Anda di halaman 1dari 35

Diktat Kuliah

SENI KONSELING

SekolahTinggi Teologi Injili Indonesia Surabaya


Jl. Raya Panjang JiwoPermai 1-C Surabaya
Telp.(031) 841 0772, 848 0815, 849 3906 Fax. (031) 843 9648
Website: www.sttii-surabaya.ac.id
e-mail: sttiisurabaya@yahoo.com
SENI KONSELING

DOSEN PENGAJAR :
Yunita Stella, M.Th.

SEKOLAH TINGGI TEOLOGI INJILI INDONESIA


SURABAYA
DAFTAR ISI

BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

BAB 2. DASAR ALKITABIAH KONSELING KRISTEN ........................................... 7

BAB 3. BENTUK-BENTUK KONSELING KRISTEN ................................................. 9

BAB 4. PERSIAPAN KONSELING ................................................................................ 16

BAB 5. PROSES DAN TEKNIK PEMBIMBINGAN .................................................... 19

BAB 6 KESALAHAN-KESALAHAN UMUM DALAM KONSELING ......................26

BAB 7 SIKAP YANG MEMERDEKAKAN KONSELI ................................................ 29

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 32


BAB I
PENDAHULUAN

DEFINISI KONSELING

 Kata konseling (counseling) berasal dari kata counsel yang diambil dari Bahasa Latin
yaitu conselium, artinya bersama atau bicara bersama.
 Pengertian “berbicara bersama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor dengan
seorang atau beberapa klien (konseli).
 Dalam Dictionary of Psychology, konseling didefinisikan sebagai bantuan profesional
dalam mengatasi masalah pribadi, termasuk emosional, perilaku, kejuruan, perkawinan,
pendidikan, rehabilitasi, dan masalah-masalah tahap kehidupan.
 Beberapa defenisi yang diberikan para ahli tentang konseling, antara lain :
o Smith: konseling adalah suatu proses yang terjadi dalam hubungan pribadi
antara seorang yang mengalami kesulitan dengan seorang professional yang
melalui pengalamannya mungkin dapat dipergunakan untuk membantu orang
lain dalam memecahkan persoalannya.
o Eisenbergh: suatu praktek pelayanan yang professional yang dirancang untuk
membimbing seseorang kepada pemahaman yang lebih baik. Konseling
membantu klien untuk mengatasi masalahnya baik yang sedang dihadapi
maupun yang akan muncul.
o Latipun: konseling biasanya dikenal dengan istilah penyuluhan, secara awam
dimaknakan sebagai pemberian penerangan informasi atau nasehat kepada
pihak lain.
o Magdalena Tomatala: konseling dapat dijabarkan sebagai suatu proses
penyampaian nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan ajaran,
memberikan pertimbangan guna membuat keputusan yang bijaksana sebagai
upaya mengatasi masalah serta menangani atau menyelaraskan perilaku.
o Gibson: konseling merupakan bantuan terhadap konseli agar memperoleh
pengertian dan akhirnya bisa bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
o Julianto Simanjuntak: Konseling adalah memberikan kesempatan kepada
klien untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih
memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.

 Berdasarkan beberapa defenisi di atas maka ciri-ciri sebuah konseling meliputi


beberapa hal berikut:
o Konseling berkaitan dengan tindakan secara sengaja mempengaruhi perubahan
perilaku konseli/klien, namun bukan mempengaruhi secara paksa ataupun
mengatur.
o Konseling bukanlah wawancara sekalipun wawancara dilibatkan dalam
konseling.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 1


o Konseling bukanlah pemberian informasi belaka, sekalipun dalam konseling
ada pemberian informasi.
o Konseling adalah suatu proses mendengarkan kisah orang dengan baik tetapi
tidak semua proses konseling adalah mendengarkan.
o Konseling dilakukan secara tertutup (privacy) dan merupakan diskusi yang
bersifat rahasia (confidential).
o Konseling berbeda dengan sekedar menasehati dan mengarahkan, walaupun
dalam konseling ada nasehat dan arahan.

MENASEHATI MENGARAHKAN KONSELING


Peran: membujuk Peran: mendorong Peran: fasilitator
Memberi pendapat kepada Menunjukkan solusi kepada Mengeksplorasi perasaan
seseorang seseorang konseli
Membuat pertimbangan Mengedukasi Memahami permasalahan
Membuat rekomendasi Mempengaruhi dan memberi Menemukan inti persoalan
instruksi dan solusinya

TUJUAN KONSELING
1. Memberi fasilitas dan menimbulkan pertumbuhan pribadi.
2. Menolong pribadi-pribadi untuk mengubah pola kehidupan yang menyebabkan mereka
tidak berbahagia.
3. Menyediakan suasana persaudaraan dan kebijaksanaan bagi pribadi-pribadi yang
sedang menghadapi kehilangan dan kekecewaan.
4. Membantu klien untuk merasa lebih baik/nyaman.
Konselor menetapkan tujuan untuk membantu kliennya memiliki kemampuan
menolong diri sendiri, sehingga dapat menghadapi situasi hidup selanjutnya dengan
lebih konstruktif.

DEFINISI KONSELING KRISTEN

 Konseling Kristen dapat dijelaskan sebagai suatu proses pembimbingan yang dinamis
dalam tuntunan Roh Kudus untuk menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan,
teguran, dorongan dan ajaran dari perpekstif Kristen atau Alkitab, yang di dalamnya
terdapat upaya menyampaikan pertimbangan yang memberikan kemampuan pada
konseli untuk membuat keputusan sendiri yang bijaksana, yang membawa pemulihan,
perubahan, serta pertumbuhan rohani.
 Konseling Kristen harus “berpusat pada Kristus, berdasarkan Alkitab, dan dipenuhi
Roh untuk kemuliaan Allah dan untuk berkat dan penyembuhan umat-Nya. Konseling
Kristen juga harus ditandai dengan cinta agape seperti kasih yang ada pada Kristus,
yang merupakan buah Roh Kudus dalam diri konselor.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 2


 Menurut Dr. Bob Kellemen, konseling alkitabiah adalah pelayanan pribadi yang
berpusat pada Kristus, berbasis gereja, komprehensif, penuh kasih, dan berwawasan
budaya yang bergantung pada Roh Kudus untuk menghubungkan kebenaran yang
diilhami Allah tentang orang, masalah, dan solusi bagi penderitaan manusia (melalui
pemeliharaan dan penyembuhan) dan dosa (melalui rekonsiliasi dan membimbing)
untuk memperlengkapi orang untuk meninggikan dan menikmati Allah serta mengasihi
orang lain (Mat. 22:35-40) dengan memupuk keselarasan dengan Kristus dan
persekutuan dengan Kristus dan Tubuh Kristus yang menuntun pada komunitas yang
terdiri dari para pembuat murid (Mat. 28:16-20; Ef. 4:11-16).
 Menurut Granschow, konseling Alkitab adalah pemuridan yang intensif dan terarah
yang mencapai inti masalah dimana terjadi perubahan yang sejati dan abadi. Dengan
demikian seseorang menjalani hidup yang memuliakan Allah.
 Beberapa point penting tentang dalam konseling Kristen berdasarkan beberapa definisi
diatas adalah:
o Konseling Kristen adalah konseling yang berpusat pada Alkitab, artinya
penerapan pelayanan konseling dalam konteks kekristenan, tidak boleh
bertentangan dengan Alkitab.
o Konseling Kristen adalah konseling yang bergantung pada Roh Kudus, dengan
demikian dalam prosesnya konselor dan konseli harus tunduk pada bimbingan
Roh Kudus. Doa dalam konseling Kristen adalah bagian dari ketergantungan
konselor dan konseli kepada Roh Kudus. Dalam doa, konselor meminta
bimbingan dari Roh Kudus sepanjang proses konseling bahkan setelah
konseling, memohon Roh Kudus bekerja dalam diri konseli.
o Konseling Kristen adalah konseling yang berdasarkan kasih agape, sama seperti
semua pelayanan lain dalam kekristenan harus berdasarkan oleh kasih,
demikian juga konseling. Konselor harus digerakan oleh kasih agape, yakni
kasih yang dimiliki oleh Kristus.
o Konseling Kristen menerima kontribusi dari ilmu lain seperti psikologi dan
kedokteran (medis), dan mengkombinasikannya dalam pelayanan kepada
konseli, dengan tidak mengorbankan kebenaran Firman Tuhan.
o Konseling Kristen bertujuan membebaskan seseorang atau konseli dari
masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan rohani konseli. Dengan kata
lain, konseli dimerdekakan dari hambatan-hambatan pertumbuhannya ataupun
ikatan-ikatan dalam hidupnya, dengan demikian hidupnya memuliakan Allah.
o Konseling Kristen berbasis pada gereja, artinya pada umumnya konseling
Kristen diterapkan dalam konteks dimana konseli beribadah di sebuah gereja
lokal, dan konseling dilaksanakan oleh seorang gembala. Oleh sebab itu
konseling Kristen juga dikenal sebagai pastoral konseling. Hal ini tidak berarti
bahwa konseling Kristen hanya diterapkan di jemaat lokal atau sebuah
penggembalaan. Konseling Kristen bisa juga diterapkan dalam sekolah-sekolah
Kristen dan juga di dunia kerja, tetapi itu dilihat sebagai bagian dari pelayanan
penggembalaan.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 3


PERBEDAAN KONSELING UMUM DAN KONSELING KRISTEN
Konseling bergantung pada Roh Kudus, berpusat kepada Alkitab, dan digerakkan oleh
kasih agape serta berdasarkan iman, untuk membawa seseorang melihat masalahanya dan
mampu mengatasinya, sehingga dia bisa bertumbuh menjadi seperti Kristus. Konseling Kristen
akan memiliki beberapa perbedaan dengan konseling pada umumnya. Diskusikan apa saja
perbedaannya!

