Anda di halaman 1dari 51

SILABUS SEKOLAH TINGGI TEOLOGI TAWANGMANGU

I. DESKRIPSI UMUM
1. Mata Kuliah : Konseling Kristen
2. Pengajar : Supangat Theo Purnomo
3. Mahasiawa : STT Tawangmangu
4. Kredit : 2 SKS

II. TUJUAN INTRUKSIONAL


1. Mahasiswa memahami prinsip dasar Konseling Kristen
2. Mahasiswa memahami perbedaan konseling umum dan konseling Kristen
3. Mahasiswa memahami cara melakukan konseling Kristen secara praktis

III. METODE PENGAJARAN


1. Ceramah. Kuliah
2. Tanya jawab dan diskusi
3. Tugas

IV. MATERI KULIAH


1. Pendahuluan dan pemahaman konseling
2. Ciri-ciri konseling Kristen sampai dengan bentuk-bentuk konseling Kristen
3. Teknik konseling Kristen sampai dengan konseling Kristen dan psikologi
4. Kendala dalam pelaksanaan konseling Kristen dan kualitas yang harus
dimiliki konselor Kristen
5. TTS
6. Pokok-pokok persoalan dalam konselling Kristen
7. Lanjutan Pokok-pokok persoalan dalam konseling Kristen
8. Prospek konseling Kristen
9. TAS

V. TUGAS
1. Meringkas buku
2. Membuat studi kasus dengan jalan keluarnya secara Kristiani

VI. SISTEM PENILAIAN


1. Kehadiran 10 %
2. Pengamatan harian 20 %
3. Tugas 30 %
4. Ujian 40 %

1
VII. KEPUSTAKAAN
1. Adams, JE, Andapun Boleh membimbing, 1996, Gandum Mas Malang
2. Billy Graham Counseling Department, Buku Pegangan Pelayanan, 1990,
Persekutuan Pembaca Alkitab
3. Bulkley, Ph.D., Ed, Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai
Psikologi, 2005, Cipta Olah Pustaka Bandung
4. Collins, Dr. Gary R., Konseling Kristen Yang Efektif, 1989, Seminari Alkitab
Asia Tenggara Malang
5. Heath, W. Stanley, Psikologi Yang Sebenarnya, 1995, Yayasan Andi
Yogyakarta
6. Sahardjo, Th.M., Hadi, Drs., Konseling Krisis Dan Terapi Singkat –
Pertolongan Di Saat-saat Sulit, 2006, pionir Jaya Bandung
7. Susabda, Yakub B., Pastoral Konseling Jilid I, 1985, Gandum Mas Malang
8. Susabda, Yakub B., Pastoral Konseling jilid II, 1986, Gandum Mas Malang
9. Wright, HN, Konseling Krisis, 1993, Gandum Mas Malang.
10. Dapat ditambahkan buku-buku yang menyangkut tentang konseling Kristen

2
PENDAHULUAN

Sejak dosa menguasai manusia, tidak henti-hentinya kehidupan anak cucu Adam
dirundung masalah. Disadari atau tidak, manusia hidup akan mengalami masalah. Baik
persoalan kecil yang tidak begitu terasa, sampai kepada masalah prinsip yang serius.
Umat Kristen sebagai imamat yang rajani, sebagai orang-orang yang lebih dari
pemenang, seharusnya sudah terbebas dari masalah (I Petrus 2: 9, Roma 8: 37). Sebagian
orang mempunyai anggapan demikian. Jika orang sudah memiliki iman yang teguh,
hidup berserah, berjalan dalam jalan-jalan Tuhan, mampu mengucap syukur dalam segala
perkara maka tentulah dapat mengatasi segala persolan hidupnya (I Tesalonika 5 : 18).
Cukup mengejutkan ketika berhadapan dengan kenyataan, ternyata banyak orang Kristen
yang mengalami masalah, bahkan masalah-masalah yang tidak ringan. Umat Kristen
tidak kebal terhadap masalah kehidupan. Selama masih berada didalam dunia ini, orang
Kristen masih dapat mengalami susah, tekanan, kekurangan, sakit, jatuh dosa, depresi dan
kesusahan-kesusahan yang lain. Dengan demikian dilingkungan masyarakat Kristen juga
sangat diperlukan adanya konseling yang baik.
Penyelesaian masalah akan sangat tergantung dari orang yang bersangkutan, tetapi juga
dapat tergantung atau paling tidak dipengaruhi oleh konselor yang mendampinginya.
Konselor yang memiliki latar belakang hidup tertentu, ideologi tertentu, atau agama
tertentu, dapat dipastikan akan memberikan nasehat atau jalan keluar sesuai dengan
keyakinan dasar yang ada pada konselor itu. Konselor yang beragama Islam tentu
memiliki falsafah hidup sesuai kepercayaan muslim. Maka konseli yang ditolongnya akan
memiliki kecenderungan atau mendapat pengaruh dari falsafah hidup si konselor.
Sampai disini terasa betapa pentingnya seorang konselor. Tidak jarang seorang konselor
dapat mempengaruhi konselenya sampai kepada perpindahan kepercayaan. Orang yang
sedang memiliki masalah pada umumnya jiwanya lemah. Orang semacam ini memiliki
celah untuk menerima pengaruh demi penyelesaian masalah yang sedang dihadapinya.
Dalam hidup manusia ada titik-titik lemah yang dapat menimpa sehingga seseorang
mudah menerima pengaruh. Salah satu titik lemah itu adalah pada waktu seseorang
tertimpa tekanan berat.
Hamba Tuhan, para aktifis gereja dan orang-orang yang memiliki pengaruh ditengah
jemaat, perlu memiliki kemampuan untuk menjadi konselor Kristen yang baik. Tokoh-
tokoh yang dituakan dalam suatu lingkungan atau komunitas kristiani, pada umumnya
akan banyak didatangi warga jemaat yang dilayaninya untuk meminta jalan keluar atas
berbagai permasalahan. Jika dalam suatu komunitas Kristen tidak ada konselor yang
handal, maka jemaat akan lari kepada lingkungan lain yang memadai. Dengan demikian
para tokoh ini perlu belajar menjadi konselor Kristen yang handal.
Pokok bahasan yang dipaparkan dalam buku ini tidak banyak mengemukakan hal-hal
yang bersifat teoritis. Sengaja dikemukakan hal-hal praktis dan hal-hal dasar, dengan
harapan para mahasiswa dapat dibekali dengan pemahaman dan kemampuan menjadi
konselor yang baik dilingkungan pelayanannya.
Kemuliaan dan keagungan hanya untuk Bapa Yang Kita Kenal Dalam Nama Tuhan
Yesus Kristus. Semoga menjadi berkat.

3
BAB I
PEMAHAMAN KONSELING

A. PENGERTIAN KONSELING

Dalam Kamus Inggris - Indonesia, kata counseling artinya pemberian nasehat,


perembukan, atau penyuluhan. Counsellor, artinya penasehat. Kata-kata itu berasal
dari kata dasar counsel, yang artinya nasehat. 1
Dalam Kamus Lengkap Psikologi, E.J.P. Chaplin, memberikan arti kepada istilah
konseling (counseling), adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk beraneka
ragam prosedur guna menolong banyak orang agar mampu menyesuaikan diri seperti
memberi nasehat, diskusi, pengadministrasian, penafsiran tes dan bantuan vokasional
atau kejuruan. 2
Konseling sebenarnya sudah dilakukan orang sejak lama, sejak jaman dahulu kala
hanya kemungkinan belum menggunakan istilah konseling. Masyarakat Indonesia
sudah sejak zaman dulu mengenal orang pergi kepada tokoh masyarakat untuk
meminta nasehat. Banyak orang pergi ke dukun untuk meminta nasehat dalam soal-
soal tertentu misalnya mendirikan rumah, menikahkan anak, mencari hari baik,
perhitungan hari lahir dan nasehat-nasehat lainnya. Di tanah Jawa dikenal seseorang
yang disebut dengan gelar “Kyai” atau “Ki”. Tokoh-tokoh itu adalah sosok yang
dituakan, yang pada umumnya dianggap sebagai manusia pandai sebagai tempat
untuk bertanya. Kebanyakan tokoh-tokoh yang dituakan ini, juga dianggap memiliki
kekuatan supranatural tertentu. Orang-orang itu sebenarnya sedang melakukan
konseling dengan dukun yang dipercayainya.
Pada zaman modern, orang mengenal dengan penjurusan bidang-bidang konseling
tertentu sesuai didiplin ilmunya. Masalah kesehatan konselingnya kepada dokter,
tabib, atau ahli pijat syaraf. Masalah kejiwaan konselingnya kepada psikolog.
Masalah hukum konselingnya kepada ahli hukum, dan masalah kerohanian
kenselingnya kepada rohaniwan.
Jadi konseling adalah suatu prosedur yang dilaksanakan antara seseorang yang
memiliki persoalan tertentu dengan seorang konselor yang dianggap dapat
memecahkan persoalan yang dihadapi. Presedur yang ditempuh dapat melalui diskusi,
pemberian nasehat, terapi tertentu, sistem tes tertentu atau prosedur lainnya yang
sesuai.

B. PENGERTIAN KONSELING KRISTEN

Konseling Kristen pada dasarnya sama dengan konseling umum, bedanya hanyalah
nuansa yang ada dalam konseling Kristen adalah nuansa Kristen. Konseling Kristen
menggunakan dasar firman Tuhan. Segala sesuatu yang dilakukan dalam konseling
Kristen harus sesuai dengan kehendak Tuhan. Cara-cara yang bertentangan dengan

1
Kamus Inggris Indonesia, hal 150.
2
Kamus Lengkap Psikologi, hal. 115

4
hukum Tuhan maupun dengan kehendak Tuhan, tidak boleh digunakan dalam
konseling Kristen.
Dengan demikian konselor yang melaksanakan konseling Kristen harus orang yang
memahami kehendak Tuhan. Jadi paling baik kalau seorang konselor kristen adalah
seseorang yang menguasai bidang teologi.
Istilah konseling Kristen sering juga disebut dengan konseling pastoral. Ada beberapa
kalangan yang membedakan kedua istilah tersebut. Konseling pastoral lebih
ditekankan kepada pelaksanaan konseling yang berfokus kepada penggembalaan saja.
Sedangkan konseling Kristen agak lebih luas pengertiannya, akan mencakup berbagai
masalah bahkan persoalan-persoalan kejiwaan. Kekacauan pembedaan ini perlu
disikapi dengan arif, karena pada prinsipnya disebut apapun konseling Kristen
tetaplah harus berpegang kepada Alkitab sebagai dasarnya. Pembahasan yang lebih
rinci mengenai konseling Kristen ini secara khusus ada dalam bab berikutnya.

C. ARTI PENTING KONSELING

1. Dunia membutuhkan konseling

Sejak dunia ada, tidak henti-hentinya dunia dilanda permasalahan. Persoalan yang
muncul dapat secara makro dan mengakibatkan sekelompok orang secara massal,
atau bahkan suatu bangsa dilanda oleh krisis. Disisi lain krisis juga dapat
menimpa orang-perorang, sehingga menimbulkan tekanan-tekanan. Sering terjadi
kait-mengait antara keduanya, sehingga krisis secara makro mengakibatkan krisis
pribadi yang hebat. Mayoritas peristiwa bunuh diri, adalah akibat dari tekanan
yang menimpa seseorang tanpa mendapat pertolongan pemecahannya.
Pribadi-pribadi yang tertimpa krisis memiliki kecenderungan untuk tidak
menyelesaikan masalahnya sendiri, tetapi membutuhkan orang lain yang dapat
digunakan sebagai obyek curahan hati. Ada sementara orang yang dapat
memecahkan persolannya seorang diri, tetapi pada kenyatannya lebih banyak
yang membutuhkan orang lain diluar dirinya.
Pada saat pokok bahasan ini disusun, Indonesia sedang dilanda krisis multi
dimensi. Banyak orang mengalami tekanan ekonomi, politik, keamanan dan
masalah-masalah sosial lainnya. Tayangan melalui media massa mempercepat
informasi tentang dunia yang sedang banyak dilanda kerusakan. Berita-berita
yang ada menyajikan kenyataan bahwa krisis yang terjadi bukan hanya di
Indonesia. Negara-negara lain banyak yang lebih parah keadannya, misalnya
negara-negara yang sedang terlibat perang. Setiap hari banyak manusia terbunuh
dalam pertumpahan darah secara massal. Dengan kondisi semacam itu muncul
buah bibir, bahwa dunia sedang dilanda stress.
Apabila dunia sedang menghadapi tekanan semacam ini, maka jelas akan ada
banyak orang yang membutuhkan konselor. Dengan kata lain dunia semakin
meraih kemajuan, banyak orang akan semakin membutuhkan konseling.

5
2. Orang percaya membutuhkan konseling

Umat Kristen sebagai bagian dari masyarakat dunia pada umumnya, tidak luput
dari permasalahan yang sedang melanda dunia. Ketika masyarakat panik karena
harga bahan bakar minyak tiba-tiba naik drastis sehingga diikuti oleh harga-harga
lain yan naik, maka orang-orang Kristen juga mengalami tekanan yang sama.
Bagi orang-orang tertentu yang imannya kuat, tidak membutuhkan orang lain
untuk menolong mengatasi tekanan dalam dirinya. Namun pada kenyatannya
lebih banyak orang yang membutuhkan pertolongan orang lain. Maka yang terjadi
kemudian banyak orang Kristen yang datang kepada pendatanya minta didoakan
supaya mendapat kelegaan dan pertolongan.
Para konselor Kristen merasakan bahwa pada saat ini cukup mengejutkan
mendapat sedemikian banyak orang bermasalah. Bukan hanya masalah ekonomi,
tetapi zaman yang semakin maju membawa dampak pada pergaulan dan gaya
hidup orang-orang muda. Kerusakan hidup yang diakibatkan oleh pergaulan yang
salah, penggunaan obat-obat terlarang dan sebagainya menimbulkan banyak krisis
pada banyak keluarga. Banyaknya masalah dan pemisahan menurut jenisnya akan
dibahas dalam bab berikutnya. Jelas orang percaya sangat membutuhkan
konseling.

3. Program khusus membutuhkan konseling

Kebutuhan konseling bukan hanya untuk memecahkan masalah yang sudah


menimpa seseorang, tetapi konseling juga dibutuhkan dalam program-program
tertentu. Banyak perusahaan yang pada saat ini melibatkan program konseling
dalam menerima karyawan baru. Orang-orang yang baru diterima untuk bekerja di
perusahaan atau sebuah lembaga tertentu diwajibkan mengikuti pelatihan awal
yang seringkali berisi konseling pribadi lepas pribadi. Hal ini akan dibahas lebih
banyak dalam bagian berikutnya.

6
BAB II
KONSELING KRISTEN

A. CIRI-CIRI KONSELING KRISTEN

1. Konseling Kristen didasari dengan doa

Ciri konseling Kristen adalah doa secara Kristen, yaitu doa didalam Naman Tuhan
Yesus Kristus. Pelaksanaan konseling didasari dengan doa awal yang mantap.
Seringkali ditengah-tengah konseling jika diperlukan juga dilakukan doa secara
khusus. Jadi doa memang menjadi andalan konselor Kristen menghadapi
konselenya. Nama Tuhan Yesus Kristus yang menjanjikan penyertaan dengan
kuasanNya, adalah kekuatan konseling Kristen (Matius 28: 20, Yohanes 14: 14)
Akhir dari konseling juga harus menyerahkan hasil diskusi yang dilakukan itu
dengan doa.
Banyak kelemahan konseling karena lupa berdoa. Konselor dan konsele tidak
menyerahkan penyelesaian persoalan kepada Tuhan. Kelemahan ini banyak
terjadi pada lingkungan yang kurang menyadari kuasa doa. Doa hanya dianggap
sebagai pelengkap untuk membuka dan menutup suatu pertemuan. Dalam hal
konseling rohani, doa adalah salah satu jalan untuk menerima pemecahan masalah
dari Tuhan.

2. Konseling kristen berdasarkan firman Tuhan

Dasar dari konseling Kristen adalah Firman Tuhan. Kehendak Tuhan menjadi
sumber utama konseling Kristen. Apapun yang dilakukan dalam konseling
Kristen, harus berasal dari Alkitab sebagai sumber utama untuk mengetahui
kehendak Tuhan. Dalam metode konseling sering dijumpai metode tertentu
berdasarkan ilmu tertentu, tetapi jika metode itu bertentangan dengan firman
Tuhan tidak boleh digunakan dalam konseling Kristen.
Contoh dalam hal ini adalah ketika seorang pemuda bujangan datang kepada
konselor Kristen. Pemuda itu mengeluh karena ia menderita impotensi. Konselor
Kristen kemudian memberikan nasehat dan terapi untuk mengatasi keluhan si
pemuda. Terapi yang diberikan termasuk diantaranya terapi psikologis dan terapi
medis oleh seorang dokter. Setelah semuanya dilakukan masih ada keraguan,
apakah si pemuda dapat melakukan kewajibannya sebagai suami kelak kalau ia
telah menikah. Konselor Kristen kemudian menganjurkan supaya pemuda itu
mencoba melakukan hubungan persetubuhan dengan wanita tuna susila.
Dalam hal seperti itu jelas pelaksanaan konseling Kristen tidak alkitabaiah, karena
terapi yang diberikan bertentangan dengan firman Tuhan : jangan berzinah
(Keluaran 20 : 14; I Korintus 6 : 9-10).

