A. KONSELING PASTORAL
A.1 Pengertian Konseling dan Pastoral
a. Konseling
Kata Konseling berasal dari Bahasa Latin “consulere” berarti memberi nasihat.1[1]
Sedangkan kata bahasa Inggris yang menunjukkan untuk kata konseling adalah consul yang
artinya wakil, konsul;counsult yang artinya minta nasehat, berunding dengan; cosole yang
artinya menghibur dan consolide yang artinya menguatkan. Bisa diartikan kata konseling
adalah kegiatan sseorang yang menguatkan, menghibur yang dimintakan nasehat dan
merunding dengan seseorang. Mengenai hal ini J.L. Ch Abineno menuliskan dalam
bukunya pedoman praktis untuk pelayanan pastoral tentang pengertian atau ungkapan
“Konseling Pastoral” terutama digunakan dalam gereja-gereja di Amerika. Sebagai metode
atau cara kerja “Konseling Pastoral” timbul dari konseling umum yang dijalankan di
Amerika terutama sesudah perang dunia Kedua.2[2] Konseling sebenarnya merupakan
salah satu teknik atau layanan di dalam bimbingan, tetapi teknik atau layanan ini sangat
istimewa karena sifatnya yang lentur atau fleksibel dan komprehensif. Konseling
merupakan salah satu teknik dalam bimbingan, tetapi merupakan teknik inti atau teknik
kunci. Hal ini dikarenakan konseling dapat memberikan perubahan yang mendasar, yaitu
mengubah sikap. Sikap mendasari perbuatan, pemikiran, pandangan dan perasaan, dan lain-
lain.
Menurut Leona E. Tylor, ada lima karakteristik yang sekaligus merupakan prinsip-
prinsip konseling. Kelima karakteristik tersebut:
1. Konseling tidak sama dengan pemberian nasihat (advicement), sebab di dalam
pemberian nasihat proses berpikir ada dan diberikan oleh penasihat, sedang dalam
konseling proses berpikir dan pemecahan ditemukan dan dilakukan oleh klien sendiri.
2. Konseling mengusahakan perubahan-perubahan yang bersifat fundamental yang
berkenaan dengan pola- pola hidup.
1[1] Abineno Ch, Pedoman Praktis untuk Pelayanan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010),hl.8
2[2] ibid.,hl. 6
3. Konseling lebih menyangkut sikap daripada perbuatan atau tindakan.
4. Konseling lebih berkenaan dengan penghayatan emosional daripada pemecahan
intelektual.
5. Konseling menyangkut juga hubungan klien dengan orang lain.
Konseling memegang peranan penting dalam bimbingan (counseling is the
hearth of guidance), konseling sebagai pusatnya bimbingan (counseling is the centre of
guidance). Sebab dikatakan jantung, inti, atau pusat karena konseling ini merupakan
layanan atau teknik bimbingan yang bersifat terapeutik atau bersifat menyembuhkan
(curative)3[3].
Berdasarkan uraian mengenai Konseling diatas maka konseling sebagai inisiatif Allah yang
oleh kasih-Nya mencari manusia berdosa. Adapun Dasar- dasar bagi titik tolak konseling
dapat dijelaskan selanjutnya sebagai berikut:
1. Sama seperti Allah sendirilah yang berinisiatif mencipta segala sesuatu, menopang
ciptaan-Nya (dengan Perjanjian Berkat) -- dan setelah Adam dan Hawa jatuh ke
dalam dosa, Allah tetap berinisiatif mencari (mereka) untuk membebaskan (mereka);
maka konseling pun perlu menekankan bahwa proses pelayanan konseling adalah
"Upaya yang merupakan inisiatif untuk mencari/ menolong para konseli (yang
berdosa/yang lemah/yang gagal)." Perumpamaan tentang domba yang hilang (Lukas
15:1-7; Matius 18:12-14), dirham yang hilang (Lukas 15:11-32) -- menegaskan satu
hal penting ´ada inisiatif (Allah) untuk mencari yang hilang´.
