SENI KONSELING
DOSEN PENGAJAR :
Yunita Stella, M.Th.
DEFINISI KONSELING
Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari Bahasa Latin
yaitu conselium, artinya bersama atau bicara bersama.
Pengertian “berbicara bersama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan
seorang atau beberapa klien (konseli).
Dalam Dictionary of Psychology, konseling didefinisikan sebagai bantuan profesional
dalam mengatasi masalah pribadi, termasuk emosional, perilaku, kejuruan, perkawinan,
pendidikan, rehabilitasi, dan masalah-masalah tahap kehidupan.
Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang konseling, antara lain :
o Smith: konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi
antara seorang yang mengalami kesulitan dengan seorang professional yang
melalui pengalamannya mungkin dapat dipergunakan untuk membantu orang
lain dalam memecahkan persoalannya.
o Eisenbergh: suatu praktek pelayanan yang professional yang dirancang untuk
membimbing seseorang kepada pemahaman yang lebih baik. Konseling
membantu klien untuk mengatasi masalahnya baik yang sedang dihadapi
maupun yang akan muncul.
o Latipun: konseling biasanya dikenal dengan istilah penyuluhan, secara awam
dimaknakan sebagai pemberian penerangan informasi atau nasehat kepada
pihak lain.
o Magdalena Tomatala: konseling dapat dijabarkan sebagai suatu proses
penyampaian nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan ajaran,
memberikan pertimbangan guna membuat keputusan yang bijaksana sebagai
upaya mengatasi masalah serta menangani atau menyelaraskan perilaku.
o Gibson: konseling merupakan bantuan terhadap konseli agar memperoleh
pengertian dan akhirnya bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
o Julianto Simanjuntak: Konseling adalah memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih
memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.
TUJUAN KONSELING
1. Memberi fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan pribadi.
2. Menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola kehidupan yang menyebabkan mereka
tidak berbahagia.
3. Menyediakan suasana persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi yang
sedang menghadapi kehilangan dan kekecewaan.
4. Membantu klien untuk merasa lebih baik/nyaman.
Konselor menetapkan tujuan untuk membantu kliennya memiliki kemampuan
menolong diri sendiri, sehingga dapat menghadapi situasi hidup selanjutnya dengan
lebih konstruktif.
Konseling Kristen dapat dijelaskan sebagai suatu proses pembimbingan yang dinamis
dalam tuntunan Roh Kudus untuk menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan,
teguran, dorongan dan ajaran dari perpekstif Kristen atau Alkitab, yang di dalamnya
terdapat upaya menyampaikan pertimbangan yang memberikan kemampuan pada
konseli untuk membuat keputusan sendiri yang bijaksana, yang membawa pemulihan,
perubahan, serta pertumbuhan rohani.
Konseling Kristen harus “berpusat pada Kristus, berdasarkan Alkitab, dan dipenuhi
Roh untuk kemuliaan Allah dan untuk berkat dan penyembuhan umat-Nya. Konseling
Kristen juga harus ditandai dengan cinta agape seperti kasih yang ada pada Kristus,
yang merupakan buah Roh Kudus dalam diri konselor.
2. SUSTAINING (Menopang)
Penopangan adalah menolong orang yang terluka agar dapat bertahan dan melewati
suatu keadaan, yang di dalamnya pemulihan kepada kondisi semula sangat tipis
kemungkinannya untuk sembuh.
4. RECONCILING (Memulihkan)
Pendamaian adalah usaha membangun kembali hubungan yang rusak, baik dengan
sesama maupun dengan Tuhan.
2. Pastoral konseling adalah pelayanan yang mutlak bergantung pada kuasa Roh Kudus.
o Keunikan pastoral konseling juga terletak pada sikap hamba Tuhan yang
percaya akan kehadiran, pengaruh dan campur tangan langsung dari Allah
dalam pelayanan konselingnya.
o Hamba Tuhan (konselor) tidak pernah sendiri oleh karena Roh Kudus selalu
beserta dengan dia.
o Roh Kuduslah sumber “new insight” (pemikiran dan pengertian baru) atas
kedalaman misteri kehidupan manusia dibalik persoalan-persoalan konseli;
sumber dari munculnya “right word” (kata-kata yang diucapkan pada saat yang
tepat); sumber dari keberanian untuk melakukan “self-sacrifice” (pengorbanan
diri untuk keselamatan konseli); sumber “new hope” (pengharapan baru) dalam
diri konseli ditengah suasana dan kondisi hidup yang kelihatannya masih sama
saja; sumber munculnya “sukacita, semangat dan keberanian” dalam diri konseli
untuk menghadapi realita hidupnya.
