Anda di halaman 1dari 23

MEMBANGUN SISTEM AGRIBISNIS

Januari 5, 2008 Filed under Membangun Bisnis Pertanian, Teknologi Budidaya


Tanaman
Oleh:

R.Hermawan,

SP,MP*)

A. LATAR BELAKANG
Sejak Orde pembangunan dimulai di Indonesia, pemerintah dan rakyat Indonesiatelah menetapkan
Trilogi Pembangunan Nasional (pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pemerataan pembangunan dan
hasil pembangunan, stabilitas nasional yang mantap dan dinamis) sebagai doktrin pelaksanaan
pembangunan nasional. Strategi dan kebijaksanaan, program-program pembangunan setiap sektor
pembangunan nasional dijiwai dan mengacu pada pencapaian Trilogi Pembangunan Nasional
tersebut. Upaya pencapaian Trilogi Pembangunan diwujudkan melalui pembangunan ekonomi
dengan titik berat pada pertanian primer.
Selama 25 Tahun pembangunan ekonomi dengan titik berat pertanian berlangsung, pertumbuhan
ekonomi mampu mencapai sekitar 7 persen pertahun, laju inflasi dapat dikendalikan dibawah dua
digit, swasembada beras tercapai pada tahun 1984, pendapatan perkapita meningkat dari sekitar US
$ 70 pada tahun 1969 menjadi sekitar US $ 700 pada akhir PJP I.
Dengan perubahan struktur perekonomian nasional yang demikian, pada tahap selanjutnya prioritas
pembangunan ekonomi nasioanl mengalami perubahan. Pembangunan industri yang didukung oleh
pertanian yang tangguh menjadi titik berat pembangunan ekonomi nasional. Disini muncul
pertanyaan besar, bagaimana wujud pembangunan industri yang didukung pertanian tangguh. Disini
dapat diartikan bahwa industri yang perlu dikembangkan adalah industri-industri yang mengolah hasil
pertanian primer menjadi produk olahan, yakni agroindustri. Namun sekali lagi adalah bahwa
agroindustri tidak mungkin berkembang dan bermanfaat bagi rakyat Indonesia, bila tidak didukung
oleh pertanian primer sebagai penghasil bahan baku. Kemudian, pertanian primer tidak akan mampu
berkembang bila tidak didukung oleh pengembangan industri-industri yang menghasilkan sarana
produksi (industri hulu pertanian). Dan agroindustri, pertanian primer dan industri hulu pertanian tidak
dapat berkembang dengan baik bila tidak didukung oleh sektor atau lembaga yang menyediakan jasa
yang dibutuhkan.
B. AGRIBISNIS SEBAGAI SUATU SISTEM
Agribisnis sebagai suatu sistem adalah agribisnis merupakan seperangkat unsur yang secara teratur
saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Disini dapat diartikan bahwa agribisnis terdiri

dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara
reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas.
Adapun kelima mata rantai atau subsistem tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi
Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran.
Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya
agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah,
tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk.
b. Subsistem Usahatani atau proses produksi
Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka
meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan
pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi
primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan
produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah
pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang
berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka
c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil
Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut
keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat
pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi
primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan,
pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu.
d. Subsistem Pemasaran
Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar
domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan
informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri.
e. Subsistem Penunjang
Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi :

Sarana Tataniaga

Perbankan/perkreditan

Penyuluhan Agribisnis

Kelompok tani

Infrastruktur agribisnis

Koperasi Agribisnis

BUMN

Swasta

Penelitian dan Pengembangan

Pendidikan dan Pelatihan

Transportasi

Kebijakan Pemerintah

C. STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM AGRIBISNIS


1. Pembangunan Agribisnis merupakan pembangunan industri dan pertanian serta jasa yang
dilakukan sekaligus, dilakukan secara simultan dan harmonis. Hal ini dapat diartikan bahwa
perkembangan pertanian, industri dan jasa harus saling berkesinambungan dan tidak berjalan
sendiri-sendiri. Yang sering kita dapatkan selama ini adalah industri pengolahan (Agroindustri)
berkembang di Indonesia, tapi bahan bakunya dari impor dan tidak (kurang) menggunakan
bahan baku yang dihasilkan pertanian dalam negeri. Dipihak lain, peningkatan produksi pertanian
tidak diikuti oleh perkembangan industri pengolahan ( Membangun industri berbasis sumberdaya
domestik/lokal). Sehingga perlu pengembangan Agribisnis Vertikal.
2. Membangun Agribisnis adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan
komparatif yaitu melalui transformasi pembangunan kepada pembangunan yang digerakkan
oleh modal dan selanjutnya digerakkan oleh inovasi. Sehingga melalui membangun agribisnis
akan mampu mentransformasikan perekonomian Indonesia dari berbasis pertanian dengan
produk utama (Natural resources and unskill labor intensive) kepada perekonomian berbasis
industri dengan produk utama bersifat Capital and skill Labor Intesif dan kepada perekonomian
berbasis inovasi dengan produk utama bersifat Innovation and skill labor intensive. Dalam arti
bahwa membangun daya saing produk agribisnis melalui transformasi keunggulan komparatif
menjadi keunggulan bersaing, yaitu dengan cara:
Mengembangkan subsistem hulu (pembibitan, agro-otomotif, agro-kimia) dan pengembangan
subsistem hilir yaitu pendalaman industri pengolahan ke lebih hilir dan membangun jaringan
pemasaran secara internasional, sehingga pada tahap ini produk akhir yang dihasilkan sistem
agribisnis didominasi oleh produk-produk lanjutan atau bersifat capital and skill labor
intensive.

Pembangunan sistem agribisnis yang digerakkan oleh kekuatan inovasi. Pada tahap ini peranan
Litbang menjadi sangat penting dan menjadi penggerak utama sistem agribisnis secara
keseluruhan. Dengan demikian produk utama dari sistem agribisnis pada tahap ini
merupakan produk bersifat Technology intensive and knowledge based.
Perlu orientasi baru dalam pengelolaan sistem agribisnis yang selama ini hanya pada
peningkatan produksi harus diubah pada peningkatan nilai tambah sesuai dengan
permintaan pasar serta harus selalu mampu merespon perubahan selera konsumen secara
efisien..
3. Menggerakkan kelima subsistem agribisnis secara simultan, serentak dan harmonis. Oleh
karena itu untuk menggerakkan Sistem agribisnis perlu dukungan semua pihak yang berkaitan
dengan agribisnis/ pelaku-pelaku agribisnis mulai dari Petani, Koperasi, BUMN dan swasta serta
perlu seorang Dirigent yang mengkoordinasi keharmonisan Sistem Agribisnis.
4. Menjadikan Agroindustri sebagai A Leading Sector. Agroindustri adalah industri yang
memiliki keterkaitan ekonomi (baik langsung maupun tidak langsung) yang kuat dengan
komoditas pertanian. Keterkaitan langsung mencakup hubungan komoditas pertanian sebagai
bahan baku (input) bagi kegiatan agroindustri maupun kegiatan pemasaran dan perdagangan
yang memasarkan produk akhir agroindustri. Sedangkan keterkaitan tidak langsung berupa
kegiatan ekonomi lain yang menyediakan bahan baku(input) lain diluar komoditas pertanian,
seperti bahan kimia, bahan kemasan, dll. Dalam mengembangkan agroindustri, tidak akan
berhasil tanpa didukung oleh agroindustri penunjang lain seperti industri pupuk, industri pestisida,
industri bibit/benih, industri pengadaan alat-alat produksi pertanian dan pengolahan agroindustri
seperti industri mesin perontok dan industri mesin pengolah lain. Dikatakan Agroindustri sebagai
A Leading Sector apabila memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan
yang dicapai dapat menarik pertumbuhan perekonomian secara total.
b. Memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi.
c. Memiliki keterkaitan ke depan dan ke belakang yang cukup besar sehingga mampu menarik
pertumbuhan banyak sektor lain.
d. Keragaan dan Performanya berbasis sumberdaya domestik

sehingga efektif dalam

membangun daerah serta kuat dan fleksibel terhadap guncangan eksternal.