2. Titik tolak konseling beranjak dari motif dan upaya "mengangkat" dan "meneguhkan"
(Tuhanlah yang mengampuni dan membebaskan orang yang bertobat dari dosanya
dan orang Kristen (konselor) bertanggung jawab untuk bersedia mengangkat orang
tersebut (konseli) dengan memberikan dukungan/dorongan positif (dari Firman
Tuhan) yang ditopang oleh perjanjian berkat Allah. Motif mengangkat/meneguhkan
ini harus menjadi sikap batin dari setiap konselor yang menggerakkan upaya/tindakan
pelayanan konseling yang dilaksanakannya. Dasar bertolak konseling ini ditegaskan
oleh Yehezkiel bahwa "Allah mencari, membawa pulang, merawat, menguatkan,
memelihara" -- sebagai gembala yang melayani (Yehezkiel 34:16).
3[3] Hikmawati Fenti, Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hl. 2-3
3. Titik tolak konseling terfokus kepada "pemulihan" -- "peneguhan" (yang menghasilkan
keteguhan). Pemulihan ini diawali dengan "pertobatan" (yang didasarkan atas
kesadaran bahwa akar dari semua masalah dapat ditelusuri sampai kepada
DOSA/adalah DOSA) yang membawa "pembaruan" (1Yohanes 1:9; 1Korintus 5:17;
Kolose 3:5-11) dan pengampunan dosa sebagai dasar hidup baru (Kolose 3:12-13;
Matius 6:12).
b. Pastoral
Istilah Pastoral berasal dari “pastor” dalam bahasa latin atau dalam bahasa Yunani disebut
“Poimen” yang artinya gembala. Secara tradisional, dalam kehidupan gerejawi kita hal ini
merupakan tugas pendeta yang harus menjadi gembala bagi jemaat atau dombanya4[5].
Berbicara tentang gembala, dalam buku M.Bons-Storm “Apakah Penggembalaan Itu”
mengutip beberapa pendapat para ahli, yakni sbb :
- Thurneysen merumuskan “Penggembalaan merupakan suatu penerapan khusus Injil
kepada anggota jemaat secara pribadi, yaitu berita Injil yang dalam khotbah gereja
disampaikan kepada semua orang.”
- Dr. J. W. Herfst mengatakan bahwa tugas penggembalaan itu ialah: “Menolong setiap
orang untuk menyadari hubungannya dengan Allah, dan mengajar orang untuk
mengakui ketaatannya kepada Allah dan sesamanya, dalam situasinya sendiri.”
- Dr. H. Faber :”Penggembalaan itu ialah tiap-tiap pekerjaan, yang di dalamnya si
pelayan sadar akan akibat yang ditimbulkan oleh percakapannya atau khotbahnya,
atas kepribadian orang, yang pada saat itu dihubunginya.”5[6]
Berhubungan dengan istilah “penggembalaan” Art Van Beek menuliskan dalam bukunya
pendampingan Pastoral. Penggembalaan adalah suatu istilah struktural untuk
mempersiapkan para rohaniawan untuk tugas pastoral atau tugas penggembalaan. Mengenai
hal ini Art Van Beek menuliskan 7 tipe penggembalaan di masyarakat Indonesia
- Pertama, ada yang berpendapat bahwa penggembalaan merupakan pembinaan, yaitu
tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka untuk menjadi murid
Kristus yang baik.
4[5] Art Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) hl. 10
5[6] M. Born Storm, Apakah Penggembalaan Itu? (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2011 ),
hl.1
- Kedua, ada yang memandang penggembalaan sebagai pemberitaan Firman Allah,
melalui pertemuan antar pribadi atau dalam kelompok kecil, walaupun juga dapat
dapat dilakukan dalam khotbah dan liturgi.
- Ketiga,Khususnya dilingkungan Katolik, bahwa penggembalaan berarti pelayanan
yang berhubungan dengan sakramen.
