Anda di halaman 1dari 34

Supriadi Siburian, M.

Th
JUMAT, 23 FEBRUARI 2018

KONSELING KRISTEN

PENGANTAR KONSELING KRISTEN

DISUSUN

Oleh:

PNT. SUPRIADI SIBURIAN. M.Th

Daftar isi

Dasar Alkitabiah Pelayanan Konseling


Defenisi Konseling
Dasar Pelayanan Konseling
Keistimewaan/keunikan Konseling Kristen
Fungsi, Sasaran, dan Tujuan Konseling
Konselor
Konselor
Syarat-syarat Konselor
Ciri-ciri konselor
Keterampilan Yang Dimiliki Seorang Konselor
Persiapan Konseling
Kesiapan Pribadi Konselor
Kesiapan Tempat Konseling
Kesiapan Bahan atau Media
Kesiapan Waktu
Bentuk-bentuk Konseling
Group Konseling (Konseling Kelompok)
Personal Konseling (Konseling Individual)
Spiritual Konseling
Educative Konseling
Informal Konseling
Preventive Konseling
Confrontational Konseling
Family Counseling (Konseling Keluarga)
Pendahuluan
Konseling Kristen tentunya sangat berbeda dengan konseling yang lain. Perbedaan ini tentu
harus dipahami dan dimengerti seorang konselor . dijaman sekarang ini sebanarnya sangatlah
dibutuhkan seorang konselor yang benar-benar menerapkan dan memahami konseling
kristen. Dalam pembahasan ini akan membantu seorang konselor untuk menjadi konselor yang
dipakai Tuhan secara luar biasa.

Dasar Alkitabiah Pelayanan Konseling

Dalam setiap kehidupan umat orang percaya harus didasari dengan kebenaran yang

Alkitabiah. Seperti yang dijelaskan oleh Magdalena Tomatala dalam bukunya bahwa: Alkitab

adalah standar final atau tolak ukur dari dan bagi pelayanan konseling Kristen yang benar.

Alkitab memberi petunjuk, arah, tuntutan, serta hikmat bagi konselor untuk melaksanakan

konselor. Alkitab pun sekaligus menerangi, memberi perubahan oleh Roh kudus, memperbaiki

serta meneguhkan konseli menjadi lebih teguh, serta menuntun kepada hidup berkemenangan
dalam Tuhan.[1]

Bila mengatakan bahwa pelayanan harus berdasarkan Alkitab, maksudnya semua

pelayanan yang di tanamkan kepada konseli untuk menolongnya mencapai perubahan harus

dimulai dari Alkitab. Pengajaran tersebut sebaiknya hanya didasari oleh Alkitab, harus akurat

secara Alkitab, serta harus pantas menurut Alkitab, dan jangan sekali-sekali hanya merupakan

pemikiran atau pengamatan manusia. Sebab Alkitab itu praktis, komprehensif, patut dipercaya,

dan benar-benar merupakan sumber kebenaran yang memadai, sementara pengetahuan

manusia tidak mampu membahas semua masalah yang kita hadapi dalam hidup secara
efektif.[2]

Ada banyak kejadian pada Alkitab Perjanjian Lama yang menunjukan nilai-nilai untuk

saling tolong menolong, saling menasehati, dan bukan saja antar sesama manusia, tetapi Allah

sering kali dengan perantaraan malaikat-Nya pun turut aktif menolong umat-Nya. Pada Kitab

Ayub Elihu memberi nasehat kepada Ayub ditengah-tengah penderitaannya (Ayb. 32:1-

32). Malaikat Tuhan menolong Elia ketika ia kesepian dan putus asa di padang gurun (1

Raj. 19:1-8). Daniel menasehati raja Nebukadnezar (Dan. 2), dan Daud memainkan kecapi

untuk menghibur Saul yang murung dan gelisah (1 Sam. 19:9-1-10).


Perjanjian Baru sendiri memerintah para pemeluknya untuk saling menesehati (Rm.