3. Pastoral konseling adalah pelayanan yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan.
o Alkitab adalah Firman Allah, standar kebenaran untuk menilai tingkah laku
manusia.
o Hamba Tuhan sebagai konselor memakai Firman Allah bukan hanya pada saat
ia berbicara atau menangani soal-soal rohani, tetapi dalam setiap bagian
konselingnya (sikap, respons, metode-metode pendekatan, nasihat, penafsiran,
dsb), bahkan dalam persoalan apapun juga.
KONSELING DALAM PL
Jitro mertua Musa sebagai konselor bagi Musa, dalam keluaran 18:1-27. Jitro menolong
Musa untuk melihat persoalannya dalam memimpin bangsa Israel, yang pada akhirnya
Musa sendiri menemukan solusinya.
Samuel sebagai konselor dalam 1 Samuel 15:1-35. Samuel bertindak sebagai konselor
bagi Saul agar Saul melihat permasalahannya. Metode yang dipakai oleh Samuel adalah
konseling nouthetic dimana dia menggunakan cara mengkonfrontasi Saul dalam
permasalahannya dengan tujuan agar Saul melihat persoalannya dan mengambil solusi.
Walaupun dalam hal ini Samuel tidak berhasil menolong Saul, karena Saul
mengeraskan hati. Hal ini juga jadi sebuah masukan bahwa tidak semua pelaynan
konseling berhasil, tergantung respon konseli.
Natan sebagai konselor bagi Daud dalam 2 Samuel 12:1-14. Natan menggunakan
metode yang sama yang digunakan oleh Samuel kepada Saul. Natan menolong Daud
melihat permasalahannya dan menemukan solusinya.
Elihu menjadi konselor bagi Ayub dalam Ayub 32. Elihu menunjukkan pelayanan
bimbingan dengan mendengar, mengerti, menguatkan, mengkonfrontasi, mengajar dan
membimbing Ayub kepada Tuhan.
Yesus sebagai konselor dalam nubuatan, Yesaya 9:6. Dalam nubuatan Yesaya tentang
Yesus ada frase penasehat ajaib dalam Bahasa Inggris disebut Wonderfull Counselor.
KONSELING DALAM PB
o Suasana kelompok
Tugas kelompok pertama adalah membangun suasana yang mendukung
dan rasa hormat. Pemimpin kelompok dilatih untuk membantu
kelompok berkembang ke lingkungan seperti itu.
Dalam konseling kelompok ada kesempatan untuk menerima umpan
balik dari orang lain dalam lingkungan yang mendukung. Para
pemimpin akan membantu anggota memberikan umpan balik dengan
o Sifat Kelompok
Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup.
Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru, dan
dikatakan tertutup jika keanggotannya tidak memungkinkan adanya
anggota baru.
Pertimbangan penggunaan keanggotaan terbuka dan tertutup
bergantung kepada keperluan.
BERDASARKAN FUNGSI
Konseling Kristen itu ada yang berfungsi sebagai tindakan pencegahan masalah yang
mungkin bisa terjadi atau biasanya terjadi (preventif), dan ada juga yang bersifat pengobatan
atau menyelesaikan masalah yang sudah terjadi.
BERDASARKAN TUJUAN
Supportive Counseling
o Konseling yang memberikan perhatian, dorongan yang lebih peka, mencoba
dengan lemah lembut menyadarkan konseli terhadap realita kehidupan ini dan
membimbing konseli pada pertumbuhan iman dan kematangan emosi sehingga
masalah dapat dengan mudah diatasi.
o Suportive counseling bukanlah dimaksudkan untuk mengikat konseli dengan
hubungan yang tidak matang dan kekanak-kanakan supaya konseli bergantung
pada konselor, tetapi justru sebaliknya, bimbingan konselor itu diberikan
Education Counseling
o Sebagian besar dari tingkah laku manusia adalah hasil yang ia pelajari sejak
kecil. Jika kita mengalami persoalan tentu kita akan belajar bagaimana
menyelesaikan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Tiap tingkah
laku, bagaimanapun anehnya, akan dipakai pada masa mendatang.
o Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat dipelajari, sangat beralasan
jika kita simpulkan bahwa konseling juga harus meliputi pengajaran dimana
tingkah laku yang tidak efektif dapat diperbaiki dan konseli ditolong untuk
belajar tingkah laku yang lebih baik.
o Orang-orang dengan pertanyaan mengenai teologia, hubungan keluarga, suami-
istri, pemilihan karir, anak-anak muda yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat, orang-orang yang sedang menghadapi pengambilan
keputusan dsb, sangatlah membutuhkan pengajaran dan tambahan pengetahuan
dari konselor Kristen.
o Konselor Kristen diharapkan memiliki kerendahan hati, dengan tidak
menonjolkan sifat menggurui, tetapi senantiasa berpegang pada Firman Tuhan
dan meminta hikmat Allah.
