Anda di halaman 1dari 4

Nama : Misi Aryani Sari

NIM : 858407997
Mata Kuliah : PDGK4401/ Materi dan Pembelajaran PKn SD
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan cermat
1. Bangsa Indonesia tengah mengalami suatu perubahan kearah pendewasaan menuju terbentuknya
masyarakat yang demokratis. Namun demikian, pengembangan masyarakat yang demokratis, religius, dan
berkeadilan sosial tersebut tidaklah mudah disebabkan adanya beberapa faktor yang menghambat terhadap
pencapaian kondisi tersenbut. Jelaskan faktor-faktor penghambat yang dimaksud !
Jawaban :
a. Tingkat pendidikan yang masih kurang dalam memahami kedisiplinan dalam bermasyarakat dan
musyawarah.
Masih kurangnya pendidikan umum yang cukup bermutu yang dapat menimbulkan pandangan yang
lebih luas tentang kehidupan serta kesadaran tentang disiplin. Karena pandangan kurang luas maka orang
cenderung untuk memperhatikan dirinya dan kepentingannya sendiri dan kelompoknya. Hal ini
mempersulit timbulnya sifat untuk menghargai perbedaan dan pendapat orang lain, terutama dari
kelompok lain. Sedangkan masih lemahnya disiplin menyebabkan hukum kurang berjalan dalam
masyarakat. Orang sadar akan keadilan, tetapi lebih diorientasikan kepada dirinya dan kelompoknya dan
kurang kepada kepentingan umum.
b. Rendahnya tingkat kesadaran akan hukum dan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Kesadaran hukum di masyarakat terhadap pancasila, UUD 1945 dan perundang undangan
masih belum merata dan menyeluruh, sehingga terdapat penyalahgunaan wewenang atau dapat di sebut
main hakim sendiri. Hal ini tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagi Negara demokrasi seperti
Indonesia yang mengedepankan Pancasila sebagai falsafah hidup warga Negara. Nilai dan tata hukum
yang absurd dan abstrak mencederai arah pemahaman pada tataran masyarakat bawah. Masyarakat
menjadi tumbal atas gagalnya sebuah demokrasi, tidak dapat dipungkiri peran kalangan elit pun patut
dipertanyakan sebagai wadah penyalur aspirasi dan pemberi informasi. Proses penyampaian yang
menjembatani kalangan elit dan rakyat bawah seakan rapuh akhirnya demokrasi menjadi raga tak
bernyawa.
Demikian pula di kalangan elit, bahasa yurisprudensi dalam partai politik seakan menjadi ocehan tabu
dalam kertas-kertas partai. Konstitusi partai takluk pada kepentingan orang tertentu dalam internal partai.
Konflik di internal partai politik belakangan adalah etalase yang mempertontonkan tentang tidak
dipatuhinya mekanisme internal dalam bentuk AD/ART. Orang-orang partai terfragmentasi ke dalam
berbagai kelompok yang hanya berorientasi kekuasaan. AD/ART sebagai konstitusi partai tak lebih
hanya sebuah aksesori dan pajangan belaka. Bahkan, jika ditelusuri, turbulensi kepartaian banyak
berawal dari rapuhnya manajemen kepartaian. Parpol sebagai institusi publik kerap tersandera
kepentingan privat segelintir orang. Padahal jelas, parpol bukan bisnis perorangan, tapi public
enterprise. Karena itu, manajemen kepartaian harus taat pada aturan main dan tak boleh dibiarkan takluk
pada kepentingan orang perorang. Ketundukan semua pengurus partai pada aturan main dan pengukuhan
partai sebagai lembaga publik adalah niscaya.
c. Tingkat kesejahteraan masyarakat yang relatif rendah.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam arena pertarungan seperti Indonesia banyak yang saling
beradu, berkompetisi mendapatkan apa yang diinginkan. Mereka yang lapar menjadi tameng akan
prinsip kejayaan yang dicoba ditawarkan. Kalangan elit tentu saja memanfaatkan situasu seperti ini dan
juga turut dinikmati oleh masyarakat kelas bawah, money politic dan korupsi menjadi kendala yang
menarik untuk disinggungkan dengan problematika masyarakat. Tingkat partisipasi masyarakat dalam
politik yang masih digerakkan oleh uang menjadikan arena demokrasi Indonesia sebagai sebuah rimba
politik. Siapa yang banyak uang dialah yang berhak menang. Tapi hal itu tidak menjadi jaminan bagi
kemajuan suatu bangsa kedepan.
d. Pengaruh feodalisme dan paternalistik.