15:14), nesehatilah seorang yang lain (Ibr. 3:13), hiburlah seorang akan yang lain dengan

perkataan-perkataan ini ( 1 Tes. 4:18), nasehatilah seorang akan yang lain dan saling

membangunlah kamu ( 1 Tes. 5:11), hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling

mendoakan, supaya kamu sembuh ( Yak. 5:16). Kata-kata bahasa Yunani yang berhubungan

dengan pengertian konseling. Secara khusus pada surat Rasul Paulus kepada jemat di

Teselonika . “kami juga menasehati (parakaleo) kamu, saudara-saudara, tegorlah (nouthetheo)

mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah (paramutheomai) mereka yang tawar hati,

belalah (antechomai) mereka yang lamah, sabarlah (makrothumeo) terhadap semua orang” (1

Tes.5:14). Arti dari bahasa Yunani yang dipakai adalah sebagai berikut: Parakaleo memiliki arti

menasehati, mendorong, medukung, menghibur (Rm.12:1; 15:30; 2 Kor.1:4). Nouthetheo berarti

memberi pengertian, mengigatkan, menegur (Rm.12:1;15:30; 2 Kor.1:4). Paramutheomai berarti

menghibur, menguatkan (1 Tes.2:11). Antechomai berarti memberi perhatian, memengang

teguh dan memengang erat, sedangkan makrothumeo berarti bersabar (Mat.18:26,29, Ibr.6:15,
Yak.5:7).[3]

Defenisi Konseling

Dalam upaya menjelaskan tentang apa sebenarnya konseling, maka memperhatikan

defenisi dari konseling secara etimologi, secara umum dan konseling kristen. Sehinga penulis

menarik sebuah kesimpulan defenisi konseling .


Secara etimologi[4], kata konseling berasal dari kata benda counsel, yang diangkat

dari kata latin consilium, dari kata dasar consilere yang berarti to consult, yaitu mencari

pandangan atau nasehat orang lain, yang berfungsi sebagai penuntun untuk pertimbangan dan

pembuatan keputusan. Dilihat dari sudut lain, kata kerja to counsel, counseling (konseling)

berarti memberi nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan atau ajaran untuk

mengajarkan penyerahan diri (submission) dalam upaya mengatasi masalah dan menangani
perilaku negatif dari seseorang individu.[5]

Beberapa para pakar konseling maupun para psikolog memberikan penjelasan

tentang konseling. Gibbson berkata: konseling merupakan suatu bantuan terhadap konseli agar
memperoleh pengertian dan akhirnya bisa bertanggung-jawab atas dirinya sendiri. Berbeda

dengan Higgins yang mengatakan bahwa konseling berhubungan erat dengan pemahaman,

pengenalan dan memperkaya diri untuk membuat keputusan. Lain halnya dengan Feder, ia

menjelaskan konseling merupakan pemberian bantuan supaya dapat mengalami dan

mengevaluasi segala situasi dan segala keterbatasannya dalam menyelesaikan masalah


(bukan mengambil tanggung jawab).[6]

Lewis mendefinisikan konseling adalah proses dimana seseorang yang mengalami

kesulitan dibantu untuk merasakan dan selanjutnya bertindak dengan cara memuaskan dirinya,

melalui intraksi dengan seseorang yang tidak terlibat yakni konselor. Konselor memberikan

informasi dan reaksi untuk mendorong konseli mengembangkan perilaku untuk berhubungan
secara lebih aktif dengan diri sendiri dan lingkungan.[7]

Meskipun tidak bermaksud meragukan beberapa pengertian tentang konseling,

namun berkat dari pendapat-pendapat di atas maka setidaknya ada gambaran yang lebih

lengkap tentang arti dan makna konseling. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat

dipahami bahwa pada dasarnya konseling merupakan sebuah proses pendampingan yang

didalamnya berisi nasehat, petunjuk, peringatan, dorongan, ajaran bahkan teguran dari

seseorang kepada seseorang yang lain dalam kerangka tujuan yang jelas yaitu memberikan

pertimbangan guna membuat keputusan yang berfokus pada mencari jalan keluar atau solusi

yang didasarkan pada pertimbangan yang matang.