e. Tingginya elastisitas harga untuk permintaan dan penawaran.

f. Elastisitas Pendapatan untuk permintaan yang relatif besar


g. Angka pengganda pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif besar
h. Kemampuan menyerap bahan baku domestik
i. Kemampuan memberikan sumbangan input yang besar.
5. Membangun Sistem agribisnis melalui pengembangan Industri Perbenihan
Industri Perbenihan merupakan mata rantai terpenting dalam pembentukan atribut produk
agribisnis secara keseluruhan. Atribut dasar dari produk agribisnis seperti atribut nutrisi
(kandungan zat-zat nutrisi) dan atribut nilai (ukuran, penampakan, rasa, aroma dan sebagainya)
serta atribut keamanan dari produk bahan pangan seperti kandungan logam berat, residu
pestisida, kandungan racun juga ditentukan pada industri perbenihan. Untuk membangun industri
perbenihan diperlukan suatu rencana strategis pengembangan industri perbenihan nasional. Oleh
karena itu pemda perlu mengembangkan usaha perbenihan (benih komersial) berdasar
komoditas unggulan masing-masing daerah, yang selanjutnya dapat dikembangkan menjadi
industri perbenihan modern. Pada tahap berikutnya daerah-daerah yang memiliki kesamaan
agroklimat dapat mengembangkan jenjang benih yang lebih tinggi seperti jenjang benih induk,
6. Dukungan Industri Agro-otomotif dalam pengembangan sistem agribisnis.
Dalam rangka memodernisasi agribisnis daerah, perlu pengembangan banyak jenis dan ragam
produk industri agro-otomotif untuk kepentingan setiap sub sistem agribisnis. Untuk kondisi
di Indonesia yang permasalahannya adalah skala pengusahaan yang relatif kecil, tidak ekonomis
bila seorang petani memiliki produk agro-otomotif karena harganya terlalu mahal. Oleh karena itu
perlu adanya rental Agro-otomotif yang dilakukan oleh Koperasi Petani atau perusahaan agrootomotif itu sendiri.
Dukungan Industri Pupuk dalam pengembangan sistem agribisnis.
Pada waktu yang akan datang industri pupuk perlu mengembangkan sistem Networking baik
vertikal(dari hulu ke hilir) maupun Horisontal (sesama perusahaan pupuk), yaitu dengan cara
penghapusan penggabungan perusahaan pupuk menjadi satu dimana yang sekarang terjadi
adalah perusahaan terpusat pada satu perusahaan pupuk pemerintah. Oleh karena perusahaanperusahaan pupuk harus dibiarkan secara mandiri sesuai dengan bisnis intinya dan bersaing satu
sama lain dalam mengembangkan usahanya. Sehingga terjadi harmonisasi integrasi dalam
sistem agribisnis. Serta perlu dikembangkan pupuk majemuk, bukan pupuk tunggal yang selama
ini dikembangkan.

7. Pengembangan Sistem Agribisnis melalui Reposisi Koperasi Agribisnis.


Perlu adanya perubahan fungsi/paradigma Koperasi Agribisnis, yaitu untuk:
a. Meningkatkan kekuatan debut-tawar (bargaining position) para anggotanya.
b. Meningkatkan daya saing harga melalui pencapaian skala usaha yang lebih optimal.
c. Menyediakan produk atau jasa, yang jika tanpa koperasi tidak akan tersedia.
d. Meningkatkan peluang pasar
e. Memperbaiki mutu produk dan jasa
f. Meningkatkan pendapatan
g. Menjadi Wahana Pengembangan ekonomi rakyat
h. Menjadikan koperasi sebagai Community based organization, keterkaitan koperasi dengan
anggota dan masyarakat sekitar merupakan hal yang paling esensial dalam memperjuangkan
kepentingan rakyat.
i. Melakukan kegiatan usaha yang sejalan dengan perkembangan kegiatan ekonomi anggota.
j. Perlu mereformasi diri agar lebih fokus pada kegiatan usahanya terutama menjadi koperasi
pertanian dan mengembangkan kegiatan usahanya sebagai koperasi agribisnis. Perlu
kegiatan-kegiatan usaha yang mendukung distribusi, pemasaran dan agroindustri berbasis
sumberdaya lokal serta perlu melakukan promosi untuk memperoleh citra positif layaknya
sebuah koperasi usaha misalnya: Koperasi Agribisnis atau Koperasi Agroindustri atau
Koperasi Agroniaga yang menangani kegiatan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir.
8. Pengembangan

Sistem

Agribisnis

melalui

pengembangan

sistem

informasi

agribisnis. Dalam membangun sistem informasi agribisnis, ada beberapa aspek yang perlu
diperhatikan adalah informasi produksi, informasi proses, distribusi, dan informasi pengolahan
serta informasi pasar.
9. Tahapan pembangunan cluster Industri Agribisnis.
Tahapan pembangunan sistem agribisnis di Indonesia:

a. Tahap kelimpahan faktor produksi yaitu Sumberdaya Alam dan Tenaga Kerja tidak terdidik.
Serta dari sisi produk akhir, sebagian besar masih menghasilkan produk primer.
Perekonomian berbasis pada pertanian.
b. Akan digerakkan oleh kekuatan Investasi melalui percepatan pembangunan dan pendalaman
industri pengolahan serta industri hulu pada setiap kelompok agribisnis. Tahap ini akan
menghasilkan produk akhir yang didominasi padat modal dan tenaga kerja terdidik,
sehingga selain menambah nilai tambah juga pangsa pasar internasional. Perekonomian
berbasis industri pada agribisnis.
c. Tahap pembangunan sistem agribisnis yang didorong inovasi melalui kemajuan teknologi
serta peningkatan Sumberdaya manusia.Tahap ini dicirikan kemajuan Litbang pada setiap
sub sistem agribisnis sehingga teknologi mengikuti pasar. Perekonomian akan beralih dari
berbasis Modal ke perekonomian berbasis Teknologi.
10. Membumikan pembangunan sistem Agribisnis dalam otonomi daerah
Pembangunan Ekonomi Desentralistis-Bottom-up, yang mengandalkan industri berbasis
Sumberdaya lokal. Pembangunan ekonomi nasional akan terjadi di setiap daerah.
11. Dukungan perbankan dalam pengembangan sistem agribisnis di daerah.
Untuk membangun agribisnis di daerah, peranan perbankan sebagai lembaga pembiayaan
memegang peranan penting. Ketersediaan skim pembiayaan dari perbankan akan sangat
menentukan maju mundurnya agribisnis daerah. Selama ini yang terjadi adalah sangat kecilnya
alokasi kredit perbankan pada agribisnis daerah, khususnya pada on farm agribisnis. Selama
30 tahun terakhir, keluaran kredit pada on farm agribisnis di daerah hanya kurang dari 20 %
dari total kredit perbankan. Padahal sekitar 60 % dari penduduk Indonesia menggantungkan
kehidupan ekonominya pada on farm agribisnis. Kecilnya alokasi kredit juga disebabkan dan
diperparah oleh sistem perbankan yang bersifat Branch Banking System. Sistem Perbankan
yang demikian selama ini, perencanaan skim perkreditan (jenis, besaran, syarat-syarat)
ditentukan