Di Indonesia feodalisme digunakan untuk merujuk pada perilaku-perilaku negatif yang mirip
dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot', 'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada
nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Kuatnya feodalisme di masa lalu membuat orang
enggan untuk mengeluarkan pendapat atau pikiran yang mungkin berbeda, apalagi bertentangan, dengan
pikiran orang yang dianggap lebih tinggi kedudukannya. Sebaliknya, orang mengabaikan pendapat dan
pikiran orang lain yang berada dalam posisi yang dinilai lebih rendah dari posisinya sendiri. Masih
lekatnya kultur paternalistik dengan pola hubungan patron-klien. Kepemimpinan karismatis-
paternalistik, baik struktural maupun kultural masih menempati grafik puncak dalam peringkat pola-pola
kepemimpinan di Indonesia. Kultur dan struktur paternalistik ini memposisikan hubungan antarmanusia
secara vertikal. Interaksi antarmanusia bergerak dari atas ke bawah. Kondisi ini kian membenarkan tesis
George McTurnan Kahin dalam bukunya “Nationalism and Revolution in Indonesia” (1952). Menurut
Kahin, hambatan terbesar bagi demokrasi di Indonesia adalah tabiat rakyatnya yang terlampau
menunggu arahan dari atas. Rakyat lebih banyak menunggu petunjuk dari atas.
e. Sikap pesimisi dan skeptic terhadap demokrasi.
Para penganut teori konspirasi cenderung memandang bahwa apapun di dunia sudah dirancang
sedemikian rupa dan masyarakat dunia menjadi korban atas skenario besar tersebut. Demokrasi
dianggap menjadi bagian dari scenario besar yang ditawarkan oleh Negara-negara barat terhadap dunia.
Ada orang berpendapat bahwa masyarakat Barat yang melahirkan demokrasi mempunyai budaya yang
berbeda dari budaya Indonesia. Ini dipakai alasan oleh orang Indonesia yang tidak setuju dengan
perkembangan demokrasi di Indonesia. Bahwa budaya berpengaruh terhadap pelaksanaan demokrasi
adalah benar. Akan tetapi dalam setiap budaya dapat dikembangkan demokrasi. Memang kemudian
demokrasi tidak akan presis sama di lingkungan budaya yang berbeda.. Demokrasi di Jepang tidak
sepenuhnya sama dengan yang ada di Amerika Serikat karena budaya Jepang dan Amerika berbeda.
Jangankan antara budaya Timur dan Barat seperti itu, demokrasi di Perancis dan Inggeris saja berbeda
padahal sama–sama bangsa Barat. Namun dalam semua perbedaan yang ditimbulkan oleh perbedaan
budaya tetap inti demokrasi selalu ada, yaitu bahwa yang berdaulat di negara itu adalah rakyat.
f. Isu SARA sebagai alat pelemahan eksistensi demokrasi.Di masyarakat Indonesia masih sering terjadi
gejolak yang bernuansa SARA ( Suku, Agama, Ras, dan Aliran Kepercayaan ) yang dapat menimbulkan
keresahan social yang dapat mengakibatkan ketegangan politik. Ada pandangan atau interpretasi ajaran
agama yang membuat orang menyingkirkan keperluan demokrasi. Di samping itu ada pula pihak-pihak
yang sebenarnya tidak menghendaki demokrasi , tetapi memanfaatkan demokrasi untuk memperoleh
posisi yang kuat dan pada saat berkuasa justru menyingkirkan demokrasi. Itu telah dilakukan Hitler di
Jerman dan di masa lalu merupakan taktik kaum komunis di Indonesia. Negara indonesia adalah negara
yang terdiri dari pulau pulau yang terpisah antara yang satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan
perbedaan suku, agama, ras serta antar golongan. Dari perbedaan perbedaan ini menimbulkan gejolak
gejolak sosial yang mengakibatkan terjadinya ketegangan politik.