7
3. Konseling Kristen sesuai dengan etika Kristen

Pelaksanaan konseling Kristen harus sesuai dengan etika Kristen. Dasar dari etika
Kristen adalah juga firman Tuhan. Wilayah etika seringkali berada pada sebuah
dimensi antara benar dan salah. Sebuah kasus dapat diselesaikan dengan cara
yang didalamnya tidak jelas-jelas melanggar firman Tuhan, tetapi juga tidak
dengan nyata-nyata sesuai dengan firman Tuhan.
Contohnya adalah praktek seorang hamba Tuhan yang melayani konseling
seorang pemudi yang sakit jiwa. Setelah dilayani konseling dan akan didoakan,
hamba Tuhan itu mengajukan syarat agar dalam mendoakan si gadis harus dengan
cara menduduki pakaian dalam dari gadis tersebut. Ini adalah wilayah etika.
Satu sisi tidak ada firman Tuhan yang secara jelas melarang hal tersebut, tetapi
satu sisi juga tidak ada firman Tuhan yang membenarkan hal tersebut. Konseling
yang baik harus dijaga supaya tidak menimbulkan syak, dan batu sandungan bagi
jemaat atau umat Kristen pada umumnya.

4. Konseling kristen bersandar pada kuasa nama Yesus Kristus

Konseling Kristen hanya bersandar kepada kuasa Tuhan Yang Dikenal Dalam
Nama Tuhan Yesus Kristus, dan tidak dengan kuasa yang lain. Pernyataan ini
mengandung maksud bahwa kemurnian konseling perlu dijaga, supaya tidak
dicampuri oleh dasar-dasar yang diluar alkitab walaupun sepertinya masuk akal.
Contohnya, seorang petobat baru datang kepada konselor Kristen. Petobat itu
memiliki ilmu-ilmu kesaktian. Kata paranormal yang dulu memasukkan ilmu itu
kepada si petobat baru mengatakan bahwa ilmu itu akan hilang kalau melanggar
pantangan. Selama si petobat itu masih ingin menggunakan ilmu kesaktiannya, ia
tidak boleh dicambuk dengan daun kelor (sejenis dedaunan dari sebuah pohon)
tiga kali. Setelah menerima Tuhan Yesus Kristus petobat itu minta kepada
konselor Kristen untuk melepaskan ilmu kesaktian dari kuasa kegelapan tersebut.
Muncul pertanyaan bolehkan seorang konselor menyuruh konseli itu dicambuk
dengan daun kelor tiga kali ?
Jika cara melepaskan ilmu itu dengan cara dicambuk dengan daun kelor, berarti
bukan kuasa Tuhan Yesus lagi yang menjadi andalan. Hal ini akan menimbulkan
dampak iman bahwa sandaran utama konseling Kristen bukan kuasa Tuhan, tetapi
cara-cara paranormal. Melepaskan ilmu-ilmu itu harus dengan cara alkitabiah,
yaitu pengusiran dalam kuasa Nama Tuhan Yesus Kristus.

B. TUJUAN KONSELING KRISTEN

1. Memecahkan masalah

Pandangan umum yang lazim dimengerti sebagai tujuan sebuah konseling, adalah
membantu kensele memecahkan masalah. Hal ini tidak salah, karena dilingkungan
kehidupan kristiani dalam prakteknya juga seperti itu. Orang-orang Kristen yang

8
tidak dapat mengatasi persoalannya, kemudian datang kepada konselor Kristen
untuk meminta nasehatnya. Secara spesifik konseling Kristen mengarah kepada
pemecahan masalah dengan cara-cara kristiani. Pada prakteknya pemecahan
masalah yang dimaksud, bukan hanya masalah kesulitan hidup tetapi juga
masalah rohani seperti pemberesan dosa dan sebagainya.
Disisi lain konseling Kristen tidak semata-mata bertujuan untuk memecahkan
masalah pribadi demi pribadi. Konseling Kristen tidak sama dengan pasien yang
datang kepada dukun, untuk meminta pertolongan atas berbagai persoalan.
Konselor Kristen adalah hamba Tuhan. Pada dasarnya konselor Kristen itu adalah
kepanjangan tangan Tuhan, untuk menyampaikan kehendakNya kepada konsele (I
Korintus 3: 9). Dengan demikian disamping memecahkan masalah, maka konselor
Kristen memiliki tujuan prinsip-prinsip iman Kristen.

2. Pengenalan akan Tuhan

Konseling Kristen memiliki tujuan, supaya konsele semakin mengenal Tuhan


Yang Maha Kuasa Yang Dikenal Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Ketika
seorang konseli datang untuk konseling, umumnya konseli mencari pemecahan
masalah tertentu. Tetapi tujuan akhir dari sebuah konseling Kristen adalah
keselamatan jiwa konsele. Oleh karena itu yang pertama harus diingat adalah
bagaimana konsele dapat mengenal Tuhan. Kelemahan yang banyak terjadi
dikalangan umat Kristen, adalah banyaknya orang Kristen yang tidak mengenal
Tuhan.
Konselor dapat berusaha mengenali sampai seberapa kadar pengenalan konsele
kepada Tuhan. Jika konsele jelas-jelas belum mengenal Tuhan, maka konseling
harus dapat menjawab kebutuhan konsele itu untuk mengenal Yesus Kristus
Tuhan. Tidak jarang hal pertama yang harus dilakukan oleh konselor adalah
pemberitaan Injil, atau penjelasan tentang Kristologi.
Konseling Kristen memiliki tujuan akhir agar konsele diselamatkan jiwanya,
masuk kedalam Kerajaan Tuhan dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena
itu kasus apapun yang dibawa oleh seorang konsele kehadapan konselor Kristen,
harus dipandang sebagai jalan untuk dipakai Tuhan kepada tujuan yang lebih
besar. Pertolongan sejati kepada seorang manusia, adalah apabila manusia itu
dapat dibawa kepada keselamatan dunia dan akherat. Penyelesaian kasus-kasus
kehidupan bukan menjadi hal utama, tetapi kasus-kasus itu harus dipandang
sebagai sarana untuk membawa jiwa kepada Tuhan Yesus Kristus.

3. Kesungguhan mengikut Tuhan

Menjadi orang Kristen bukan jaminan masuk kedalam Kerajaan Allah. Banyak
bagian alkitab yang menjelaskan hal ini. Untuk mendapat sebutan “orang
beriman” itu syaratnya cukup mudah. Mengaku menjadi orang Kristen, ikut
katekisasi babtisan, menerima tanda baptis, tiap minggu pergi ke gereja, maka
dengan sendirinya sudah disebut sebagai orang Kristen.

9
Ditinjau dari sisi kesungguhan iman, orang Kristen itu terbagi menjadi dua
golongan. Golongan pertama adalah orang Kristen yang sungguh-sungguh
pengikut Tuhan Yesus Kristus. Golongan kedua adalah orang Kristen yang bukan
pengikut Tuhan Yesus Kristus. Kedua golongan orang Kristen ini secara lahiriah
cukup sulit dibedakan, seperti lalang diantara gandum (Matius 13: 24-29). Beda
antara keduanya adalah buahnya, karena masalah iman itu pada hakekatnya
adalah masalah hati.
Konseling Kristen memiliki tujuan supaya orang Kristen menjadi pengikut Tuhan
Yesus yang sungguh-sungguh. Mengapa ? Keselamatan yang sesungguhnya
adalah jika seseorang menjadi pengikut Yesus. Telitilah pengajaran Tuhan Yesus
dalam perumpanaan lalang diantara gandum diatas. Jadi arti kata iman atau
percaya itu membutuhkan kesungguhan, pengorbanan dan perjuangan.
Dalam kalangan kerohanian digunakan istilah kelahiran baru (Yohanes 3 : 3-5).
Menurut Tuhan Yesus, tanpa dilahirkan kembali tidak seorangpun dapat melihat
Kerajaan Allah. Melihat saja tidak dapat, apalagi masuk kedalamnya. Konseling
Kristen memiliki tujuan untuk menolong umat Tuhan sampai kepada tahap ini.

4. Kedewasaan iman

Ciri orang yang dewasa adalah berpikir serta bersikap sebagai orang dewasa, dan
mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Orang yang sudah mencapai banyak usia
tetapi tidak dapat mandiri, disebut sebagai orang yang tidak dewasa. Seorang
Kristen yang mudah ngambek ketika tidak dikunjungi oleh majelis gereja atau
pendeta, menandakan ia belum dewasa rohani. Iman yang dewasa ditandai dengan
cara berpikir yang dewasa dan kemandirian dalam bidang rohani. Seharusnya
orang tidak perlu menunggu dikunjungi gembala sidang, justru orang itu sendiri
yang seharusnya mengunjungi orang lain yang memerlukan kehadiran seorang
saudara seiman.
Konseling Kristen menempatkan diri menjadi bagian dalam tugas mendewasakan
umat. Konseling seringkali menjadi bagian dari kelanjutan calling altar pada
sebuah kebaktian kebangunan rohani. Konseling yang dilakukan pada waktu
kebaktian kebangunan rohani selesai, kecuali memecahkan masalah jemaat juga
bertujuan supaya kensele menjadi orang-orang Kristen dewasa. Pada gilirannya
diharapkan orang-orang Kristen tersebut menjadi tokoh-tokoh yang handal.

5. Kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus

Sebagai tujuan akhir konseling Kristen adalah membawa umat kedalam loyalitas
kepada Tuhan Yesus Kristus. Sebagai contoh, seorang gadis memiliki masalah
karena punya pacar yang tidak seiman. Ia bingung sampai mengganggu aktifitas
dan bermalam-malam ia tidak dapat tidur nyenyak. Manakala gadis itu datang
kepada konselor Kristen, tentu konselor akan memberikan solusi untuk
menomorsatukan keselamatan jiwa. Ia harus memilih Tuhan Yesus Kristus
dibanding dengan kehadiran seorang pacar.

10
Kesetiaan adalah suatu hal yang sering dianggap ringan, tetapi tanpa kesetiaan
maka orang dapat kehilangan keselamatan. Menurut Tuhan Yesus, mereka yang
selamat adalah mereka yang setia sampai akhir (Matius 24: 13). Kesetiaan sampai
akhir ini juga menjadi tujuan konseling Kristen.

C. BENTUK-BENTUK KONSELING KRISTEN

Dr. Gary R. Collins membagi konseling Kristen kedalam tujuh bentuk seperti
dibawah ini.

1. Supportive counseling

Supportive konseling bersifat memberikan penghiburan dan penguatan. Dalam


banyak kasus, keluarga dan teman-teman dekat memiliki lebih banyak peluang
untuk melayankan supportive counseling ini. Pada zaman yang semakin maju
seperti sekarang, dimana banyak orang yang berpindah pekerjaan dan tempat
tinggal, maka teman-teman di gereja memiliki peluang untuk memberikan
penghiburan dan penguatan kepada mereka yang membutuhkan.
Supportive Counseling, mengarahkan konsele untuk menghadapi kenyataan yang
ada. Kadang-kadang dijumpai konsele yang cenderung ingin melupakan masalah
dengan kompensasi negatif seperti lari kepada minuman keras, rokok, obat-obatan
dan sebagainya. Konsele ini harus diarahkan untuk lebih bertanggungjawab
dengan menerima kenyataan, dan menggunakan jalan keluar yang lebih
konstruktif.
Konselor tidak membuat konsele terikat sehingga seolah-olah hanya konselor
yang dapat menyelesaikan masalahnya, tetapi konsele didorong untuk
mengatasinya sendiri dengan dukungan konselor. Fungsi konselor disini lebih
banyak memberikan penghiburan, bimbingan dan dukungan sambil mengajak
untuk menyerahkan masalah kepada Tuhan (Matius 11: 28-30).
Konselor yang supportive memberikan perhatian, dorongan yang lebih peka,
mencoba dengan lemah lembut menyadarkan konsele terhadap tantangan dan
realita kehidupan ini. Konselor membimbing konsele pada pertumbuhan iman dan
kematangan emosi, sehingga problema dapat diatasi dengan lebih mudah.

2. Confrontational counseling

Tuhan Yesus memberikan teladan dalam mengkonseling orang dengan melakukan


konfrontasi khususnya yanga berhubungan dengan dosa-dosa. Tuhan Yesus
mengkonfrontasi orang muda yang kaya karena ia berlebihan dalam mencintai
hartanya (Lukas 18: 22). Tuhan Yesus juga mengkonfrotasi perempuan Samaria
karena dosa perzinahan yang dilakukannya (Yohanes 4: 17-18); murid-muridNya
karena kurang percaya (Matius 8: 26; 14: 31) dan pemimpin agama karena dosa-
dosa mereka (Matius 12: 34; 15: 7-8; 23: 23-33; Yoh 8: 44-45).

11
Memang konselor Kristen tidak seharusnya menghakimi konsele, dengan maksud
hanya untuk mengeritik (Matius 7: 1). Pengungkapan dosa mempunyai maksud
utama untuk meraih orang yang berdosa itu agar kembali kedalam lingkungan
kasih Tuhan. Sebagai hamba Tuhan, seorang konselor harus menolong konsele
agar mampu menghadapi dosanya, mengakuinya di hadapan Allah dan mungkin
juga dihadapan orang lain (Yakobus 5: 16). Dengan tindakan ini konselor
menolong konsele dapat memperbaiki sikap, tingkah laku yang buruk dan
hidupnya yang menuju kepada kehanciran.
Hal penting yang perlu disadari oleh setiap konselor, yaitu bahwa konfrontasi
tidak hanya terbatas pada diskusi mengenai dosa atau tingkah laku yang buruk
saja. Konfrontasi menolong konsele untuk lebih memahami tindakan mereka
sendiri, mendorong mereka untuk mendengar apa yang mungkin tidak mereka
sukai, bahkan menolong mereka untuk melakukan langkah-langkah perbaikan
yang selama ini mereka tolak. Seringkali konfrontasi membutuhkan keberanian
dan ketegasan, karena konsele mungkin memberikan respon yang negatif atau
marah. Konfrontasi jika diberikan sedikit demi sedikit dan penuh pengertian,
dapat merupakan bagian yang penting dan vital dalam konseling.

3. Educative counseling

Kenyataan membuktikan bahwa sebagian besar cara hidup manusia adalah hasil
belajar dari orang-orang yang hidup terdahulu. Orang dapat berbicara, berpakaian,
menciptakan barang-barang, semuanya adalah hasil dari belajar.
Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat dipelajari, sangatlah beralasan
jika kita simpulkan bahwa konseling harus juga meliputi bidang pengajaran.
Dengan educative counseling ini, tingkah laku yang tidak efektif dapat diperbaiki
dan konsele ditolong untuk belajar lebih baik. Dengan pendekatan ini, konselor
adalah seorang pengajar, dan konseling Kristen adalah bagian istimewa dari
pendidikan agama Kristen.
Tidak setiap konseling berisi pengajaran, namun tidak dapat disangkal bahwa
banyak pekerjaan konselor Kristen didalamnya mencakup pendidikan. Orang-
orang dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai teologia, hubungan suami-isteri,
pemilihan karir dan sebagainya, adalah orang-orang yang benar-benar
membutuhkan pengajaran dan tambahan pengetahuan. Anak-anak muda yang
tidak dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat, harus belajar bagaimana
bergaul dalam lingkungan sosialnya. Orang-orang yang sedang menghadapi
pengambilan keputusan yang penting akan datang kepada pemimpin rohani atau
konselor untuk mendapatkan bimbingan.
Harus diakui bahwa konselor bukanlah sosok yang dapat menjawab semua
pertanyaan. Dalam hal ini konselor dapat menjawab kepada konsele secara terus
terang bahwa ia tidak dapat menjawab semua pertanyaan konsele. Konselor hanya
dapat membawa konsele kepada seorang yang dapat menjawab semua pertanyaan
yaitu Allah sendiri, dimana konselor dan konsele dapat berdoa dan menyerahkan
kepada bimbinganNya agar mampu mengambil keputusan yang benar. Itulah

12
kunci keberhasilan konseling. Seorang konselor harus memiliki keyakinan bahwa
Tuhan dapat memakainya untuk mengajar orang lain.

4. Spiritual counseling

Konseling Kristen pada pihak tertentu memang adalah spiritual konseling.


Sebagai murid-murid Kristus, konselor Kristen memang mempunyai tugas untuk
menjadikan semua orang muridNya dan menolong mereka yang lemah (Matius
28: 19-20, Roma 15: 1; Galatia 6: 1-2, I Tesalonika 5: 14).
Pada kenyataannya tidak semua konsele yang datang kepada konselor membawa
masalah kerohanian. Dalam hal seperti ini konselor Kristen dapat membawa
konsele kearah spiritual konseling. Bahkan Freud mengakui hal ini, ia menulis :
“Hanya agama yang mampu menjawab pertanyaan mengenai tujuan hidup”. Oleh
karena itu sangatlah disesalkan bila banyak konselor Kristen yang justru
menghindarkan hal-hal rohani, bahkan mencoba menghalangi bila benar-benar
konsele membutuhkannya.
Pengalaman membuktikan bahkan konsele yang membutuhkan pertolongan dalam
soal-soal sekulerpun, banyak yang akhirnya mencari pertolongan konselor rohani.
Pada akhirnya anda akan setuju dengan perkataan seorang pendeta yang
mengatakan bahwa seorang konselor harus selalu sadar bahwa setiap persoalan
manusia selalu akan menyangkut hubungan dengan Allah dan sesama manusia.