Konseling Kristen mempunyai arti dan keunikan tersendiri. Gary R. Collis,

mendefenisikan Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor

yang berusaha menolong atau membimbing dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk

mengatasi persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini seorang konselor Kristen akan berusaha
mengablikasikan kebenaran firman Tuhan atas persoalan-persolan hidup.[8]

Yakub Susabda mendefenisikan konseling adalah hubungan timbal balik

(interpersonal relationship) antara hamba Tuhan (pendeta, penginjil dll) sebagai konselor

dengan konselinya (orang yang minta bimbingan), dalam mana konselor mencoba membimbing

konselinya kedalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal (conductive atmosphere)

yang memungkinkan konseli itu betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang
terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, dimana ia berada, dansebagainya;

sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan

dan mencoba mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan kemampuan seperti yang
sudah diberikan Tuhan kepadanya.[9]

Magdalena Tomatala menuliskan konseling dapat dijabarkan sebagai suatu proses

menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran dari perspektif

Alkitab, yang didalamnya terdapat upaya menyampaikan pertimbangan memberikan

kemampunan kepada konseli untuk membuat keputusan (sendiri) yang bijaksana yang

membawa pemulihan, perubahan, peneguhan, serta pertumbuhan rohani. Dengan kata lain

konseling Kristen juga merupakan sebuah konseling yang didasari oleh unsur-unsur yang

terdapat di dalam Alkitab. Firman Allah, Roh Kudus adalah dasar dari hikmat yang akan terus
disampaikan dalam proses konseling Kristen.[10]

Dari defenisi dari konseling secara etimologi, secara umum dan konseling Kristen

maka penulis menyimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah proses intraksi antara

seseorang yang memberikan bantuan (konselor) dan seseorang yang membutuhkan bantuan

(konseli) dibawah pimpinan Roh kudus yang didalamnya berisi nasehat, petunjuk, peringatan,

teguran, dorongan, dan ajaran, bimbingan, untuk mencapai hasil yang baik dalam mengatasi

masalah serta menangani/menyeleraskan perilaku, yang didasari oleh unsur-unsur yang

terdapat di dalam Alkitab, harus akurat secara Alkitab, dan harus pantas menurut Alkitab.

Dasar Pelayanan Konseling

Konseling Kristen tentu berbeda dengan konseling sekuler. Banyak riset sudah

dilakukan untuk menilai suksesnya seorang konselor yang efektif, dan ternyata bukan karena

metode atau apa yang telah dikatakan atau dilakukan konselor, namun kebanyakan oleh karena

kepribadian konselor itu sendiri. Seorang konselor yang baik, adalah seorang yang sangat

memperhatikan, ramah, tulus, benar-benar mau menolong dan mempunyai kemampuan untuk

mengerti persoalan dan perasaan orang lain, memang perlu untuk mengetahui teknik-teknik

konseling dan mengerti bagaimana memecahkan problema, tetapi yang paling penting adalah
kepribadian dan bakat yang diberikan Tuhan kepada kita.[11]
Gary R. Collins menyebutkan beberapa presuposisi (pra-anggapan) dasar yang

membedakan antara Konseling Sekular dan Konseling Kristen (Konseling


Alkitabiah):[12] Orientasi dan Sumber Pengetahuan Konseling: Konseling Sekuler berorientasi

pada manusia (anthropocentris) dan sumber pengetahuan adalah berasal dari akal budi dan

pengalaman manusia (humanisme). Sedangkan Konseling Kristen berorientasi pada Tuhan

(theocentris), karena itu pengetahuan konseling bersumber dari Allah yang telah menyatakan

Diri-Nya kepada manusia. Oleh karena itu konselor Kristen percaya bahwa melalui Alkitab Allah

telah memberikan prinsip-prinsip bagaimana seharusnya kita hidup.

Tujuan Konseling: Konseling Sekuler bertujuan untuk menolong orang yang

dikonseling (konseli) mendapatkan kebahagiaan hidup. Sebaliknya, konseling Kristen memiliki

tujuan utama agar konseli dapat hidup menyenangkan Tuhan, yaitu melakukan apa yang Tuhan

kehendaki sesuai dengan Firman-Nya. Ketaatan seseorang kepada Tuhan dan Firman-Nya

akan membuahkan kebahagiaan hidup yang sejati.

Prinsip Konseling: Konseling Sekuler mendayagunakan prinsip-prinsip yang lahir dari

hikmat dan filsafat manusia untuk menjawab semua kebutuhan- kebutuhan yang diingini

manusia. Prinsip-prinsip Konseling Kristen diberikan oleh Tuhan melalui Alkitab, Roh Kudus

yang tinggal dalam hati setiap orang percaya dan kuasa doa, agar kehendak Tuhan jadi dalam

hidup si konseli.

Kebenaran Moralitas: Kebenaran moralitas Konseling Sekuler ditentukan oleh situasi

etika masyarakat saat itu, yang dapat mengalami pergeseran-pergeseran atau perubahan.