oleh

Pusat

bank

yang

bersangkutan/sifatnya

sentralistis,

yang

biasanya

menggunakan standart sektor non agribisnis, sehingga tabungan yang berhasil dihimpun
didaerah, akan disetorkan ke pusat, yang nantinya tidak akan kembali ke daerah lagi. Oleh
karena itu perlunya reorientasi Perbankan, yaitu dengan merubah sistem perbankan menjadi
sistem Unit Banking system (UBS), yakni perencanaan skim perkreditan didasarkan pada
karakteristik ekonomi lokal. Kebutuhan kredit antara subsistem agribisnis berbeda serta
perbedaan juga terjadi pada setiap usaha dan komoditas. Prasyarat agunan kredit juga
disesuaikan. Disamping agunan lahan atau barang modal lainnya, juga bisa penggunaan

Warehouse Receipt System (WRS) dapat dijadikan alternatif agunan pada petani. .WRS adalah
suatu sistem penjaminan dan transaksi atas surat tanda bukti (Warehouse Receipt).
12. Pengembangan strategi pemasaran
Pengembangan strategi pemasaran menjadi sangat penting peranannya terutama menghadapi
masa depan, dimana preferensi konsumen terus mengalami perubahan, keadaan pasar
heterogen. Dari hal tersebut, sekarang sudah mulai mengubah paradigma pemasaran menjadi
menjual apa yang diinginkan oleh pasar (konsumen). Sehingga dengan berubahnya paradigma
tersebut, maka pengetahuan yang lengkap dan rinci tentang preferensi konsumen pada setiap
wilayah, negara, bahkan etnis dalam suatu negara, menjadi sangat penting untuk segmentasi
pasar dalam upaya memperluas pasar produk-produk agribisnis yang dihasilkan. Selain itu
diperlukan juga pemetaan pasar (market mapping) yang didasarkan preferensi konsumen, yang
selanjutnya digunakan untuk pemetaan produk (product mapping).. Selain itu juga bisa
dikembangkan strategi pemasaran modern seperti strategi aliansi antar produsen, aliansi
produsen-konsumen, yang didasarkan pada kajian mendalam dari segi kekuatan dan
kelemahan.
13. Pengembangan sumberdaya agribisnis. Dalam pengembangan sektor agribisnis agar dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan pasar, diperlukan pengembangan sumberdaya
agribisnis, khususnya pemanfaatan dan pengembangan teknologi serta pembangunan
kemampuan Sumberdaya Manusia (SDM) Agribisnis sebagai aktor pengembangan agribisnis.
Dalam pengembangan teknologi, yang perlu dikembangkan adalah pengembangan teknologi
aspek: Bioteknologi, teknologi Ekofarming, teknologi proses, teknologi produk dan teknologi
Informasi. Sehingga peran Litbang sangatlah penting. Untuk mendukung pengembangan
jaringan litbang diperlukan pengembangan sistem teknologi informasi yang berperan
mengkomunikasikan informasi pasar, mengefektifkan arus informasi antar komponen jaringan,
mengkomunikasikan hasil-hasil litbang kepada pengguna langsung dan mengkomunikasikan
konsep dan atribut produk agribisnis kepada konsumen. Dalam pengembangan SDM Agribisnis
perlu menuntut kerjasama tim (team work) SDM Agribisnis yang harmonis mulai dari SDM
Agribisnis pelaku langsung dan SDM Agribisnis pendukung sektor agribisnis.
14. Penataan dan pengembangan struktur Agribisnis. Struktur agribisnis yang tersekat-sekat
telah menciptakan masalah transisi dan margin ganda. Oleh karena itu penataan dan
pengembangan struktur agribisnis nasional diarahkan pada dua sasaran pokok yaitu:
a. Mengembangkan struktur agribisnis yang terintegrasi secara vertikal mengikuti suatu aliran
produk (Product Line) sehingga subsektor agribisnis hulu, subsektor agribisnis pertanian
primer dan subsektor agribisnis hilir berada dalam suatu keputusan manajemen.

b. Mengembangkan organisasi bisnis (ekonomi) petani/koperasi agribisnis yang menangangani


seluruh kegiatan mulai dari subsistem agribisnis hulu sampai dengan subsistem agribisnis
hilir, agar dapat merebut nilai tambah yang ada pada subsistem agribisnis hulu dan
subsistem agribisnis hilir.
Dalam penataan tersebut, ada 3 bentuk :
1. Pengembangan koperasi agribisnis dimana petani tetap pada subsektor agribisnis
usahatani, sementara kegiatan subsektor agribisnis hulu dan hilir ditangani koperasi
agribisnis milik petani.
2. Pengembangan Agribisnis Integrasi Vertikal dengan pola usaha patungan (Joint Venture).
Pada bentuk ini pelaku ekonomi pada subsektor hulu, primer dan hilir yang selama ini
dikerjakan sendiri-sendiri harus dikembangkan dalam perusahaan agribisnis bersama
yang dikelola oleh orang-orang profesional.
3. Pengembangan Agribisnis Integratif Vertikal dengan pola pemilikan Tunggal/Grup/Publik,
yang pembagian keuntungannya didasarkan pada pemilikan saham
15. Pengembangan Pusat Pertumbuhan Sektor Agribisnis. Perlu perubahan orientasi lokasi
agroindustri dari orientasi pusat-pusat konsumen ke orientasi sentra produksi bahan baku,
dalam hal ini untuk mengurangi biaya transportasi dan resiko kerusakan selama pengangkutan.
Oleh karena itu perlu pengembangan pusat-pusat pertumbuhan sektor agribisnis komoditas
unggulan

yang

didasarkan

pada

peta

perkembangan

komoditas

agribisnis,

potensi

perkembangan dan kawasan kerjasama ekonomi. Serta berdasar Keunggulan komparatif


wilayah. Perencanaan dan penataan perlu dilakukan secara nasional sehingga akan terlihat
dan terpantau keunggulan setiap propinsi dalam menerapkan komoditas agribisnis unggulan
yang dilihat secara nasional/kantong-kantong komoditas agribisnis unggulan, yang titik akhirnya
terbentuk suatu pengembangan kawasan agribisnis komoditas tertentu.
16. Pengembangan Infrastruktur