5. Group counseling

Tuhan Yesus melakukan konseling dalam kelompok. Ketika Tuhan Yesus


berjalan ke Emaus, Ia berdiskusi dengan lebih dari seorang. Kehidupan jemaat
mula-mula juga berada dalam kelompok-kelompok yang saling membangun
(Kisah Para Rasul 2: 42-47). Pada abad-abad kemudian dari permulaan gereja,
jemaat juga mulai dari group-group kecil. Pada tahun-tahun terakhir ini, banyak
gereja di Indonesia juga membentuk kelompok-kelompok kecil dalam hidup
berjemaat (Yakobus 5: 19).
Dalam kelompok kecil masing-masing anggota komunitas dapat saling
membangun. Konselor Kristen dapat mempergunakan kesempatan ini untuk
mengarahkan anggota kelompok supaya saling terbuka atas masalah-masalah
mereka, saling membangun dan saling memberikan dorongan positif. Sampai
disini ternyata bahwa saling membangun dalam kelompok kecil, adalah bagian
dari konseling.
Group konseling juga dapat digunakan dalam kelompok sejenis, misalnya para
janda yang membentuk group sehingga dapat saling membagi beban dan saling
menguatkan. Juga kelompok yang terdiri dari para bekas pecandu minuman keras
membentuk group yang dapat saling membangun serta saling menguatkan dalam
menghadapi krisis yang sama. Dalam kondisi seperti ini konselor dapat
membimbing kearah yang lebih positif.

13
6. Informal counseling

Informal counseling adalah konseling yang dilakukan secara tidak resmi, dan
tidak harus diruangan konseling. Informal konseling dapat dilakukan dimana saja
tempat yang memungkinkan. Konseling dapat di ruangan pertemuan, di ruang
tamu, di dapur bahkan dalam perjalanan. Konseling informal dapat dilakukan
ketika konselor menangkap kesempatan melakukan konseling pada saat yang
tanpa diduga-duga.
Seorang konselor yang berpengalaman memberikan beberapa saran dalam
konseling informal, antara lain seperti tersebut dibawah ini.
- mendengar dengan penuh perhatian
- menggunakan pertanyaan-pertanyaan tambahan untuk memperjelas fokus
persoalannya.
- Mendorong konsele untuk menyimpulkan persoalan-persoalan dan mencoba
membicarakan apa yang sudah diusahakan pada masa-masa yang lalu.
- Memberi informasi yang dapat membantu
- Menolong konsele mengambil keputusan tentang apa yang akan ia lakukan
- Berjanji pada diri sendiri, akan membantu dalam doa, dan benar-benar tidak
lupa melakukannya
- Bila memang diperlukan, dapat mengusulkan pertemuan selanjutnya untuk
diskusi yang lebih formal mengenai persoalan itu
Informal konseling kelihatannya tidak begitu jelas peranannya, tetapi
kenyataannya sangat menolong banyak orang karena tidak ada tipe konseling lain
yang dapat dilaksanakan dengan mudah seperti informal counseling. Perlu diingat,
bahwa hampir semua konseling yang dilakukan oleh Tuhan Yesus adalah
informal konseling, dan ternyata semuanya efektif.

7. Preventive counseling

Tujuan utama dari konseling dengan bentuk apapun adalah membebaskan orang
dari problema. Selama ini yang populer dikenal adalah menangani masalah
setelah seseorang ditimpa masalah. Konseling adalah obat untuk suatu penyakit
yang bernama masalah.
Manusia pada umumnya memiliki kecenderungan untuk datang membutuhkan
seorang dokter, setelah menderita sakit. Banyak kali orang akan mencari obat
setelah sakitnya terlanjur kronis. Hal itu ternyata bukan hanya terjadi pada
penyakit jasmani, tetapi juga pada penyakit yang tidak bersifat jasmaniah.
Orang membutuhkan untuk mencari dan datang kepada konselor, setelah terlanjur
menderita tekanan yang dirasa berat. Orang yang merasa sehat, pada umumnya
tidak begitu memikirkan atau bahkan meremehkan konseling. Sesungguhnya
mereka yang menganggap ringan konseling itulah, yang membutuhkan preventive
counseling. Konseling ini dibutuhkan untuk menghindari ancaman kesesakan dan
krisis yang dapat diperkirakan sebelumnya.

14
Banyak orang-orang yang berkompeten dalam hal ini kurang menyadari kondisi
manusiawi ini, dan bahkan para konselor menjadi konyol menjumpai masalah
konsele yang telah menjadi kronis. Krisis yang dialami konsele itu sebenarnya
dapat dihindari, seandainya sejak lama si konsele tidak meremehkan konseling.
Preventive Counseling yang paling dikenal sampai saat ini adalah pre marital
counseling. Padahal dimungkinkan masih banyak masalah yang dapat masuk
dalam kategori preventive counseling. Pada masa yang akan datang mungkinkah
preventive counseling diperluas pada bidang-bidang lain ? Misalnya, konseling
bukan hanya dalam bidang pelayanan pra nikah tetapi juga konseling persiapan
kelahiran, konseling persiapan pindah pekerjaan, konseling persiapan pindah ke
alamat baru, konseling persiapan bepergian ke luar negeri dan lain-lain. Sampai
disini terasa pentingnya preventive counseling, karena jenis konseling ini
mencegah orang dari problema. 3

D. TEKNIK KONSELING KRISTEN

1. Mendengarkan

Tugas pertama dalam konseling adalah mendengarkan. Bahasa Indonesia


membedakan kata mendengar dengan mendengarkan. Tidak semua orang dapat
mendengarkan dengan baik. Orang dapat mendengar berbagai suara tanpa
sengaja, misalnya suara klakson mobil, suara ayam berkokok, suara halilintar,
suara jam berdetak dan sebagainya.
Mendengarkan memiliki arti yang berbeda, karena mendengarkan dilakukan
dengan sengaja disertai dengan perhatian penuh. Para mahasiswa punya tugas
mendengarkan dosen yang mengajar didepan kelas, anak wajib mendengarkan
nasehat orang tuanya, jemaat dengan khusuk mendengarkan khotbah pendeta.
Ada kalanya seorang konselor yang belum berpengalaman lupa akan tugas
mendengarkan ini. Kecenderungan orang ingin segera memberi nasehat,
mengarahkan, membacakan ayat-ayat kitab suci, dan segera mendoakan. Konsele
sebenarnya membutuhkan “telinga yang bisa mendengar”.
Mendengarkan membutuhkan pengorbanan, pengerobanan waktu, konsentrasi,
kesabaran, dan penguasaan diri untuk tidak segera memberikan tanggapan. Pada
tahap awal pertemuan, akan bijaksana jika konselor membiarkan konsele
menceriterakan keluhannya dengan tuntas. Pada tahap ini konselor dapat
memberikan tanggapan-tanggapan kecil sebagai pengumpan, dan menjaga supaya
pembicaraan tidak terkesan sepenuhnya satu arah saja. Dengan demikian konsele
akan merasa nyaman dan bebas mengutarakan perasaannya.
Orang yang tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik, seringkali juga
tidak dapat mendengarkan suara Tuhan dengan baik. Konselor yang tidak dapat
mendengarkan dengan baik, akan berakibat informasi yang diterima tidak
memadai. Jika informasi dari kasus yang ditangani tidak memadai, maka akan
membuka kemungkinan solusi yang diberikan tidak tepat dan tidak tuntas.
3
Konseling Kriten Praktis, hal. 52-62

15
Konselor yang tidak dapat mendengarkan orang lain dengan baik, dapat
dipastikan tidak dapat menolong konsele dengan baik.

2. Mengerti

Mengerti adalah proses berikutnya sesudah proses mendengarkan. Ada banyak


orang yang mendengarkan tetapi tetap tidak dapat mengerti. Proses seseorang
untuk dapat mengerti orang lain, juga perlu pengorbanan. Konsele yang telah
menceriterakan semua hal yang harus diceriterakan, jika tidak dimengerti oleh
konselor akan menjadi jengkel dan konyol.
Jika seseorang dimengerti dan itu ditunjukkan dengan reaksi yang jelas, maka hal
itu sudah merupakan terapi awal yang mengurangi beban atau tekanan yang
dialami konsele. Seorang yang punya sifat untuk tidak mau tahu, atau tidak mau
mengerti orang lain, dapat dipastikan tidak dapat menjadi konselor yang berhasil.

3. Memahami

Memahami punya pengertian lebih dari sekedar mengerti. Memahami ini sudah
kearah penghayatan akan suatu kasus tertentu. Konselor Kristen yang
menginginkan untuk dapat menolong para konsele dengan baik, harus belajar
menghayati krisis yang dialami konsele.
Cara untuk memahami adalah dengan mencoba menempatkan diri pada posisi
konsele. Jika konselor berada di posisi konsele, apakah yang akan dirasakan ?
Bagaimana rasanya kehilangan orang yang dikasihi ? Bagaimana rasanya dipecat
dari pekerjaan ? Bagaimana menghadapi tekanan-tekanan yang mendera dan
sebagainya. Konselor yang sungguh-sungguh memahami posisi konsele, akan
mendorong untuk mencari jalan keluar secara sungguh-sungguh dan total.

4. Mengkonfrotasi

Teknik konfrontasi dapat diterapkan kepada banyak kasus konseling, namun yang
mudah digunakan sebagai contoh adalah masalah dosa. Mengkonfrontasikan
masalah dosa bukanlah bermaksud untuk memojokkan, menyalahkan dan
mengkhakimi konsele. Mengkonfrontasikan dosa lebih banyak bertujuan untuk
memberikan kesadaran kepada konsele, bahwa apa yang dia lakukan adalah
sebuah pelanggaran serius kepada Allah. Pelanggaran ini seringkali kurang
disadari, sengaja dilakukan dengan nekat, atau sengaja diremehkan. Konfrontasi
memberikan pemahaman kepada konsele, bahwa dosa-dosanya itu dapat berakibat
sangat merugikan kepada diri konsele sendiri.
Berkutnya adalah memberikan kesadaran bahwa kesalahan betapapun besarnya
dapat dibereskan, dapat diampuni sehingga dosa itu terhapus sama sekali dari
kehidupan konsele. Yang diperlukan adalah kerinduan dan komitmen untuk hidup
lebih baik dihadapan Tuhan. Pemberesan itu dapat disejajarkan dengan hutang
yang lunas dibayar. Semuanya itu hanya oleh karya penebusan Tuhan Yesus

16
Kristus. Mengkonfrotasikan dosa memiliki tujuan utama untuk meraih kembali,
konsele yang hidup dalam ketidakbenaran kembali kejalan Tuhan (Yohanes 3: 16;
I Yohanes 1: 9). Dalam pelayananNya didunia Tuhan Yesus memberikan
keteladanan bahwa kasus apapun yang dibawa orang kepadaNya, hal yang harus
dilakukan pertama kali adalah pemberesan dosa (Matius 9: 2).
Konfrontasi tidak hanya dapat diartikan kepada pengungkapan dosa-dosa, tetapi
juga konfrontasi terhadap orang lain yang terkait dengan kasus konsele. Jika krisis
yang dialami konsele itu menyangkut pihak lain, maka tidak adil dan tidak
obyektif jika konselor hanya mendengar dari satu pihak saja yaitu dari konsele.
Dengan seijin konsele maka konselor sedapat mungkin menkonfrontasikan
dengan pihak lain, agar kasus yang ada dapat diselesaikan dengan lebih obyektif
dan seimbang.
Konfrontasi dengan bentuk apapun juga harus dilakukan dengan hati-hati, luwes
dan bijaksana. Konfrontasi diusahakan tidak menyebabkan luka baru bagi pihak
manapun. Dalam hal pengungkapan dosa, keteladanan nabi Natan dalam
mengingatkan dosa raja Daud, adalah teladan yang baik sekali (II Samuel 12: 7 ).

5. Mengajar

Secara global konseling dengan memberikan pengajaran telah dibahas dalam


educational counseling. Pada bagian ini diketengahkan secara spesifik tentang
teknik mengajar. Pengajaran yang diberikan dalam konseling Kristen, pada
prinsipnya adalah membagikan hikmat kebenaran firman Tuhan kepada konsele
Mengajar dalam konseling sebenarnya terasa lebih mudah, jika dibandingkan
dengan kelas pengajaran umum yang diikuti oleh banyak murid. Konseling
menghadapi jumlah yang terbatas, pembicaraan dapat dilaksanakan dalam suasana
santai dan lebih berlangsung secara timbal balik. Dengan kondisi semacam itu,
dapat lebih mudah menghilangkan kesan bahwa konselor sedang menggurui.
Konselor dapat mengarahkan kepada kecenderungan berdiskusi.
Tuhan Yesus, konselor agung kita memberikan keteladanan dalam mengajar
dengan berbagai metode. Tuhan Yesus mengajar dengan memberikan semacam
ceramah atau khotbah yaitu penyampaian secara verbal.
Pada kesempatan lain Tuhan Yesus mengajar dengan cara memberikan
keteladanan. Salah satu contohnya adalah ketika Ia berdoa di taman Getsemane
(Matius 26: 40-41). Tuhan Yesus ditengah suasana tertekan berkata: “Berjaga-
jaga dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan”. Pada saat
yang cukup berat itu Ia sendiri berdoa dan berjaga. Keteladanan kehidupan
seorang konselor, sering kali lebih banyak berbicara dari pada rangkaian kata-
kata.

6. Membimbing

Proses membimbing adalah berjalan bersama. Inilah keistimewaan konseling


Kristen. Membimbing bukan hanya sekedar mengajar, sebab mengajar lebih

17
kepada membuat orang untuk mengerti. Sedangkan membimbing menekankan
kepada memberi pengarahan yang jelas. Pengarahan ini seringkali disertai dengan
contoh-contoh.
Contoh yang diberikan Tuhan Yesus adalah ketika Ia membasuh kaki murid-
muridNya (Yohanes 13: 5, 12-17). Dalam peristiwa itu Tuhan Yesus bukan hanya
memberi pelajaran lisan. Ia memberikan contoh dengan praktek, sampai membuat
Petrus jengah dan serba salah.
Konseling Kristen mempunyai unsur membimbing. Konsele yang menderita krisis
parah, seringkali datang dengan kebingungan. Konselor mempunyai kewajiban
untuk mengarahkan dan membimbing konsele menemukan arah yang menuju
kepada jalan keluar.

7. Mendampingi

Mendampingi adalah tugas yang tidak ringan. Mendampingi itu cirinya adalah
berjalan bersama. Konselor yang berjalan bersama dapat merasakan apa yang
dirasakan oleh konsele. Dalam proses berjalan bersama ini konsele didampingi
hingga menemukan jalan keluar dari persoalannya.
Keteladanan yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah pada perjalanan ke Emaus
(Lukas 24: 13-35). Murid-murid yang berjalan ke Emaus itu sedang mengalami
masalah kejiwaan. Mereka sedang kehilangan sosok idola, tokoh pemimpin yang
mereka cintai. Mereka kehilangan dengan cara yang luar biasa, yaitu dibunuh
dengan mati perlahan-lahan dalam siksaan diatas kayu salib. Sangat masuk akal
kalau peristiwa itu membuat siapapun yang mengasihi Tuhan Yesus, menjadi
shokh dan menderita stress berat. Dalam situasi seperti itu Tuhan Yesus datang
berjalan bersama-sama murid-murid itu.
Selama dalam perjalanan itulah proses konseling berlangsung. Sepanjang
perjalanan bersama ini ada proses ketika Tuhan Yesus mendengarkan, proses
memahami, proses mengajar, proses membimbing dan mendampingi. Konselor
selama berjalan bersama konsele itu fokusnya adalah membawa kepada kebenaran
Tuhan.