Sedangkan Kebenaran moralitas Konseling Kristen berakar pada kebenaran Alkitab yang tidak

pernah luntur atau berubah.

Sedangkan Dalam diktat kuliah Epafras Mujono menyebutkan perbedaan antara

konseling Kristen dengan konseling sekuler yaitu Dasar pelayanan: konseling sekuler dasar

pelayanannya adalah ilmu pengetahuan, psikologi, filsafat dunia dan pengalaman. Sedangkan

konseling Kristen dasar pelayanannya Alkitab. Mengenai keyakinan dasar tentunya berbeda

antara konseling sekuler dan konseling Kristen perbedaannya: konseling sekuler manusia

adalah binatang tingkat tinggi sedangkan konseling Kristen manusia serupa dan segambar

dengan Allah (Kej. 12:26-27). Perbedaan berikutnya yaitu dalam segi sasaran utama yang
kalau konseling sekuler sasaran utamanya masalah selesai sedangkan konseling Kristen

membawa konseli kepada Kristus/dewasa rohani. Yang terakhir perbedaannya yaitu: dalam

segi motivasi, konseling sekuler motivasinya uang/materi sedangkan konseling Kristen


motivasinya adalah pelayanan.[13]

Keistimewaan/keunikan Konseling Kristen

Dibandingkan dengan konseling sekuler, konseling Kristen memiliki keistimewaan

dan kelebihan. Ada hal-hal dasar dalam konseling Kristen yang unik yang dimiliki pastoral

konseling.

Pertama, Pelayanan yang dipercayakan Allah sendiri. Pelayanan konseling

merupakan salah satu bidang pelayanan dalam gereja yang dipercayakan Allah kepada hamba-

hamba yang dipanggilnya secara khusus. Karena itu dalam hal ini seorang hamba Tuhan harus

mempercayai dan berkeyakinan bahwa Allah mempercayainya untuk pelayanan ini. Hamba

Tuhan juga bersikap menjaga pelayanannya supaya tidak ‘sekuler’ karena ini adalah pelayanan

dari Allah, untuk membangun gereja-Nya. Demikian juga hamba Tuhan tidak perlu rendah diri

jika berhadapan dengan para konselor sekuler yang dikatakan sebagai kaum professional
dalam bidang ini.[14]

Kedua, konseling Kristen menerima Alkitab sebagai standar otoritas


tertinggi.[15] Alkitab itu praktis, komprehensif, patut dipercaya, dan benar-benar merupakan

sumber kebenaran yang memadai, sementara pengetahuan manusia tidak mampu membahas
semua masalah yang kita hadapi dalam hidup secara efektif.[16]

Alkitab itu praktis. Alkitab bukan sekadar risalah teologis yang menguraikan secara

rinci berbagai doktrin yang esoteris (bersifat khusus/rahasia), melainkan merupakan pelita bagi

kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105). Alkitab diberikan untuk mengajarkan cara

menjalani hidup sehari-hari yang menyenangkan bagi Tuhan; selain itu, juga diberikan untuk

menolong kita mengatasi berbagai masalah.

Alkitab itu komprehensif. Alkitab seharusnya merupakan dasar dan materi

pengajaran dalam konseling, karena bersangkutan dengan segala isu kehidupan yang perlu
dipahami. II Petrus 1:3 menyebutkan, "Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita

segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang

telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang mulia dan ajaib.

Alkitab itu patut dipercaya. Alasan ketiga dari pengajaran seharusnya yaitu hanya

didasari oleh Alkitab sebagai satu-satunya buku yang berhubungan dengan masalah-masalah

praktis dalam hidup, dan dalam cara yang benar-benar dapat diandalkan dan patut dipercaya.

Apabila kita mengajarkan para konseli menggunakan Alkitab, kita dapat mengetahui tanpa

mempertanyakannya; apabila diterapkan, hal ini akan mengubah hidup mereka ke arah yang

lebih baik. Tidak ada sumber informasi lain atau pemikiran lain yang dapat mengilhami

keyakinan semacam itu.