Agribisnis. Dalam

pengembangan pusat pertumbuhan

Agribisnis, perlu dukungan pengembangan Infrastruktur seperti jaringan jalan dan transportasi
(laut, darat, sungai dan udara), jaringan listrik, air, pelabuhan domestik dan pelabuhan ekspor
dan lain-lain.
17. Kebijaksanaan terpadu pengembangan agribisnis. Ada beberapa bentuk kebijaksanaan
terpadu dalam pengembangan agribisnis.
a. Kebijaksanaan pengembangan produksi dan produktivitas ditingkat perusahaan.

b. Kebijaksanaan tingkat sektoral untuk mengembangkan seluruh kegiatan usaha sejenis.


c. Kebijaksanaan pada tingkat sistem agribisnisyang mengatur keterkaitan antara beberapa
sektor.
d. Kebijaksanaan ekonomi makro yang mengatur seluruh kegiatan perekonomian yang
berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap agribisnis.
Beberapa kebijaksanaan operasional untuk mengatasi masalah danmengembangkan
potensi, antara lain:
1. Mengembangkan forum komunikasi yang dapat mengkoordinasikan pelaku-pelaku
kegiatan agribisnis dengan penentu-penentu kegiatan agribisnis dengan penentupenentu kebijaksanaan yang dapat mempengaruhi sistem agribisnis keseluruhan, atau
subsistem didalam agribisnis.
2. Forum tersebut terdiri dari perwakilan departemen terkait.
3. Mengembangkan dan menguatkan asosiasi pengusaha agribisnis.
4. Mengembangkan kegiatan masing-masing subsistem agribisnis untuk meningkatkan
produktivitas melalui

litbang

teknologi

untuk

mendorong

pasar

domestik

dan

internasional.
18. Pengembangan agribisnis berskala kecil. Ada 3 kebijaksanaan yang harus dilakukan adalah:
a. Farming Reorganization
Reorganisasi jenis kegiatan usaha yang produktif dan diversifikasi usaha yang
menyertakan komoditas yang bernilai tinggi serta reorganisasi manajemen usahatani.
Dalam hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang rata-rata kepemilikan hanya
0,1 Ha.
b. Small-scale Industrial Modernization
Modernisasi

teknologi,

modernisasi

sistem,

organisasi

modernisasi dalam pola hubungan dan orientasi pasar.


c. Services Rasionalization

dan

manajemen,

serta

Pengembangan layanan agribisnis dengan rasionalisasi lembaga penunjang kegiatan


agribisnis untuk menuju pada efisiensi dan daya saing lembaga tersebut. Terutama
adalah lembaga keuangan pedesaan, lembaga litbang khususnya penyuluhan.
19. Pembinaan Sumberdaya Manusia untuk mendukung pengembangan agribisnis dan
ekonomi pedesaan. Dalam era Agribisnis, aktor utama pembangunan agribisnis dan aktor
pendukung pembangunan agribisnis perlu ada pembinaan kemampuan aspek bisnis,
manajerial dan berorganisasi bisnis petani serta peningkatan wawasan agribisnis. Dalam hal ini
perlu reorientasi peran penyuluhan pertanian yang merupakan lembaga pembinaan SDM
petani. Oleh karena itu perlu peningkatan pendidikan penyuluh baik melalui pendidikan formal,
kursus singkat, studi banding. Serta perlu perubahan fungsi BPP yang selama ini sebagai
lembaga penyuluhan agro-teknis, menjadi KLINIK KONSULTASI AGRIBISNIS
20. Pemberdayaan sektor agribisnis sebagai upaya penaggulangan krisis pangan dan
Devisa. Perlu langkah-langkah reformasi dalam memberdayakan sektor agribisnis nasional,
yaitu:
a. Reformasi strategi dan kebijakan industrialisasi dari industri canggih kepada industri
agribisnis domestik.
b. Kebijakan penganekaragaman pola konsumsi berdasar nilai kelangkaan bahan pangan.
c. Reformasi

pengelolaan

agribisnis

yang

integratif,

yaitu

melalui

satu

Departemen

yaitu DEPARTEMEN AGRIBISNIS


d. Pengembangan agribisnis yang integrasi vertikal dari hulu sampai hilir melalui koperasi
agribisnis.
*) Dosen Jurusan Penyuluhan Pertanian, Sekolah
Tinggi
PertanianYogyakarta. Disampaikan

Penyuluhan
pada

Seminar Mahasiswa pada tanggal 20 Desember


2006 di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

SISTEM AGRIBISNIS KEDELAI


1. Subsitem Pasukan input untuk budidaya di tingkat usahatani kedelai misalnya :
a) produsen atau pemasok barang berupa pupuk,pestisida, benih kedelai, alat dan mesin pertanian

b) produsen atau penyedia jasa seperti perdagangan , kredit, tenaga kerja ( SDM) dan sebagainya.

2. Subsistem budidaya atau produksi biologis di tingkat usahatani sebagai subsistem utama, semua
input ( lahan, modal, tenaga kerja) diramu dalam suatu proses produksi untuk menghasilkan biji
kedelai sebagai produk utamanya dan hasil ikutannya seperti daun, akar dan batangna uang bila
dikeringkan dapat dipakai untuk bahan bakar atau yang masih segar bias dijadikan makanan ternak.

3. Subsistem pasca panen, agro processing atau agro industry, :

Buah kedelai dipanen, dikeringkan dn dipisahkan biji dari polonngnya, disortir, dikemas dan
sebagainya

Biji kedelai diolah untuk menjadi benih atau menjadi komoditas yang siap dipasarkan dengan suatu
standar perdangangan tertentu.

Biji kedelai diolah lebih lanjut untuk menjadi produk konsumsi atau setengah matang seperti tahu,
tempe atau lainnya.

Atau oleh warung makanan atau pedagang kaki lima diolah dari tempe setengah matang menjadi
produk akhir siap santap seperti tempe goreng,, kripik tempe atau pepes tahu.

Daun , akar dan batangnya serta kulit polong nya diolah untuk menjadi pupuk kompos atau untuk
media budidaya jamur.

4. Subsistem agro marketing, semua komoditas atau produk konsumsi tersebut dipasarkan melalui
serangkaian kegiatan promosi, dan distribusikan melalui pedagang besar, eceran dan sebagainya.
5. Subsistem penunjang yang meliputi system informasi, litbang tanaman pangan,hokum dan
perundangan, kebijaksanaan pemerintah.

Subsistem subsistem input , agro inustri dan pemasaran secara bersama sama sering disebut
sebagai subsistem off faram, (luar usahatani), sedangkan subsistem yang kedua disebut on
farm ( pada usahatani ).