DEFINISI PASTORAL KONSELING

 Yakub Susabda: pastoral konseling adalah hubungan timbal balik (interpersonal


relationship) antara hamba Tuhan (gembala, penginjil, guru dsb) sebagai konselor
dengan konseli dimana konselor mencoba membimbing konseli kepada suatu
percakapan konseling yang ideal (condusive atmosphere) yang memungkinkan konseli
betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang terjadi pada dirinya sendiri,
persoalannya, kondisi hidupnya dimana ia berada dan sebagainya; sehingga ia mampu
melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya kepada Tuhan dan
mencoba mencapai tujuan itu dengan takaran, kemampuan seperti yang sudah diberikan
Tuhan kepadanya.
 Melalui pastoral konseling, setiap orang percaya dibantu untuk melihat dan mengatasi
persoalan dalam hidupnya yang menjadi penghalang pertumbuhan rohaninya. Dengan
demikian, setiap orang bertumbuh tanpa kendala dalam kebenaran dan kekudusan
bahkan dalam semua sifat-sifat Kristus. Setiap orang percaya dipanggil untuk
bertumbuh seperti Kristus (Filipi 2:5; Efesus 4:13). Hasil dari kehidupan dalam
kebenaran dan kekudusan ini adalah seseorang akan menikmati kebahagiaan sejati
dalam hidupnya.
 Pastoral konseling membimbing setiap orang percaya atau jemaat hidup seperti janji
Firman Tuhan. Ketika umat Tuhan sudah dilepaskan dari semua ikatan atau penghalang
pertumbuhan rohani mereka, mereka akan hidup menyenangkan hati Tuhan.

FUNGSI KONSELING PASTORAL


Menurut William A. Clebsch dan Charles R. Jaekle, konseling pastoral mempunyai fungsi
sebagai berikut :
1. HEALING (Menyembuhkan)
Penyembuhan adalah salah satu fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi kerusakan
dengan cara mengembalikan orang itu pada keutuhan dan membimbingnya ke arah
yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

2. SUSTAINING (Menopang)
Penopangan adalah menolong orang yang terluka agar dapat bertahan dan melewati
suatu keadaan, yang di dalamnya pemulihan kepada kondisi semula sangat tipis
kemungkinannya untuk sembuh.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 4


3. GUIDING (Membimbing)
Pembimbingan adalah membantu orang-orang yang kebingungan dalam menentukan
pilihan-pilihan diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif.

4. RECONCILING (Memulihkan)
Pendamaian adalah usaha membangun kembali hubungan yang rusak, baik dengan
sesama maupun dengan Tuhan.

KEUNIKAN PASTORAL KONSELING


Menurut Yakub Susabda, yang merupakan keunikan pastoral konseling, antara lain:
1. Pastoral konseling adalah pelayanan hamba Tuhan yang dipercayakan oleh Allah
sendiri.
o Keunikan pastoral konseling justru terletak pada sikap hamba Tuhan (konselor)
yang percaya bahwa pelayanan ini adalah pelayanan yang dipercayakan oleh
Allah sendiri kepadanya, ia telah dipilih dan diurapi Tuhan untuk melayani
dalam pastoral konseling.
o Setiap hamba Tuhan seharusnya menyadari bahwa ia telah menempati posisi
yang strategis dalam dunia konseling.
o Satu studi komprehensif yang pernah dilakukan di Amerika yang dikatakan oleh
Journal Commission of Mental Healthy tentang kemana orang pergi jika
mengalami kesulitan. Hasilnya adalah:
 42 % ke hamba Tuhan
 29 % ke dokter umum
 18 % ke dokter jiwa
 13 % ke pekerja-pekerja social
 6 % ke pengacara, hakim
 3 % ke penasehat pernikahan
 1 % ke guru, polisi

2. Pastoral konseling adalah pelayanan yang mutlak bergantung pada kuasa Roh Kudus.
o Keunikan pastoral konseling juga terletak pada sikap hamba Tuhan yang
percaya akan kehadiran, pengaruh dan campur tangan langsung dari Allah
dalam pelayanan konselingnya.
o Hamba Tuhan (konselor) tidak pernah sendiri oleh karena Roh Kudus selalu
beserta dengan dia.
o Roh Kuduslah sumber “new insight” (pemikiran dan pengertian baru) atas
kedalaman misteri kehidupan manusia dibalik persoalan-persoalan konseli;
sumber dari munculnya “right word” (kata-kata yang diucapkan pada saat yang
tepat); sumber dari keberanian untuk melakukan “self-sacrifice” (pengorbanan
diri untuk keselamatan konseli); sumber “new hope” (pengharapan baru) dalam
diri konseli ditengah suasana dan kondisi hidup yang kelihatannya masih sama
saja; sumber munculnya “sukacita, semangat dan keberanian” dalam diri konseli
untuk menghadapi realita hidupnya.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 5


o Kesadaran akan hal ini membuat hamba Tuhan sebagai konselor selalu rendah
hati, sadar akan keterbatasannya, sadar akan peranannya sebagai alat di tangan
Allah dan memberi kebebasan sepenuhnya pada Roh Kudus untuk bekerja
dalam diri konseli.

3. Pastoral konseling adalah pelayanan yang didasarkan pada kebenaran Firman Tuhan.
o Alkitab adalah Firman Allah, standar kebenaran untuk menilai tingkah laku
manusia.
o Hamba Tuhan sebagai konselor memakai Firman Allah bukan hanya pada saat
ia berbicara atau menangani soal-soal rohani, tetapi dalam setiap bagian
konselingnya (sikap, respons, metode-metode pendekatan, nasihat, penafsiran,
dsb), bahkan dalam persoalan apapun juga.

4. Pastoral konseling adalah pelayanan yang bersifat-dasarkan teologi dalam integrasinya


dengan sumbangan ilmu-ilmu pengetahuan lain khususnya psikologi.
o Sebagai orang Kristen kita percaya bahwa “all truth is God’s truth”. Oleh karena
Allah adalah sumber kebenaran, maka kebenaran-kebenaran yang berasal dari
Allah (baik yang dinyatakan melalui dan didalam Alkitab maupun di luar
Alkitab) seharusnya tidak bertentangan satu dengan lainnya, bahkan dapat
bekerja sama menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi, mendatangkan
kemuliaan bagi nama-Nya.

Menurut Julianto Simanjuntak, keunikan pastoral konseling adalah:


1. Konseling Pastoral menempatkan orang dalam relasinya dengan Allah.
2. Konseling Pastoral selalu melibatkan Tuhan dalam konseling.
3. Konseling Pastoral membantu klien untuk sungguh-sungguh hidup dan mengerti makna
hidup, visi hidupnya sesuai maksud rencana Tuhan.
4. Konseling Pastoral membantu klien dalam mengembangkan kemampuannya berelasi
dengan sesama.
5. Konseling Pastoral mengintegrasikan teologi dan ilmu sosial lainnya.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 6


BAB II
DASAR ALKITABIAH KONSELING KRISTEN

Penjelasan tentang dasar alkitabiah konseling Kristen ataupun pastoral konseling


menjadi penting karena penerapan pelayanan konseling dalam gereja masih pro kontra.
Sebagian gembala sudah menerapkan konseling dalam pelayanannya tetapi sebagian masih
belum menerima konseling untuk dirterapkan dalam pelayanannya. Beberapa alasan tidak
menerapkan konseling dalam konteks kekristenan, antara lain:
 Konseling itu adalah milik dunia sekuler, yakni bagian dari pelayanan dari mereka yang
berprofesi sebagai psikolog dan psikiater, sehingga tidak perlu menerapkannya dalam
gereja.
 Konseling belum bisa diterima karena pandangan bahwa ketika orang percaya kepada
Kristus, kebenaran itu telah memerdekakannya dan dengan demikian mereka akan
bebas dengan sendirinya melalui kesetiaannya beribadah, tanpa harus melalui
keterlibatan seorang konselor.

Bagaimana pendapat anda tentang hal ini?

KONSELING DALAM PL
 Jitro mertua Musa sebagai konselor bagi Musa, dalam keluaran 18:1-27. Jitro menolong
Musa untuk melihat persoalannya dalam memimpin bangsa Israel, yang pada akhirnya
Musa sendiri menemukan solusinya.
 Samuel sebagai konselor dalam 1 Samuel 15:1-35. Samuel bertindak sebagai konselor
bagi Saul agar Saul melihat permasalahannya. Metode yang dipakai oleh Samuel adalah
konseling nouthetic dimana dia menggunakan cara mengkonfrontasi Saul dalam
permasalahannya dengan tujuan agar Saul melihat persoalannya dan mengambil solusi.
Walaupun dalam hal ini Samuel tidak berhasil menolong Saul, karena Saul
mengeraskan hati. Hal ini juga jadi sebuah masukan bahwa tidak semua pelaynan
konseling berhasil, tergantung respon konseli.
 Natan sebagai konselor bagi Daud dalam 2 Samuel 12:1-14. Natan menggunakan
metode yang sama yang digunakan oleh Samuel kepada Saul. Natan menolong Daud
melihat permasalahannya dan menemukan solusinya.
 Elihu menjadi konselor bagi Ayub dalam Ayub 32. Elihu menunjukkan pelayanan
bimbingan dengan mendengar, mengerti, menguatkan, mengkonfrontasi, mengajar dan
membimbing Ayub kepada Tuhan.
 Yesus sebagai konselor dalam nubuatan, Yesaya 9:6. Dalam nubuatan Yesaya tentang
Yesus ada frase penasehat ajaib dalam Bahasa Inggris disebut Wonderfull Counselor.