Confrontative Counseling
o Konseling ini adalah konseling yang menggunakan metode konfrontasi
langsung kepada kesalahan dan dosa dari konseli yang menjadi penyebab
permasaahnnya. Konseling konfrontatif ini diperkenalkan oleh Alkitab.
Beberapa contoh: Samuel mengkonfrontasi Saul, Natan mengkonfrontasi Daud,
Elihu mengkonfrontasi Ayub, Yesus mengkonfrontasi anak muda yang kaya,
perempuan Samaria, murid-murid yang kurang percaya.
o Konselor sebagai orang berdosa memang tidak seharusnya menghakimi orang
lain dengan maksud mengkritik. Tetapi konselor Kristen dengan lemah lembut
dan berdasarkan kasih menolong konseli menghadapi kegagalan, dosa dan
kekeliruan serta kebodohannya.
o Konselor Kristen membimbing konseli untuk berani mengakui dosanya
dihadapan Allah dan sesamanya (Yakobus 5:16), serta menolong dia
meninggalkan kesalahannya. Konselor perlu menyadarkan bahwa
menyembunyikan kesalahan dan dosa hanya akan membuat bertambahnya
perasaan berdosa, frustasi dan kegelisahan terus-menerus (Mazmur 51, uraian
tentang Daud sebelum mengaku dosanya). Konselor harus menyakinkan konseli
tentang 1 Yohanes 1:9, jika kita mengaku dosa kita maka Tuhan yang setia dan
adil akan mengampuni kita.
Konseling sebagai pelayanan yang bersifat formal dan professional kepada anggota
tubuh Kristus yang membutuhkan bimbingan, membutuhkan persiapan yang baik. Kata
persiapan menunjukkan bahwa konseling Kristen tidak dapat dikerjakan asal-asalan dan
dadakan serta tidak tertata. Sebagaimana dijelaskan tujuan konseling Kristen adalah untuk
membawa setiap orang percaya memahami masalahnya guna mengatasi dan mengalami
pertumbuhan kearah Kristus. Dengan demikian, seorang percaya dapat mengalami
kemerdekaan rohani dan bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus. Untuk mencapai tujuan
ini maka konselor Kristen harus memahami persiapan apa saja yang harus dimilikinya sebelum
memulai sebuah pelayanan konseling kepada konseli. Persiapan yang baik akan membantu
memberi hasil yang maksimal, demikian juga sebaliknya persiapan yang tidak baik akan
membuat hasil pelayanan konseling yang tidak maksimal bahkan bisa gagal.
MEMPERSIAPKAN RUANGAN
Untuk konseling formal, konselor harus memberi batasan ruangan atau tempat dimana
konseling diadakan. Konseling formal semestinya dilakukan di ruangan resmi yang
biasa disebut kantor konseling atau kantor gembala. Namun hal ini bisa fleksibel,
memang sebisanya konselor Kristen atau dalam konteks pastoral, seorang gembala
sebagai konselor harus mempunyai ruangan konseling tersendiri.
Jika tidak ada maka gunakan ruangan terbuka atau transparans yang bisa terlihat orang
dari luar. Ruangan terbuka namun tetap privacy dan confidential. Hal ini perlu karena
tidak dapat disangkal karena adanya pelayanan konseling yang menyimpang, yakni
dimana konselor dan konseli malah jatuh dalam dosa.
MEMULAI WAWANCARA
Bagi konselor yang belum berpengalaman memulai wawancara menjadi suatu hal yang sulit,
apa yang saya harus buat dan dari mana saya akan mulai. Sebenarnya setelah memberi salam
kepada konselor, sebaiknya langsung bicara karena jelas konseli datang bukan untuk
membicarakan hal lain. Jangan terlalu banyak basa basi baru masuk ke pokok pembicaraan.
Ada orang yang banyak basa-basi dalam percakapan, tetapi dalam konseling hal ini tidak baik.
Jika kita langsung ke pokok pembicaraan maka konseli menerima kesan bahwa konselor
memperhatikan atau fokus kepada masalahnya.
Dalam menentukan jangka waktu perlu melihat persoalan. Kalau masalahnya ringan
atau standar, konselor cukup memberi satu kali pertemuan dengan durasi waktu 60-90
menit. Sedangkan jika kasusnya berat bisa memberi waktu 1,5 sampai 3 jam dalam dua
kali pertemuan. Ini yang secara umum terjadi, namun bersifat fleksibel, sesuai penilaian
konselor terhadap masalah yang dihadapi konseli dalam wawancara pra konseling.