BAB. I
PENDAHULUAN

Saat ini tanaman kedelai merupakan salah satu bahan pangan yang penting setelah
beras disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan. Karena hampir 90% digunakan
sebagai bahan pangan maka ketersediaan kedelai menjadi faktor yang cukup penting
(Anonimous, 2004c). Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan
protein yang memiliki arti penting sebagai sumber protein nabati untuk peningkatan gizi dan
mengatasi penyakit kurang gizi seperti busung lapar Perkembangan manfaat kedelai di
samping sebagai sumber protein, makanan berbahan kedelai dapat dipakai juga sebagai
penurun cholesterol darah yang dapat mencegah penyakit jantung. Selain itu, kedelai dapat
berfungsi sebagai antioksidan dan dapat mencegah penyakit kanker.
Oleh karena itu, ke depan proyeksi kebutuhan kedelai akan meningkat
seiring dengan kesadaran masyarakat tentang makanan sehat. Produk kedelai
sebagai bahan olahan pangan berpotensi dan berperan dalam menumbuhkembangkan industri
kecil menengah bahkan sebagai komoditas ekspor.
Kebutuhan kedelai pada tahun 2004 sebesar 2,02 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri
baru mencapai 0,71 juta ton dan kekurangannya diimpor sebesar 1,31 juta ton (Anonimous
2005c) Hanya sekitar 35% dari total kebutuhan dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri
sendiri. Upaya untuk menekan lajuimpor tersebut dapat ditempuh melalui strategi
peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, peningkatan efisiensi produksi, penguatan
kelembagaan petani, peningkatan kualitas produk, peningkatan nilai tambah, perbaikan akses
pasar, perbaikan sistem permodalan, pengembangan infra struktur, serta pengaturan tataniaga
dan insentif usaha (Anonimous, 2004c; 2005c). Mengingat Indonesia dengan jumlah
penduduk yang cukup besar, dan industri pangan berbahan baku kedelai berkembang pesat
maka komoditas kedelai perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di dalam negeri untuk
menekan laju impor (Anoniomus, 2005b).
Tujuan penulisan makalah ini adalah memberikan gambaran tentang arah pengembangan
produksi kedelai ke depan dan kebijakan penelitian, sebagai
bahan pertimbangan dalam menentukan arah kebijakan pengembangan komoditas kedelai.

BAB. II
BUDIDAYA TANI KEDELAI
a. Teknik Budidaya
1. Pembibitan
1) Penyiapan Benih
Pada tanah yang belum pernah ditanami kedelai, sebelum benih ditanam harus dicampur dengan legin, (suatu
inokulum buatan dari bakteri atau kapang yang ditempatkan di media biakan, tanah, kompos untuk memulai

aktifitas biologinya (Rhizobium japonicum). Pada tanah yang sudah sering ditanam dengan kedelai atau kacangkacangan lain, berarti sudah mengandung bakteri tersebut. Bakteri ini akan hidup di dalam bintil akar dan
bermanfaat sebagai pengikat unsur N dari udara.
Cara pemberian legin:
a) sebanyak 5-10 gram legin dibasahi dengan air sekitar 10 cc;
b) legin dicampur dengan 1 kg benih dan kocok hingga merata (agar seluruh kulit biji terbungkus dengan
inokulum;
c) setelah diinokulasi, benih dibiarkan sekitar 15 menit baru dapat ditanam. Dapat juga benih diangin-anginkan
terlebih dahulu sebelum ditanam, tetapi tidak lebih dari 6 jam.
Selain itu, yang perlu diperhatikan dalam hal memilih benih yang baik adalah:
kondisi dan lama penyimpanan benih tersebut. Biji kedelai mudah menurun daya kecambah/daya tumbuhnya
(terutama bila kadar air dalam biji 13% dan disimpan di ruangan bersuhu 25 derajat C, dengan kelembaban
nisbi ruang 80%.

2) Teknik Penyemaian Benih


Penanaman dengan benih yang mempunyai daya tumbuh agak rendah dapat diatasi dengan cara menanamkan 34 biji tiap lubang, atau dengan memperpendek jarak tanam. Jarak tanam pada penanaman benih berdasarkan tipe
pertumbuhan tegak dapat diperpendek, sebaliknya untuk tipe pertumbuhan agak condong (batang bercabang
banyak) diusahakan agak panjang, supaya pertumbuhan tanaman yang satu dengan lainnya tidak terganggu.
3) Pemindahan Bibit
Ketika memindah yaitu menunjuk akar tanaman di kebun, perlu memperhatikan cara-cara yang baik dan benar.
Pemindahan bibit yang ceroboh dapat merusak perakaran tanaman, sehingga pada saat bibit telah ditanam maka
akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan bahkan mati.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Terdapat 2 cara mempersiapkan penanaman kedelai, yakni: persiapan tanpa pengolahan tanah (ekstensif) di
sawah bekas ditanami padi rendheng dan
persiapan dengan pengolahan tanah (intensif). Persiapan tanam pada tanah
tegalan atau sawah tadah hujan sebaiknya dilakukan 2 kali pencangkulan.
Pertama dibiarkan bongkahan terangin-angin 5-7 hari, pencangkulan ke 2
sekaligus meratakan, memupuk, menggemburkan dan membersihkan tanah dari
sisa-sia akar. Jarak antara waktu pengolahan tanah dengan waktu penanaman
sekitar 3 minggu.

2) Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan dapat dilakukan dengan pencangkulan ataupun denga bajak lebar 50-60 cm, tinggi 20 cm.
Apabila akan dibuat drainase, maka jarak antara drainase yang satu dengan lainnya sekitar 3-4 m.
3) Pengapuran
Tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran
untuk mendapatkan hasil tanam yang baik. Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah,
kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah sekitar 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim
tanam, dengan dosis 2-3 ton/ha. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH
tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Kapur halus memberikan reaksi lebih cepat daripada kapur kasar. Sebagai
sumber kapur dapat digunakan batu kapur atau kapur tembok. Pemberian kapur

tidak harus dilakukan setiap kali tanam, tetapi setiap 3-4 tahun sekali. Dengan
pengapuran, tanah menjadi kaya akan Calsium (Ca) dan Magnesium (Mg) dan
pH-nya meningkat. Selain itu peningkatan pH dapat menaikkan tingkat persediaan Molibdenum (Mo) yang
berperan penting untuk produksi kedelai dan golongan ketela pohon.
4) Waktu Tanam
Pemilihan waktu tanam kedelai ini harus tepat, agar tanaman yang masih muda tidak terkena banjir atau
kekeringan. Karena umur kedelai menurut varietas yang dianjurkan berkisar antara 75-120 hari, maka sebaiknya
kedelai ditanam menjelang akhir musim penghujan, yakni saat tanah agak kering tetapi masih mengandung
cukup air.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Sebagai pedoman: bila ditanam di tanah
tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam
paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan. Di lahan sawah dengan irigasi, kedelai dapat ditanam
pada awal sampai pertengahan musim kemarau.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kedelai mulai tumbuh kira-kira umur 5-6 hari. Dalam kenyataannya tidak semua biji yang ditanam dapat
tumbuh dengan baik, sehingga akan terlihat tidak
seragam. Untuk menjaga agar produksi tetap baik, benih kedelai yang tidak tumbuh sebaiknya segera diganti
dengan biji-biji yang baru yang telah dicampur
Legin atau Nitrogen. Hal ini perlu dilakukan apabila jumlah benih yang tidak
tumbuh mencapai lebih dari 10 %. Waktu penyulaman yang terbaik adalah sore
hari.
2) Penyiangan
Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.
Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan
cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan atau kuret. Apabila lahannya luas, dapat juga dengan
menggunakan herbisida. Sebaiknya digunakan herbisida
seperti Lasso untuk gulma berdaun sempit dengan dosis 4 liter/ha.
3) Pembubunan
Pembubunan dilakukan dengan hati-hati dan tidak terlalu dalam agar tidak merusak perakaran tanaman. Luka
pada akar akan menjadi tempat penyakit yang berbahaya.
4) Pemupukan
Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondis tanah. Pada tanah subur atau tanah
bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur,
pemupukan dapat menaikkan hasil. Dosis pupuk secara tepat adalah sebagai berikut:
a) Sawah kondisi tanah subur: pupuk Urea=50 kg/ha.
b) Sawah kondisi tanah subur sedang: pupuk Urea=50 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
c) Sawah kondisi tanah subur rendah: pupuk Urea=100 kg/ha, TSP=75 kg/ha dan KCl=100 kg/ha.
d) Lahan kering kondisi tanah kurang subur: pupuk kandang=2000-5000 kg/ha;
e) Urea=50-100 kg/ha, TSP=50-75 kg/ha dan KCl=50-75 kg/ha.
5) Pengairan dan Penyiraman
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih
ditanam hingga pengisian polong. Saat menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan
air pada masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat

menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya.


kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya
hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau
potongan-potongan tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan mencegah
penguapan air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.
Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi setiap 7-10 hari. Pengairan
tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh.
Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar membusuk. Di tanah berdrainase
buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini
terutama dilakukan pada saat musim hujan.
6) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan pada waktu yang berbeda-beda tergantung jenis hama dan pola
penyerangannya.
a. Lalat bibit, diberi insektisida Marshal 200 EC, dicampur dengan benih,dilakukan sebelum benih ditanam.
b) Ulat prodenia dilakukan penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, Huslation 40 EC, Thiodon 35
EC dan Barudin 60 EC sebanyak 2 kali seminggu setelah ditemukan telur.
a. Wereng kedelai atau kumbang daun, disemprot dengan insektisida Surecide
c) 25 EC, Kharpos 50 EC, Hosthathion 40 EC, Azodrin 15 WSC, Sevin 85 SP atau Tamaron pada tanaman
setelah berumur di atas 20 hari.
a. Kepik coklat disemprot dengan Azodrin 15 WSC, Diazinois 60 EC dan Dusban
d) 20 EC atau Bayrusil setiap 1-2 minggu, setelah tanam 50 hari.
a. Ulat penggerek polong, disemprot dengan insektisida Agrothion 50 EC, Dursban 20 EC, Azodrin 115 WSC,
Thiodan 35 EC pada waktu pembentukan polong.
7) Pemeliharaan Lain
Kedelai termasuk tanaman yang membutuhkan banyak sinar matahari maka membutuhkan tanaman pelindung.
Tanaman kedelai yang terlindung akan selalu muda sehingga proses pembentukan buah kurang baik, dan
hasilnya akan sedikit, bahkan tidak berbuah sama sekali. Tanaman kedelai akan rusak bila tertimpa cabang cabang kering tanaman pelindung yang jatuh.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
a) Aphis SPP (Aphis Glycine)
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan tidak. Kutu ini dapat dapat
menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus). Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan
bunga dan polong.
Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat.
Pengendalian:
(1) menanam kedelai
pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak
ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya;
(3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit);
(4) penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah.
b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang, kemudian menjadi lalat dan
bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam di ladang.

Pengendalian:
(1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan subur (tidak pada bulan-bulan kering);
(2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC
c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala: larva dan kumbang memakan
daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh tanaman.
Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC, Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
d) Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan merusak bunga.
Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah
menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala:
pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar
berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian:
(1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi),
sebelum ulat berkembang biak;
(2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15 hari sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa.
Pengendalian: penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh.
Pengendalian: Saat benih
ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup dengan jerami . Satu minggu
setelah benih menjadi kecambah dilakukan
penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air,
volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur 1 bulan.
h) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari telur menetas menjadi nimfa
(kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke
polong, memakan polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6 bulan.
Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit
polong berbintik coklat.
Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
i) Ulat grayak (Prodenia Litura)
Seranggan: mendadak dan dalam jumlah besar, bermula dari kupu-kupu berwarna keabu-abuan, panjang 2 cm
dan sayapnya 3-5 cm, bertelur di permukaan daun. Tiap kelompok telur terdiri dari 350 butir.
Gejala: kerusakan pada daun, ulat hidup bergerombol, memakan daun, dan berpencar mencari rumpun lain.
Pengendalian: (1) dengan cara sanitasi; (2) disemprotkan pada sore/malam hari
(saat ulat menyerang tanaman) beberapa insektisida yang efektif seperti Dursban 20 EC, Azodrin 15 WSC dan
Basudin 50 EC.

7.2. Penyakit
a) Penyakit layu lakteri (Pseudomonas solanacearum)
Penyakit ini menyerang pangkal batang. Penyerangan pada saat tanaman berumur 2-3 minggu. Penularan
melalui tanah dan irigasi.
Gejala: layu mendadak bila kelembaban terlalu tinggi dan jarak tanam rapat. Pengendalian:
(1) biji yang ditanam sebaiknya dari varietas yang tahan layu dan kebersihan sekitar tanaman dijaga, pergiliran
tanaman dilakukan dengan tanaman yang bukan merupakan tanaman inang penyakit tersebut. Pemberantasan:
belum ada.
b) Penyakit layu (Jamur tanah : Sclerotium Rolfsii)
P enyakit ini menyerang tanaman umur 2-3 minggu, saat udara lembab, dan tanaman berjarak tanam pendek.
Gejala: daun sedikit demi sedikit layu,
menguning. Penularan melalui tanah dan irigasi.
Pengendalian:
(1) varietas yang ditanam sebaiknya yang tahan terhadap penyakit layu;
(2) menyemprotkan Dithane M 45, dengan dosis 2 gram/liter air.
c) Penyakit lapu (Witches Broom: Virus)
Penyakit ini menyerang polong menjelang berisi. Penularan melalui singgungan tanam karena jarak tanam
terlalu dekat.
Gejala: bunga, buah dan daun mengecil.
Pengendalian: menyemprotkan Tetracycline atau Tokuthion 500 EC.
d) Penyakit anthracnose (Cendawan Colletotrichum Glycine Mori)
Penyakit ini menyerang daun dan polong yang telah tua. Penularan dengan perantaraan biji-biji yang telah kena
penyakit, lebih parah jika cuaca cukup lembab.
Gejala: daun dan polong bintik-bintik kecil berwarna hitam, daun yang
paling rendah rontok, polong muda yang terserang hama menjadi kosong dan isi
polong tua menjadi kerdil.
Pengendalian:
(1) perhatikan pola pergiliran tanam
yang tepat;
(2) penyemprotan Antracol 70 WP, Dithane M 45, Copper Sandoz.
e) Penyaklit karat (Cendawan phakospora Phachyrizi)
Penyakit ini menyerang daun. Penularan dengan perantaraan angin yang
menerbangkan dan menyebarkan spora.
Gejala: daun tampak bercak dan bintik
coklat.
Pengendalian:
(1) cara menanam kedelai yang tahan terhadap penyakit;
(2) menyemprotkan Dithane M 45.
f) Penyakit bercak daun bakteri (Xanthomonas phaseoli)
Penyakit ini menyerang daun.
Gejala: permukaan daun bercak-bercak menembus
ke bawah.
Pengendalian: menyemprotkan Dithane M 45.
g) Penyakit busuk batang (Cendawan Phytium Sp)
Penyakit ini menyerang batang. Penularan melalui tanah dan irigasi. Gejala: batang menguning kecokllatcoklatan dan basah, kemudian membusuk dan mati.