KONSELING DALAM PB

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 7


 Yesus sebagai konselor dalam pelayanannya di bumi.
o Yesus bertemu dengan konselinya dengan cara yang berbeda, ada yang datang
kepada Yesus, Yohanes 3. Ada yang ketemu dalam sebuah perjalanan, Yohanes
4. Ada yang di perhadapkan orang kepadanya, Yohanes 8.
 Beberapa hal yang dapat dirangkum dalam konseling Yesus adalah :
 Yesus menerima mereka
 Yesus mengkonfrontasi
 Yesus melepaskan mereka dari pengaruh roh jahat
 Yesus mengajar mereka
 Yesus menolong mereka untuk independen
 Roh Kudus sebagai Konselor
o Roh Kudus sebagai konselor adalah Roh Kudus sebagai pribadi yang
menghibur, menasehati dan menguatkan orang-orang percaya, sebagaimana
digambarkan oleh Yesus. Alkitab berkata bahwa Roh Kudus adalah Penolong
yang lain, Yohanes 14:16-17.
o Roh Kudus menghibur dan menenangkan hati orang percaya, Yohanes 16:13.
o Roh Kudus menginsafkan orang-orang akan dosa, penghakiman serta
menuntun orang percaya kepada segala kebenaran.
 Yesus mengutus murid-murid untuk pelayanan pelepasan
o Lukas 10:1-17, menjelaskan tentang Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk
memberitakan injil. Dalam pelayanan pemberitaan Injil ini termasuk di
dalamnya pelayanan pelepasan dan pembimbingan.
o Kisah Rasul 16:16-18, 19:11-12, para rasul melayani sebagai konselor yang
disertai dengan pengusiran setan/pelepasan. Secara khusus Paulus banyak sekali
terlibat dalam pelayanan membimbing orang-orang mengalami kemerdekaan di
dalam Kristus.
 Perintah Perjanjian Baru untuk pelayanan konseling
o Ibrani 10:24-25, orang percaya diperintahkan untuk saling memperhatikan,
saling mendorong dan saling menasehati menjelang kedatangan Tuhan.
o Yakobus 5:16, orang percaya diperintahkan untuk memanggil penatua,
mengaku dosa, didoakan dan akan sembuh atau pulih.
o Galatia 6:1, orang yang rohani atau yang lebih dewasa rohani diperintahkan
untuk menolong mereka yang lemah dan mereka bisa keluar dari dosanya. Ini
bukan konteks penginjilan tetapi lebih kepada orang percaya yang mengalami
hambatan dalam pertumbuhan rohaninya.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 8


BAB III
BENTUK-BENTUK KONSELING KRISTEN

BERDASARKAN JUMLAH KONSELI


 Konseling Perseorangan (individual counseling)
o Konseling perorangan atau individual counseling adalah konseling yang
dilaksanakan oleh satu konselor dengan satu konseli saja.
o Konseling perorangan adalah konseling yang berfokus pada masalah-masalah
individu yang akan segera atau dekat di masa depan.
o Konseling individu dapat mencakup konseling dan perencanaan karir,
kesedihan setelah orang yang dicintai meninggal atau berurusan dengan
masalah di pekerjaan, rumah tangga atau personal.

 Konseling Pasangan (couple konseling)


o Couple counseling adalah konseling bagi pasangan yang sedang menjalin
hubungan, sudah menikah atau belum.
o Tujuannya adalah untuk meningkatkan hubungan pasangan, atau kadang-
kadang untuk membantu mereka memutuskan apakah mereka harus terus
tinggal bersama atau tidak.
o Meskipun fokusnya adalah pada pasangan, ada kalanya masalah psikologis
individu dari salah satu atau kedua belah pihak perlu ditangani.

 Konseling Kelompok (group counseling)

o Pengertian konseling kelompok.


 Konseling kelompok adalah konseling yang dilaksanakan kepada
sebuah kelompok konseli, biasanya 6-8 konseli dilayani oleh satu atau
dua konselor terlatih dan berbicara tentang apa yang paling
memprihatinkan mereka.
 Anggota mendengarkan satu sama lain dan secara terbuka
mengungkapkan pikiran dan perasaan tentang apa yang anggota lain
lakukan atau katakan.
 Interaksi ini memberikan anggota kesempatan untuk meningkatkan
pemahaman tentang diri dan orang lain, mencoba cara-cara baru untuk
bersama orang lain, dan belajar cara-cara yang lebih efektif untuk
berinteraksi.
 Dalam konseling kelompok, pembicaraan dalam group sangat rahasia;
setiap anggota kelompok harus berkomitmen menjaga kerahasiaan, dan
ini menjadi hal yang sangat penting.

o Sifat konseling kelompok


 Partisipasi dalam kelompok

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 9


 Anda mengendalikan, dan pada akhirnya bertanggung jawab atas apa,
berapa banyak, dan kapan Anda memberi tahu kelompok tentang diri
Anda. Semakin Anda terlibat, semakin besar kemungkinan Anda
mendapat manfaat.
 Kebanyakan orang menemukan bahwa ketika mereka merasa cukup
aman untuk berbagi masalah pribadi, kelompok konseling sangat
mengesankan.
 Banyak orang dibantu dengan mendengarkan orang lain dan
memikirkan apa yang orang lain katakan berlaku untuk diri mereka
sendiri.

o Keuntungan konseling kelompok


 Cara-cara konseling kelompok mungkin lebih memperkaya bagi
beberapa orang daripada konseling individu, termasuk:
 Anda dapat memperoleh manfaat dari grup bahkan selama sesi
ketika Anda berbicara sedikit tetapi mendengarkan orang lain
dengan cermat.
 Anda akan menemukan bahwa Anda memiliki beberapa
kesamaan penting dengan anggota kelompok lainnya, dan ketika
orang lain menghadapi masalah mereka, Anda akan belajar
banyak tentang diri Anda.
 Dalam lingkungan kelompok, orang lain berfungsi sebagai
“cermin” yang mencerminkan aspek-aspek diri Anda yang dapat
Anda kenali, dan kemudian memilih untuk mengubah atau
menerima apa adanya.
 Anggota grup akan memunculkan masalah yang menyentuh
Anda, masalah yang mungkin tidak Anda sadari.
 Proses alami untuk meningkatkan penerimaan diri dan orang lain
terjadi ketika seseorang belajar untuk berhubungan dengan
tingkat yang lebih dalam, lebih pribadi dengan orang lain dalam
kelompok.
 Grup memberikan kesempatan untuk eksperimen pribadi. Ini
adalah tempat yang aman untuk mengambil risiko belajar lebih
banyak tentang diri Anda dan cara-cara baru berinteraksi.
 Orang dapat menemukan masukan dari pengalaman orang-orang
dalam kelompok.
 Konseling kelompok sering kali menjadi metode yang efektif
untuk menangani beberapa masalah.

o Suasana kelompok
 Tugas kelompok pertama adalah membangun suasana yang mendukung
dan rasa hormat. Pemimpin kelompok dilatih untuk membantu
kelompok berkembang ke lingkungan seperti itu.
 Dalam konseling kelompok ada kesempatan untuk menerima umpan
balik dari orang lain dalam lingkungan yang mendukung. Para
pemimpin akan membantu anggota memberikan umpan balik dengan

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 10


cara langsung, namun penuh hormat sehingga Anda dapat memahami
dan belajar pengalaman baru.

o Sifat Kelompok
 Sifat kelompok dapat terbuka dan tertutup.
 Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru, dan
dikatakan tertutup jika keanggotannya tidak memungkinkan adanya
anggota baru.
 Pertimbangan penggunaan keanggotaan terbuka dan tertutup
bergantung kepada keperluan.

o Ketakutan tentang awal


 Hal yang wajar bagi seseorang mengalami ketidaknyamanan awal untuk
berbicara dalam kelompok. Kebanyakan orang tidak pernah berada pada
lingkungan konseling kelompok dan tidak tahu apa yang diharapkan.
Namun pada akhirnya, anggota menjadi nyaman ketika partisipasi
dalam kelompok berlangsung baik.

o Tuntutan konseling kelompok


 Jika kelompok ingin menjadi efektif, komitmen Anda adalah kuncinya.
Inilah yang diharapkan dari Anda:
 Jangan ketinggalan sesi. Grup membutuhkan kesinambungan
kehadiran anda.
 Datang tepat waktu untuk seluruh sesi.
 Perasaan, termasuk yang tampaknya negatif atau tidak dapat
diterima, merupakan bagian integral dari pengalaman kelompok
dan kesempatan untuk belajar yang unik. Dorong peserta
kelompok untuk berbicara tentang mereka seterbuka mungkin.
Bantu anggota kelompok lainnya mengungkapkan perasaan sulit
dengan cara yang konstruktif dan menghasilkan pertumbuhan.
 Hormati kerahasiaan. Siapa yang datang ke grup dan apa yang
mereka katakan tidak boleh dibagikan di luar grup.

BERDASARKAN FUNGSI
Konseling Kristen itu ada yang berfungsi sebagai tindakan pencegahan masalah yang
mungkin bisa terjadi atau biasanya terjadi (preventif), dan ada juga yang bersifat pengobatan
atau menyelesaikan masalah yang sudah terjadi.

 Konseling Pranikah (Pre Marital Counseling)

o Pengertian konseling pra nikah


 Konseling pra nikah adalah pelayanan konseling kepada pasangan yang
menuju pernikahan. Konseling pranikah merupakan prosedur pelatihan
berbasis pengetahuan dan ketrampilan yang menyediakan informasi

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 11


mengenai pernikahan yang dapat bermanfaat untuk mepertahankan dan
meningkatkan hubungan pasangan yang akan menikah. Konseling pra
nikah dikenal juga sebagai program persipan pernikahan, atau
pendidikan pra nikah yang dilayani oleh seorang konselor kristen.

o Tujuan Konseling pra nikah


 Konseling pra nikah bertujuan untuk mempersiapkan dan menolong
individu, atau pasangan-pasangan untuk menciptakan suasana
pernikahan yang harmonis. Seperti halnya dengan pencegahan penyakit
yang dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit dan menjaga
kesehatan tubuh, demikian juga dengan bimbingan persiapan
pernikahan. Bimbingan persiapan pernikahan diharapkan untuk dapat
mencegah timbulnya kesulitan.
 Menurut Collins ada paling tidak ada lima tujuan konseling pranikah:
 Keputusan untuk siap menikah
 Tahu dan siap menghadapi tekanan-tekanan dalam pernikahan
 Bimbingan untuk mengenal diri sendiri
 Pertimbangan pandangan Alkitab mengenai pernikahan
 Mempersiapkan pernikahan

o Beberapa problem khusus dalam konseling pra nikah


 Menikah tanpa persetujuan orang tua
 Kehamilan
 Perkawinan campuran
 Sakit jiwa
 Keragu-raguan
 Cacat fisik