8. Hal-hal Yang Harus Dihindari

a. Menitik beratkan pada informasi sepihak

Proses konseling seperti juga proses bekerjanya pikiran dan proses


pengambilan keputusan pada umumnya. Tahapan untuk mengambil
kesimpulan adalah sebagai berikut: menerima informasi selengkap mungkin,
memproses informasi yang masuk, membuat kesimpulan, dan menetapkan
jalan keluar yang tepat.
Konselor dalam menerima informasi tidak hanya dari salah satu pihak saja.
Informasi harus dari berbagai pihak yang terkait, sehingga kesimpulan yang
diambil obyektif dan seimbang. Menitikberatkan informasi pada salah satu

18
pihak saja, akan mengakibatkan kesimpulan yang tidak benar. Dengan kata
lain konseling akan berakhir dengan kegagalan.

b. Kesimpulan yang terlalu tergesa-gesa

Suatu kasus harus diselesaikan dengan hati-hati dan teliti. Konseling tidak
dapat dilakukan dengan tergesa-gesa. Kesimpulan yang ceroboh dan prematur
akan menghasilkan kesimpulan yang tidak akurat. Kesimpulan yang tidak
akurat akan menghasilkan penyelesaian yang mengambang, yang justru dapat
berkembang menjadi sesuatu yang lebih buruk.

c. Menekankan salah satu cara saja

Penyelesaian suatu kasus dalam konseling tidak dapat hanya menggunakan


satu cara saja. Penanganan harus dilakukan dengan cara yang paling sesuai.
Jika menekankan salah satu cara saja, misalnya hanya menggunakan
confronting counseling dapat mengakibatkan hasil yang kurang positif. Jika
kasus yang ada tidak atau kurang sesuai dengan metode penyelesaian yang
digunakan, maka hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan.

d. Terlalu banyak ikut campur

Konselor harus dapat menempatkan diri sebagaimana mestinya. Konselor


yang terlalu banyak ikut campur kepada konsele belum tentu dapat
menghasilkan hal-hal yang positif. Bagaimanapun juga konselor bukanlah
keluarga langsung dari konsele. Dalam hal-hal tertentu yang merupakan
tanggung jawab keluarga, tidak boleh diambil alih oleh konselor.
Contohnya adalah sepasang calon pengantin yang mau menikah. Mereka
mengikuti konseling yang dibimbing oleh seorang konselor. Konselor ini
melayani konseling dengan sistim yang telah ditetapkan, pada umumnya
sampai kepada tahap tertentu. Lebih dari itu masalah-masalah pribadi atau
masalah keluarga yang kurang perlu diketahui konselor, tidak perlu
ditanyakan dengan rinci oleh konselor. Konselor tidak etis menanyakan
berapa rupiah jumlah uang mahar atau tali kasih yang diserahkan keluaraga
mempelai pria.
Konselor juga harus berhati-hati membicarakan dan mempertanyakan seputar
seksualitas. Masalah-masalah seputar seksualitas cukup peka untuk
dibicarakan dengan rinci sekali.

e. Akrab dengan konsele lawan jenis

Terlalu akrab dengan konsele lawan jenis juga rawan menimbulkan masalah.
Yang banyak terjadi adalah terjadinya skandal antara konselor dan konsele,
jatuh dosa dalam percabulan dan perzinahan. Disamping rawan bahaya

19
kejatuhan dalam dosa, juga sangat mudah menimbulkan masalah pelanggaran
etika. Konselor dan konsele yang terlalu akrab sampai diluar ruangan
konseling, walaupun tidak berzinah tetapi secara etika telah menimbulkan
pandangan negatif.
Masalah etika selalu berpijak dengan pandangan masyarakat, atau pandangan
jemaat pada umumnya. Meskipun konselor yang bersangkutan membela diri
bahwa mereka tidak melakukan dosa, tetapi masyarakat memandang bahwa
konselor itu menyimpang dari kewajaran. Pada gilirannya dapat merusakkan
nilai-nilai positif konselor menjadi negatif.

f. Kegagalan menyimpan rahasia

Menyimpan rahasia adalah tugas setiap konselor yang tidak dapat ditawar.
Masalah-masalah konsele yang dipercayakan kepada konselor, pada umumnya
adalah masalah pribadi yang tidak boleh diketahui oleh sembarang orang.
Seorang konselor Kristen semestinya memiliki sumpah jabatan dengan Tuhan
sendiri, bahwa ia akan memegang rahasia konselenya. Konselor yang tidak
dapat menjaga rahasia konselenya, akan kehilangan kepercayaan dari
majikannya yaitu Tuhan sendiri. Para konsele tidak akan datang kepada
konselor yang tidak dapat menjaga rahasia. Konselor yang tidak dipercaya dan
tidak didatangi konsele, sama dengan tidak menjadi konselor lagi.

g. Pelayanan yang tidak seimbang

Hamba Tuhan yang bertindak sebagai konselor seringkali menjadi sangat


sibuk. Kesibukan ini dapat menciptakan pelayanan yang tidak seimbang,
antara keluarga dan pelayanan kepada jemaat atau para konsele. Pelayanan
yang tidak seimbang juga rawan menimbulkan bahaya kehancuran pelayanan.
Tuhan Yesus memberikan keteladanan. Ia adalah pribadi yang super sibuk,
tetapi ditengah kesibukanNya Ia selalu memiliki waktu untuk berdiam diri dan
berdoa (Matius 14: 23).

E. KONSELING KRISTEN DAN PSIKOLOGI

1. Konseling berdasar ilmu Psikhologi

Konseling itu berkaitan dengan bagian yang tidak tampak dari kehidupan
manusia. Dengan dasar itu maka dunia mengenal istilah konseling erat
hubungannya dengan kejiwaan. Ilmu yang diakui banyak orang paling berkaitan
dengan kejiwaan manusia adalah psikologi. Dengan logika itu maka masyarakat
umum lebih mengenal konseling dalam kaitannya dengan psikolog dan psikiater.
Dalam dunia psikologi telah ditemukan cara-cara penanganan kelainan kejiwaan
dengan cara-cara psikoterapi. Ada berbagai bentuk psikoterapi yang diterapkan
kepada berbagai jenis kelainan jiwa yang berbeda.

20
Penerapan psikoterapi secara murni berdasarkan ilmu psikologi, hanya
mendasarkan pada dalil-dalil psikologi saja. Psikologi diterima oleh banyak
kalangan sebagai suatu ilmu yang konon dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
Konselor yang hanya mendasarkan konselingnya dengan psikologi, ada kalanya
tidak sejalan dengan prinsip-prinsip kerohanian. Tergantung dari konselor yang
bersangkutan. Tidak jarang konselor justru menentang kebenaran Tuhan.
Psikologi mendasarkan prinsipnya pada pendapat logis.
Jika seseorang menerima pendapat logis psikologi, dosa menjadi disfungsi medis
dan orang tidak lagi dapat diminta untuk bertanggungjawab atas perilakunya,
sikap etisnya, pemikiran hidup atau moralnya. Karena orang dianggap sakit dan
bukannya tidak taat terhadap Allah, ia tidak membutuhkan keselamatan tetapi
perbaikan penghargaan diri. Jika psikologi perlu mengubah jiwa manusia, Yesus
Kristus menjadi tokoh agama antik yang tidak penting dan gereja adalah sisa-sisa
kebudayaan kuno yang seharusnya sudah ditinggalkan oleh manusia. Roh Kudus
tidak relevan. Jika konseling psikologi diperlukan untuk menyelesaikan masalah
dalam hidup, Alkitab seharusnya memberi tempat bagi The New Harvard Guide
to Psychiatri untuk menggantikannya. Pendeta seharusnya pergi diam-diam dan
mencari pekerjaan yang jujur. 4

2. Konseling berdasarkan Psikolologi dan Teologi

Jenis konseling berikutnya adalah mencampurkan antara psikologi dan teologi.


Konselor yang melakukan koseling dengan sistim ini sering disebut sebagai
kalangan integrasionis. Kalangan ini pada umumnya mengerti teori-teori psikologi
dan juga mengerti prinsip-prinsip kebenaran Alkitab. Konseling dengan cara ini
akan baik dan efektif, jika kebenaran Tuhan diutamakan.
Sebaliknya akan menjadi berbahaya, ketika kebenaran-kebenaran teologis
diperalat untuk membenarkan teori psikologi yang tidak sesuai dengan kebenaran
Tuhan. Ed Bukley mencatat paling tidak ada sembilan cara, orang Kristen tertipu
dengan pengajaran yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan dalam psikologi
kristen. Kesembilan cara itu antara lain; 1) Firman dikutip diluar konteksnya; 2)
Firman terdistorsi dengan interpretasi yang buruk; 3) Firman disangkal; 4) ada
bagian dari firman yang ditambahkan atau dihilangkan; 5) Allah didefinisikan
kembali; 6) manusia didefinisikan kembali; 7) istilah-istilah teologi didefinisikan
kembali; 8) pernyataan bahwa telah ditemukan temuan-temuan baru; dan 9
kepemimpinan yang menuntut otoritas yang tidak dapat dipertanyakan. 5
Dengan demikian konseling yang mendasarkan pada dua ilmu yaitu psikologi dan
teologi, akan sangat tergantung dari konselor yang bersangkutan. Jika konselor itu
adalah seorang yang menguasai ilmu psikologi tetapi memiliki kehidupan iman
kristen yang dangkal, maka ia akan cenderung kepada psikologi. Dalam hal ini

4
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayati Psikologi, hal 220.
5
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai Psikologi, hal 247

21
kebenaran Alkitab digunakan untuk mendukung pembenaran psikologi yang dia
kuasai.
Disisi lain jika konselor adalah ahli psikologi yang cinta Tuhan dan mengenal
Tuhan dengana baik, tentu ia akan membawa konseli kepada kebenaran Tuhan
didukung dengan ilmu psikologi yang ia kuasai.

3. Konseling berdasar teologi

Disamping integrasionis seperti disebut diatas, juga dikenal konseling Kristen


yang hanya mendasarkan kepada teologi semata-mata. Konseling ini memiliki
pegangan berupa firman Tuhan saja. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian
adalah seperti tersebut dibawah ini.

a. Perbedaan antara kemampuan konselor dan kehandalan teologi


Sering terjadi dalam praktek, ada hamba-hamba Tuhan yang bertindak sebagai
konselor merasa tidak mampu membantu konsele mereka. Untuk kasus-kasus
tertentu yang dianggap ringan, seorang hamba Tuhan sanggup melayani
konseling. Untuk kasus-kasus yang dianggap cukup berat, seperti korban
perkosaan, stress berat dan sebagainya seorang hamba Tuhan merasa tidak
mampu membantu. Tidak jarang hamba Tuhan ini kemudian mengirim
konselenya kepada psikolog atau psikiater untuk menanganinya.
Dengan demikian hamba Tuhan itu pada akhirnya hanya menjadi promotor
atau agen promosi, bagi larisnya praktek seorang psikolog atau psikiater.
Dengan banyaknya kasus semacam ini akan memicu masyarakat secara
mudah akan mengambil kesimpulan, bahwa kekristenan itu tidak mampu
menjawab kebutuhan konsele. Teologi tidak dapat berbuat apa-apa untuk
menyelesaikan kasus-kasus yang berat seperti perkosaan, stres dan depresi
berat.
Benarkah demikian ? Dalam kasus ini benarkah teologi tidak mampu
menyelesaikan masalah konsele itu ? Pertanyaan berikutnya, apakah ada
kemungkinan teologi sebenarnya telah sangat cukup untuk konseling Kristen,
tetapi konselor Kristen itulah yang sedemikian bodoh dan malas sehingga ia
harus mengirim konselenya kepada ahli psikologi ?
Dalam hal ini harus dibedakan antara kemampuan teologi dan kemampuan
konselor. Jika memang teologi tidak dapat menjawab kebutuhan umat, maka
umat Kristen akan meninggalkan kekristenannya, dan semakin dirasakan
bahwa Tuhan itu tidak ada. Apabila terbukti nantinya bahwa teologi
sebenarnya cukup menjawab kebutuhan tetapi konselor-konselor Kristen itu
yang malas dan bodoh, maka para pendeta yang bodoh itulah yang harus
ditingkatkan kemampuannya. Masalah ini terasa menjadi serius karena dapat
menyesatkan, dan mengancam eksistensi pelayanan yang lebih besar.

22
b. Psikologi yang menggantikan agama
Pada abad ini semakin dirasakan bahwa psikologi lebih dipercaya orang,
dibanding dengan dimensi kerohanian. Dibeberapa belahan dunia, psikologi
diberi penghargaan melebihi agama. Ed Bulkley, ph.D., seorang konselor
Kristen, dalam bukunya Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai
Psikologi, membahas banyak mengenai kelemahan psikologi dilihat dari sudut
teologi. Ia mengutip bahwa di dunia barat telah cukup lama psikologi menjadi
agama baru.
Psikoterapi adalah kunci ritual dari agama psikologi abad keduapuluh ini.
Dalam ritual ini, harapan dan rasa percaya pasien yang mudah dibentuk
didampingi oleh kepercayaan si penyembuh akan kemampuan pada kekuatan
gaib dirinya untuk menyembuhkan. Kombinasi tersebut membentuk ‘realita
sementara’ yang seolah-olah dapat dipercaya. Merupakan tiruan canggih
masyarakat industri akan teknik penyembuhan primitif dukun. Jelas bahwa
sebagian besar prinsip dari Masyarakat Psikologi, termasuk psikoterapi adalah
samaran orang Barat untuk spiritualitas baru. Ini adalah kesempatan orang
berpendidikan untuk mempraktekkan agama dibawah jubah ilmu
pengetahuan. Hal ini memampukan kita untuk berpaling pada kekuatan
okultisme bagi kesembuhan, sementara memuaskan kebutuhan Barat kita akan
dasar rasional. Tidak membuat banyak perbedaan bahwa setiap ahli
psikoterapi mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda. 6
Bahkan untuk kita yang hidup di Indonesia, hal seperti itu mulai dapat
dirasakan pengaruhnya.

c. Kehandalan teologi
Jika teologi tidak handal dalam menyelesaikan masalah manusia, maka jauh
sebelum ilmu psikologi ditemukan tentulah Musa tidak dapat mengkonseling
umat pilihan Allah hanya dengan firman Tuhan semata-mata.
Ed Bulkley selanjutnya mengemukakan :
Keyakinan yang perlu dalam konseling albitabiah adalah bahwa Allah
sungguh telah menyediakan semua kebenaran yang diperlukan oleh orang
percaya untuk mendapatkan hidup yang penuh, dan bersukacita dalam Yesus
Kristus. Percaya bahwa Allah tidak membiarkan kita kekurangan apapun.
Rasul Petrus menekankan dalam suratnya yang kedua: “Karena kuasa ilahi-
Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk
hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita
oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib (II Petgrus 1: 3).
Perhatikanlah kata segala sesuatu. Tuhan sungguh telah menyediakan segala
sesuatu yang diperlukan manusia untuk kehidupan fisik dan rohani. Ini adalah
pertimbangan utama. Jika Petrus benar, maka Allah telah memberikan semua
informasi yang kita butuhkan untuk berfungsi baik dan berhasil dalam hidup
ini. Setiap kebenaran, setiap prinsip, setiap teknik untuk membereskan
masalah manusia telah diberikan dalam Firman Tuhan. Petrus
6
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai Psikologi, hal 197.

23
menggarisbawahi kenyataan ini saat ia menulis, “ Dengan jalan itu [Tuhan]
telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat
besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan
luput dan hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia (II Petrus 1: 4). 7
Tuhan sudah menyediakan jawaban-jawaban dalam FirmanNya untuk setiap
masalah rohani, mental maupun emosional yang mungkin dapat dialami
manusia, yang telah atau yang mungkin dapat dialami. Sungguh tidak ada
masalah yang benar-benar unik yang dihadapi manusia modern. Penganiayaan
seksual, verbal dan fisik sudah ada sejak zaman Kain. Masalah dalam
pernikahan, kurangnya penghargaan diri, kecanduan berbagai jenis, Penyakit
Kurang Perhatian, iri, kemarahan penuh kekerasan, depresi, serta semua
disfungsi psikologi lainnya telah dicatat dalam sejarah Alkitab.
Sungguh mengherankan bahwa psikolog Kristen menyatakan bahwa psikologi
memiliki sesuatu yang dapat diberikan, yang tidak dapat diberikan oleh
Alkitab. 8
Bersyukur ada kesadaran akan kuasa pengenalan akan Tuhan. Kalangan ini
berkeyakinan bahwa konseling untuk menghadapi segala masalah manusia,
hanya dapat diselesaikan dengan metode Alkitab atau firman Tuhan saja.

Dengan beberapa pembahasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa bagi


konseling Kristen, cara apapun yang digunakan harus berpegang kepada kebenaran
ilahi. Dengan kata lain konseling Kristen itu sesungguhnya Biblical Basic.

F. KENDALA DALAM PELAKSANAAN KONSELING KRISTEN

1. Konsele apatis
Kendala yang banyak dijumpai dalam konseling adalah adanya konsele yang
apatis. Beberapa kasus dimana konsele menjadi apatis, adalah ketika konsele itu
dibawa oleh keluarganya kepada konselor sementara konsele itu sendiri enggan
melakukan konseling. Pada kasus lain seorang isteri yang mengeluh karena
tindakan suaminya yang menimbulkan tekanan dan krisis, sementara suaminya
tidak mau diajak datang kepada konselor. Ketika si suami bersedia datang kepada
konselor, ia melakukan konseling dengan setengah hati. Kasus-kasus semacam ini
sangat tidak mudah penyelesaiannya.

2. Konsele keras kepala

Kesulitan lain yang muncul adalah bila mendapati konsele yang keras kepala.
Konsele sebenarnya mau datang kepada konselor, tetapi konsele sulit diberi
nasehat. Konsele dapat mendengar nasehat tetapi tidak pernah melakukan dalam
hidupnya. Kondisi semacam ini akan menyebabkan konseling menjadi sia-sia,
sampai terjadi perubahan yang positif.

7
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai Psikologi, hal 290
8
Mengapa Orang Kristen Tidak Boleh Mempercayai Psikologi, hal. 300.