- Keempat, Khususnya anggota Karismatik bahwa penggembalaan adalah pelayanan
penyembuhan.
- Kelima, bahwa penggembalaan adalah pelayanan kepada masyarakat, yaitu
pelayanan sosial dan pelayanan berjuang melawan ketidakadilan.
- Keenam, ada yang melihat penggembalaan sebagai pelayanan dimana manusia yang
terlibat dalam interaksi menantikan dan menerima kehadiran dan partisipasi Tuhan
Allah. Yang dinantikan sebenarnya adalah suatu pernyataan dari Allah.
- Ketujuh, dapat juga dianggap sebagai konseling pastoral yang menggunakan teknik-
teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia, khususnya psikologi.6[7]
Dari uraian diatas secara garis besar mengenai pastoral dapat didefinisikan sebagai bentuk
bimbingan spiritual yang dilakukan oleh seorang pendeta atau hamba Tuhan untuk
menolong orang-orang yang mengalami kesulitan kehidupan supaya menyadari kekeliruan
hidup .
8[9] Susabda Yakub, Pastoral Konseling Jilid I, (Malang: Gandum Mas, 2006), hal 13
9[10] ibid.,hl 71
Kesempatan untuk menggunakan sumber-sumber seputar kehidupan
berjemaat
Kesempatan untuk mengambil inisiatif dalam membangun suatu hubungan
konseling dan kemungkinan diadakannya intervensi awal dan Kesediaan pelayanan-
pelayanan konseling dengan mengabaikan masalah pembayaran.
Berdasarkan uraian diatas Pastoral Konseling dapat berarti gembala yang memberikan
nasihat, penghiburan dan penguatan bagi warga gerejanya. Pelayanan pastoral mempunyai
sifat pertemuan yaitu: antara pastor dan anggota jemaat yang membutuhkan bantuan dan
pelayannya dan pertemuan antara mereka berdua dan Allah, yang sebenarnya yang
memimpin dan memberi isi kepada pertemuan mereka. Pengistilahan ini dihubungkan
dengan diri Yesus Kristus dan karyaNya sebagai Pastor Sejati yang Baik (Yoh. 10).
Ungkapan ini mengacu kepada pelayanan Yesus Kristus yang tanpa pamrih, bersedia
memberikan pertolongan terhadap para pengikutNya.
PENDAMPINGAN PASTORAL KEPADA JEMAAT YANG STRES
3. Gejala Intelektual
Stres juga berdampak pada kerja Intelek . Gejala gejalanya adalah :
a. Susah berkonsentrasi atau memusatkan pikiran
b. Sulit membuat keputusan
c. Mudah lupa
d. Pikiran kacau
e. Daya ingat menurun
f. Melamun secara berlebihan
g. Pikiran dipenuhi oleh satu pikiran saja
h. Kehilangan rasa humor yang sehat
i. Produktivitas atau prestasi kerja mennurun
j. Mutu kerja rendah
k. Dalam dunia kerja jumlah kekeliruan semakin meningkat
4. Gejala Interpersonal
Stres mempengaruhi hubungan dengan orang lain baik didalam maupun didalam rumah .
Gejala gejalanya antara lain :
a. Kehilangan kepercayaan kepada orang lain
b. Mudah mempersalahkan orang lain
c. Mudah membatalkan janji atau tidak memenuhinya
d. Suka mencari cari kesalahan orang lain atau menyerang orang lain dengan kata kata
e. Mengambil sikap terlalu membentengi diri dan mempertahankan diri
f. Mendiamkan orang lain
C. Penyebab Stres
Saat seseorang menghadapi kondisi yang memicu stres, tubuh akan bereaksi secara alami,
yaitu dengan melepas hormon yang dinamakan kortisol dan adrenalin. Reaksi ini sebenarnya
baik untuk membantu seseorang menghadapi situasi yang berbahaya atau mengancam, sehingga
bisa keluar dari situasi tersebut.