Konseling bisa jadi dilakukan sampai tiga kali, namun inti yang harus diingat adalah
bahwa konselor tidak boleh membiarkan konseli ketergantungan kepadanya dengan
selalu ingin ketemu.
MENGAKHIRI WAWANCARA
Inisiatif mengakhiri konseling ada pada konselor.
Konselor perlu memperhatikan hal-hal berikut:
o Jangan hentikan wawancara sekonyong-konyong apabila percakapan mencapai
puncak atau klimaks.
o Sebisa mungkin usahakan setia pada batas waktu yang sudah ditentukan, jangan
berputar-putrar atau bertele-tele. Ingat pembimbingan dalam banyak kasus tidak
selesai dalam satu kali pertemuan. Jadi jangan mengulur waktu melampaui
batas karena masih ada pertemuan berikutnya.
o Cara mengakhiri wawancara yang baik biasanya konselor meringkaskan pokok-
pokok pembicaraan yang telah didiskusikan dan berdoa.
Teknik pembimbingan dalam konseling sangat bervariasi sesuai dengan pribadi konseli
dan perbedaan kasus yang dialami konseli. Jadi tidak ada teknik yang paten dan baku yang bisa
dipakai untuk semua kasus. Namun beberapa teknik ini secara umum digunakan dalam proses
konseling.
45 % 10 % 45 %
SKILL KONSELING
1. Attending
Konselor secara fisik dan emosional bersama konseli.
Tatapan mata
Intonasi suara (nada, volume, kecepatan)
2. Listening
Mendengarkan dengan seksama, yang perlu dihindari :
Interupsi
Memberikan nasehat terus menerus
Bermain bolpen/pensil
Melakukan hal lain, misalnya SMS/WA
Kelihatan tidak tertarik
3. Paraphrasing
Bisa dilakukan dengan cara :
Konselor mengambil inti pesan dari konseli
Mengungkapkan kembali dengan lebih jelas
Membantu konseli untuk mengekspresikan perasaannya dan merasa lebih baik
karena didengarkan
4. Probing
Bertanya untuk menggali informasi
Hindari pertanyaan yang berlebihan
Jangan sampai konseli menjadi pasif dan menunggu pertanyaan
5. Reframing
Pembingkaian ulang
Melihat atau merumuskan kembali situasi sekarang atau masa lampau dengan
cara pandang yang berbeda
Tidak menolak apa yang konseli lihat tentang dunia tetapi memberikan
perspektif lain tentang cara melihat dunia
6. Summarizing
Konselor bisa merefleksikan kembali hal-hal yang telah diungkapkan konseli
Membantu konseli melihat persoalan lebih jelas
Mengklarifikasikan pernyataan yang tidak jelas atau butuh perhatian
LUKA EMOSI
1. Luka emosi aktif : Mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya ia dapatkan,
misalnya: disiksa, dimarahi, difitnah.
2. Luka emosi pasif: Tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya ia dapatkan,
misalnya: diabaikan, ditinggalkan (tidak dapat kasih sayang, perhatian, perlindungan).
Perlu diingat bahwa kemerdekaan rohani konseli tidak bergantung pada konselor.
Konselor hanyalah alat Tuhan menolong konseli melihat persoalannya. Dari sisi konselor
memang mutlak harus memiliki persiapan konseling yang baik, teknik konseling yang baik,
dan menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya. Tapi
itu bukan segalanya. Dari pihak konseli ada siakp-sikap yang menentukan kebebasan dan
kemenangannya.
A. Kerendahan hati
Kerendahan hati sangat dibutuhkan oleh konseli pada saat pembimbingan, dengan
alasan:
Orang yang rendah hati terbuka untuk pekerjaan Allah dalam hidup mereka.
Orang-orang yang rendah hati memahami bahwa mereka tidak sempurna,
bahwa hidup mereka dalam proses dan bahwa mereka mungkin mengahadapi
masalah dasar yang perlu diselesaikan. Kesombongan bisa membuat kita
merasa sempurna atau kita berpura-pura sempurna. Sikap seperti ini sangat
menghambat keberhasilan konseling.
Orang yang rendah hati tidak sulit menerima nasehat orang lain, dalam hal ini
nasehat konselor yang berhubungan dengan dengan masalah pengampunan,
perbudakan dosa dalam dirinya, sikap yang salah, penilaian dan persepsi yang
salah tentang Allah, diri sendiri dan orang lain.