24
3. Konsele lebih pandai berbicara

Ada pula kendala konseling yaitu apabila konsele lebih pandai berbicara melebihi
konselor. Misalnya mendapatkan konsele seorang pengacara atau ahli hukum
yang sedang mengalami kasus tertentu. Jika tidak ada keterbukaan dan kejujuran
dari konsele pada waktu menghadap konselor, maka konselor yang kalah pintar
dalam membolak-balikkan perkataan dapat dipermainkan oleh konsele. Dalam
kasus semacam ini tidak akan ada penyelesaian yang baik. Konselor harus
mempersiapkan diri dengan doa, keahlian retorika yang baik supaya dapat
mengatasi masalah semacam ini.

4. Kesulitan komunikasi

Komunikasi yang tidak lancar dapat menjadi kendala konseling. Kendala


komunikasi juga dapat disebabkan oleh bahasa yang berbeda. Disamping itu juga
banyak dijumpai konsele yang memang sulit diajak komunikasi. Dalam kasus-
kasus tertentu, dijumpai konsele yang memiliki sifat sangat tertutup. Dalam kasus
semacam ini diperlukan kecerdikan, kesabaran dan ketelatenan dari konselor.

5. Konselor kurang menguasai permasalahan

Kendala yang lain adalah apabila konselor tidak memiliki bekal yang cukup untuk
menjadi seorang konselor. Penyelesaian suatu kasus akan sulit didapatkan oleh
konselor yang tidak handal. Dalam kasus semacam ini dianjurkan untuk konsele
dapat dilimpahkan kepada konselor lain yang lebih handal. Selanjutnya juga
dianjurkan bagi konselor itu sendiri untuk meningkatkan kemampuannya.
Peningkatan mutu pelayanan dapat dengan mengambil pendidikan, atau pelatihan
yang memadai, membaca buku dan banyak berlatih.

6. Konselor kurang berwibawa

Pelaksanaan konseling dapat terkendala dengan adanya konselor yang tidak atau
kurang berwibawa. Kurangnya wibawa konselor ini dapat disebabkan oleh faktor
usia, perbedaan suku dan lain-lain. Konselor yang usianya masih sangat belia,
meskipun dia hamba Tuhan akan cenderung dianggap sebagai anak-anak oleh
orang yang usinya lebih tua. Kesan pertama yang menumbuhkan kewibawaan
adalah penampilan jasmaniah. Oleh karena itu seorang konselor harus menjaga
performance, supaya tampil dengan bonafide. Hal ini akan dibahas juga pada
bagian selanjutnya.

25
7. Kendala tempat

Ada konseling yang dapat dilaksanakan sambil jalan bersama-sama, atau sewaktu
bermobil berdua. Konseling yang dapat dilaksanakan seperti itu adalah konseling
dengan masalah-masalah ringan. Jika masalah yang akan didiskusikan adalah
masalah yang peka dan bersifat pribadi, konseling tidak dapat dilaksanakan
disembarang tempat.
Tempat paling baik untuk melaksanakan konseling adalah ruang konseling.
Ruangan khusus untuk konseling sebaiknya adalah suatu ruangan dimana
digunakan dinding kaca tembus pandang. Jadi pelakasnaan konseling dapat dilihat
dari luar ruangan, tetapi suara dari dalam ruangan tidak dapat didengar. Ruangan
khusus seperti itu juga memungkinkan untuk mendoakan konsele dengan lebih
tenang, aman dari gangguan dan lebih khidmat.

G. KUALITAS YANG HARUS DIMILIKI KONSELOR KRISTEN

1. Memiliki iman yang handal

Konselor Kristen adalah seorang tokoh yang diharapkan dapat menunjukkan


warna kekristenan, oleh karena itu unsur pertama yang harus dimiliki seorang
konselor Kristen adalah iman yang handal. Konselor Kristen adalah orang yang
percaya seratus persen bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa itu ada.
Di dunia ini ada banyak konsep tentang Tuhan, tetapi seorang konselor Kristen
harus sudah tidak ragu-ragu lagi memiliki prinsip iman bahwa Tuhan yang benar
adalah Tuhan Yang Dikenal Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Dalam bahasa
rohani, konselor Kristen haruslah seorang yang sudah lahir baru dan benar-benar
hidup dalam jalan Tuhan. Fondamentalisme iman ini akan menjadi dasar yang
teguh dalam tugasnya sebagai seorang konselor Kristen.

2. Memiliki kesehatan yang mantap

Tugas pekerjaan konselor membutuhkan banyak energi. Seringkali konselor harus


bekerja keras dengan duduk berbicara dan memeras pikiran dalam jangka waktu
berjam-jam. Untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, sudah seharusnya
memiliki kesehatan jasmani yang baik. Ia haruslah seorang yang normal secara
jasmaniah sehingga tugas-tugasnya tidak terkendala.
Disamping kesehatan jasmaniah, yang tidak kalah pentingnya adalah kesehatan
mental. Mental itu berbeda dengan iman. Konselor harus memiliki mental yang
handal. Konselor dituntut dapat menangani orang-orang yang tertekan, orang
stress dan orang-orang depresi. Oleh karena itu harus dijaga, jangan sampai
konselor sendiri justru yang mengalami stress dan depresi.
Mental yang handal itu kecuali bakat, juga dapat dilatih. Modal pengetahuan yang
cukup, latihan yang baik, dan jam terbang yang tinggi adalah faktor-faktor yang

26
dapat mempengaruhi kekuatan mental konselor. Dengan mental yang handal
seorang konselor kristen dapat melakukan tugasnya dengan tenang.

3. Memiliki kerinduan membangun dan memperbaiki

Pekerjaan konselor itu tidak ringan. Banyak orang mau berkotbah didepan ribuan
orang, menyanyikan nyanyian pujian dan menerima tepuk tangan sanjungan
bergemuruh. Menjadi terkenal didepan banyak orang adalah kenikmatan dan
keuntungan. Bandingkan dengan pelayanan seorang konselor.
Konselor harus mendengarkan curahan hati seorang konsele berupa keluhan dan
kisah-kisah sedih, tekanan-tekanan dan kerusakan-kerusakan hidup. Selama
berjam-jam konselor menjadi keranjang sampah dan harus sabar serta telaten
menghadapi satu orang saja. Bagi seorang yang ingin efektif dengan satu kali
berbicara didepan mimbar, menjadi terkenal dan memperoleh banyak keuntungan
maka konselor adalah pekerjaan yang bodoh.
Namun demikian seorang konselor sejati akan menikmati pekerjaannya dengan
rasa syukur yang tidak kalah indahnya dengan pengkhotbah KKR. Satu hal yang
ada dalam benak seorang konselor Kristen, adalah bagaimana konsele yang ada
dihadapannya tertolong dan menjadi orang baik. Seorang konselor Kristen yang
berhasil mencegah satu orang bunuh diri, akan sama nikmatnya dengan seorang
pekhotbah di kebaktian kebangunan rohani yang menghasilkan pertobatan banyak
orang. Bahkan mungkin lebih merasakan kepuasannya karena dipakai Tuhan
menyelamatkan satu jiwa dihadapannya.
Jadi seorang konselor Kristen hatinya diliputi kerinduan untuk membangun, untuk
memperbaiki manusia-manusia sengsara yang datang kepadanya. Ia akan
berusaha dengan segala daya upaya, supaya para konsele itu selamat dan memiliki
masa depan. Dengan kata lain seorang konselor harus memiliki empati terhadap
orang lain. Tanpa modal kerinduan yang demikian, seorang konselor tidak akan
menjadi konselor Kristen yang baik.

4. Cerdas

Pelayanan konseling, adalah pekerjaan yang langsung berhadapan dengan


manusia. Para konsele yang datang terdiri dari beragam manusia. Ada konsele
yang kritis, ada yang pandai, ada yang perasannya peka, ada yang kasar, ada yang
datang dengan kepahitan, ada yang membuat konyol dan sebagainya.
Kondisi pekerjaan yang seperti itu menuntut seorang yang memiliki pikiran
cerdas. Jika konselor adalah orang yang memiliki kecenderungan bodoh, maka ia
tidak akan mampu menyelesaikan konseling dengan baik. Didalam proses
konseling, sangat sering diperlukan improvisasi. Kasus yang diceriterakan oleh
konsele, kadang-kadang berkembang drastis. Fakta baru yang terungkap secara
tiba-tiba, dapat membawa perkembangan yang mengejutkan. Improvisasi hanya
dapat dilakukan dengan cepat oleh orang yang cerdas.

27
5. Pandai berbicara

Komunikasi selama konseling adalah komunikasi verbal, dengan menggunakan


kata-kata. Dengan sendirinya konselor dituntut seorang yang cukup fasih dalam
berbicara. Ia haruslah seorang orator. Tidak jarang konsele yang datang adalah
orang-orang yang pandai berbicara. Menghadapi situasi seperti itu, konselor harus
memiliki kemampuan berbicara yang minimal sama dengan kosele.
Jika konselor memiliki daya pikir dan kemampuan berbicara jauh dibawah
konsele, maka konselor akan mengalami kesulitan dalam konseling. Oleh sebab
itu konselor perlu berlatih menggunakan perkataan untuk menolong orang.
Pengalaman dan jam terbang pelayanan seringkali sangat menolong.

6. Sabar

Salah satu tugas utama seorang konselor adalah mendengar. Seringkali tugas ini
membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu seorang konselor
membutuhkan kesabaran. Ia tidak boleh tergesa-gesa untuk mengejar konsele
supaya menceriterakan dengan cepat dan efektif. Ingat konsele itu memiliki
kecenderungan manja, untuk membuka diri saja memerlukan terapi tersendiri.
Konsele tidak sama dengan sopir taksi yang dapat diminta ngebut sesuai pesanan
penumpang.
Menghadapi seorang yang sedang punya masalah, seringkali disertai kebingungan
dan hilang akal. Hal-hal semacam itu, memerlukan kesabaran ekstra dari konselor.
Konselor harus menyediakan waktu yang cukup untuk menyelesaikan konseling.
Jika belum punya waktu khusus, lebih baik konseling ditunda sampai ada waktu
yang memadai. Perlu dipertimbangkan penundaan semacam ini, jangan sampai
masalahnya menjadi kadaluwarsa sehingga terlambat penangannya.

7. Telaten

Menuntaskan suatu kasus memerlukan sikap telaten. Mengupas suatu


permasalahan sering kali tidak dapat to the point, langsung pada sasaran. Masalah
yang dibawa konsele itu umumnya adalah masalah yang sifatnya pribadi dan
peka. Hal-hal yang pribadi dan peka ini, umumnya tidak langsung dapat
diungkapkan dengan sekaligus secara terbuka.
Konselor seringkali yang dituntut untuk mengadakan pancingan atau secara hati-
hati mendorong konsele untuk memberikan informasi yang jujur dan akurat.
Nasehat atau jalan keluar yang akan diberikan oleh seorang konselor, sangat
tergantung kepada informasi atas kasus yang ada. Jika informasi yang diberikan
kepada konselor tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya, maka solusinya juga
cenderung meleset. Jika informasinya benar, tentu solusinya cenderung benar.
Berkaitan dengan hal tersebut maka konselor harus berusaha mendapatkan data-
data kasus, atau perkembangan terakhir yang terjadi dengan sebenar-benarnya.
Untuk memperoleh kebenaran itulah yang memerlukan ketelatenan. Tidak jarang

28
konseli memberikan informasi yana berputar-putar, atau bahkan menutupi
masalah yang sebenarnya. Dalam hal ini ketelatenan dan kesabaran seorang
konselor sangat dibutuhkan.

8. Tegas

Konselor membutuhkan sikap tegas. mengubah suatu pribadi, pada umumnya


membutuhkan sikap tegas bukan sikap ragu-ragu. Sikap yang tidak tegas justru
akan merusakkan hasil yang diharapkan.
Ketegasan sikap dari seorang konselor, harus disertai dengan sikap luwes.
Ketegasan tanpa keluwesan akan melahirkan kesan keras. Kensele tidak suka
mendapatkan konselor yang tidak luwes. Diperlukan seni tersendiri untuk
memadukan sikap tegas dan sikap luwes.

9. Memiliki Penguasaan Diri

a. Tidak mudah terkejut

Di ruangan konseling rahasia-rahasia yang disimpan rapat-rapat, biasanya


diungkapkan. Pengungkapan rahasia ini seringkali menjadi peristiwa yang
mengejutkan. Misalnya orang yang selama ini dinilai sebagai orang baik-baik,
ternyata lama hidup dalam perzinahan dengan orang yang tidak terduga-duga.
Gadis yang tampak manis dan saleh, ternyata pernah menjadi korban
perkosaan dan lain-lain. Hal-hal yang mengejutkan ini bagi seorang konselor
akan sangat sering dijumpai, bahkan kasus-kasus yang lebih mengerikan.
Menghadapi situasi seperti itu, konselor tidak boleh terkejut kemudian tidak
dapat menguasai diri. Cara mengatasi hal ini adalah mempersiapkan mental
terlebih dahulu. Setiap menghadapi konsele harus siap mendengar hal-hal
yang luar biasa. Jika tidak terjadi hal-hal yang luar biasa bersikaplah biasa,
tetapi jika menghadapi hal yang luar biasa tetaplah bersikap biasa. Konselor
perlu belajar menerima hal-hal seperti itu, sebagai hal yang manusiawi dan
dapat menimpa siapa saja. Lebih dari itu mohon kekuatan mental dari Tuhan,
adalah hal pertama yang harus dimiliki oleh seorang konselor Kristen.

b. Tidak mudah marah

Konselor itu pekerjaannya menghadapi kasus. Orang yang membawa kasus itu
memiliki kecenderungan menganggap dirinya sendiri yang paling baik dan
paling benar. Kondisi semacam ini menyebabkan kecenderungan seseorang
tidak dengan sewajarnya dalam memberikan informasi. Ada orang yang
berputar-putar dulu, baru setelah ditanya dengan cara tertentu oleh konselor
akan sampai kepada masalah sesungguhnya. Ada yang cara komunikasinya
menjengkelkan dan membuat konyol konselor.

29
Jika konselor tidak dapat menguasai diri dan ikut larut dalam suasana yang
menjengkelkan ini, maka konselor dapat menjadi marah, jengkel dan suasana
konseling menjadi rusak. Konselor tidak lagi obyektif dalam pembicaraannya,
ia akan bersikap menjadi lawan bagi konselenya. Jika hal ini terjadi maka
konseling cenderung akan mengalami kegagalan.

c. Tidak mudah gugup

Ada orang yang mudah gugup. Menghadapi sebuah kasus yang tidak biasa, ia
tidak dapat menguasai diri. Ini ada hubungannya dengan perasaan mudah
terkejut, yang telah dibahas diatas. Karena gugup itu kemudian melakukan
tindakan kompensasi yang kurang perlu. Konselor tidak boleh mudah gugup,
tetapi harus seorang yang memiliki ketenangan.

d. Tidak mudah kebingungan


Masih ada kaitannya dengan kegugupan, biasanya akan disambung dengan
kebingungan. Jika seorang konselor kebingungan dalam menghadapi konsele
dihadapannya, ia tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Mudah ditebak bahwa
pelayanan konseling yang sedang dihadapinya, akan menjadi kacau.

e. Tidak mudah larut dalam kesedihan

Lebih dari sembilan puluh persen kasus yang muncul diruangan konseling,
adalah kasus yang berkaitan dengan hal-hal yang menyedihkan. Sangat sering
sekali konsele datang menceriterakan kisahnya sambil menangis sepanjang
waktu. Kisah-kisah ini umumnya sangat menyentuh emosi.
Seorang konselor yang baik harus sudah memiliki persiapan mental
menghadapi hal-hal seperti itu. Konselor yang mudah larut dalam kesedihan,
tidak akan dapat berpikir dengan jernih. Konsele datang dengan menangis,
konselor menghadapi dengan menangis pula. Maka diruangan konseling itu
kemudian terjadi dua orang yang sedang tangis-tangisan. Jika hal itu
menyangkut pihak ketiga, dapat terjadi konselor akan terlalu mengasihani satu
pihak dan membenci pihak lain. Hal itu tidak boleh terjadi. Konselor yang
tidak dapat menguasai emosi dan berpikir jernih, dapat dipastikan tidak dapat
bertindak obyektif.

f. Tidak mudah terbakar nafsu

Banyak kisah seorang konselor jatuh dosa dalam bidang seksual dengan
konselinya. Permulaannya biasanya konseling berjalan sebagaimana mestinya.
Namun lama-kelamaan terjadi skandal yang akhirnya menghancurkan
konselor itu sendiri.

30
Mengatasi masalah seperti itu, khususnya dosa seksual seorang konselor harus
memiliki iman dan mental yang kuat. Ingat iman itu berbeda dengan mental.
Rasul Petrus sewaktu menyangkal Tuhan Yesus, tetap memiliki iman bahwa
gurunya benar. Ini dibuktikannya ketika ia mengikuti penangkapan atas
gurunya itu sampai di pelataran pengadilan. Ia percaya dan memiliki hati tetap
mengikut Tuhan, sesudah menyangkal Tuhan Yesus itu ia menangis dengan
sedihnya (Lukas 22: 62). Mental Petrus tidak kuat, kemungkinan ia ketakutan
untuk ditangkap dan disiksa seperti gurunya. Maka dengan seorang hamba
saja ia menjadi takut.
Konselor harus melatih mentalnya supaya siap menghadapi godaan semacam
itu. Bagi seorang pria godaan ini akan bertambah kuat, sebab memang ada
perbedaan psikologis antara pria dan wanita. Libido seorang pria akan mudah
bangkit dibanding seorang wanita. Hindarkan sikap iseng, baik dalam
perkataan maupun perbuatan. Banyak kali terjadinya dosa itu dimulai dari
sikap iseng. Konselor harus dapat menguasai diri sehingga tidak terbakar
nafsu.
Salah satu cara menghindari godaan seksual bagi konselor, adalah
mengusahakan ketika menghadapi konsele lawan jenis harus didampingi
pasangannya.