Ada berbagai situasi atau peristiwa yang dapat memicu terjadinya stres, antara lain:
Apapun bentuk stres dalam kehidupan kita, langkah pertama yang perlu kita ambil adalah
menghadapinya bersama Yesus Kristus. Yesus begitu menyemangati kita di dalam Yohanes 14:1:
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku." Kita begitu
membutuhkan Yesus di dalam kehidupan kita. Kita membutuhkan Dia karena hanya Ia saja yang dapat
memberi kita kekuatan untuk menanggung berbagai kesulitan dalam kehidupan ini. Percaya pada-Nya
tidak berarti kita akan terlepas dari kesulitan hidup atau merasa stres. Artinya, kehidupan yang dijalani
tanpa Yesus Kristus akan ditandai oleh stres dan hambatan yang mustahil dihadapi.
Kepercayaan juga berarti kita akan yakin. Amsal 3:5-6 mengajar, "Percayalah kepada TUHAN
dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam
segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu." Bersandar pada 'pengertian pribadi kita' juga
mengandung makna bahwa kita memeluk sudut pandang duniawi tentang cara pelepasan stres - seperti
konsumsi alkohol atau narkoba atau hiburan tanpa batas. Lain daripada itu, kita harus mempercayai
Firman-Nya sebagai satu-satunya pedoman mencapai kehidupan yang minim stres. Daud berkata, "Aku
telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku" (Mazmur
34:4). Daud tahu bahwa dengan mencari Tuhan dan menceritakan kesulitan yang ia hadapi maka ia akan
beroleh perkenanan dari-Nya. Tuhan menjawabnya dan menenangkannya.
Filipi 4:6-7 memberi kita saran mengatasi stres yang sangat berguna: "Janganlah hendaknya kamu
kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan
memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus." Tuhan telah memberi tahu kita untuk tidak
khawatir tentang apapun, melainkan memanjatkan semuanya kepada-Nya dalam doa. Mengangkat beban
dan keprihatinan kita pada Allah yang kudus dan benar setiap hari dapat mengurangi stres dalam
kehidupan kita. Mazmur 55:2 menyuruh kita menyerahkan segala kekhawatiran kita pada-Nya karena
Ia-lah yang memelihara kita dan Ia tidak pernah gagal dalam hal itu (baca juga 1 Petrus 5:6-7). Yesus
Kristus menjanjikan rasa damai jika kita datang kepada-Nya membawa kecemasan dan keprihatinan
kita. "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu"
(Yohanes 14:27).
Stres adalah bagian alami dari kehidupan (Ayub 5:7, 14:1; 1 Petrus 4:12; 1 Korintus 10:13).
Namun bagaimana kita menghadapinya adalah pilihan kita. Jika kita berusaha menghadapinya sendiri,
kelegaan yang sejati mustahil tergapai. Satu-satunya cara yang konsisten dan manjur adalah bersama
dengan Yesus Kristus. Pertama, kita harus percaya pada-Nya. Kedua, kita perlu mempercayai Dia dan
menaati-Nya. Kita harus meyakini bahwa Ia akan melakukan yang benar karena jalan-Nya selalu yang
terbaik. Ketidaktaatan dan dosa akan menghasilkan stres dan menjauhkan kita dari satu-satunya cara
memperoleh damai dan sukacita. Dengan menaati perintah-Nya kita memperoleh karunia kepuasan
sejati yang diberikan oleh Allah yang pengasih. Pada akhirnya, kita perlu mencari damai-Nya setiap hari
dengan mengisi benak kita dengan Firman-Nya, membawa segala sesuatu di dalam doa, dan duduk di
kaki-Nya dengan kagum dan hormat. Stres dalam kehidupan kita hanya dapat betul-betul ditangani
melalui kasih karunia, belas kasihan, dan kasih-Nya.