 Konseling pernikahan/keluarga (Marital Counseling)

o Pengertian konseling pernikahan/keluarga


 Konseling pernikahan adalah konseling yang dilayankan kepda
pasangan yang sudah menikah. Konseling ini adalah sebuah proses
dimana konselor terlatih membantu pasangan yang sudah menikah
untuk menyelesaikan masalah yang timbul dan mengganggu hubungan
mereka.

o Tujuan konseling pernikahan


 Membantu konseli atau klien dapat menjalani kehidupan rumah
tangganya secara benar, harmonis dan mampu mengatasi problem-
problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh sebab itu
konseling pernikahan pada hakekatnya merupakan dorongan kepada
pasangan sumai istri untuk menghayati kembali pernikahan dan tujuan
pernikahan yang alkitabiah. Dengan demikian mereka mau melihat
permasalahannya berdasarkan Alkitab dan kembali menciptakan
suasana harmonis dalam rumah tangganya.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 12


 Membantu konseli untuk mencegah timbulnya masalah-masalah yang
sama bahkan masalah baru yang berpeluang muncul selama perjalanan
pernikahan ke depan. Dalam Alkitab, pernikahan adalah seumur hidup.
Konseling pernikahan juga bertujuan “memperbaiki” pernikahan. Untuk
mencapai hal ini maka konselor dapat mencoba beberapa hal:
 Membuka jalur komunikasi dan mendorong suami istri untuk
mengutarakan perasaannya masing-masing.
 Mendorong sumi istri untuk belajar mengerti sikap, tujuan,
kebutuhan dan keinginan masing-masing.
 Menolong suami istri menerima, saling mempercayai dan
mencegah sikap menggurui atau mengubah pasangan.
 Membicarakan tujuan pernikahan menurut pribadi masing-
masing dan menolong suami istri untuk dapat merumuskan
bersama tujuan pernikahan mereka.
 Menolong suami istri untuk saling mengerti dan menyesuaikan
diri dengan keadaan yang tidak mungkin dapat diubah, misalnya
watak masing-masing.
 Menolong suami istri untuk dapat mengerti dan menerima
kelebihan dan kekurangan masing-masing dan mewujudkannya
dalam tindakan yang konkrit supaya hubungan dapat diperbaiki.
 Mendorong suami istri utuk mengekspressikan kasih sekalipun
kasih sedang melemah.
 Menolong suami istri untuk tidak saling menuntut, melainkan
lebih bertanggungjawab dalam hubugan satu sama lain.
 Menolong suami istri mengerti apa yang diajarkan Alkitab
tentang kasih, pernikahan, seks, dll, serta menolong hidup
mereka sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran Alkitab.

o Beberapa problem khusus dalam konseling pernikahan


 Beberapa tipikal masalah yang perlu ditangani melalui konseling
pernikahan, antara lain: ketidaksetiaan, perceraian, penyalahgunaan
obat, kondisi fisik dan mental, masalah hubungan sesama jenis,
bentrokan budaya, keuangan, pegangguran, komunikasi negatif,
kesulitan seksual, konflik pengasuhan anak, kemandulan,
kemarahan/kepahitan, perubahan peran seperti pensiunan.

BERDASARKAN TUJUAN
 Supportive Counseling
o Konseling yang memberikan perhatian, dorongan yang lebih peka, mencoba
dengan lemah lembut menyadarkan konseli terhadap realita kehidupan ini dan
membimbing konseli pada pertumbuhan iman dan kematangan emosi sehingga
masalah dapat dengan mudah diatasi.
o Suportive counseling bukanlah dimaksudkan untuk mengikat konseli dengan
hubungan yang tidak matang dan kekanak-kanakan supaya konseli bergantung
pada konselor, tetapi justru sebaliknya, bimbingan konselor itu diberikan

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 13


sementara konseli lebih maju dan terbuka menghadapi persoalan hidupnya
secara efektif.
o Dalam suportive counseling, konseli ditolong mengahadapi problema
kehidupan secara realistis dan mencoba untuk mengertinya. Berilah konseli
kesempatan untuk mendiskusikan kejengkelan, rasa bersalah, bahkan perasaan-
perasaan negatifnya. Konselor menolong konseli memikirkan kemungkinan-
kemungkinan jalan keluar yang lebih bertanggung jawab untuk menyelesaikan
persoalan tersebut.

 Education Counseling
o Sebagian besar dari tingkah laku manusia adalah hasil yang ia pelajari sejak
kecil. Jika kita mengalami persoalan tentu kita akan belajar bagaimana
menyelesaikan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang lalu. Tiap tingkah
laku, bagaimanapun anehnya, akan dipakai pada masa mendatang.
o Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat dipelajari, sangat beralasan
jika kita simpulkan bahwa konseling juga harus meliputi pengajaran dimana
tingkah laku yang tidak efektif dapat diperbaiki dan konseli ditolong untuk
belajar tingkah laku yang lebih baik.
o Orang-orang dengan pertanyaan mengenai teologia, hubungan keluarga, suami-
istri, pemilihan karir, anak-anak muda yang tidak dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat, orang-orang yang sedang menghadapi pengambilan
keputusan dsb, sangatlah membutuhkan pengajaran dan tambahan pengetahuan
dari konselor Kristen.
o Konselor Kristen diharapkan memiliki kerendahan hati, dengan tidak
menonjolkan sifat menggurui, tetapi senantiasa berpegang pada Firman Tuhan
dan meminta hikmat Allah.

 Confrontative Counseling
o Konseling ini adalah konseling yang menggunakan metode konfrontasi
langsung kepada kesalahan dan dosa dari konseli yang menjadi penyebab
permasaahnnya. Konseling konfrontatif ini diperkenalkan oleh Alkitab.
Beberapa contoh: Samuel mengkonfrontasi Saul, Natan mengkonfrontasi Daud,
Elihu mengkonfrontasi Ayub, Yesus mengkonfrontasi anak muda yang kaya,
perempuan Samaria, murid-murid yang kurang percaya.
o Konselor sebagai orang berdosa memang tidak seharusnya menghakimi orang
lain dengan maksud mengkritik. Tetapi konselor Kristen dengan lemah lembut
dan berdasarkan kasih menolong konseli menghadapi kegagalan, dosa dan
kekeliruan serta kebodohannya.
o Konselor Kristen membimbing konseli untuk berani mengakui dosanya
dihadapan Allah dan sesamanya (Yakobus 5:16), serta menolong dia
meninggalkan kesalahannya. Konselor perlu menyadarkan bahwa
menyembunyikan kesalahan dan dosa hanya akan membuat bertambahnya
perasaan berdosa, frustasi dan kegelisahan terus-menerus (Mazmur 51, uraian
tentang Daud sebelum mengaku dosanya). Konselor harus menyakinkan konseli
tentang 1 Yohanes 1:9, jika kita mengaku dosa kita maka Tuhan yang setia dan
adil akan mengampuni kita.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 14


o Konfrontasi tidak hanya terbatas pada mendiskusikan mengenai dosa dan
tingkah laku yang buruk saja. Tetapi konseli didorong untuk mendengar apa
yang mungkin mereka tidak sukai, bahkan menolong mereka untuk melakukan
langkah-langkah perbaikan yang selama ini ditolak oleh konseli. Seringkali
konfrontasi membutuhkan ketegasan dan keberanian, karena klien mungkin
memberikan reaksi negatif atau marah. Konfrontasi jika diberikan sedikit demi
sedikit dan penuh pengertian, dapat merupakan bagian yang vital dalam
konseling.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 15


BAB IV
PERSIAPAN KONSELING

Konseling sebagai pelayanan yang bersifat formal dan professional kepada anggota
tubuh Kristus yang membutuhkan bimbingan, membutuhkan persiapan yang baik. Kata
persiapan menunjukkan bahwa konseling Kristen tidak dapat dikerjakan asal-asalan dan
dadakan serta tidak tertata. Sebagaimana dijelaskan tujuan konseling Kristen adalah untuk
membawa setiap orang percaya memahami masalahnya guna mengatasi dan mengalami
pertumbuhan kearah Kristus. Dengan demikian, seorang percaya dapat mengalami
kemerdekaan rohani dan bertumbuh menjadi serupa dengan Kristus. Untuk mencapai tujuan
ini maka konselor Kristen harus memahami persiapan apa saja yang harus dimilikinya sebelum
memulai sebuah pelayanan konseling kepada konseli. Persiapan yang baik akan membantu
memberi hasil yang maksimal, demikian juga sebaliknya persiapan yang tidak baik akan
membuat hasil pelayanan konseling yang tidak maksimal bahkan bisa gagal.

MENGATUR WAKTU KONSELING


Sebelum mengadakan konseling perlu ada perjanjian antara konselor dengan konseli.
Kapan Konseling harus dilakukan, hari, tanggal serta jam pelaksanaan. Penentuan waktu
konseling ini mempunyai makna:
 Memberi pengaruh yang baik kepada konseli yakni, dia akan menghormati kita dan
acara konseling itu sendiri. Hal ini berarti dia tidak akan bermain-main dengan jam
konseling tetapi dia akan menggunakan jam konseling dengan baik.
 Konseli akan melihat bahwa konselor menganggap masalahnya penting dan serius. Jika
konseling dapat dilaksanakan kapan pun berarti masalahnya adalah masalah biasa yang
tidak butuh penanganan serius dan professional.
 Konselor menunjukkan kepada konseli bahwa ia seorang hamba Tuhan yang mengatur
dan menggunakan waktu dengan baik.