10. Menguasai kemampuan yang dibutuhkan

Kesempurnaan seorang konselor didukung dengan penguasaan ilmu yang


dibutuhkan. Tugas seorang konselor itu secara umum adalah menasehati. Untuk
memberikan nasehat ini dibutuhkan banyak pengetahuan. Semakin banyak
pengetahuan yang dimiliki, akan semakin mampu menjadi konselor yang handal.
Namun secara prinsip diusulkan seorang konselor minimal memiliki pengetahuan
dasar tentang beberapa hal dibawah ini.

a. Memahami pengetahuan tentang kesehatan jasmani

Kasus yang muncul dari konseli kadang-kadang ada kaitannya dengan


kesehatan jasmani. Banyak ketidaknorlaman kejiwaan itu timbul karena
tekanan yang terus menerus dari penyakit atau cacat tubuh. Konselor harus
dapat mengenali hal-hal seprti ini. Penyelesaian suatu masalah pada dasarnya
adalah menemukan akar masalah dan mengobatinya. Jika akar masalahnya
berkaitan dengan ketidakberesan dalam hal-hal jasmani, maka konselor mau
tidak mau harus membereskannya dari hal-hal jasmani. Konsele dianjurkan
untuk berobat dengan tuntas lebih dulu.

b. Mampu menyelami jiwa orang

Konseling dan pemahaman terhadap kejiwaan manusia jelas sangat erat


kaitannya. Karena itu hampir tidak mungkin seseorang menjadi konselor jika

31
ia tidak dapat menyelami jiwa orang. Memahami jiwa orang perlu hikmat dari
Tuhan. Disamping itu mempelajari ilmu kejiwaan sangat berguna untuk
menambah wawasan dan pengetahuan. Belajar ilmu jiwa tidak harus dibangku
kuliah. Banyak buku yang dapat dipelajari, misalnya cara kerja otak kanan dan
otak kiri itu merupakan pengetahuan dasar yang perlu dimengerti oleh
konselor.
Isi dari Alkitab sebenarnya banyak menyangkut tentang kejiwaan ini. Tuhan
sudah memberikan kelengkapan bagi seorang hamba Tuhan, untuk melatih
kepekaan dalam menyelami jiwa manusia melalui firman-Nya. Kurangnya
pemahaman dan perenungan akan kehendak Tuhan, sering menjadi
penghambat bagi seorang konselor Kristen melengkapi diri untuk menghadapi
konselinya.
Pertemuan ilmu Psikologi dan ilmu Teologi, memang menjadi wacana yang
dibeberapa kalangan cukup tajam. Hal ini akan dibahas lebih rinci dalam bab
berikutnya.

c. Memahami pengetahuan tentang dimensi roh

Konselor Kristen berbeda dengan konselor umum. Konselor sekuler, pada


umumnya mendasarkan kemampuan konselingnya hanya dari ilmu Psikologi.
Dalam konseling Kristen, sering dijumpai orang kerasukan roh jahat juga
dibawa kepada konseling Kristen. Oleh karena itu seorang konselor Kristen
mutlak harus memiliki pengetahuan tentang dunia roh.
Roh itu kata benda untuk menyebut suatu makhluk yang tidak kelihatan tetapi
ada didunia ini. Hal inilah yang membuat banyak kesulitan bagi banyak orang.
Konselor harus mempelajari sesuatu yang ada tetapi tidak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Alkitab sudah cukup banyak memberikan informasi kepada
kita untuk mengenal dunia roh, baik roh jahat maupun Roh Kudus.
Konselor harus dapat membedakan antara konsele yang mengalami
ketidaknormalan karena gangguan jiwa, atau diganggu oleh kuasa yang tidak
tampak. Konselor Kristen semestinya tidak ragu-ragu dalam menangani
konsele yang ada hubungannya dengan ketidakberesan dalam dimensi roh.

d. Tambahan berbagai pengetahuan dan kemampuan

Mengingat bahwa tugas konselor adalah memberi nasehat dan menolong


orang untuk mengatasi berbagai ragam masalah, maka akan lebih baik jika
seorang konselor juga memiliki pengetahuan umum yang memadai. Ketika
menghadapi seorang konsele yang adalah seorang politikus misalnya, maka
konselor dapat menyelami arah pembicaraan seputar politik. Semakin banyak
seorang konselor menguasai banyak hal, akan semakin menunjang tugasnya
dalam melaksanakan konseling.

32
Meninjau sedikit tentang pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang konselor,
sepertinya tidak mudah untuk menjadi konselor Kristen yang baik. Kesempurnaan
seorang konselor Kristen adalah apabila orang yanag bersangkutan menyandang
gelar dokter atau tabib, psikolog, pendeta, ahli paranormal, politikus dan akan
lebih baik jika ia adalah seorang wartawan. Didunia ini tidak ada konselor yang
sempurna. Satu-satunya konselor yang sempurna itu hanya mampu dilakukan oleh
satu orang saja, yaitu Tuhan Yesus Kristus.
Orang yang memiliki pengetahuan terbatas, tetapi memiliki kerinduan hati untuk
dipakai Tuhan membangun dan memperbaiki umat Tuhan sangat bisa menjadi
konselor Kristen. Pelayanan konseling adalah pelayanan menasehati, setiap orang
tentu dapat menasehati orang lain. Karena bagi yang merasa memiliki
kemampuan terbatas, teruslah meningkatkan diri dengan banyak membaca dan
tidak berhenti belajar.

11. Dapat menyimpan rahasia

Ada lagi karakteristik yang merupakan syarat mutlak bagi seorang konselor, yaitu
dapat menyimpan rahasia. Seorang konselur yang bocor mulut bukan hanya ia
tidak akan menjadi konselor yang baik, tetapi sangat berbahaya. Hal ini memang
bertentangan dengan sifat manusia. Pada umumnya manusia memiliki
kecenderungan untuk menceriterakan hal-hal yang dianggap istimewa atau luar
biasa kepada orang lain. Hamba Tuhan yang menjadi konselor dan juga sering
melakukan pelayanan mimbar, rawan dalam hal menyimpan rahasia ini. Seorang
pengkhotbah sering menggunakan ilustrasi dari hasil konselingnya dengan
menceriterakan kasus, nama dan alamat kejadian dengan terbuka. Jika ingin
mengangkat suatu kasus untuk ilustrasi khotbah, seharusnya sudah seijin orang
yang bersangkutan. Itupun harus mengingat siapa yang mendengar khotbah, dan
juga tidak boleh menyebutkan nama dan alamat serta data-data yang mudah
dikenali.
Jika konselor Kristen tidak dapat menyimpan rahasia, maka akan menyebabkan
banyak kerugian bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain terutama konsele.
Orang yang ditimpa kasus itu akan jatuh harga diri dan nama baiknya, karena
kasusnya diketahui banyak orang. Perkembangan kasus itu sendiri akan menjadi
rumor negatif dilingkungan jemaat setempat. Hal ini akan menimbulkan
kebencian dari konsele kepada konselor yang bersangkutan, bahkan jika kasusnya
menyangkut hukum dan pidana akan menimbulkan ancaman yang serius.
Belajar dari pengalaman yang ada, cara mengatasai hal ini adalah dengan
melupakan kasus-kasus yang ditangani. Prinsip konselor adalah tidak menyimpan
kasus diruangan konseling dalam pikirannya. Pada waktu konselor menghadapi
konsele diruang konseling, hadapi dengan serius dan kesungguhan yang mantap.
Jika perlu konselor dapat membuat catatan kasus untuk mengikuti
perkembangannya. Tentang catatan ini juga harus dijaga kerahasisannya. Ketika
konselor keluar dari ruangan konseling itu, maka segala kasus itu harus dapat
dihilangkan dari ingatan.

33
Tidak mudah untuk mempratekkan hal ini, tetapi dengan kasih karunia Tuhan dan
belajar dengan melatih diri, orang dapat menjadi konselor yang baik.

12. Dapat menjadi teladan

Satu lagi perbedaan konselor umum dan konselor Kristen, yaitu bahwa konselor
Kristen dituntut untuk dapat menjadi teladan dalam kehidupannya. Konselor yang
menganjurkan kepada konsele untuk tidak merokok, haruslah konselor yang
dalam hidupnya sehari-hari tidak merokok. Konselor pernikahan, dituntut untuk
hidup pernikahannya dapat diteladani. Hal inilah yang tidak kalah beratnya bagi
persyaratan atau karakteristik seorang konselor Kristen yang baik.
Konselor Kristen dapat membentuk dirinya supaya menjadi teladan yang baik,
dimulai dari keberesan hidup rohaninya. Konselor Kristen bukan hanya percaya
bahwa Tuhan itu ada, bukan hanya percaya bahwa Yesus itu adalah Tuhan yang
mengambil rupa manusia, tetapi ia harus sudah lahir baru (lihat poin ‘memiliki
iman yang handal). Kelahiran baru memiliki ciri cinta akan kekudusan progresif.
Inilah akar keteladanan rohani. Seorang yang cinta kekudusan, itu akan
berpengaruh dalam seluruh aspek hidupnya.
Bahasa rohani yang paling tepat adalah taat kepada pimpinan Roh Kudus. Orang
yang mau taat dipimpin Roh Kudus, dapat dipastikan hidupnya akan diwarnai
kebaikan dan kebenaran ilahi, tidak melakukan hal-hal yang tidak baik, hidup
pernikahannya dapat diteladani, dan memiliki daya tarik rohani yang kuat.

13. Memiliki kehidupan keluarga yang dapat diteladani

Keteladanan yang diharapkan dari seorang konselor Kristen, bukan hanya dari
konselor sendiri. Konselor Kristen juga dituntut memiliki kehidupan keluarga
yang dapat diteladani.
Konselor haruslah seorang suami dari satu isteri, atau seorang isteri dari satu
suami. Kehidupan perkawinannya berjalan normal, suami isteri kompak dan
mesra. Anak-anak hidup rukun, tidak terlibat dalam masalah-masalah serius yang
mempengaruhi harga diri keluarga. Seluruh anggota keluarga beribadah dengan
baik. Tidak terlibat dalam masalah hutang-pihutang yang mempengaruhi sendi-
sendi ekonomi. Jadi kesimpulannya keberesan hidup keluarga konselor Kristen
harus dapat dipertanggungjawabkan.
Jika seorang konselor Kristen tidak memiliki keluarga yang dapat diteladani,
maka ia akan mengalami kesulitan untuk memberikan solusi bagi orang lain.
Konselor yang tidak dapat mengatur keluarganya dengan baik, tidak akan
dipercaya orang untuk mengatur orang lain.

14. Berwibawa

Konselor Kristen adalah seorang yang memiliki wibawa. Tugas konselor tidak
dapat dilakukan oleh seorang pribadi yang kurang dihargai oleh lingkungannya.

34
Seorang konselor Kristen semakin memiliki wibawa, akan semakin dihargai oleh
konsele. Wibawa ini sering ada kaitannya dengan faktor usia, tetapi kewibawaan
tidak mutlak ditentukan oleh usia. Banyak orang tua yang kurang berwibawa,
sementara orang yang lebih muda jauh lebih mendapatkan respek dari
lingkungannya. Kewibawaan juga dipengaruhi oleh kedewasaan, kepandaian,
kedudukan, karakter, nama baik dan faktor-faktor lainnya (lihat bagian tentang
konselor yang tidak berwibawa).
Dalam lingkungan kerohanian ada faktor utama yang tidak dapat diabaikan, yang
sering diistilahkan faktor pengurapan. Pengurapan ini hanya dapat diperoleh
dalam hubungannya dengan Tuhan. Seberapa dekat pergaulan seorang konselor
Kristen dengan Tuhan, akan menentukan pengurapan yang dimilikinya. Oleh
karena itu keberhasilan seorang konselor Kristen tidak dapat lepas dari kehidupan
doa, pengorbanan dan penyembahan kepada Tuhannya. Orang yang memiliki
pengurapan yang baik, pastilah seorang yang hidupnya dipimpin Roh Tuhan.

15. Memiliki dukungan

Yang dimaksud dengan memiliki dukungan disini, adalah adanya orang-orang


lain atau sekelompok orang yang mendukung konselor itu. Dukungan bagi
seorang konselor Kristen, terutama adalah dukungan doa.
Tugas seorang konselor itu tidak ringan, ia berhubungan dengan manusia,
berhadapan dengan kasus-kasus yang tidak enak, dalam hal-hal tertentu bahkan ia
berhadapan dengan roh jahat. Karena itu kekuatan secara rohani mutlak
diperlukan oleh seorang konselor Kristen. Ingat jika membicarakan kata rohani,
maka akar katanya adalah “roh.” Roh itu tidak tampak tetapi memiliki kekuatan,
baik kekuatan merusak atau membangun. Roh Kudus membangun, roh jahat
merusak. Kekuatan rohani ini hanya dapat diperoleh dari Tuhan. Konselor Kristen
sangat memerlukan dukungan dari lingkungan terutama akeluarganya. Sepandai
dan secerdas apapaun seorang konselor Kristen, ia dapat jatuh karena kurang atau
tidak memiliki kekuatan rohani yang melingkupinya. Pada umumnya seorang
konselor Kristen didukung oleh barisan pendoa syafaat dibelakangnya.

Betapapun seorang konselor memperlengkapi diri dengan ilmu dan pengetahuan yang
memadai, untuk menjadi konselor yang handal sangat tergantung dari mutu pribadi
orang yang bersangkutan. Ada orang yang secara akademis menonjol karena ia
memiliki banyak gelar kesarjanaan, tetapi ia belum tentu dapat menjadi konselor yang
baik. Sementara orang yang sederhana tanpa memiliki gelar kesajarnaan apapun,
tetapi ia saleh, suka berdoa, suka membaca firman Tuhan, suka “bergaul” dengan
Tuhan, dan terbeban untuk menolong orang lain, banyak didapati bukti ternyata ia
dapat menjadi konselor yang baik.

35
BAB III
POKOK-POKOK PERSOALAN
DALAM KONSELING KRISTEN

Yang dicantumkan dibawah ini hanyalah garis-garis besar persoalan yang biasanya
muncul dalam konseling. Sedangkan jalan keluar dan pemecahan serta penjelasan lebih
rinci, tidak dibahas disini. Pokok-pokok persoalan yang ada, dibagi dalam beberapa
bagian besar.

A. KONSELING BERKAITAN DENGAN PERSIAPAN PROGRAM TERTENTU

1. Konseling Pranikah

Konseling untuk menghadapi persiapan tertentu yang sekarang telah populer


dikenal adalah konseling pranikah. Konseling ini juga disebut Pre Marital
konseling termasuk dalam preventive counseling. Jenis konseling ini ditujukan
untuk pasangan yang akan menikah. Konseling ini pranikah diselenggarakan
dengan terencana, tidak menanti munculnya masalah. Konseling pranikah
seharusnya memiliki sistim yang baik.

2. Konseling untuk mempersiapkan profesi

Konseling profesi dilaksanakan biasanya dalam acara pelatihan-pelatihan untuk


menghadapi pekerjaan tertentu. Pada umumnya yang menerapkan konseling untuk
mempersiapkan pekerjaan tertentu ini adalah perusahaan. Ketika menerima
pegawai pada suatu angkatan tertentu, semuanya diwajibkan mengikuti pelatihan.
Dalam pelatihan itulah dilaksanakan antara lain program konseling. Di
lingkungan Kristen jarang seperti itu, kecuali ada konseli yang datang dengan
tujuan khusus mengkonsultasikan tentang profesi mereka. Dalam hal ini konselor
minimal harus siap memberikan kenseling tentang profesi dalam kaitannya
dengan iman Kristen. Contohnya adalah menjawab pertanyaan: bolehkan seorang
Kristen bekerja di pabrik rokok ? Bolehkah orang Kristen bekerja di sebuah
hotel ? Masalah-masalah seperti itu memerlukan diskusi dan pengarahan dari
seorang konselor.

3. Konseling berbagai persiapan

Banyak persiapan yang pada hakekatnya membutuhkan konseling. Persiapan


untuk bepergian jauh, persiapan mendirikan rumah, persiapan membuka usaha,
persiapan pindah tempat tinggal dan sebagainya. Pada gilirannya orang yang akan
menghadapi masa pensiun-pun memerlukan konseling. Beberapa kasus terjadi
ketidakseimbangan orang yang baru menerima pensiun karena menderita apa
yang disebut post power syndrome. Di Indonesia belum umum konseling untuk
menghadapi masa pensiun ini.