Alkitab itu memadai. Pengajaran dalam konseling seharusnya hanya didasarkan

pada Alkitab, karena "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk

mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik

orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi

untuk setiap perbuatan baik. (II Tim.3:16-17)

Ketiga, Pelayanan konseling tergantung mutlak kepada Roh Kudus. Pelayanan

konseling Kristen unik karena bergantung bukan hanya pada kehendak manusia untuk

bertanggung jawab, melainkan juga pada kuasa Roh Kudus. Dalam pelayanan konselingnya,

seorang konselor Kristen harus meyakini dan menyadari akan kehadiran akan Roh Kudus

dalam hidup dan dalam proses konselornya. Dalam pelayanannya itu, ia tidak sendiri dalam
menghadapi konseli tetapi Roh kudus hadir.[17]

Roh kudus yang mendiami adalah suatu karunia dari Allah bagi semua orang

percaya. Sejumlah bagian dalam Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus

diberikan kepada semua rang percaya, bukan hanya kepada orang-orang tertentu secara

selektif (Yoh. 7:37;Kis. 11:16-17; Rm. 5:5; 1 Kor. 2:12; 2 Kor. 5:5). Seseorang tentu berpikir

demikian, sebab suatu karunia bukan merupakan suatu pahala, dan untuk memperoleh karunia
ini tidak diperlukan suatu perbuatan baik.[18]

Roh Kudus adalah dinamika konseling Kristen. Dalil utama dari konseling Kristen

ialah bahwa dalam konseling Kristen, Roh Kudus menuntun konselor untuk melayani dan
sekaligus memulihkan, mengubah, serta mendewasakan konseli.[19]Produk dari hidup yang di

penuhi Roh kudus, terlihat pada karakter yang indah, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera,

kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-

23). Ada kebaktian pujian dan ucapan syukur (Ef 5:18-20), ada ketaatan (Ef 5:21), dan ada
pelayanan yang dipenuhi kuasa Roh itu (Yoh 7:38-39).[20]

Keempat, konseling Kristen unik karena didasarkan pada kasih Allah. Allah

mengasihi kita ( 1 Yoh.4:10) dan ketika kasih-Nya mengalir melalui manusia, kita mengasihi

orang lain dan memperhatikan kita (Rm.12:9-21), konselor Kristen merasakan hubungan rohani

dengan orang Kristen lain dan membantu mereka untuk bertumbuh di dalam Kristus ketika

menyelesaikan masalah.

Kelima, konseling Kristen unik karena mampu mengatasi masa lalu konseli dengan

efektif. Orang kristen menemukan bahwa kejadian masa lalu diampuni, sehingga seseorang

tersebut bisa terlepas dari rasa bersalah (1 Yoh.1:9), dan menatap kemasa depan (Flp.3:13-

14). Keenam, konseling kristen unik karena menangani manusia seutuhnya. Konselor Kriten
sadar bahwa aspek fisik, psikologis, dan rohani manusia saling berkaitan secara rumit.[21]

Fungsi, Sasaran, dan Tujuan Konseling

Larry Crabb, menjelaskan “para konselor Kristen harus peka terhadap dalamnya

keakuan dalam tabiat manusia. Sangatlah mudah untuk membantu seseorang mencapai

sebuah sasaran yang tidak Alkitabiah. Untuk tanggung jawab sebagai sesama anggota tubuh

untuk terus-menerus mengingatkan dan saling menasehati untuk mempertahankan sasaran

dari konseling yang benar: untuk memerdekakan orang-orang sehingga dapat menyembah dan

melayani Allah dengan baik dengan menolong mereka menjadi seperti Tuhan. Dengan
perkataan lain, sasarannya adalah kedewasaan”.[22]

Konseling Kristen berfungsi sebagai pemasti keselamatan Allah pada setiap

individu dimana konseling berarti melayani seseorang konseli yang sedang memerlukan

bantuan sampai memiliki kepastian keselamatan (seutuhnya) di dalam Yesus Kristus (2 Tim

3:15; Yoh 6:37, 44; 10:28; Rm 10:9-14). Berkaitan dengan fungsi konseling Kristen diatas dan

tujuan selengkapnya dari konseling Kristen dapat di uraikan sebagai berikut: pertama, konseling
Kristen bertujuan untuk membawa pemahaman dan penerimaan diri. Kedua, konseling Kristen

bertujuan untuk membina komunikasi ke arah keterbukaan yang menyiapkan jalan bagi

penyembuhan yang dikerjakan oleh Allah. Ketiga, konseling Kristen bertujuan untuk memberi

kemampuan untuk belajar (mendidik, membawa, dan menikmati perubahan yang dari Allah di

dalam batin, yang menolong untuk hidup harmonis dengan Tuhan, diri serta orang lain.