Stres sulit untuk dihindari. Jadi, hal yang terpenting adalah cara mengatasi stres, karena
bila stres terjadi berkepanjangan, dapat menimbulkan gangguan kesehatan
E. Prinsip Bimbingan
1. Menolong Konsele untuk bisa mengenali diri sendiri dan apa yang ingin dicapai , apakah
keinginannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
2. Menolong konsele mengerti penyebab stres dan cara-cara menghadapinya. Doronglah
mereka untuk mengutarakan apa yang menjadi penyebab kegelisahan dan kesulitannya.
Biarkanlah konsele mencoba mengekspresikan perasaan dan ketakutannya.
3. Menolong Konseli untuk mengenali apa yang telah dilakukan konsele pada waktu-waktu
yang lalu untuk mengatasi stresnya. Apa yang sudah pernah dicoba, teknik-teknik apa yang
mungkin sudah pernah menolongnya dan apa yang akan dilakukan oleh konsele di kemudian
hari. Mungkin juga perlu dibicarakan tentang setiap kemungkinan yang ada dan mendorong
konsele untuk mengubah rencana, cara berpikir ataupun tindakan-tindakannya.
4. Menolong Konsele untuk melihat bahwa bahwa ada, realita yang berat dan tidak dapat
diubah lagi misalnya sebuah kematian. Contoh dalam Alkitab misalnya Daud, waktu anak
yang lahir dari perzinahan dengan Batsyeba jatuh sakit. Alkitab dengan jelas mencatat dosa
Daud, dan akibat dari dosa tersebut, anak itu sakit untuk beberapa hari lamanya. Daud
berpuasa dan tekun memohon kepada Allah, ia sangat tertekan, dan tidak dapat memikirkan
yang lain kecuali anak itu sudah mati, Daud harus menerima suatu kenyataan atas sesuatu
yang tidak dapat diubah. Ia kembali pada tugas dan tanggung jawabnya sebagai raja dan
pergi menghibur hati Batsyeba (2Samuel 12:15-24).
5. Menolong Konsele untuk mengembangkan strategi kehidupan yang sehat misalnya
menyeimbangkan waktu antara bekerja , sosialisasi , olahraga , rekreasi dan lain sebagainya.
6. Menolong Konsele untuk tetap melihat campur tangan Tuhan dalam seluruh pergumulan
hidup yang dia alami melaui berdoa bersama konsele. Arahkan konsele kepada Tuhan yang
penuh kasih, maha bijaksana, dan yang dapat mengerti setiap kesulitan dan pencobaan yang
kita alami. Sebagai konselor kita dapat mengingatkan konsele beberapa bagian dari firman
Tuhan yang menguatkan dan memberikan penghiburan, dan harus diingat, bahwa sebagai
konselor, bukan Anda yang menentukan hasil akhirnya, tetapi Tuhan yang bekerja melalui
kehidupan dan pelayanan Anda yang membawa kesembuhan itu.
PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP JEMAAT
=======================================================================
Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang
mendalam dan rasa tidak peduli. Semua orang pasti pernah merasa sedih atau murung sesekali, hal
tersebut normal. Namun seseorang dinyatakan mengalami depresi, jika sudah 2 minggu merasa sedih,
putus harapan, atau tidak berharga.
B. Gejala Depresi
Sering sedih berkepanjangan dengan/tanpa sebab yang jelas
Kehilangan minat atau tidak tertarik lagi pada hal-hal yang sebelumnya sangat ia sukai
Berkurangnya nafsu makan dan/atau berat badan secara signifikan
Makan dan/atau mengalami kenaikan berat badan secara berlebihan
Pola tidur terganggu (sehingga susah tidur atau terlalu banyak tidur)
Kelelahan dan/atau kekurangan energi
Meningkatnya kecemasan atau berkurangnya gerakan yang jelas terlihat oleh orang
lain
Merasa tidak berharga dan/atau merasa bersalah secara berlebihan
Kesulitan berkonsentrasi atau merasa tidak mampu membuat keputusan
Berulang kali memikirkan kematian atau ingin bunuh diri, membuat rencana untuk
bunuh diri, atau melakukan tindakan bunuh diri
Gejala ini bisa berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Selain itu, gejala tersebut bisa
hilang dan muncul lagi sehingga disebut “masa kambuh”. Gejala depresi lebih dari sekadar
mengalami “hari yang melelahkan” dan biasanya ditandai oleh perubahan suasana hati yang
parah sehingga memengaruhi cara seseorang menjalani kehidupannya sehari-hari.