MEMPERSIAPKAN RUANGAN
 Untuk konseling formal, konselor harus memberi batasan ruangan atau tempat dimana
konseling diadakan. Konseling formal semestinya dilakukan di ruangan resmi yang
biasa disebut kantor konseling atau kantor gembala. Namun hal ini bisa fleksibel,
memang sebisanya konselor Kristen atau dalam konteks pastoral, seorang gembala
sebagai konselor harus mempunyai ruangan konseling tersendiri.
 Jika tidak ada maka gunakan ruangan terbuka atau transparans yang bisa terlihat orang
dari luar. Ruangan terbuka namun tetap privacy dan confidential. Hal ini perlu karena
tidak dapat disangkal karena adanya pelayanan konseling yang menyimpang, yakni
dimana konselor dan konseli malah jatuh dalam dosa.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 16


 Persiapan tempat tidak hanya meliputi pemilihan ruangan pelaksanaan konseling tetapi
juga persiapan ruangan yang telah dipilih tersebut, dalam arti pastikan bahwa ruangan
tersebut dalam suasana atau kondisi yang beres. Hal ini akan memberi kesan:
o Konselor akan dianggap sangat baik, yang mengesampingkan semua urusannya
karena mengutamakan konseli.
o Jika ruangan dalam kondisi tidak beres, maka konselor akan terlihat sebagai
orang yang sangat sibuk sehingga konselinya akan merasa segan karena telah
merepotkan.
o Konseli akan menganggap kehadiranya sangat mengganggu konselor dan
akabatnya adalah sepanjang percakapan konseling ia merasa tidak nyaman.
Artinya condusive atmosphere tidak tercipta jika ruangan tidak dipersiapkan.
 Jadi harus dipastikan persiapan ruangan dan peralatan yang terdapat di dalamnya
sehingga akan memberi kesan kepada konseli bahwa dia sudah ditunggu dan tidak ada
urusan lain selama proses konseling. Peralatan konseling yang diperluakan ada di
ruangan konseling, antara lain: alat tulis. Pulpen dan buku catatan sudah dipersiapkan
di ruangan konseling karena seringkali masalah konseli sangat rumit sehingga konselor
perlu mencatat dan bisa mengikuti kronologis kisah konseli. Sering kali konseli
menghadapai masalah yang berat dan telah berakar dari masa kecil. Konselor harus tahu
kronologis perkembangan masalah tersebut dalam diri konselie, dan itu perlu dicatat.
Konselor harus sabar mendengar kisah masalah konseli dan sambil mencatat detail-
detail tertentu.

MEMULAI WAWANCARA
Bagi konselor yang belum berpengalaman memulai wawancara menjadi suatu hal yang sulit,
apa yang saya harus buat dan dari mana saya akan mulai. Sebenarnya setelah memberi salam
kepada konselor, sebaiknya langsung bicara karena jelas konseli datang bukan untuk
membicarakan hal lain. Jangan terlalu banyak basa basi baru masuk ke pokok pembicaraan.
Ada orang yang banyak basa-basi dalam percakapan, tetapi dalam konseling hal ini tidak baik.
Jika kita langsung ke pokok pembicaraan maka konseli menerima kesan bahwa konselor
memperhatikan atau fokus kepada masalahnya.

MENENTUKAN JANGKA WAKTU


 Menentukan jangka waktu berapa lama konseling akan berlangsung dalam satu kali
pertemuan adalah sangat penting. Menentukan jangka waktu bermakna bagi konselor
maupun konseli.
o Bagi konselor
 Konselor tidak akan merasa berbicara terlalu lama atau terlalu
cepat/buru-buru.
 Konselor tidak perlu merasa segan atau merasa seolah-olah menolak
konseli ketika hendak mengakhiri percakapan konseling.
 Konselor terhindar dari penyitaan waktu yang berlebihan dalam proses
konseling sehingga tugas-tugas konselor yang lain tidak terlalaikan.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 17


Ingat tugas konselor apalagi jika konselor adalah gembala, tugasnya
bukan hanya konseling.
o Bagi konseli
 Konseli tahu apa yang harus dia sampaikan, dia akan menggunakan
waktu dengan baik untuk menceritakan persoalannya atau mencurahkan
isi hatinya.
 Konseli tidak terganggu dengan tugasnya yang lain karena konseling
yang terlalu lama.

 Dalam menentukan jangka waktu perlu melihat persoalan. Kalau masalahnya ringan
atau standar, konselor cukup memberi satu kali pertemuan dengan durasi waktu 60-90
menit. Sedangkan jika kasusnya berat bisa memberi waktu 1,5 sampai 3 jam dalam dua
kali pertemuan. Ini yang secara umum terjadi, namun bersifat fleksibel, sesuai penilaian
konselor terhadap masalah yang dihadapi konseli dalam wawancara pra konseling.
 Konseling bisa jadi dilakukan sampai tiga kali, namun inti yang harus diingat adalah
bahwa konselor tidak boleh membiarkan konseli ketergantungan kepadanya dengan
selalu ingin ketemu.

MENGAKHIRI WAWANCARA
 Inisiatif mengakhiri konseling ada pada konselor.
 Konselor perlu memperhatikan hal-hal berikut:
o Jangan hentikan wawancara sekonyong-konyong apabila percakapan mencapai
puncak atau klimaks.
o Sebisa mungkin usahakan setia pada batas waktu yang sudah ditentukan, jangan
berputar-putrar atau bertele-tele. Ingat pembimbingan dalam banyak kasus tidak
selesai dalam satu kali pertemuan. Jadi jangan mengulur waktu melampaui
batas karena masih ada pertemuan berikutnya.
o Cara mengakhiri wawancara yang baik biasanya konselor meringkaskan pokok-
pokok pembicaraan yang telah didiskusikan dan berdoa.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 18


BAB V
PROSES DAN TEKNIK PEMBIMBINGAN

Teknik pembimbingan dalam konseling sangat bervariasi sesuai dengan pribadi konseli
dan perbedaan kasus yang dialami konseli. Jadi tidak ada teknik yang paten dan baku yang bisa
dipakai untuk semua kasus. Namun beberapa teknik ini secara umum digunakan dalam proses
konseling.

A. Teknik permulaan (opening tecniques)


 Teknik permulaan adalah teknik pembuka, yakni dimana konseli bertemu
dengan konselor dan konselor menerima konseli dengan tulus. Hal penting
dalam tehnik permulaan adalah konselor menciptakan hubungan yang dekat
antara konselor dengan konseli. Hubungan baik ini tercipta dipengaruhi
kemampuan konselor dalam memberikan sapaan yang hangat, seperti senyum,
suara yang lembut, pakaian konselor yang rapi dan gerak gerik yang wajar.
Dengan demikian dari awal pertemuan terjadi hubungan dekat antara konselor
dan konseli sebagai kunci untuk mencapai keterbukaan.
 Teknik permulaan tidak dapat disepelekan karena kadang kala konseli
terganggu justru saat penyambutan awal konselor yang kurang tepat. Perlu
diingat bahwa mereka yang datang ke ruang konseling datang dengan persoalan
yang secara pribadi tidak mudah mereka terbuka, jadi perlu membangun
hubungan yang dekat dari awal pertemuan. Senyuman yang tulus, sapaan yang
hangat, pakaian konselor yang rapi, ruangan yang telah dipersiapkan diharapkan
akan membuat konseli diterima dengan baik dan tidak menutup diri. Konselor
perlu berlatih untuk memiliki teknik permulaan yang baik.

B. Teknik hubungan refleksi (reflection relation tecniques)


 Dalam teknik ini konselor mencoba memahami dan mengindentifikasi perasaan
konseli yang sebenarnya, dengan kata-kata yang sederhana untuk
menggerakkan konseli agar dapat mengutarakan dari lubuk hatinya dengan
bebas. Proses pembimbingana diibaratkan sebagai sungai, dimana pembimbing
tidak hanya mengamati gelombang-gelombang kecil (riak) di permukaan air,
tetapi juga harus mengetahui arus deras yang ada pada dasar sungai. Teknik
hubungan refleksi bukanlah akhir pembimbingan tetapi suatu teknik untuk
membongkar persoalan yang sebenarnya.
 Kunci sukses konselor dalam teknik hubungan refleksi adalah debriefing.
Debrifing adalah suatu permata yang indah dalam diri konselor yang memikat
hati orang (dalam hal ini konseli). Debrifing adalah saat dimana konselor
mempedulikan konseli secara total dan tidak mempedulikan dirinya untuk
sementara waktu sehingga melalui sikap itu konseli dapat mengungkapkan
kasusnya yang sebenarnya dengan tidak ragu atau malu. Konselor yang
melayani dengan hati yang terbeban untuk membebaskan konseli akan dapat
dibaca konseli, dan mendorong dia untuk terbuka. Istilah lain yang memiliki

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 19


makna yang sama dengan debriefing adalah empatik. Empatik berasal dari dua
kata Yunani yakni en artinya di dalam dan patos artinya perasaan yang
mendalam dan kuat yang menyerupai perasaan menderita. Dalam Bahasa
Jerman disebut einfihlung artinya memasuki perasaan orang lain. Empatik
dalam konseling adalah suatu kemampuan dari konselor untuk menyelami
perasaan orang lain atau konseli serta turut merasakannya. Empatik dan
debriefing dalam bahasa Alkitab dapat diartikan sebagai keterbebanan konselor
terhadap konseli ataupun belas kasihan. Dalam Matius 9:36, dijelaskan Yesus
dalam pelayanannya didasari oleh keterbebanan-Nya atau belaskasihan-Nya
kepada orang banyak. Yesus bisa merasakan apa yang dirasakan oleh orang
banyak yang dalam kondisi menderita, dan itu menjadi dasar bagi Yesus
melayani mereka, menyembuhkan dan memulihkan mereka.
 Pada umumnya perasaan konseli dapat dibagi dalam tiga bagian, antara lain:
o Perasaan optimis atau positif (riang, sukacita, lega, perasaan
berterimakasih, puas, percaya diri, rasa hangat).
o Perasaan pesimis atau negatif (rasa bersalah, gusar, cemas, berontak,
bermusuhan, kacau, dingin dan lain-lain).
o Perasaan campuran, yakni gabungan antara perasaan optimis dan
pesimis dalam diri konseli. Konseli dengan perasaan campuran biasanya
akan membingungkan konselor. Disini konselor harus lebih
berkonsentrasi serta teliti memperhatikan supaya menemukan apa yang
sebenarnya yang ada di dasar hati konseli, yang semestinya harus
dibongkar.