Keempat, konseling Kristen bertujuan untuk mendukung agar konseli dapat menikmati

kehidupan yang berkelimpahan, dengan mengaktulisasi diri (penyadaran, penerimaan, dan

pengembangan potensi diri) dalan Tuhan guna tetap bertumbuh menjadi matang dan dewasa

(Yoh 10:10b; Flp 4:5-8,13). Kelima, konseling Kristen bertujuan untuk menunjang individu

konseli untuk bangkit, berjuang bagi tercapainya tujuan hidup dan menang dalam Tuhan (1 Kor

15:58), sehingga konseli menjadi teguh di dalam Tuhan di mana ia mampu hidup mandiri dan

berdiri teguh sebagai pemenang (Ban. Rm 8:23-39). Keenam, konseling Kristen bertujuan untuk

membawa “shalom” Allah yang menyeluruh bagi hidup individu di dalam Tuhan (Yes 32:17;
Yoh 14:27; 10:10b; 1 Ptr 3:8-12).[23]

Sasaran dari konseling Kristen Alkitabiah adalah untuk memperkenalkan

kedewasaan Kristen, untuk menolong orang-orang memasuki suatu pengalaman yang lebih

dalam tentang penyembahan dan suatu kehidupan pelayanan yang lebih efektif. Dalam

jangkauan yang luas, kedewasaan Kristen dikembangkan dengan menangani masalah yang

timbul secara langsung dan sikap yang konsisten dengan ajaran Alkitab dan mengembangkan
karakter ke dalam yang membentuk karakter (sikap, keyakinan, tujuan/Kristus.[24]

Konselor Kristen

Siapa saja yang menjadi konselor kristen adalah suatu hal yang perlu dibahas,

kemudian apa yang menjadi syarat-syaratnya, dan apa ciri-ciri konselornya. Bukan hal yang

mudah untuk menjadi konselor kristen karena kristen sudah punya pandangan tersendiri.

Berikut akan dibahas tentang konselor kristen.

Konselor
Konselor memengang peranan penting dalam poroses konseling. Larry Crabb

mengatakan bahwa Allah menetapkan gereja lokal sebagai alat yang utama umatnya untuk
merawat luka-luka dan rasa sakit pribadi.[25] Jadi konselor seorang Kristen tidak harus

dilakukan oleh seorang yang telah ditabiskan sebagai hamba Tuhan atau pendeta atau

gembala sidang. Setiap orang yang dipanggil dan diberi karunia untuk pelanyanan konseling

dapat menjadi seorang konselor.

Hal yang sama juga dikatakan oleh Martin dan Deidre Bobgan, gereja tentu saja

dapat menerima tanggung jawab untuk mengajar orang bagaimana sepatutnya hidup. “Karena

kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup

yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang

mulia dan ajaib.” ( II Petrus 1:3). Gereja mempunyai kitab suci dan orang-orang percaya yang

dapat memberi pelanyanan kasih dalam belas kasihan dan kebenaran kepada merea yang
menghadapi masalah hidup.[26]

Menerapkan keterampilan konseling tidak berarti menjadi konselor propesional.

Siapapun yang igin menjadi seorang konselor propesional perlu mengikuti kursus yang

terakreditas dan pelatihan supervisi praktis. Seorang konselor prospesional harus melengkapi

diri dengan pengetahuan teologia Alkitabiah, pengetahuan psikologi, memahami teori konseling
dan pendekatan teoritisnya. Selain itu, seorang konselor terikat dengan kode etik.[27]

Jadi dapat disimpulkan bahwa yang patut menjadi seorang konselor untuk

menolong orang-orang yang terjerat ditegah-tegah persoalan bukan hanya kewajiban seorang

konselor propesional, tetapi juga merupakan panggilan setiap orang Kristen. Menolong orang

lain mengatasi persoalan-persolan sehari-hari, senantiasa dilakoni oleh banyak orang ketika

situasi menuntut.