2. Coba anda simak halaman 1.7 (modul 1 halaman 7) Alinea ke tiga, ada kalimat yang berbunyi “Dalam
demokrasi tidak langsung, para pejabat membuat Undang-undang dan menjalankan program untuk
kepentingan umum atas nama rakyat. Hak-hak rakyat dijunjung tinggi karena para pejabat dipilih dan
diangkat oleh rakyat dan harus bertanggung jawab kepada rakyat melalui pemilihan umum. Dalam
demokrasi tidak dibenarkan adanya keputusan politik dari pejabat yang merugikan apalagi menindas
rakyat demi kepentingan penguasa” menurut anda setujukah anda dengan pernyataan di atas, Pada hal tidak
sedikit Undang-Undang yang yang di demo karena dianggap merugikan/menindas rakyat. Mengapa hal ini
bisa terjadi. Kaitkan dengan mentalitas pribadi pejabat dan kepentingan partai politik dimana pejabat tersebut
berasal
Jawaban:
Saya sangat setuju dengan pendapat yang diuraikan di atas, bukan tanpa alasan saya menyetujui
pendapat tersebut, keputusan keputusan yang di buat oleh wakil rakyat di parlemen sudah banyak yang
menimbulkan kerugian yang luar biasa kepada rakyat, walupun keputusan tersebut dibuat dengan dalih untuk
kepentingan rakyat. Padahal seharusnya keputusan keputusan untuk menciptakan sebuah undang-undang dan
menjalankan program program umum harus melalui sosialisasi dan persetujuan banyak pihak terutama
masyarakat umum yang akan dikenai undang undang dan peraturan tersebut.
Negara demokratis seharusnya bersikap adil terhdap setiap keputusan keputusan yang dibuat, agar
tidak merugikan masyarakat banyak kelompok minoritas tidak boleh dikalahkan dengan keputusan yang
hanya menguntungkan kaum mayoritas dan begitu pula sebaliknya.
Sedikit banyak mentalitas pejabat politik yang harusnya mengayomi masyarakat sekarang mengalami
penurunan, pejabat pejabat tersebut sekarang lebih banyak yang mementingkan kepentingan pribadi dan
kepentingan partai politiknya dalam mengambil setiap kebijakan yang akan dilaksanakan. Contoh kecil
sederhana adalah sulitnya untuk mengesahkan RUU tentang perampasan harta bagi pejabat yang melanggar
atau melakukan tindak pidana Korupsi. Padahal seharusnya RUU ini menjadi cambuk bagi pejabat negara
yang mempunyai keinginan untuk Korupsi dan menjadi angin segar bagi masyarakat yang memang
menginginkan adanya hukuman tegas bagi pejabat yang melanggar. Ini sudah menjadi salah satu pertanda
bahwa sebenarnya ada kekuatan yang lebih besar mengatur para pejabat di Parlemen agar sulit untuk
melakukkan pengesahan RUU tersebut, kekuatan besar tersebut berasal dari Partai Politik masing-masing
pejabat yang mempunyai kepentingan kepentingan tertentu yang mengutamakan tujuan partai politiknya.

3. Dalam Pendidikan Kewarganegaraan pendidikan nilai, moral, dan atau budi pekerti selalu mendapat tempat
khusus dalam poko-pokok bahasan yang secara langsung berkaitan dengan warga negara (system personal).
Mengapa demikian Jelaskan !
Jawaban:
istem pembelajaran di indonesia selalu memasukkan pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan nilai, moral, dan atau budi pekerti. Hal itu bertujuan agar lulusan
pendidikan tersebut tidak hanya memahami mengenai materi atau ilmu yang
cenderung bersifat eksakta atau sosial, namun juga agar siswa/i dapat mengetahui,
memahami, dan mengaplikasikan karakteristik budaya yang luhur yang berlandaskan
pada pancasila dan moral sosial masyarakat indonesia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan nilai, moral dan budi pekerti diperlukan agar perkembagan ilmu yang
didapat siswa selaras dengan perkembangan budi pekerti atau aspek lain secara
psikologis. Pendidikan di Indonesia pada dasarnya masih cenderung lebih rendah
kualitasnya secara umum jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini diperparah
dengan kesenjangan sosial yang tinggi, kesenjangan ekonomi yang tinggi dan
penyebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung berpusat di pulau jawa
(>50%) sehingga sangat telihat perbedaan kemajuannya dalam segala aspek tak
terkecuali dalam aspek pendidikan
istem pembelajaran di indonesia selalu memasukkan pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan nilai, moral, dan atau budi pekerti. Hal itu bertujuan agar lulusan
pendidikan tersebut tidak hanya memahami mengenai materi atau ilmu yang
cenderung bersifat eksakta atau sosial, namun juga agar siswa/i dapat mengetahui,
memahami, dan mengaplikasikan karakteristik budaya yang luhur yang berlandaskan