Pengendalian: (1) memperbaiki drainase lahan; (2) menyemprotkan Dithane M


45.
h) Virus mosaik (virus)
Penyakit ini menyerang Yang diserang daun dan tunas. Penularan vektor
penyebar virus ini adalah Aphis Glycine (sejenis kutu daun).
Gejala:
perkembangan dan pertumbuhan lambat, tanaman menjadi kerdil. Pengendalian:
(1) penanaman varietas yang tahan terhadap virus; (2) menyemprotkan Tokuthion
500 EC.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau
penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau
polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Panen yang terlambat akan
merugikan, karena banyak buah yang sudah tua dan kering, sehingga kulit polong retak-retak atau pecah dan biji
lepas berhamburan. Disamping itu, buah akan gugur akibat tangkai buah mengering dan lepas dari cabangnya.
Perlu diperhatikan umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan
ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia
75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betulbetul
sempurna dan merata.
8.2. Cara Panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur.
a) Pemungutan dengan cara mencabut
Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir,
proses pencabutan akan lebih mudah. Cara
pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam
posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab
kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan.
b) Pemungutan dengan cara memotong
Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak
menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan
cepat dan jumlah buah yang rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa
meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintilbintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat
tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut
sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat.

8.3. Periode Panen


Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut
dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi kedelai yang didasilkan para petani Indonesia rata-rata 600-700 kg/ha.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan dan Pengeringan
Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian
dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata,

polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada
saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena
dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. Sedangkan biji-biji masih
terbungkus polong dengan mudah bisa dikeluarkan dari polong, asalkan polong sudah cukup kering.
Biji kedelai yang akan digunakan sebagai benih, dijemur secara terpisah. Biji tersebut sebenarnya telah dipilih
dari tanaman-tanaman yang sehat dan dipanen tersendiri, kemudian dijemur sampai betul-betul kering dengan
kadar air 10-15 %.
Penjemuran benih sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dari pukul 10.00 hingga 12.00 siang.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul
tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul
dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi.
Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotorankotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai
kadar airnya 9-11 %. Biji yang sudah kering lalu dimasukkan ke dalam karung dan dipasarkan atau disimpan.
Sebagai perkiraan dari batang dan daun basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2 %.
9.3. Penyimpanan dan pengemasan
Sebagai tanaman pangan, kedelai dapat disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di
tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada tempat yang diberi alas kayu agar tidak
langsung menyentuh tanah atau lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan
sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11 %.
B. Usahatani
Tanaman kedelai yang merupakan tanaman cash crop dibudidayakan di lahan sawah dan di lahan kering. Sekitar
60% areal pertanaman kedelai terdapat
di lahan sawah dan 40% lainnya di lahan kering. Areal pertanaman kedelai
tersebar di seluruh Indonesia dengan luas masing-masing seperti disajikan pada
menunjukkan bahwa luas areal tanam mencapai puncaknya tahun 1992, yaitu 1,67 juta ha. Namun sejak tahun
2000 areal tanam terus menurun menjadi 0,53 juta ha pada tahun 2003. Penurunan areal tanam ada kaitannya
dengan banjirnya kedelai impor sehingga nilai kompetitif dan komparatif tanaman kedelai merosot. Secara
finansial usahatani kedelai di tingkat petani menguntungkan, di mana pendapatan bersih yang diperoleh sekitar
Rp 2.048.500/ha dengan R/C 2,14 (Anonimous, 2005a).
b. Sistem pendukung
Benih bermutu varietas unggul merupakan salah satu faktor yang menentukan produktivitas pertanaman kedelai.
Dalam mendukung penyediaan
benih bermutu industri benih di komoditas kedelai belum berkembang dengan
baik. Produsen benih nasional maupun penangkar lokal masih kurang berperan
(Nugraha, 1996, Siregar, 1999) Berbeda dengan komoditas padi dan jagung,
Usaha perbenihan untuk tanaman kedelai masih tertinggal, petani lebih banyak memakai benih asalan atau
turunan dari pertanaman sebelumnya. Pemakaian benih unggul bersertifikat pada tanaman kedelai kurang dari
10% (Anonimous 2004b). Industri pangan berupa tahu, tempe dan kecap banyak menyerap biji kedelai.
Konsumsi tertinggi adalah untuk bahan industri tahu dan tempe.
Berdasarkan perhitungan, konsumsi kedelai untuk tahu dan tempe pada tahun 2002 mencapai 1,776 juta ton,
atau 88% dari total kebutuhan dalam negeri digunakan sebagai bahan baku olahan tahu dan tempe (BPS, 2002)
Industri pakan ternak (unggas) merupakan kegiatan agribisnis hilir yang cukup penting dalam agribisnis kedelai.
Dalam pembuatan pakan ternak, bungkil kedelai merupakan bahan terpenting kedua setelah jagung, yaitu sekitar
1520% dari komposisi pakan. Kedelai juga sebagai bahan baku penting industri lain, di antaranya tepung,
olahan pangan, dan pati. Namun kebutuhan industri lain ini hanya menyerap biji kedelai sekitar 12% dari total
kebutuhan konsumsi kedelai.