C. Teknik penerimaan (acceptance tecniques)


 Teknik penerimaan berbeda dengan teknik permulaan. Dalam teknik
penerimaan, konselor menerima konseli dengan tulus sehingga konseli tidak
merasa malu dan ragu untuk mengutarakan permasalahanya yang sebenarnya.
Dengan demikian, tercipta hubungan yang harmonis dan saling mempercayai
dalam proses pembimbingan.
 Dalam hal ini konselor harus memperhatikan kemampuannya menerima
pendapat konseli yang kadang berbeda dengan pandangan kita sebagai
konselor.
 Penting diketahui bahwa: saat konseli berani mengutarakan pendapat yang
berbeda itu pertanda konseling berhasil dan konseli serius mengutarakan
masalahnya yang sebenarnya.
 Teknik penerimaan dapat ditunjukkan melalui :
o Ekspressi wajah. Konselor jangan sampai menunjukkan ekspressi wajah
yang pura-pura.
o Nada suara. Misalnya nada suara konselor yang tenang, lembut,
mengerti dan sabar.
o Jarak dan tingkah laku. Konselor yang membungkuk dan melipat tangan
sering kali ditafsirkan kurang terbuka terhadap masalah konsele. Jadi
upayakan duduk dengan tangan terbuka lebar, mata menatap konseli.
Jangan duduk terlalu jauh dari konseli tetapi juga jangan terlalu dekat
untuk menghindari hal yang negatif. Biasanya jarak dengan meja antara

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 20


konselor dan konseli itu adalah jarak yang ideal, asalkan buka meja
kecil.

D. Teknik penyusunan (structured tecniques)


 Teknik penyusunan adalah teknik dimana konselor menunjukkan kepada
konseli bahwa konseling adalah suatu rencana logis. Teknik penyusunan ibarat
kapal yang berlayar menurut arus sungai dimana arus sungai itu perlu
dibendungi agar dapat berjalan dengan lancar. Benar bahwa pembimbing harus
memberi kebebasan gerak kepada konseli namun harus diingat bagi kasus
tertentu seperti abnormal kebebasan gerak tidak diberlakukan sepenuhnya.
 Dalam konteks koseling Kristen teknik ini sangat perlu diperhatikan, karena
Alkitab berbicara kepada tentang orang-orang yang dipengaruhi atau dikuasai
oleh roh jahat. Orang yang dikuasai oleh roh jahat, sangat mungkin
menghalangi jalannya proses konseling, maka konselor harus menertibkan atau
menstruktur konseli. Bahkan dalam kasus tertentu konselor harus mengadakan
pengusiran roh jahat lebih dulu (exorting).
 Pada umumnya jika kasus dari konseli normal, proses konseling bisa mengusti
konsep E.D Murphy yang disebut dengan prinsip 45 10 45, yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

Wawancara Diagnostik Doa pelepasan Wawancara Follow up

45 % 10 % 45 %

 Dalam kasus normal, doa pelepasan diadakan setelah wawancara diagnostic,


dimana konselor telah menemukan akar permasalah konseli berdasarkan
informasi yang diberikan konseli. Namun dalam kasus khusus penertiban
berupa doa pengusiran bisa dilakukan di awal karena konseli tidak bisa
mengikuti jalannya konseling dengan baik. Jadi wawancara diagnostik
dilakukan setelah pengusiran roh jahat dan konseli siap untuk wawancara
diagnostik.

E. Teknik bimbingan (leading tecniques)


Teknik ini memberi petunjuk kepada konseli sebelum dan sesudah dia berpikir atau
memberi pendapat. Teknik pembimbingan dibagi jadi 2 bagian yaitu:
 Bimbingan tidak langsung, konselor berusaha agar konseli mengutarakan
pendapatnya tentang masalahnya serta langkah-langkah apa yang akan
diambilnya untuk kemerdekaan sepenuh dari permasalahan yang dihadapainya.
 Bimbingan langsung, konselor langsung menyatakan atau nasehatnya kepada
konseli.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 21


F. Teknik pemulihan
Teknik pemulihan dilakukan setelah wawancara diagnostik, doa pelepasan dan
pembimbingan. Biasanya setelah doa pelepasan konseli bisa jadi mengalami
ketegangan atau kelelahan. Hal inilah yang diatasi dalam teknik pemulihan. Dalam
metode ini konselor mengevaluasi perasaan dan permasalahan konseli. Evaluasi ini
lebih kepada pemberian harapan-harapam kepada konseli, termasuk meyakinkan dia
bahwa apa yang dialaminya juga bisa terjadi pada orang lain, dan setelah konseling
pasti keadaannya akan membaik. Teknik ini akan sangat menolong konseli dan akan
menghasilkan hubungan timbal balik yang makin baik dan erat.

G. Teknik berdiam diri (silent tecniques)


 Dalam teknik ini konseor dan konseli untuk sementara waktu berdiam diri dan
tidak berkata apa-apa. Ketika berdiam diri, konselor memiliki kesempatan
untuk memperhatikan perubahan-perubahan pada perasaan konseli. Kadang
kala konseli begitu sulit mengutarakan masalahnya tetapi dengan berdiam diri
sejenak komunikasi yang terputus bisa menjadi aliran yang bersambung.
Namun juga harus hati-hati jangan silent tecniques merubah suasana bimbingan.
Berdiam diri tidak boleh dalam waktu yang lama.
 Beberapa tujuan silent atau berdiam diri dalam proses konseling adalah:
o Memberi kesempatan kepada konseli untuk memikirkan atau mengingat
apa yang terlupa dan bisa diingat kembali dan mengutarakannya.
o Untuk menunjukkan bahwa konselor tidak menyetujui semua pendapat
konseli begitu saja sehingga konseli dapat memikirkan ulang atau
meninjau kembali data-data yang diberikannya.
o Untuk menghindarkan konselor dari memberikan jawaban yang tidak
enak atau yang tidak terkemas, ataupun jawaban yang terlalu dini
sehingga kurang tepat.
o Untuk kesempatan bagi konelor untuk mendengarkan bimbingan Roh
kudus tentang kasus konseli.

H. Teknik penutup (closing tecniques)


Konselor harus menutup setiap jam konseling dengan baik. Menutup konseling adalah
tanggung jawab konselor, bukan tergantung kepada konseli. Jangan mengakhiri
konseling dengan percakapan yang tak berakhir atau berujung. Dalam teknik penutup
biasanya konselor meringkas point-point apa yang sudah dibicarakan dan disepakati
dalam percakapan konseling. Penutup juga biasanya disertai dengan saran-saran atau
anjuran-anjuran apa yang harus dilakukan oleh konsele kedepan untuk
mempertahankan kemerdekaan rohaninya. Dan paling terakhir konselor dalam
konseling Kristen akan menutup konseling dengan doa.

SKILL KONSELING
1. Attending
Konselor secara fisik dan emosional bersama konseli.
 Tatapan mata
 Intonasi suara (nada, volume, kecepatan)

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 22


 Bahasa tubuh (cara duduk, gerakan tangan)
 Selalu berada dalam topik

2. Listening
Mendengarkan dengan seksama, yang perlu dihindari :
 Interupsi
 Memberikan nasehat terus menerus
 Bermain bolpen/pensil
 Melakukan hal lain, misalnya SMS/WA
 Kelihatan tidak tertarik

3. Paraphrasing
Bisa dilakukan dengan cara :
 Konselor mengambil inti pesan dari konseli
 Mengungkapkan kembali dengan lebih jelas
 Membantu konseli untuk mengekspresikan perasaannya dan merasa lebih baik
karena didengarkan

4. Probing
 Bertanya untuk menggali informasi
 Hindari pertanyaan yang berlebihan
 Jangan sampai konseli menjadi pasif dan menunggu pertanyaan

5. Reframing
 Pembingkaian ulang
 Melihat atau merumuskan kembali situasi sekarang atau masa lampau dengan
cara pandang yang berbeda
 Tidak menolak apa yang konseli lihat tentang dunia tetapi memberikan
perspektif lain tentang cara melihat dunia

6. Summarizing
 Konselor bisa merefleksikan kembali hal-hal yang telah diungkapkan konseli
 Membantu konseli melihat persoalan lebih jelas
 Mengklarifikasikan pernyataan yang tidak jelas atau butuh perhatian

PROBLEM SOLVING APPROACH (P.A.D.I)


1. Problem Definition : definisi masalah secara konkret.
Contoh pertanyaan :
 Apa yang mengganggu pikiran anda saat ini?
 Apa yang mereka katakan tentang anda?
 Apa pendapat anda terhadap perkataan mereka?
 Sejauh mana pendapat mereka mempengaruhi perasaan anda?
 Sejak kapan masalah ini muncul?
 Apa pengaruh hal tersebut terhadap anda?

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 23


2. Attempted Solution : investigasi solusi-solusi yang pernah dicoba sebelumnya
Contoh pertanyaan :
 Apa yang sudah anda lakukan untuk mengatasinya?
 Apa yang kemudian terjadi?
 Apa pendapat anda tentang usaha anda tersebut?
 Apa lagi yang pernah anda coba lakukan untuk mengatasi hal tersebut?
 Kepada siapa anda minta tolong bila hal itu terjadi?
 Apa saran keluarga/teman anda?
3. Desired Change : perubahan konkret yang ingin dicapai
Contoh pertanyaan :
 Apa yang anda harapkan dari sesi konseling ini?
 Mengapa suami / istri anda ingin anda konseling?
 Apa yang anda rasakan tentang harapan suami / istri?
 Saat ini, apa yang paling anda inginkan untuk berubah?
 Seberapa besar keyakinan anda bahwa apa yang anda inginkan dapat terwujud?
 Apa yang perlu terjadi supaya apa yang anda inginkan dapat terwujud?
4. Intervention : memformulasikan rencana untuk mencapai perubahan tersebut
Contoh pertanyaan :
 Menurut anda, hal-hal apa saja yang mungkin anda lakukan untuk mengatasi
masalah anda tersebut?
 Mana yang paling mudah untuk dilakukan?
 Kapan anda dapat mulai melakukan hal tersebut?
 Apa yang mungkin terjadi bila anda menunda?
 Siapa yang akan mendukung bila anda melakukan hal itu?
 Kesulitan apa yang mungkin anda hadapi bila anda melakukan hal tersebut?