Syarat-syarat Konselor

Untuk menjadi seorang Konselor dalam konseling bukan konselor yang hanya

berpengetahuan tinggi. Jay E. Adam mengatakan untuk menjadi pembimbing yang


lanyak orang Kristen harus menerima persyaratan Alkitab.[28] Seorang konselor Kristen
adalah seorang yang telah lahir baru, hidup dalam Kristus, berpengang sepenuhnya kepada
Firman Tuhan dan memiliki hati seperti Kristus yang mudah tergerak oleh belas kasihan.[29]

Untuk menjadi seorang konselor yang berhasil dan efektif maka konselor tersebut

harus menumbuhkan rasa percaya, (percaya dan dipercaya), menghormati orang yang dibantu,

empati (mampu sepenuhnya memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,

hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut), menerima orang lain

sebagaimana adanya, menjaga rahasia, tulus menerima orang lain tanpa pamrih dan tanpa

menghakimi, bersikap jujur apa adanya dan tidak dibuat-buat, cakap dalam mencari solusi dan
memecahkan masalah.[30]

Aspek spiritual yang harus dimiliki oleh konselor kristen adalah: Pertama: Konselor

Kristen haruslah seorang yang sungguh-sungguh sudah lahir baru artinya orang yang sungguh-

sungguh percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya secara

pribadi. Menjadikan Yesus sebagai penguasa tunggal dalam kehidupannya. Ia haruslah

seorang yang sudah benar-benar punya keyakinan akan keselamatan tubuh dan jiwanya. Baik

ketika masih berada dalam dunia maupun ketika meninggalkan dunia. “Kepribadian seorang

konselor Kristen harus jelas. Ia harus menemukan identitas dirinya yaitu bahwa ia sepenuhnya

yakin akan keselamatan di dalam Yesus Kristus bagi dirinya” .

Kedua: Konselor Kristen haruslah seorang yang penuh dengan Roh. Kehidupan

seorang konselor Kristen juga membawa dampak yang sangat besar bagi seorang konseli.

Maka dari itu seorang konselor Kristen hidupnya setiap hari harus penuh dengan Roh Kudus.

Artinya setiap langkah-langkah kehidupannya, setiap keputusan-keputusannya haruslah sesuai

dengan kehendak Allah dan atas pimpinan Roh Kudus.

Ketiga: Konselor Kristen adalah seorang yang hidupnya menghasilkan buah. Buah-

buah pertobatan harus benar-benar tampak dalam seluruh aspek kehidupannya. Adapun buah

pertobatan itu terdapat dalam Galatia 5:22-23 yaitu: Kasih, sukacita, damai sejahtera,

kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ke

sembilan buah ini harus benar-benar tampak dalam kehidupan konselor kristen.

Kempat: Konselor Kristen haruslah orang yang punya hubungan baik dengan Tuhan

dan sesama. Seorang konselor Kristen haruslah mempunyai kehidupan pribadi baik dan
mempunyai waktu-waktu yang khusus dengan Tuhan. Tidak meninggalkan saat teduh, doa

setiap hari, mempunyai pembacaan Alkitab setiap hari.

Kelima: Mempunyai Karunia Rohani. Tidak semua orang percaya Yesus langsung

bisa menjadi seorang konselor yang baik dan efektif. “Tentu tidak berarti bahwa setiap orang

percaya dengan sendirinya adalah konselor yang baik, oleh karena memang ada yang

mendapat karunia khusus dalam bidang ini, dan merekalah yang akan menjadi efektif bila mau

belajar secara khusus” . Inti dari semua ini adalah seorang konselor Kristen adalah seorang

yang sudah bertobat, punya hubungan yang baik dengan Tuhan dan ditandai dengan kasih

kepada Allah dan sesama.

Berdasarkan surat Rasul Paulus kepada Timotius dalam 1 Timotius 3:1-7 dengan

kriteria diaken (berlaku juga kepada konselor) sebagai berikut: Pertama, Tak bercacat. Dalam

arti cacat yang dimaksud adalah sehat secara mental atau kejiwaannya. Bukan seorang yang

mempunyai pribadi ganda, tidak bermasalah dengan jiwanya, juga bukan seorang yang

abnormal. Sekali lagi ini bukan menunjuk kepada cacat tubuh jasmani, namun berbicara

tentang jiwa seorang konselor.

Kedua, Setia pada pasangan hidupnya. Bisa diartikan setia kepada pasangan

hidupnya, bukan seorang yang kawin cerai. Menjunjung tinggi hidup pernikahannya, mengasihi

anak-anaknya. Ketiga, Dapat menahan diri. Penguasaan diri dalam setiap orang sangat

penting, makanya seorang konselor Kristen harus mempunyai penguasaan diri. Ini diperlukan

oleh konselor Kristen karena ketika seorang dapat menguasai dirinya maka mereka tidak akan

tergoda melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Ada wilayah-wilayah konseli

yang tidak bisa dimasuki oleh konselor, inilah yang harus dihargai oleh seorang konselor.