B. Keterbukaan
Orang yang bisa ditolong dalam proses konseling adalah orang yang memiliki
keterbukaan. Keterbukaan ini terdiri dari:
1. Keterbukaan di hadapan Allah
Keterbukaan kita kepada Allah didasarkan pengenalan kita akan karakter
Allah yakni kita percaya bahwa Bapa kita yang di sorga adalah Bapa yang
penuh belas kasihan. Perubahan apapun yang Ia kehendaki dalam diri kita
pasti adalah untuk kebaikan kita. Kita juga percaya bahwa Ia tidak
menjatuhkan atau mencelakakan kita dengan menyatakan semua cela,
kelemahan, dan dosa kita sekaligus pada satu saat. Sebaliknya Ia dengan
lemah lembut dan sabar menuntun kita mencapai keutuhan dan kedewasaan
kita dalam Kristus.
Keterbukaan kepada Allah juga didasarkan pada fakta bahwa Ia sudah
mengenal kita begitu dekat. Mazmur 139:4 berkata: Tuhan, Engkau
menyelidiki aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau
mengerti pikiran ku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan
atau berbaring, segala jalanku Kau maklumi. Sebab sebelum lidahku
mengeluarkan perkataan, sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui ya
Tuhan. Kita bisa belajar dari Daud yang selalu terbuka untuk diselidiki oleh
Allah dan terus minta tuntunan dari Tuhan (Mazmur 139:23-24).
C. Pengampunan
Pengampunan adalah sikap kita melepaskan perasaan negatif terhadap orang
lain (kemarahan, kebencian, kepahitan dan sebagainya). Pengampunan adalah
kita melepaskan hak untuk balas dendam. Pengampunan juga berarti kita
melepaskan sikap menghakimi yang telah kita lakukan terhadap mereka.
Pengampunan juga dapat diartikan sebagai sikap membuka hati dan
menyerahkan semua perasaan negatif kita kepada Allah, dan selanjutnya kita
mengundang Roh Kudus memenuhi kita dengan perasaan-perasaan positif
(sukacita, damai sejahtera dan kasih). Hasil dari suatu pengampunan adalah:
pertama, kita dibebaskan daeri kemarahan, kebencian, kepahitan kita serta dari
keinginan balas dendam. Kedua, Roh Kudus mendatangkan kesembuhan atas
jiwa kita. Ketiga, berkat Tuhan mengalir dalam hidup kita karena kita hidup
dalam ketaatan.
Beberapa hal penting tentang pengampunan dalam Alkitab:
o Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita berdosa terhadap Allah.
o Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak akan mengerti
keagungan pengampunan yang telah diberikan kepada kita dalam
Kristus Yesus Kristus.
o Jika kita tidak mengampuni oang lain, kita memberikan kesempatan
kepada iblis untuk merusak bahkan menghancurkan hidup kita, Efesus
4:27, II Korintus 2:10.
Oleh sebab itu pengampunan adalah langkah yang sangat menentukan dalam
konseling. Dengan mengampuni iblis mundur dan tidak punya kesempatan
dalam diri kita. Dengan mengampuni beberapa konselor berkata 80%
kesembuhan atau healingnya sudah selesai. Pengampunan harus dilanjutkan
dengan Rekonsiliasi. Firman Tuhan berkata: sedapat-dapatnya, kalau itu
bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Saudara-saudara ku janganlah kamu menuntut pembalasan (Roma 12:18-19).
D. Pertobatan sejati
Apapun penyebab seseorang terikat dengan dosa dan mengakibatan masalah
tertentu dalam hidupnya, pertobatan sejati adalah solusi untuk berkemenangan.
Sekalipun penyebab persoalan kita berakar pada masa kecil, kita tidak dapat
mempermasalahkan masa kecil lalu tidak bertobat. Wawancara diagnostic
tentang masa lalu bukanlah pembenaran bahwa kita tidak perlu bertobat.
Apapun alasannya untuk berkemenangan di dalam Kristus pertobatan itu harus.
Dosa merusak hubungan atau keintiman kita dengan Allah yang adalah sumber
kemerdekaan rohani. Pertobatan adalah tindakan menanggalkan hidup yang
lama dan mengenakan hidup yang baru. Pertobatan juga diartikan membuang
dosa. Dosa yang tidak ditanggalkan atau dibuang akan mendukakan hati Allah
Roh Kudus (Efesus 4:30). Kolose 3:10 menjelaskan pertobatan sebagai
pembaharuan setiap hari. Konseling Kristen bersifat kontrontantif menunjuk
dosa adalah dosa dan itu harus dibuang.