LUKA EMOSI
1. Luka emosi aktif : Mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya ia dapatkan,
misalnya: disiksa, dimarahi, difitnah.
2. Luka emosi pasif: Tidak mendapatkan perlakuan yang seharusnya ia dapatkan,
misalnya: diabaikan, ditinggalkan (tidak dapat kasih sayang, perhatian, perlindungan).

PRINSIP PEMULIHAN LUKA EMOSI


1. Menyadari dan mengakui perlunya pemulihan (Aware)
2. Menelusuri dan menemukan penyebab (Explore)
 Pengalaman-pengalaman yang melukai
 Mengenai kebutuhan dan dampaknya
3. Menceritakan kepada safe person (Sharing)
4. Membersihkan emosi yang menumpuk (Grieving)
5. Mengampuni (Forgive)
6. Memaknai pengalaman yang melukai (Meaning)
 Sadari bahwa tidak ada luka yang sia-sia

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 24


 Bagaimana peristiwa itu memberi manfaat dalam hidup saya
 Pelajaran apa yang saya pelajari
 Karakter yang bertumbuh dalam diri saya
7. Mengelola (Manage)
 Disiplin rohani dan proses seumur hidup
 Sembuh itu bukan berarti bekas luka hilang tapi luka itu tidak lagi mengontrol
hidup seseorang

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 25


BAB VI
KESALAHAN-KESALAHAN UMUM
DALAM KONSELING

Jika para konselor mengevaluasi pelaksanaan konseling dalam pelayanannya, maka


akan ditemukan beberapa kesalahan umum. Ada banyak kesalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan konseling, dan beberapa diantaranya dibahas di bawah ini.

A. Memberikan nasehat tanpa mendengar dengan baik


Salah satu kesalahan yang sering terjadi dalam proses konseling adalah konselor
memberikan nsehat kepada konseli tanpa mendengarkan dengan baik. Sebenarnya kita
tidak dapat memberikan nasehat yang tepat sebelum memahami persoalan dengan
tuntas dari awal sampai akhir yang didapat melalui proses mendengar dengan baik.
Dalam hal ini setiap konselor harus latihan untuk menjadi pendengar yang baik. Dalam
proses konseling, saat wawancara diagnostic ada 4 tingkatan mendengar yang
diperlihatkan konser, yaitu:
 Pura-pura mendengar, konselor sebenarnya tidak siap untuk mendengar dengan
baik, tapi menghargai konseli maka dia bersikap seolah-olah mendengar semua
kisah konseli.
 Mendengar untuk melupakan. Dalam level ini konselor memang siap untuk
mendengar dan berusaha mengerti apa yang diutarakan oleh konseli tetapi
setelah itu ia melupakan. Yang penting sudah di dengar semua, konseli lega,
setelah itu dilupakan.
 Mendengar untuk memberi jawab. Dalam level ini konselor punya dugaan
subyektif terhadap konseli. Oleh sebab itu ia berusaha mendengar supaya bisa
segera memberi jawab terhadap konseli. Dia akan mencari fakta yang bisa
mendukung dugaannya dan begitu ketemu ia akan menjawab. Dia merasa
jawaban-jawabannya benar padahal dia memotong di tengah jalan kisah konseli.
 Mendengar empatik, konselor mendengar penuh dengan perhatian karena
terbeban memahami persoalan konseli yang sebenarnya. Dia ingin mengetahui
akar persoalan yang sebenarnya. Oleh karena itu, saat ia perlu memberi jawab
ia menjawab dengan tepat. Dan saat ia berdoa ia berdoa tepat sasaran
Alkitab memberi nasehat kepada para konselor dalam Yakobus 1:19, saudara-
saudara yang terkasih, setiap orang hendaklah cepat mendengar tetapi lambat untuk
berkata-kata dan lambat untuk marah. Setiap konselor yang efektif harus memiliki
ketrampilan mendengar yakni mendengar empatik.

B. Menunjukkan suatu penghakiman atau penghukuman


Alkitab menjelaskan bahwa secara umum dosa adalah dasar dari semua
persoalan manusia, sekalipun bukan semua persoalan berasal dari dosa. Hal ini berarti

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 26


konselor harus menunjukkan belas kasihan terhadap konseli yang memang adalah
orang berdosa, sama seperti Yesus yang dalam pelayaanan-Nya selalu menunjukkan
belas kasihan terhadap orang berdosa. Namun kenyataannya banyak konselor dalam
wawancara kepada konseli menunjukkan sikap yang menghakimi konseli, dalam arti
mengucapkan pernyataan bahwa itu adalah akibat perbuatan konseli dan bahwa seolah-
olah konseli tidak bisa berubah.
Yesus seringkali menyatakan atau menggarisbawahi apa dosa seseorang yang
datang kepada-Nya, tetapi Ia tidak menghakimi mereka. Sama halnya Ia berkata tentang
dosa perempuan Samaria dalam Yohanes 4:18-19, tetapi Yesus tidak pernah
menghakiminya. Dengan demikian perempuan ini melihat persoalannya dan bertobat.
Konseli bisa merasa dihakimi melalui ekspresi dan pernyataan konselor. Ini harus
benar-benar dijaga oleh konselor yang efektif.

C. Terlalu banyak berbicara


Beberapa konselor terlalu menikmati percakapan konseling dan tanpa disadari
dia sudah berbicara terlalu banyak. Dalam konseling konselor semestinya harus cakap
mengupayakan agar konseli terbuka dan bisa leluasa bercerita. Konselor harus cakap
mengajukan pertanyaan-pertanyaan diagnostic, yang secara tidak langsung memaksa
konseli banyak berbicara tentang kisah hidupnya.
Ketika konselor terlalu banyak berkata-kata maka yang dirasakan oleh konseli
ialah bahwa isi hatinya atau kisahnya tidak penting bagi konselor. Selain itu dalam
terlalu banyak bicara, konselor bisa membuat kesalahan. Amsal 10:19, berkata: “dalam
banyak bicara pasti ada pelanggaran. Ayat ini berlaku bagi semua orang termasuk pada
konselor. Konselor harus ingat bahwa dalam konseling dia bukan seorang narasumber,
bukan seorang guru atau pengkhotbah yang one way communication. Tapi justru
sebaliknya.

D. Memberikan nasehat yang duniawi


Dalam proses konseling seorang konselor Kristen bisa lupa tentang sifat dari
seorang konseling Kristen yag bersifat theosentris. Dengan demikian setelah
wawancara diagnostik, konselor cenderung memberikan nasehat-nasehat
duniawi/sekuler. Kerapkali nasehat-naseht itu menyenangkan konseli tetapi tidak
menyembuhkannya. Konselor harus berkonfrontasi tegas kepada konseli. Konselor
harus menunjuk dosa sebagai dosa. Dengan demikian konseli tersambung kepada Allah
yang adalah kebenaran. Saat memberi nasehat, konselor tidak bisa memberi nasehat
berdasarkan lensa psikologis, medis ataupun budaya saja. Tetapi mutlak untuk
konseling yang efektif konselor harus memberi nasehat berdasarkan lensa theologis.

E. Melakukan counter transference


o Istilah transference berarti: peralihan emosi dari objek atau konseli kepada
konselor dalam proses konseling. Sedangkan counter transference adalah istilah
psikologis yang berarti sikap menyambut dan menanggapi gejala transference
dari konseli yang ditunjukkan padanya.
o Penyebab terjadinya adalah karena hamba Tuhan (konselor) juga punya banyak
persoalan dan banyak kebutuhan yang tidak atau belum terpenuhi. Harus diingat
bahwa konselor juga punya pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 27


o Kegagalan proses konseling dialami oleh banyak hamba Tuhan oleh karena ia
tidak menyadari akan gejala counter-transference dari dirinya sendiri.
o Counter transference biasanya mengambil bentuk dari beberapa sikap di bawah
ini:
 Tidak menepati janji dan semaunya sendiri dalam memakai waktu yang ada.
 Munculnya perasaan berahi atau sebaliknya (benci) kepada konseli.
 Munculnya perasaan bosan selama proses pembimbingan.
 Membiarkan sikap dan tingkah laku yang tidak seharusnya terjadi.
 Selalu ada keinginan untuk menyenangkan konseli.
 Berdebat.
 Memihak dalam konflik yang dihadapi konseli.
 Memberikan janji-janji dan jaminan-jaminan kepada konseli yang terlalu
dini untuk menyukseskan kelanjutan pembimbingan.
 Terbayang-terbayang wajah konseli.
 Merasa bahwa hidup dan penyelesaian persoalan tergantung pada kita
sebagai konselor.
 Sikap membedakan dari anggota yang satu dengan yang lain.
 Membuat janji-janji pertemuan yang tidak biasa dengan konseli dan
bersikap tidak wajar.
o Gembala sebagai konselor harus mengenal secara benar gejala counter
transference dan tahu memakai rulenya yang penuh otoritas sebagai hamba
Tuhan, untuk menolong konseli.