C. Penyebab Depresi
1. Kepercayaan diri rendah dan terlalu bergantung pada orang lain, sering menyalahkan diri
sendiri, dan pesimis.
2. Mengalami kejadian yang traumatik atau menegangkan. Misalnya pelecehan seksual atau
penyiksaan secara fisik, kematian atau kehilangan orang yang dicintai, hubungan yang
sulit dengan seseorang, atau masalah keuangan.
3. Mengalami trauma atau stres masa kecil yang mulai terjadi saat remaja atau anak-anak.
4. Mempunyai gangguan mental lain, seperti gangguan cemas,atau gangguan makan.
5. Ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan terlarang.
6. Penyakit kronik atau penyakit serius, termasuk kanker, stroke, nyeri kronik, atau penyakit
jantung.
7. Sedang dalam pengobatan tertentu, seperti mengonsumsi beberapa obat hipertensi atau
obat tidur.
Dalam Alkitab terhadap tokoh tokoh yang juga mengalami pergumulan yang cukup berat dan
mereka juga mengalami perasaan yang tertekan dan bahkan juga depresi.
Musa mengalami depresi disebabkan karena beban tugas yang terlalu berat. Bangsa Israel
yang terus-menerus mengeluh tentang persediaan makanan dan air yang mereka dapatkan di
perkemahan mereka, panas yang sangat menyengat di Gunung Sinai, dan akhirnya Musa harus
menghadapi serangan musuh
Perasaan lelah, putus asa, dan depresi yang dialaminya diungkapkan melalui kata-kata. Musa
menangis.
"Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu
berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja,
jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku."
(Bilangan 11:14,15)
Tuhan tidak membunuh Musa. Musa tidak bunuh diri. Tetapi Tuhan memberikan dua
pemecahan masalah yang sangat masuk akal kepada pemimpin yang mengalami kelelahan ini.
Pertama, Tuhan mendorong Musa untuk berbagi tugas dengan orang-orang Israel yang dapat
dipercaya. Dan kedua, Tuhan membebaskan Musa dari tekanan masalah persediaan makanan
bagi bangsa Israel. Dengan kata lain, Tuhan memerintahkan Musa untuk berusaha semampunya
dan selanjutnya menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan
Elia juga mengalami depresi , Saat itu secara fisik, rohani, dan emosional Elia sangat lemah
dan lelah. Dia dihadapkan pada musuh rohani bangsa Israel, terlibat dalam perdebatan rohani
dengan 450 nabi-nabi palsu, marah terhadap api dari surga, dan lari sejauh 17 mil untuk
menyelamatkan diri dari kemarahan ratu yang sangat kejam. Selain ketegangan dari konflik yang
terlihat jelas, Elia merasa ditinggalkan oleh teman-temannya dan percaya bahwa ia telah gagal
membawa bangsanya kepada Tuhan . Dia berjalan ke padang gurun, duduk di bawah sebuah
pohon dan dia meminta kepada Tuhan agar mengambil nyawanya. Dia mengatakan:
"Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari
pada nenek moyangku." (1Raja-raja 19:4)
Sekali lagi Tuhan menjawab keluhan yang menyebabkan hambanya ini depresi. Tuhan
memberi kesempatan kepada Elia untuk beristirahat, Tuhan merawatnya, memberinya semangat,
mengingatkan dia bahwa dia tidak sendiri, dan Tuhan mengubah tugasnya.