BAB. III
POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN KEDELAI
1. Potensi Lahan
Potensi lahan yang sesuai untuk pengembangan kedelai dapat diarahkan ke provinsi-provinsi yang pernah
berhasil menanam kedelai Peta wilayah potensial sumber pertumbuhan baru produksi kedelai dan Location
Quotient (LQ) digunakan sebagai indikator kesesuaian agroekosistem bagi usaha tani kedelai (Fagi, 2005)
Potensi lahan yang sesuai untuk tanaman kedelai, baik untuk program peningkatan produktivitas maupun
perluasan areal. Namun untuk pengembangan tanaman kedelai masih banyak kendalanya antara lain nilai
komparatif dan kompetitif kedelai paling rendah di antara komoditas lainnya. Pengembangan areal tanam
kedelai dapat dilakukan pada lahan sawah, lahan kering (tegalan), lahan bukaan baru dan lahan pasang surut
yang telah direklamasi.
2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi
Data statistik dari FAO menunjukkan bahwa selama periode 19901995,
areal panen kedelai masih meningkat dari 1,33 juta ha pada tahun 1990 menjadi
1.48 juta ha pada tahun 1995, atau meningkat rata-rata 2,06 persen per tahun.
Sejak tahun 1995, terjadi penurunan areal panen secara tajam dari sekitar 1,48
juta ha menjadi sekitar 0,83 juta ha pada tahun 2000, atau menurun rata-rata
11,00 persen per tahun. Selama periode 20002004, areal panen kedelai masih
terus menurun rata-rata 9,66 persen per tahun.
Secara keseluruhan, selama periode 15 tahun terakhir (19902004) luas
areal kedelai di Indonesia menurun tajam dari sekitar 1,33 juta ha pada tahun
1990 menjadi 0,55 juta ha pada tahun 2004, atau turun rata-rata 6,14 persen per
tahun, seperti terlihat pada Tabel 4 diatas.
Perkembangan teknologi, baik penggunaan varietas maupun teknologi
budidaya sedikit berhasil meningkatkan produktivitas kedelai dari rata-rata 1,11
ton/ha pada tahun 1990 menjadi rata-rata 1,29 ton/ha pada tahun 2004, atau
meningkat rata-rata 1,03 persen per tahun. Peningkatan produktivitas mencapai
puncaknya pada periode 19952000, yaitu mencapai rata-rata 1,65 persen per
tahun. Meskipun produktivitas meningkat, namun peningkatan tersebut jauh lebih rendah daripada penurunan
luas areal, sehingga total produksi pada periode tersebut turun rata-rata 9,53 persen per tahun.
4. Pasar, Harga dan Daya Saing
Diduga penurunan harga riil menjadi disinsentif yang menyebabkan terjadinya penurunan areal panen kedelai.
Selain itu, persaingan penggunaan
lahan dengan palawija lainnya juga diduga merupakan salah satu penyebab
turunnya areal panen kedelai. Indikatornya ialah kenaikan harga riil jagung.
Secara teoritis, kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam
komoditas tersebut. Konsekuensinya ialah bahwa kenaikan areal tanam jagung
(sebagai komoditas pesaing) dengan sendirinya akan mengurangi areal untuk
kedelai, karena lahan yang digunakan adalah lahan yang sama. Perkembangan
harga riil kedelai dan jagung sebagai pesaing. Harga yangdigunakan dalam bahasan ini adalah harga riil, yaitu
harga nominal dideflasi dengan indeks harga umum dengan tahun dasar 1983. Berdasarkan data statistik dari
FAO, harga riil kedelai selama periode 19912002 berfluktuasi dari tahun ketahun. Namun demikian, secara
umum mengalami penurunan dari Rp 493/kg pada tahun 1991 menjadi Rp 344/kg pada tahun 2002, atau turun
rata-rata 3,21 persen per tahun. Di lain pihak, harga riil jagung ternyata meningkat rata-rata 0,98 persen per
tahun selama periode yang sama. Perkembangan harga kedua komoditas ini merupakan salah satu indikator
adanya persaingan penggunaan lahan. Kenaikan harga jagung akan mendorong petani untuk menanam jagung,
sehingga akan menurunkan areal tanam kedelai.

a. Pemasaran
Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa kedelai pada umumnya dikonsumsi dalam bentuk produk olahan. Oleh
karena itu, pemasarannya mulai
dari daerah sentra produksi ke industri pengolahan melalui pedagang, dan bermuara ke konsumen akhir. Selain
dari petani, kedelai di pasar domestik juga
sebagian berasal dari impor. Kedelai impor umumnya dibeli oleh koperasi pengerajin tahu dan tempe (KOPTI),
untuk selanjutnya dipasarkan ke pengerajin tahu dan tempe.
Dalam pemasaran kedelai, petani umumnya berada dalam posisi tawar
yang lemah, sehingga harga kedelai di tingkat petani lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Oleh karena itu,
harga riil di tingkat produsen (petani) selama 15 tahun terakhir cenderung terus menurun. Dalam pengembangan
diperlukan perbaikan tataniaga kedelai dari produsen hingga konsumen.
b. Daya Saing Usahatani
Seperti telah diungkapkan di atas, bahwa secara finansial usahatani kedelai di Indonesia menguntungkan
(Anonimous, 2004b). Namun demikian, keuntungan finansial belum dapat menggambarkan tingkat efisiensi
ekonomi usahatani, karena masih banyak terdapat komponen subsidi atau proteksi. Oleh karena itu, untuk
mengevaluasi daya saing suatu komoditas diperlukan evaluasi secara ekonomi.
Studi daya saing yang pernah dilakukan oleh Gonzales (1993) menunjukkan bahwa secara ekonomi usahatani
kedelai di Indonesia belum mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif, baik yang dilakukan secara
tradisional maupun secara komersial, untuk ketiga rezim pemasaran, yaitu perdagangan antar wilayah (IRT),
substitusi impor (IS), dan promosi ekspor (EP).
Padi dan jagung mempunyai keunggulan komparatif jika diproduksi untuk perdagangan antar wilayah dan
substitusi impor. Sedangkan untuk promosi ekspor tidak mempunyai keunggulan komparatif. Untuk kedelai,
tidak mempunyai keunggulan komparatif untuk ketiga regim pemasaran. Hal ini diperlihatkan oleh nilai RCR
yang lebih besar dari 1,00. Artinya ialah bahwa untuk memperoleh penerimaan US$ 1.00 memerlukan korbanan
(biaya) melebihi US$ 1.00. Padahal pada tahun 19921993 Indonesia mencapai puncak luas areal tanam kedelai,
yang mencerminkan adanya insentif harga untuk menanam kedelai.
B. Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah:
a) Berfungsinya sistem pengelolaan plasma nutfah tanaman kedelai untuk melayani kebutuhanprodusen, dengan
prioritas dapat dilestarikannya.
b) Tersedia dan berfungsinya sistem dan teknik produksi kedelai lahan sawah irigasi dan tadah hujan serta lahan
kering masam.
c) Dihasilkannya, tersedianya dan dimanfatkannya benih penjenis VUB kedelai.
IV. KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a) Pengembangan kedelai di dalam negeri diarahkan melalui strategi
b) peningkatan produktivitas dan perluasan areal tanam. Peningkatan
c) produktivitas dicapai dengan penerapan teknologi yang sesuai (spesifik) bagi
d) agroekologi/wilayah setempat. Perluasan areal tanam diarahkan melalui
e) peningkatan indeks pertanaman (IP) di lahan sawah irigasi sederhana, sawah tadah hujan dan lahan kering
yang telah diusahakan

PUSTAKA
Adisarwanto, T. 2004. Strategi peningkatan produksi kedelai sebagai upaya untuk
memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor. Orasi
Pengukuhan APU. Badan Litbang Pertanian. 50 hlm.

______________ 2005. Kedelai, budidaya dengan pemupukan yang efektif dan


pengoptimalan peran bintil akar. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya. 107
hlm.
Anonimuos, 2004a. Dukungan inovasi teknologi dalam program bangkit kedelai.
Puslitbangtan. Makalah disampaikan pada Bangkit Kedelai di Cisarua.
Ditjentan. Bogor. 36 hlm.
__________ 2004b. Profil Kedelai (Glycine max). Ditjentan, Direktorat Kacangkacangan
dan Umbi-umbian. 50 hlm.
__________ 2004c. Roadmap Komoditas Kedelai. Balitkabi. 9 hlm.
__________ 2005a. Program Bangkit Kedelai tahun 2004. Ditjentan, Direktorat
Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. 27 hlm.
IV-187
__________ 2005b Makalah Menteri Pertanian dalam Rapat Koordinasi Bidang
Perekonomian. 13 April 2005. 16 hlm.
Anonimous, 2005 c. Renstra Balitkabi 2005-2009, Balitkabi (Proses Publikasi)
__________ 2005c. Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah
(RPPJM: 20052010) Departemen Pertanian.
Gonzales, L.A. , F. Kasryno, N.D. Perez and M.W. Rosegrant. 1993. Economic
Incentives and Comparative Advantage in Indonesian Food Crop Production.

Anda mungkin juga menyukai