F. Tidak dapat menjaga rahasia


Alkitab mengajar setiap orang dapat mengekang lidahnya (Yakobus 1:26).
Dalam 1 Timotius 3:8 dikatakan bahwa seorang diaken jangan bercabang lidah.
Tuntutan ayat-ayat ini lebih keras kepada para konselor. Kesalahan banyak konselor
adalah tidak sanggup menjaga rahasia konseli. Jelas sekali bahwa setiap konseli dengan
persoalannya yang berat memiliki sesuatu sifat yang besifat pribadi yang harus
dirahasiakan konselor.
Konselor harus ingat bahwa rahasia konseli hanya sampai di ruang konseling
itu saja, tidak boleh keluar. Kalaupun kasus konseli mau diangkat di luar sebagai
teladan bagi yang lain, itu sebenarnya harus seijin konseli. Ada konseli yang siap atau
bersedia kasusnya jadi konsumsi umum untuk menjadi contoh bagi yang lain. Tapi itu
haruslah kesepakatan bersama. Konselor tidak punya hak untuk mengumbar cerita
konseli kepada orang lain. Konselor yang sudah bertumbuh dalam pelayanan konseling
adalah konselor yang bisa menjaga lidahnya. Konselor yang tidak bisa menjaga
lidahnya seringkali menimbulkan masalah bagi konseli, yang justru memperberat
persoalan konseli.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 28


BAB VII
SIKAP YANG MEMERDEKAKAN KONSELI

Perlu diingat bahwa kemerdekaan rohani konseli tidak bergantung pada konselor.
Konselor hanyalah alat Tuhan menolong konseli melihat persoalannya. Dari sisi konselor
memang mutlak harus memiliki persiapan konseling yang baik, teknik konseling yang baik,
dan menghindarkan kesalahan-kesalahan seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya. Tapi
itu bukan segalanya. Dari pihak konseli ada siakp-sikap yang menentukan kebebasan dan
kemenangannya.
A. Kerendahan hati
Kerendahan hati sangat dibutuhkan oleh konseli pada saat pembimbingan, dengan
alasan:
 Orang yang rendah hati terbuka untuk pekerjaan Allah dalam hidup mereka.
 Orang-orang yang rendah hati memahami bahwa mereka tidak sempurna,
bahwa hidup mereka dalam proses dan bahwa mereka mungkin mengahadapi
masalah dasar yang perlu diselesaikan. Kesombongan bisa membuat kita
merasa sempurna atau kita berpura-pura sempurna. Sikap seperti ini sangat
menghambat keberhasilan konseling.
 Orang yang rendah hati tidak sulit menerima nasehat orang lain, dalam hal ini
nasehat konselor yang berhubungan dengan dengan masalah pengampunan,
perbudakan dosa dalam dirinya, sikap yang salah, penilaian dan persepsi yang
salah tentang Allah, diri sendiri dan orang lain.

B. Keterbukaan
Orang yang bisa ditolong dalam proses konseling adalah orang yang memiliki
keterbukaan. Keterbukaan ini terdiri dari:
1. Keterbukaan di hadapan Allah
 Keterbukaan kita kepada Allah didasarkan pengenalan kita akan karakter
Allah yakni kita percaya bahwa Bapa kita yang di sorga adalah Bapa yang
penuh belas kasihan. Perubahan apapun yang Ia kehendaki dalam diri kita
pasti adalah untuk kebaikan kita. Kita juga percaya bahwa Ia tidak
menjatuhkan atau mencelakakan kita dengan menyatakan semua cela,
kelemahan, dan dosa kita sekaligus pada satu saat. Sebaliknya Ia dengan
lemah lembut dan sabar menuntun kita mencapai keutuhan dan kedewasaan
kita dalam Kristus.
 Keterbukaan kepada Allah juga didasarkan pada fakta bahwa Ia sudah
mengenal kita begitu dekat. Mazmur 139:4 berkata: Tuhan, Engkau
menyelidiki aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau
mengerti pikiran ku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan
atau berbaring, segala jalanku Kau maklumi. Sebab sebelum lidahku
mengeluarkan perkataan, sesungguhnya semuanya telah Kau ketahui ya
Tuhan. Kita bisa belajar dari Daud yang selalu terbuka untuk diselidiki oleh
Allah dan terus minta tuntunan dari Tuhan (Mazmur 139:23-24).

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 29


2. Keterbukaan di hadapan manusia
 Banyak orang berkata terbuka kepada Tuhan tetapi tidak kepada manusia.
Pernyataan ini kelihatannya benar dan rohani tapi sebenarnya tidak
Alkitabiah dan bernada menghakimi. Dalam kalangan umat Tuhan sendiri
terlihat bahwa banyak yang menyembunyikan problem mereka dari sesama
orang percaya. Banyak orang percaya tidak bersedia intuk menerima
koreksi, nasehat dan pelayanan dari saudara-saudara mereka dalam Kristus.
Akibatnya adalah seringkali Allah menangani mereka secara langsung
dengan kadang-kadang mendisiplin mereka dengan keras.
 Alkitab menganjurkan supaya setiap orang percaya memiliki keterbukan
kepada sesama mereka yang terlihat sebagai bukti dari keterbukaan mereka
di hadapan Tuhan. Secara khusus orang percaya diminta untuk terbuka
kepada konselor atau hamba Tuhan. Yakobus 5:16 “hendaklah kamu saling
mengaku dosamu dan saling mendoakan. Ayat ini dihubungkan dengan
orang yang menderita dan sakit (ayat 13-15). Kolose 3:16, “kami dengan
segala hikmat mengajar dan menegor seorang akan yang lain. Band. Lukas
17:3, Galatia 6:1.

C. Pengampunan
 Pengampunan adalah sikap kita melepaskan perasaan negatif terhadap orang
lain (kemarahan, kebencian, kepahitan dan sebagainya). Pengampunan adalah
kita melepaskan hak untuk balas dendam. Pengampunan juga berarti kita
melepaskan sikap menghakimi yang telah kita lakukan terhadap mereka.
 Pengampunan juga dapat diartikan sebagai sikap membuka hati dan
menyerahkan semua perasaan negatif kita kepada Allah, dan selanjutnya kita
mengundang Roh Kudus memenuhi kita dengan perasaan-perasaan positif
(sukacita, damai sejahtera dan kasih). Hasil dari suatu pengampunan adalah:
pertama, kita dibebaskan daeri kemarahan, kebencian, kepahitan kita serta dari
keinginan balas dendam. Kedua, Roh Kudus mendatangkan kesembuhan atas
jiwa kita. Ketiga, berkat Tuhan mengalir dalam hidup kita karena kita hidup
dalam ketaatan.
 Beberapa hal penting tentang pengampunan dalam Alkitab:
o Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita berdosa terhadap Allah.
o Jika kita tidak mengampuni orang lain, kita tidak akan mengerti
keagungan pengampunan yang telah diberikan kepada kita dalam
Kristus Yesus Kristus.
o Jika kita tidak mengampuni oang lain, kita memberikan kesempatan
kepada iblis untuk merusak bahkan menghancurkan hidup kita, Efesus
4:27, II Korintus 2:10.
 Oleh sebab itu pengampunan adalah langkah yang sangat menentukan dalam
konseling. Dengan mengampuni iblis mundur dan tidak punya kesempatan
dalam diri kita. Dengan mengampuni beberapa konselor berkata 80%
kesembuhan atau healingnya sudah selesai. Pengampunan harus dilanjutkan
dengan Rekonsiliasi. Firman Tuhan berkata: sedapat-dapatnya, kalau itu
bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Saudara-saudara ku janganlah kamu menuntut pembalasan (Roma 12:18-19).

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 30


Prinsipnya, setelah kita mengampuni kita harus melangkah secepat mungkin
pada langkah rekonsiliasi.

D. Pertobatan sejati
 Apapun penyebab seseorang terikat dengan dosa dan mengakibatan masalah
tertentu dalam hidupnya, pertobatan sejati adalah solusi untuk berkemenangan.
Sekalipun penyebab persoalan kita berakar pada masa kecil, kita tidak dapat
mempermasalahkan masa kecil lalu tidak bertobat. Wawancara diagnostic
tentang masa lalu bukanlah pembenaran bahwa kita tidak perlu bertobat.
Apapun alasannya untuk berkemenangan di dalam Kristus pertobatan itu harus.
 Dosa merusak hubungan atau keintiman kita dengan Allah yang adalah sumber
kemerdekaan rohani. Pertobatan adalah tindakan menanggalkan hidup yang
lama dan mengenakan hidup yang baru. Pertobatan juga diartikan membuang
dosa. Dosa yang tidak ditanggalkan atau dibuang akan mendukakan hati Allah
Roh Kudus (Efesus 4:30). Kolose 3:10 menjelaskan pertobatan sebagai
pembaharuan setiap hari. Konseling Kristen bersifat kontrontantif menunjuk
dosa adalah dosa dan itu harus dibuang.

E. Ketekunan (follow up)


Setelah pengampunan konseli di doakan oleh konselor, dan saat itu kelepasan terjadi.
Namun perlu diingat bahwa itu bukan berarti semua sudah berakhir. Masih harus ada
yang disebut wawancara yang berupa follow up. Dalam kesempatan ini konselor akan
memberikan beberapa hal yang harus dilakukan oleh konseli untuk mempertahankan
kemenangannya atau kemerdekaannya di dalam Kristus. Misalnya, terus bersekutu
dengan anak Tuhan yang lain, terus membaca Firman Tuhan, dan banyak petunjuk-
petunjuk spesifik sesuai dengan persoalannya agar jangan di hari kemudian persoalan
terulang lagi. Dalam hal ini diperlukan ketekunan konseli untuk berterus apa langkah-
langkah follow up yang diberikan oleh konselor.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 31


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Neil T. Discipleship Counseling. Malang: Gandum Mas, 2011.


Clebsch, William R., Charles R. Jaekle. Pastoral Care in Historical Perspective. USA: Jason
Aronson Inc, 1983.
Hunt, Jane. Pastoral Konseling Alkitabiah 1. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014.
Hunt, Jane. Pastoral Konseling Alkitabiah 2. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2015.
Latipun. Konseling Kelompok & Perilaku Antisosial. Malang: Psychology Forum, 2020.
Latipun. Psikologi Konseling. Malang: UMM Press, 2011.
Macarthur, John F. Pengantar Konseling Alkitab. Malang: Gandum Mas, 2019.
Simanjuntak, Julianto. Buku Training Konseling. 2018.
Simanjuntak, Julianto. Perlengkapan Seorang Konselor. Tangerang: Yayasan Pelikan, 2019.
Susabda, Yakub. Menjadi Konselor yang Profesional. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007.
Susabda, Yakub. Pastoral Konseling, Jilid 1. Malang: Gandum Mas, 2020.
Susabda, Yakub. Pastoral Konseling, Jilid 2. Malang: Gandum Mas, 2020.
Tomatala, Magdalena. Konselor Kompeten (Pengantar Konseling Terapi untuk Pemulihan).
Jakarta: YT Leadership Foundation, 2000.
VandenBos, Gary R. APA Dictionary of Pscychology second edition. USA: APA, 2007.
Wright, H. Norman. Konseling Krisis. Malang: Gandum Mas, 2009.

Diktat Seni Konseling – STTII Surabaya 32

Anda mungkin juga menyukai