36
B. PENYELESAIAN MASALAH KEJIWAAN

1. Depresi

Depresi sering menimpa banyak orang. Tak heran jika konselor sering
diperhadapkan dengan konseli yang menderita depresi ini. Depresi dapat
diakibatkan oleh berbagai sebab. Hal ini terjadi karena suatu tekanan mental, baik
karena kesalahan dari konseli sendiri maupun oleh penyebab dari luar dirinya.
Ada berbagai kadar depresi yang membutuhkan penyembuhan. Yang terutama
harus dicari adalah akar masalah depresi tersebut, barulah dicari cara
penyembuhannya.

2. Kesepian

Dalam beberapa kasus, kesepian juga dapat menyebabkan terganggunya


keseimbangan yang serius. Kesepian itu menyakitkan. Kesepian dapat disebabkan
oleh keterasingan, merasa hidup sendiri, ditolak oleh lingkungan, perasaan tidak
diterima, perasaan diabaikan dan sebagainya. Bahkan seorang pejabat tinggi dapat
merasa kesepian, karena tidak ada orang sederajat yang akrab disekelilingnya.
Kesepian dapat diderita ditengah keramaian.
Banyak penderitaan karena kesepian, tanpa disadari sebenarnya disebabkan oleh
tidak adanya hubungan baik dengan Tuhan. Jika tidak mendapat pengarahan yang
baik, kesepian dapat melahirkan tindakan atau keputusan yang membahayakan
iman.

3. Gangguan kejiwaan

Jiwa yang terganggu jelas memerlukan konseling. Ada banyak jenis gangguan,
tetapi tidak akan dibahas disini. Sesuai pengalaman di lapangan, dalam banyak
kasus gangguan kejiwaan adalah karena kurangnya kasih. Dalam hal ini kehadiran
Tuhan Yesus dan karya penyelamatanNya, menjadi jawaban penyembuhan.
Adapun rincian praktisnya penanganan gangguan kejiwaan ini, dapat
dikembangkan dalam pelaksanaan konseling sesuai perkembangan kasusnya.

4. Kepahitan

Kepahitan pada umumnya berkaitan erat dengan latar belakang hidup.


Penyelesaian masalah ini memerlukan pemberesan dari penyebab kepahitan itu,
sebab kepahitan pada umumnya menyangkut permasalahan dengan orang lain.
Kasus kepahitan ini jika tidak ada penyelesaian akan mengganggu orang yang
bersangkutan. Gangguan yang ditimbulkannya menyangkut dua dimensi, yaitu

37
hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia. Hubungan
dengan Tuhan karena ia melanggar firman Tuhan, telah membenci orang lain.
Hubungan dengan manusia, yaitu kepada siapa ia menaruh kepahitan itu.

5. Berkaitan dengan karakter

Masalah yang berkaitan dengan watak biasanya terjadi pada petobat baru. Kasus
yang sering muncul sebenarnya tidak semata-mata karakter, tetapi jika dilihat dari
dimensi rohani lebih tepat disebut kebiasaan hidup lama. Kebiasaan lama dapat
dikenali antara lain kebiasaan suka marah, gampang tersinggung, kesadisan,
percabulan, dusta, tidak dapat menguasai diri, dan sebagainya. Kebiasaan-
kebiasaan itu tidak mudah diubah dalam sekejap. Orang yang bersangkutan
seringkali menyadari bahwa ia ingin memperbaiki diri, tetapi ia sendiri tidak
kuasa mengubah kebiasaan buruk itu dalam waktu singkat.

C. PENYELESAIAN MASALAH ROHANI

1. Masalah Keimanan

Sebagian besar masalah rohani berkaitan dengan kebimbangan rohani, kepastian


keselamatan, masalah kurang iman, kejelasan hubungan dengan Kristus,
meneguhkan keputusan untuk menerima Kristus, keyakinan kepada Kerajaan
Allah, kebimbangan rohani, penyerahan diri ulang, dan bimbingan rohani lainnya.

2. Ketidakberesan Hidup

Ketidakberesan hidup ada banyak macam. Mulai dari kebiasaan-kebiasaan buruk


sebelum menerima Kristus, tidak damai dengan Allah, kemunduran atau kelesuan
rohani, perasaan jauh dengan Tuhan dan sebagainya. Seringkali masalah
ketidakberesan hidup juga berkaitan dengan ikatan masa lalu dan kebudayaan
nenek moyang.

3. Masalah Seputar Dosa

Dosa sebenarnya erat kaitannya dengan ketidakberesan hidup. Disini dimasukkan


dalam poin tersendiri, karena dosa mempunyai banyak implikasi, antara lain
perasaan bersalah yang berkelanjutan, masalah keampunan, masalah pemulihan
dan pembaharuan hidup. Dosa juga erat hubungannya dengan perasaan takut akan
neraka, kemantapan doa dan sebagainya.
Seorang yang masih suka hidup dalam dosa, umumnya jarang mau datang untuk
konseling. Konsele yang mau datang kepada konselor, pada umumnya yang telah
memiliki keinginan untuk bertobat dan hidup taat. Tak jarang konsele telah
mengalami hajaran Tuhan.

38
4. Berkaitan Dengan Kuasa Kegelapan

Masalah yang berkaitan dengan kuasa kegelapan ini termasuk yang memerlukan
penanganan khusus. Kasus-kasus yang muncul antara lain seperti kerasukan setan,
ajaran sesat, bidat, masalah-masalah okultisme, akibat karya roh-roh jahat,
perdukunan, masalah yang ada hubungannya dengan paranormal, mantera-
mantera, jimat, pusaka, tempat-tempat keramat dan sebagainya.

5. Pengenalan akan Allah

Konseling masalah rohani tidak selalu berkaitan dengan masalah. Ada kalanya
kensele datang kepada konselor untuk mendiskusikan masalah doktrin. Misalnya
masalah Tritunggal, pengenalan akan Yesus Kristus, pengenalan akan Roh Kudus,
karunia Roh, bahasa roh, masalah-masalah praktis seperti sunat, doa untuk orang
mati dan sebagainya.
Seorang konselor jelas harus mempersiapkan diri menjelaskan masalah-masalah
ini. Ia setidaknya memiliki bekal pengetahuan akan prinsip-prinsip kerohanian
dan dasar-dasar iman yang memadai.

D. PENYELESAIAN PERSOALAN KELUARGA

1. Persoalan Anak

Masalah yang sering muncul dalam persoalan anak antara lain pergumulan karena
sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak. Disisi lain ada keluarga yang
memiliki masalah justru karena terlalu banyak anak. Jika sudah ada anak, maka
masalah yang sering dibawa kepada konselor antara lain masalah mendidik anak,
kenakalan anak, masalah-masalah seputar pergaulan muda-mudi sampai kepada
masalah pertentangan antara orang tua dan anak.

2. Kematian anggota keluarga

Rasa duka karena salah satu anggota keluarga dipanggil Tuhan, sangat sering
menjadi penyebab ketidakseimbangan hidup. Beberapa kasus menyebabkan orang
menderita kesusahan sampai bertahun-tahun, karena tidak dapat melupakan
almarhum yang dikasihi. Orang yang tertimpa masalah semacam ini perlu
mendapatkan bimbingan dan pendampingan yang baik, terutama dari rohaniwan
yang dihormati oleh kensele.

3. Mendampingi Anggota Keluarga Yang Sakit

Anggota keluarga yang menderita sakit sampai bertahun-tahun juga menimbulkan


beban yang sangat berat. Keluarga yang mendampingi anggotanya yang sakit itu,
menanggung penderitaan karena menghadapi masa depan si sakit tertolong atau

39
tidak. Tambahan lagi tekanan pembiayaan di rumah sakit, yang biasanya tidak
sedikit.
Kasus merawat orang sakit ini bahkan bukan hanya sakit jasmani, tetapi juga
dapat sakit jiwa yang mengakibatkan beban. Pada kasus keiwaan seringkali
bukan hanya material tetapi juga beban moral yang berat.

4. Keselamatan anggota keluarga

Keselamatan yang dimaksud disini kecuali berarti keselamatan secara harafiah


seperti keselamatan keluarga agar terhindar dari ancaman fisik, juga memiliki arti
keselamatan rohani.
Tidak jarang seorang isteri datang menemui seorang konselor membutuhkan
konseling untuk mendiskusikan suaminya yang belum mengenal Tuhan Yesus
Kristus (belum diselamatkan). Dalam hal ini juga berlaku pada orang tua yang
anaknya belum diselamatkan, atau sebaliknya seorang anak yang orang tuanya
belum diselamatkan. Jadi keselamatan anggota keluarga, ternyata juga menjadi
masalah dalam konseling.

5. Masalah Hukum

Masalah hukum juga sering menjadi persolan serius dalam keluarga. Misalnya
salah satu anggota keluarga terkena kasus yang harus berurusan dengan polisi,
tahanan, ancaman penjara dan lain-lain. Tidak jarang jika jemaat tertimpa masalah
hukum semacam ini, akan sampai kepada hamba Tuhan sebagai konselor.
Masalah hukum paling tepat jika ditangani oleh ahli hukum atau pembela namun
demikian dalam hal-hal tertntu, seorang gembala sidang atau konselor rohani tetap
dibutuhkan untuk mendampingi dan tidak dapat lepas tangan begitu saja..

6. Masalah Ekonomi
Ekonomi banyak menjadi sumber penyebab tumbuhnya masalah. Kemiskinan,
kekurangan, kesulitan keuangan, hutang-piutang, kredit macet dan lain-lain sering
memicu munculnya persolan yang lebih besar.

E. PERNIKAHAN DAN SEKSUALITAS

1. Pergaulan muda-mudi

Pernikahan dimulai dari pergaulan muda-mudi, dari pergaulan ini meningkat


menjadi kenal seseorang. Selanjutnya dari perkenalan meningkat kepada
pergaulan istimewa, berpacaran, pertunangan dan diakhiri dengan pernikahan.
Pada zaman sekarang pergaulan muda-mudi sudah merupakan persoalan
tersendiri yang memerlukan pendampingan.
Masa hubungan muda-mudi, bagi orang muda adalah masa yang banyak menyita
konsentrasi dan pemikiran. Disini sering diwarnai dengan pergumulan, banyak

40
pertanyaan, munsulnya masalah pribadi yang tidak ringan, atau bahkan kalau
tidak hati-hati mengakibatkan kerusakan. Masa-masa rawan inilah masa yang
memerlukan pendampingan.

2. Menentukan jodoh

Menentukan jodoh dialami oleh pria maupun wanita. Jika seorang pria
persoalannya adalah menentukan untuk memilih calon isteri yang akan
disuntingnya. Sedangkan bagi seorang gadis, persoalannya adalah menentukan
untuk menerima lamaran dari seorang pria. Akan menjadi persoalan jika pria
pelamar lebih dari satu atau bahkan banyak pria.
Contoh masalah bagi wanita seringkali juga mengalami kebingunan, untuk
menerima pinangan seorang pria yang sebenarnya kurang dicintainya. Jika
pinangan itu diterima, tidak sejahtera seratus persen. Disisi lain jika ia menolak
muncul pertanyaan apakah akan ada lagi pria yang datang. Masalah-masalah
penentuan jodoh ini adalah masalah serius yang memerlukan pendampingan
seorang konselor.

3. Pemahaman dan penghayatan seksualitas

Pengetahuan tentang seksualitas terutama diperlukan oleh pasangan baru, yang


akan melangsungkan pernikahan. Itulah sebabnya maka dilingkungan Kristen
perlu adanya konseling pranikah. Namun pada kenyataannya banyak pasangan
yang telah lama menikah, tetap membutuhkan pengetahuan dalam penghayatan
kehidupan seksual suami-isteri.

4. Kelainan seks

Kelainan seksual adalah masalah yang jarang mencuat keluar. Di lingkungan


jemaat sering tidak diketahui bahwa seseorang memiliki kelainan seks. Kasus
semacam ini hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan konselor yang
menangani.
Kasus yang sering muncul dalam hal kelainan seksual contohnya adalah
homoseksual, lesbianisme, incest, ketidaknormalan organ seksual dan lain-lain.
Kasus berat seperti sado masochisme jarang dijumpai.

5. Perselingkuhan

Persoalan lain yang dapat muncul dalam pernikahan adalah perzinahan, memiliki
pria idaman lain atau wanita idaman lain, sampai pada kasus memiliki isteri
simpanan dan pernikahan gelap. Kasus perselingkuhan pada umumnya juga
jarang muncul kepermukaan.

41
Menangani kasus semacam ini memerlukan waktu panjang karena harus
berdiskusi dengan masing-masing pihak dalam waktu yang berbeda, sampai
masalahnya benar-benar tuntas.

6. Abortus

Abortus dapat dialami oleh orang yang telah menikah, maupun yang terjadi diluar
pernikahan. Masalah dapat menimpa pelaku abortus itu sendiri maupun orang
yang menganjurkan atau menyetujui misalnya suami atau pihak laki-laki. Akibat
tindakan ini dapat menimbulkan rasa bersalah dan tekanan jiwa yang memerlukan
konseling.

7. Perceraian

Perkawinan Kristen tidak mengenal perceraian. Namun pada kenyataannya, oleh


berbagai sebab orang Kristen banyak yang mengalami perceraian. Kasus-kasus
yang muncul dalam hal ini adalah tekanan atau situasi sulit yang mendahului
perceraian itu. Selanjutnya akan muncul masalah baru jika yang bersangkutan
akan menikah lagi. Jika pernikahan pertama adalah pernikahan Kristen, hal ini
akan menimbulkan persoalan keimanan yang cukup pelik.

8. Manajemen keluarga

Kepemimpinan dalam keluarga sering memunculkan masalah. Hal ini dapat


terjadi apabila pernikahan yang terjadi memang telah didahului dengan langkah
awal yang salah. Juga dapat aterjadi bila pernikahan yang dilakukan tanpa
konseling. Banyak kemungkinan dapat terjadi dalam hal munculnya masalah yang
disebkan dari kepemimpinan keluaraga.

F. MASALAH KELAINAN ATAU GEJALA JASMANI

1. Penyakit

Penyakit dapat menjadi masalah berat, apabila diderita selama bertahun-tahun dan
tidak kunjung sembuh. Penderitaan semacam ini disamping menimbulkan
masalah bagi anggota keluarga seperti disebutkan diatas, juga menjadi masalah
bagi si penderita. Tidak jarang didapati pasien yang semacam ini, justru memiliki
keinginan untuk cepat mati. Jika terjadi semacam ini, maka akan menjadi kasus
serius yang memerlukan pemecahan.

42
Kasus lain berhubungan dengan penyakit yang menjadi serius, adalah apabila
seorang menderita penyakit yang mematikan dan belum ditemukan obatnya.
Kasus ini bagi penderita merupakan masalah besar yang perlu pendampingan.

2. Cacat tubuh

Cacat tubuh adalah gejala jasmani yang memunculkan masalah bagi penderita.
Tak jarang orang yang menderita invalid akan menjadi minder, patah semangat,
kehilangan gairah hidup dan sebagainya. Ketidaknormalan fungsi biologis
semacam itu juga memerlukan pendampingan seorang konselor.

3. Kecanduan

Gejala jasmani lainnya adalah masalah kecanduan. Kecanduan disini dapat


disebabkan oleh hal-hal ringan seperti kecanduan rokok, sampai kepada
kecanduan minuman keras, obat-obat terlarang dan kecanduan hal-hal negatif
lainnya. Penyembuhan kecanduan ini memerlukan anugerah Tuhan dan terapi
yang tepat.

G. MASALAH-MASALAH EKSTERN

1. Tekanan pihak ketiga

Masalah ekstern yang gampang dideteksi adalah munculnya tekanan dari pihak-
pihak lain, yang datang dari luar diri konsele sendiri. Tekanan ini terdiri dari
banyak macam dan dapat disebabkan oleh banyak hal. Karena sedemikian luas
cakupannya, maka tidak akan dibahas lebih rinci disini.

2. Situasi sekeliling

Situasi sekeliling sering dapat menimbulkan masalah, seperti ketidaknyamanan


lokasi tempat tinggal. Situasi orang-orang yang ada disekitar tempat tinggal
konsele. Polusi udara, polusi bau, polusi suara dan sebagainya. Tekanan dari
situasi sekeliling juga terjadi dengan orang-orang yang ada disekeliling konsele,
misalnya perbedaan agama, perbedaan suku, perbedaan ideologi dan sebagainya.

3. Kehilangan pekerjaan

Kehilangan pekerjaan sering menimbulkan stress. Kadar stress ini sangat


tergantung dari kasus masing-masing konsele. Pada gilirannya kasus ini dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan yang tidak mudah dihadapi.

43
4. Ancaman

Ancaman menimbulkan persoalan serius. Ancaman ini juga terdiri dari banyak
macam dan banyak akibat yang ditimbulkannya. Ancaman dapat terjadi karena
adanya musuh, ancaman peperangan, ancaman dari kemapanan, ancaman dalam
pekerjaan dan lain-lain.
Bahkan pada skala kecil seorang anak dapat menderita ancaman karena ia ikut
orang tua tiri, menghadapi ancaman penyiksaan dan sebagainya.

H. LAIN-LAIN

Hal-hal yang disebutkan diatas barulah sebagian dari pokok-pokok persoalan yang
muncul dalam konseling Kristen. Masih banyak hal-hal lain yang dapat ditambahkan
untuk menginfentarisir pokok-pokok persoalan yang ada. Banyak yang belum
tercakup disini seperti persoalan kesukuan, persoalan bunuh diri dan sebagainya.
Daftar pokok persoalan konseling ini dapat ditambah menjadi lebih panjang lagi.