pada pancasila dan moral sosial masyarakat indonesia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan nilai, moral dan budi pekerti diperlukan agar perkembagan ilmu yang
didapat siswa selaras dengan perkembangan budi pekerti atau aspek lain secara
psikologis. Pendidikan di Indonesia pada dasarnya masih cenderung lebih rendah
kualitasnya secara umum jika dibandingkan dengan negara lain. Hal ini diperparah
dengan kesenjangan sosial yang tinggi, kesenjangan ekonomi yang tinggi dan
penyebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung berpusat di pulau jawa
(>50%) sehingga sangat telihat perbedaan kemajuannya dalam segala aspek tak
terkecuali dalam aspek pendidikan
Sistem pembelajaran di indonesia selalu memasukkan pendidikan kewarganegaraan, pendidikan nilai,
moral, dan atau budi pekerti. Hal itu bertujuan agar lulusan pendidikan tersebut tidak hanya
memahami mengenai materi atau ilmu yang cenderung bersifat eksakta atau sosial, namun juga agar
siswa/i dapat mengetahui ,memahami, dan mengaplikasikan karakteristik budaya yang luhur yang
berlandaskan pada pancasila dan moral sosial masyarakat indonesia dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan nilai, moral dan budi pekerti diperlukan agar perkembagan ilmu yang didapat siswa
selaras dengan perkembangan budi pekerti atau aspek lain secara psikologis. Pendidikan di
Indonesia pada dasarnya masih cenderung lebih rendah kualitasnya secara umum jika dibandingkan
dengan negara lain. Hal ini diperparah dengan kesenjangan sosial yang tinggi, kesenjangan ekonomi
yang tinggi danpenyebaran penduduk yang tidak merata dan cenderung berpusat di pulau
jawa(>50%) sehingga sangat telihat perbedaan kemajuannya dalam segala aspek tak terkecuali
dalam aspek pendidikan
4. PKn dengan paradigma baru mensyaratkan materi pembelajaran yang memuat komponen-komponen
pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat global. Jelaskan apa yang
dimaksud dengan disposisi kewarganegaraan/kepribadian dalam pernyataan di atas ?
Jawaban:
Dalam tingkatan kehidupan individu sebagai warga negara, Branson menyebutkanbahwa setiap
warga negara dalam negara demokrasi semestinya memiliki civicsvirtues atau kebajikan-kebajikan
kewarganegaraan, sebab tanpa hal itu system pemerintahan demokrasi tidak mungkin berjalan
sebagaimana mestinya. Disposisi kewarganegaraan menurut pendapat diatas adalah sikap-sikap dan
kebiasaan-kebiasaan warga negara yang menopang perwujudan kebaikan bersama serta berfungsinya
system demokrasi secara sehat.
Yang dimaksud disposisi kewarganegaraan/kepribadian WNI yang fungsional bukan hanya dalam
tatanan hidup berbangsa dan bernegara tetapi juga dalam masyarakat global karena setiap warga negara
bukan hanya merupakan penduduk negara yangbersangkutan tapi juga termasuk warga dunia. Setiap
penduduk di suatu negara adalah juga termasuk penduduk dunia atau masyarakat global karena diharapkan
dapat tercapai keharmonisan hidup berdampingan sebagai sesama manusia. Jika antarpenduduk
dunia bisa menciptakan kehidupan rukun, aman dan damai, maka semua tujuan untuk kehidupan yang lebih
baik juga akan tercapai
Dalam tingkatan kehidupan individu sebagai warga negara, Branson menyebutkan
bahwa setiap warga negara dalam negara demokrasi semestinya memiliki civics
virtues atau kebajikan-kebajikan kewarganegaraan, sebab tanpa hal itu sistem
pemerintahan demokrasi tidak mungkin berjalan sebagaimana mestinya. Disposisi
kewarganegaraan menurut pendapat diatas adalah Disposisi kewarganegaraan adalah
5. Ketika sejarawan menilai kebenaran atau validasi suatu dokumen sejarah, maka ada dua hal yang perlu
dipertimbangkan, yaitu validasi eksternal dan validitas internal. Jelaskan apa yang dimaksud validitas
ekternal dan validitas internal yang dimaksud !
Jawaban:
Yang dimaksud validitas eksternal dan validitas internal dalam nilai kebenaran suatu dokumen
sejarah adalah merupakan cara untuk mengetahui apakah dokumen sejarah itu benar-benar sesuai dengan
fakta peristiwa yang terjadi pada masanya. Validitas internal merupakan akurasi nilai kebenaran dokumen
sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya dengan mengacu pada kemampuan dalam pengujian nilai
kebenaran tersebut. Sedangkan validitas eksternal adalah akurasi nilai kebenaran dokumen sejarah
yang dapat dipercaya kebenarannya dengan mengacu pada kondisi di sekitar dokumen sejarah itu berasal

Selamat mengerjakan jangan lupa tetap patuhi protokol kesehatan

Anda mungkin juga menyukai