Tidak ada lagi perdebatan dengan nabi-nabi palsu bahkan ia menjadi orang kepercayaan raja.
Tuhan memberi dia seorang pembantu yang bernama Elisa. Tekanan-tekanan dihilangkan,
depresi itu disembuhkan, dan Elia kembali melakukan tugasnya.
Yunus juga mengalaimi tekanan yang tak kalah berat. Dia bingung, tidak tahu harus berbuat
apa, dan merasa malu. Yunus membuat sistem kepercayaannya sendiri dan akhirnya menyadari
bahwa itu adalah hal yang sia-sia. Dia percaya bahwa ketidaktaatan membawanya kepada maut -
- tetapi ternyata ia tetap diselamatkan meskipun dia tidak taat.
Dia tahu bahwa serangan ikan besar itu sangat berbahaya -- tetapi meskipun ia ditelan oleh
ikan ia tetap hidup dalam perut ikan itu. Dia percaya bahwa bangsa yang licik akan dimusnahkan
-- tetapi semua kesalahan mereka dihapuskan. Dia percaya bahwa Tuhan tidak akan mengasihi
orang Niniwe -- tetapi Tuhan melakukan hal yang sebaliknya.
Yunus tidak pernah mengalami kemuliaan Tuhan. Orang-orang yang dibenci-Nya juga Ia
berkati. Terlebih lagi, Ia mau memberi pohon untuk berlindung dari panas dan maut.
Dengan sepenuh hati Yunus rela mati. "Mati adalah lebih baik daripada hidup," katanya.
Yunus mengalami depresi. Rasa kasihan pada dirinya sendiri mulai meracuninya. Dia
membutuhkan suatu pemulihan. Tuhan mengingatkan kepadanya bahwa 120.000 jiwa yang ada
di kota Niniwe yang besar dan licik ini adalah nilai yang lebih besar daripada sebatang pohon
kecil yang melindunginya.
Reaksi depresi disebabkan oleh keadaan atau peristiwa yang memicu timbulnya tekanan dan
perasaan tidak nyaman. Kita menyalahkan Tuhan, kita mengasihani diri kita sendiri, dan berada
dalam kegelapan.
1. Menolong konsele untuk mengeluarkan curhan hati terdalamnya . Disini konselor diminta
untuk menjadi pendengar yang baik untuknya . Dalam hal ini konselor dituntut untuk
memiliki ability to listen yang baik terhadap konseli .Bersiaplah mendengarkan apa saja
yang akan ia katakan. Jangan memperlihatkan rasa terpukul jika ia mengatakan hal yang
sangat mengerikan sebab ia akan menutup diri. Berusahalah menunjukkan penerimaan
dan perhatian. Dengarkan saja, jangan menilai. Jika teman Anda tidak mau bercerita,
coba ajukan beberapa pertanyaan mudah. Misalnya, tanyakan apa saja kegiatannya
seminggu ini. Cara ini mungkin bisa membuatnya mau membuka diri. Jika apa yang dia
mau ceritakan membuat kita kecewa, berikan ia dukungan dengan mengatakan, "Pasti
sulit sekali sampai kamu bisa menceritakan hal ini kepadaku" atau "Terima kasih kamu
sudah menceritakan semua apa adanya".
2. Konselor memberikan perhatian penuh kepada konsele Berikan perhatian penuh
kepadanya. Tataplah matanya dan tunjukkan bahwa kita mau melibatkan diri
sepenuhnya dalam percakapan ini.
3. Konselor merespon apa yang menjadi curahan hati konsele. Penderita depresi adalah
orang-orang yang paling membutuhkan kasih sayang dan pengertian. Tidak cukup jika
kita hanya mendengarkan dengan baik. Kita juga harus peka terhadap apa yang ingin
kita katakan pada saat berbicara tentang depresi. Ada beberapa kalimat yang bisa Anda
gunakan jika ingin berbicara dengan seseorang yang sedang mengalami depresi:
Kamu tidak sendiri. Aku ada di sini menemani kamu.