BAB IV
PROSPEK KONSELING KRISTEN

A. PENINGKATAN KEBUTUHAN KONSELING

Waktu bahan ini disusun menjelang akhir tahun 2006, terjadi peristiwa kenaikan
harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan terjadi berkali-kali dan dalam jangka
waktu yang tidak begitu lama, sehingga harga BBM melonjak sekitar dua kali lipat.
Kenaikan itu meliputi baik premium, solar maupun minyak tanah. Ketika harga bahan
bakar minyak naik, maka semua harga ikut naik karena terpengaruh oleh transportasi
yang naik.
Masyarakat menengah kebawah paling merasakan dampak dari kenaikan bahan bakar
minyak itu. Bagi rakyat kecil pendapatan belum naik, tetapi harga-harga kebutuhan
pokok sudah keburu naik. Keadaan ini mempengaruhi kondisi kejiwaan banyak
orang.
Mass media waktu itu sempat memberitakan bahwa pasien penyakit jiwa di tiga kota
besar Jawa Tengah, yaitu Semarang, Yogyakarta dan Surakarta naik sekitar seratus
persen. Dunia sedang mengalami banyak tekanan, artinya pada masa yang akan
datang kebutuhan akan konseling dapat diperkirakan cenderung meningkat.

44
B. ARAH KONSELING KRISTEN

Mencermati perkembangan arah konseling Kristen yang terjadi sampai pokok


bahasan ini dibuat, jika ditelusuri dari awal didapati kronologi seperti tersebut
dibawah ini

1. Permulaan pelayanan konseling

Pada awal berdirinya gereja di Indonesia, pelayanan konseling belum begitu


terpikirkan. Para pemuka Kristen masih sibuk memikirkan koordinasi dalam
mendirikan gereja dan hal-hal prinsip untuk mengembangkan jemaat. Konseling
belum menjadi kebutuhan utama

2. Peningkatan pelayanan konseling

Dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, konseling mulai dirasakan sebagai sebuah
kebutuhan dalam jemaat. Konseling yang dikenal terutama adalah konseling
pranikah. Banyak gereja telah melaksanakan secara sederhana, tetapi kebanyakan
belum mempunyai sistim yang baku dan memadai dalam melaksanakan konseling
pranikah.

3. Perkembangan yang menggembirakan

Tahun-tahun terakhir ini banyak buku konseling diterbitkan, baik yang terjemahan
maupun hasil karya orang-orang Indonesia. Disetiap Sekolah Teologi dapat
dipastikan ada mata kuliah konseling Kristen atau konseling pastoral.
Perkembangannya banyak gereja yang mulai meningkatkan sistim konseling,
muncul sumber daya manusia yang lebih meningkat sebagai konselor. Kebutuhan
konseling bagi jemaat di gereja-gereja semakin meningkat.
Terlepas dari beberapa kendala yang akan dikemukakan pada bagian berikutnya,
maka dapat dikatakan perkembangan konseling Kristen dibanding sebelum dasa
warsa ini terasa semakin menggembirakan.

Mencermati kronologi perkembangan konseling seperti dikemukakan diatas, maka


didapatkan gambaran arah konseling Kristen masa depan. Indonesia sebagai negara
yang termasuk sedang berkembang, adalah lahan baik untu perkembangan pelayanan
konseling.

45
C. KENDALA DAN TANTANGAN PADA MASA DEPAN

Terlepas dari prospek yang cukup bagus untuk perkembangan pelayanan konseling,
masih ada kendala yang harus diperhitungkan.

1. Kurangnya sumber daya manusia

Kendala yang sudah mulai dirasa sejak sekarang adalah kurangnya konselor yang
memadai, minimal pada setiap jemaat. Walaupun saat ini telah terjadi kemajuan
dibanding dengan beberapa dasa warsa yang lalu, tetapi kekurangan sumber daya
manusia ini tetap masih sangat terasa. Bahkan diantara para rohaniwan yang telah
resmi melayani, tidak semua suka melakukan pelayanan konseling dengan baik.

2. Pekerjaan konselor tidak populer

Masih ada kaitannya dengan kurangnya sumber daya manusia, banyak orang
kurang suka menjadi konselor karena jenis pelayanan ini terasa tidak mudah.
Pelayanan sebagai konselor cenderung memiliki kesan sebagai keranjang sampah.
Pelayanan konseling berbeda dengan pelayanan kotbah yang menerima tepuk
tangan dari banyak orang.
Menjadi konselor memang bukan pekerjaan populer. Konselor memerlukan waktu
berjam-jam “hanya” menghadapi satu orang saja. Jadi pelayanan konseling yang
tidak populer ini, kiranya menjadi kendala yang harus diperhitungkan sehingga
kekurangan konselor Kristen.

3. Konseling belum membudaya

Kendala lain sehingga pelayanan konseling belum berkembang, adalah belum


memasyarakatnya pelayanan ini. Masyarakat kristen sendiri belum banyak yang
merasa membutuhkan konseling. Kemajuan yang dirasakan sekarang ini belum
sesuai dengan yang diharapkan. Orang kristen yang memiliki masalah masih lebih
banyak dipendam atau diselesaikan dilingkungan keluarganya sendiri, dari pada
datang kepada konselor. Apabila datang kepada konselor, biasanya jika keadaan
sudah sangat parah. Kasus perceraian dapat menjadi contoh dalam hal kejadian
seperti itu.
Hal tersebut kemungkinannya juga karena konsele tidak mendapatkan konselor
yang handal. Karena tidak adanya konselor handal menyebabkan orang malas
memanfaatkan pelayanan konseling. Kondisi semacam ini banyak dijumpai
didaerah yang jauh dari kota besar.

46
4. Kesibukan

Berbeda dengan daerah, berbeda pula yang terjadi dikota-kota besar. Di kota
metropolitan, orang justru dikalahkan oleh kesibukan. Masalah-masalah yang
dianggap kecil tidak diatasi dengan serius. Orang pergi bekerja sejak matahari
belum terbit, dan pulang ketika matahari telah terbenam kembali.
Kesibukan itu menyebabkan masalah pribadi menumpuk, tidak dapat datang
kepada konselor, dan ketika sampai klimaksnya maka masalah telah tak
terbendung lagi sehingga berakibat lebih parah. Akibat yang sama terulang
kembali dalam situasi yang berbeda.

5. Konselor kurang proaktif

Kondisi di Indonesia berbeda dengan negara lain yang masyarakatnya sudah lebih
maju. Pada masyarakat yang lebih maju, konsele yang datang membutuhkan
konselor. Di Indonesia seperti dibahas diatas, lebih cenderung konsele merasa
kurang membutuhkan konselor.
Konselor Kristen yang adalah hamba Tuhan, pendeta atau gembala sidang jelas
berbeda dengan konselor yang bersifat komersial. Motivasi konselor Kristen yang
melayani jemaat adalah menolong jemaat. Oleh karena itu konselor diperlukan
yang proaktif untuk dapat bertemu dengan konselenya.
Contohnya adalah pendampingan pada kaum muda gereja dalam masalah
hubungan muda-mudi. Setiap pasangan yang sedang mengadakan pendekatan,
langsung dipanggil oleh konselor untuk didampingi. Tidak semua konselor kristen
proaktif semacam ini, dan ini menjadi salah satu kendala pelaksanaan konseling
Kristen. Jika di Indonesia konselor hanya menunggu konsele datang, maka ia akan
menjadi pelayan yang banyak menganggur.

6. Kurangnya kwalitas konselor

Berkaitan dengan kurangnya sumber daya manusia, maka kualitas konselor pada
umumnya juga menjadi berkurang. Tak mengherankan kalau beberapa rohaniwan
atau pendeta yang menjadi konselor, tidak sanggup mengatasi masalah konsele
yang berat. Pendeta hanya menangani masalah yang ringan, jika ada masalah yang
berat seperti korban perkosaan dan lain-lain para rohaniwan mengirim konselinya
kepada psikolog atau psikiater umum. Jadi pendeta sekali lagi hanya menjadi
“agen yang mempromosikan” larisnya psikolog.
Jika hamba-hamba Tuhan seperti itu tidak meningkatkan kualitas kemampuan
konselingnya, niscaya masa depan konseling Kristen akan menghadapi
kerawanan. Konseling Kristen akan turun mutunya, atau bahkan ditinggalkan oleh
para konsele untuk pergi kepada ahli jiwa sekuler. Pada akhirnya konseling
Kristen tidak diperlukan lagi.

47
7. Kurang mendapat tempat di gereja

Hal ini banyak terjadi di gereja kecil, yang anggota gerejanya masih belum
banyak. Gembala sidang atau pemimpin jemaat mengutamakan hal-hal lain yang
dirasa lebih penting untuk kemajuan gereja. Dengan kondisi itu pelayanan
konseling hampir tidak mendapat tempat di gereja. Jika ada pelayanan konseling,
maka hanya dilakukan secara serampangan dan tidak serius. Hal ini juga menjadi
kendala bagi kemajuan konseling Kristen.

Setiap orang yang menyadari bahwa ia harus menyelesaikan pekerjaan Tuhan sebagai
konselor Kristen, ia tidak akan berhenti belajar hanya sampai disini. Setiap konselor
Kristen yang rindu membantu orang lain untuk mendapatkan hidup lebih baik, ia akan
terus belajar menjadi konselor Kristen yang semakin menuju kepada kesempurnaan
pelayanannya. Semua tertuju untuk kemulaan nama Bapa Yang Dikenal Dalam Nama
Tuhan Yesus Kristus.

48
DAFTAR ISI
SILABUS ………………………………………………………………………… 1
PENDAHULUAN ..……………………………………………………………… 3

BAB I PEMAHAMAN KONSELING ………………………………………….. 4


A. Pengertian Konseling ………………………………………………………… 4
B. Pengertian Konseling Kristen ……………………………………………….. 4
C. Arti Penting Konseling ………………………………………………………. 5
1. Dunia membutuhkan konseling …………………………………………… 5
2. Orang percaya membutuhkan konseling …………………………………. 6
3. Program khusus membutuhkan konseling ……………………………….. 6

BAB II KONSELING KRISTEN ………………………………………………. 6


A. Ciri-ciri Konseling Kristen ………………………………………………….. 6
1. Konseling Kristen didasari dengan doa …………………………………. 6
2. Konseling Kristen berdasasrkan firman Tuhan ………………………….. 7
3. Konseling Kristen sesuai dengan etika Kristen …………………………. 7
4. Konseling Kristen bersandar pada kuasa nama Yesus Kristus ………….. 8
B. Tujuan Konseling Kristen …………………………………………………… 8
1. Memecahkan masalah …………………………………………………. 8
2. Pengenalan akan Tuhan …………………………………………………. 9
3. Kesungguhan mengikut Tuhan …………………………………………. 9
4. Kedewasaan iman ………………………………………………………. 10
5. Kesetiaan kepada Tuhan Yesus Kristus ………………………………… 10
C. Bentuk-bentuk Konseling Kristen ………………………………………….. 10
1. Supportive Counseling ………………………………………………….. 11
2. Confrontational Counseling ……………………………………………. 12
3. Educative Counseling …………………………………………………… 12
4. Spiritual Counseling ……………………………………………………. 12
5. Group Counseling ………………………………………………………. 13
6. Informal Counseling ……………………………………………………. 13
7. Preventive Counseling ………………………………………………….. 14
D. Teknik Konseling Kristen ………………………………………………….. 15
1. Mendengarkan ………………………………………………………….. 15
2. Mengerti ………………………………………………………………… 15
3. Memahami ……………………………………………………………… 16
4. Mengkonfrontasi ………………………………………………………… 16
5. Mengajar ………………………………………………………………… 17
6. Membimbing ……………………………………………………………. 17
7. Mendampingi …………………………………………………………… 18
8. Hal-hal yang harus dihindari …………………………………………… 18
E. Konseling Kristen Dan Psikologi
1. Konseling berdasarkan ilmu psikologi ………………………………….. 20

49
2. Konseling berdasarkan psikologi dan teologi …………………………… 21
3. Konseling berdasarkan teologi ………………………………………….. 22

F. Kendala Dalam Pelaksanaan Konseling Kristen ……………………………. 24


1. Konsele …………………………………………………………………. 24
2. Konsele keras kepala ……………………………………………………. 24
3. Konsele lebih pandai berbicara …………………………………………. 24
4. Kesulitan komunikasi …………………………………………………… 25
5. Konselor kurang menguasai permasalahan …………………………….. 25
6. Konselor kurang berwibawa ……………………………………………. 25
7. Kendala tempat ………………………………………………………… 25
G. Kualitas Yang Harus Dimiliki Konselor Kristen ………………………….. 26
1. Memiliki iman yang handal ……………………………………………. 26
2. Memiliki kesehatan yang mantap ………………………………………. 26
3. Memiliki kerinduan membangun dan memperbaiki .…………………… 26
4. Cerdas ………………………………………………………………….. 27
5. Pandai berbicara ………………………………………………………… 27
6. Sabar …………………………………………………………………….. 28
7. Telaten …………………………………………………………………… 28
8. Tegas …………………………………………………………………….. 28
9. Memiliki penguasaan diri ……………………………………………….. 29
10. Menguasai kemampuan yang dibutuhkan ………………………………. 31
11. Dapat menyimpan rahasis ……………………………………………… 33
12. Dapat menjadi teladan ………………………………………………….. 33
13. Memiliki kehidupan keluarga yang dapat diteladani …………………… 34
14. Berwibawa ……………………………………………………………… 34
15. Memiliki dukungan …………………………………………………….. 35

BAB III POKOK-POKOK PERSOALAN DALAM KONSELING KRISTEN .. 35


A. Konseling Berkaitan Dengan Persiapkan Program Tertentu ……………… 35
1. Konseling pranikah …………………………………………………… 35
2. Konseling untuk mempersiapkan profesi ……………………………… 36
3. Konseling berbagai persiapan …………………………………………. 36
B. Penyelesaian Masalah Kejiwaan ………………………………………….. 36
1. Depresi ………………………………………………………………… 36
2. Kesepian ………………………………………………………………. 37
3. Gangguan kejiwaan …………………………………………………… 37
4. Kepahitan ……………………………………………………………… 37
5. Berkaitan dengan karakter ……………………………………………. 37
C. PENYELESAIAN MASALAH ROHANI ………………………………. 38
1. Masalah keimanan …………………………………………………… 38
2. Ketidakberesan hidup …………………………………………………. 38
3. Masalah seputar dosa …………………………………………………. 38
4. Berkaitan dengan kuasa kegelapan ………………………………….… 38

50
5. Pengenalan akan Allah ……………………………………………….. 38
D. Penyelesaian Persoalan Keluarga …………………………………………. 39
1. Persoalan anak ………………………………………………………… 39
2. Kematian anggota keluarga …………………………………………… 39
3. Mendampingi anggota keluarga yang sakit …………………………… 39
4. Keselamatan anggota keluarga ……………………………………….. 39
5. Masalah hukum ………………………………………………………. 40
6. Masalah ekonomi ……………………………………………………… 40
E. Pernikahan Dan Seksualitas ……………………………………………… 40
1. Pergaulan muda-mudi ………………………………………………… 40
2. Menentukan jodoh ……………………………………………………. 40
3. Pemahaman dan penghayatan seksualitas …..………………………… 41
4. Kelainan seks ………………………………………………………….. 41
5. Perselingkuhan ……………………………………………………….. 41
6. Abortus ……………………………………………………………….. 41
7. Perceraian …………………………………………………………….. 41
8. Manajemen keluarga …………………………………………………. 42
F. Masalah Kelainan Atau Gejala Jasmani …………………………………… 43
1. Penyakit ………………………………………………………………… 42
2. Cacat tubuh ……………………………………………………………. 42
3. Kecanduan …………………………………………………………….. 42
G. Masalah-masalah Ekstern ………………………………………………….. 43
1. Tekanan pihak ketiga ………………………………………………….. 43
2. Situasi sekeliling ……………………………………………………… 43
3. Kehilangan pekerjaan …………………………………………………. 43
4. Ancaman ………………………………………………………………. 43
H. Lain-lain …………………………………………………………………… 43

BAB IV PROSPEK KONSELING KRISTEN ………………………………. 44


A. Peningkatan Kebutuhan Konseling ………………………………………… 44
B. Arah Konseling Kristen ……………………………………………………. 44
1. Permulaan pelayanan konseling ……………………………………….. 44
2. Peningkatan pelayanan konseling …………………………………….. 44
3. Perkembangan yang menggembirakan ……………………………….. 45
C. Kendala Dan Tantangan Pada Masa Depan ……………………………….. 45
1. Kurangnya sumber daya manusia ………………………………………. 45
2. Pekerjaan konselor tidak populer ……………………………………… 45
3. Konseling belum membudaya ………………………………………….. 46
4. Kesibukan ………………………………………………………………. 46
5. Konselor kurang proaktif ………………………………………………. 46
6. Kurangnya kwalitas konselor ………………………………………….. 47
7. Kurang mendapat tempat di gereja ……………………………………. 47

51

Anda mungkin juga menyukai