangsa yaitu Pancasila, sehingga
mengakibatkan perilaku masyarakat tidak mencerminkan atau tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila,
2. Timbulnya gerakan separatis karena perbedaan ideologi, serta
3. Rusaknya etika dan moral bangsa.

D. Strategi Mengatasi Ancaman Integrasi Nasional di Bidang Ideologi


Untuk mengatasi ancaman integrasi nasional dalam bidang ideologi, dapat dilakukan
dengan:
1. Memahami lebih dalam arti penting Pancasila sebagai ideologi negara,
2. Menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam bermasyarakat dari hal-hal yang kecil hingga
yang besar,
3. Meningkatkan ketahanan masyarakat dalam menghadapi usaha pemecah belahan dari luar,
4. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas, dan
5. Menyebarkan dan memasyarakatkan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-butir
Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ancaman integrasi nasional di bidang ideologi adalah ancaman yang dinilai
mempunyai kemampuan yang membahayakan pemikiran masyarakat suatu negara sehingga
akan mengancam terhadap dasar falsafah negara yaitu Pancasila.
Bagi bangsa Indonesia, terutama Pancasila, Liberalisme merupakan ancaman. Dunia
yang menghadirkan gerak globalisasi dan universalitas nilai-nilai liberalisme telah
menciptakan perubahan yang begitu besar dalam tata cara pergaulan internasional.
Dampaknya telah dirasakan oleh semua negara di dunia termasuk Indonesia. Atas kenyataan
ini sikap politik yang harus diambil suatu bangsa sangat bergantung dari ideologi yang
dianut.
Bagi bangsa Indonesia, liberalisme jelas merupakan ideologi yang dapat mengancam
kelangsungan kebangsaan Indonesia karena secara material, di dalamnya terkandung nilai-
nilai sosial-politik yang tidak sesuai dan bertentangan dengan sikap politik bangsa Indonesia
dalam mewujudkan cita-cita, berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.

B. Saran
1. Sebagai warga negara Indonesia kita harus benar-benar memahami falsafah negara kita
yaitu Pancasila.
2. Jangan mudah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran orang barat yang berbeda
ideologinya dengan kita. Karena etika dan moral bangsa kita berbeda.
3. Kita harus pintar-pintar menyeleksi media masa dan partai politik.

Anda mungkin juga menyukai