Aku mengerti penderitaan yang sedang kamu alami. Inilah penyebab dari apa
yang kamu pikiran dan rasakan.
Mungkin aku tidak bisa mengerti dengan tepat apa yang kamu rasakan, tetapi aku
peduli kepadamu dan ingin membantu.
4. Menolong konsele untuk menyadari anugerah TUhan cukup baginya ( I Kor 12: 9) dan
kuasa Tuha itu dinyatakan ditengah kelemahan , sehingga Konsele tidak cenderung
memanjakan dirinya.
.
5. Jangan katakan “abaikan saja”. Mengatakan kepada seseorang agar ia "mengabaikan"
atau "meremehkan" masalah bukanlah ucapan yang bermanfaat. Berusahalah ikut
merasakan apa yang sedang ia alami. Coba bayangkan seperti apa rasanya jika semua
orang menentang kita . Apa yang ingin kita dengar dari orang lain? Sadarilah bahwa
depresi adalah kondisi yang sangat nyata dan sangat menyakitkan bagi penderitanya.
Jangan pernah mengucapkan kalimat-kalimat berikut:
1. Semua ini terjadi karena pilihanmu sendiri.
2. Kita semua mengalami saat-saat seperti ini.
3. Kamu akan baik-baik saja. Jangan khawatir.
4. Lihatlah sisi baiknya.
5. Kamu punya segala-galanya; mengapa kamu ingin mati?
6. Jangan seperti orang gila.
7. Apa masalahmu?
8. Bukankah seharusnya kamu sudah merasa lebih baik sekarang ini?
6. Jangan berdebat . Ada banyak hal yang kita tidak mengerti dengan orang depresi
termasuk perasaannya . Pada saat kita berbicara dengan orang yang sedang depresi,
jangan pernah membahas tentang perasaannya. Apa yang ia rasakan mungkin tidak
masuk akal, tetapi Anda tidak perlu mengatakan bahwa ia salah, apalagi berdebat
dengannya. Alih-alih, cobalah mengatakan, "Aku ikut prihatin dengan kesedihan yang
kamu rasakan. Apa yang bisa aku bantu?
7. Waspadalah sebab teman yang depresi mungkin tidak mau mengatakan dengan jujur
betapa buruk perasaannya. Banyak penderita depresi yang merasa malu dan menutup-
nutupi keadaan mereka. Jika kita bertanya, "Apa kamu baik-baik saja?" dan ia menjawab,
“Ya”, coba gunakan cara lain untuk mencari tahu apa yang sebenarnya ia rasakan.
8. Jagalah hubungan baik. Kita bisa menunjukkan perhatian padanya dengan menelepon,
menulis surat , mengirim SMS, atau berkunjung ke rumahnya. Ada berbagai cara
menjaga hubungan dengan orang-orang yang ingin kita perhatikan.. Berusahalah
menemuinya sesering mungkin tanpa membuatnya terganggu.
9. Diskusikan langkah berikutnya. Setelah dia menyadari bahwa ia terkena depresi, kita
bisa membahas cara mengatasinya. Mungkin ia ingin menemui konselor atau
berkonsultasi dengan dokter untuk bertanya tentang penyembuhan dengan mengonsumsi
obat? Apakah ia pernah mengalami kejadian yang membuat jiwanya tertekan? Apakah ia
tidak puas dengan kondisi kehidupannya dan gaya hidupnya? Di GBKP kita bisa
menghubungi team Pastoral Konseling GBKP .
PENDAMPINGAN PASTORAL PADA JEMAAT YANG MENGALAMI
KEDUKAAN ( GRIEF )
1. Kejutan awal akibat kematian: dampak emosi yang dalam itu kadang-
kadang melumpuhkan seseorang.
PENDAMPINGAN PASTORAL :