Keempat, Bijkasana. Artinya konselor haruslah seorang yang dapat mengambil

tindakan dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Seorang konselor Kristen pada

saat melakukan segala sesuatu harus benar-benar sudah melalui pertimbangan yang masak.

Bukan seorang yang gegabah dalam melakukan tindakan dalam kehidupan sehari-

hari. Kelima, Sopan. Kesopanan merupakan nilai-nilai yang harus ada dalam diri seorang

konselor. Artinya menjadi orang yang santun dalam berbicara, dalam mengemukakan

pendapat, dalam tingkah lakunya sehari-hari.


Keenam, Murah hati. Tidak banyak orang yang murah hati. Memang banyak orang

kaya, namun sedikit yang mempunyai hati penuh dengan kemurahan. Konselor Kristen

haruslah seorang yang murah hati. Seorang konselor Kristen pada saat berhadapan dengan

konseli kemurahan hati sangat perlu ditunjukkan. Kemurahan hati bukan hanya menunjuk

kepada memberi dengan materi namun menunjukkan kemurahan hati bisa diwujudkan dalam

perhatian yang mendalam. Ketujuh,Cakap dalam mengajar. Cakap mengajar artinya dapat

mengajar orang lain dan membimbing para konseli kepada suatu solusi. Kecakapan mengajar

dan menuntun orang lain sangat mutlak diperlukan oleh seorang konselor.

Kedelapan, Ramah. Bahasa dalam praktek konseling ada dua bahasa verbal dan

non verbal, ramah terhadap semua orang merupakan bahasa non verbal yang diperlukan dalam

setiap proses konseling. Keramahan merupakan salah satu permulaan yang menyenangkan

konseli. Kesembilan, Pembawa damai. Konselor haruslah seorang yang bisa membawa damai.

Baik dalam masyarakat sekitarnya maupun terhadap konseli.

Unsur lain yang penting dalam konseling adalah pengetahuan dan ketrampilan yang

memadai. Pengetahuan tentang konseling sangat diperlukan oleh setiap konselor. Seorang

konselor kristen dalam aspek kognitif harus memenuhi beberapa hal yaitu: Pertama, tahapan

perkembangan fisik, mental, sosial, moral dan spiritual masa kristen. Kedua, corak kehidupan

kristen, pikiran tantang kristen dan lingkungannya, gaya hidup yang dianut dan pandangan

remaja. Ketiga, kegelisahan yang dialami kristen sehubungan dengan kebutuhan memilki
identitas diri. [31]

Ciri-ciri konselor

Agar dapat mencapai konseling yang efektif, kunci utamanya tentu adalah sang

konselor sendiri. Ini merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil gemilang-artinya sebagai

konselor, harus memiliki bobot tertentu yang dapat memperlancar relasi konseling; memiliki

pengetahuan dasar menyangkut teori dan praktik konseling serta keterampilan berwawancara
dan dalam pemecahan masalah.[32]

Gary Collins dalam bukunya Konseling Krisen yang Efektif menjelaskan enam ciri

dasar dalam konseling yang menekankan konselor (penolong) yang efektif: ‘pertama, seorang
konselor Kristen yang efektif tentu mempunyai kerohanian yang baik (ia selalu ingin

menyenangkan hati Tuhan, hidup yang dipimpin Roh, tidak menuruti hawa nafsunya sendiri,

saling membenci dan iri hati (Gal 5:22-26). Kedua, seorang konselor Kristen harus lemah

lembut (Gal 6:1). Ketiga, seorang konselor Kristen harus bersedia menolong meringankan

beban (Gal 6:2). Keempat, seorang konselor Kristen harus bersifat rendah hati. Seorang

konselor Kristen dapat dikenali karena kerendahan hatinya. Ia tidak menyombongkan diri,

melainkan ia melihat bahwa karena anugerah dan kebijaksanaan dari Tuhan saja ia dapat

menolong orang lain, ia menguji dirinya sendiri, tidak bermegah melihat keadaan orang lain dan

mau menanggung bebannya sendiri, bahkan mau belajar dari orang minta tolong kepadanya

(Galatia 6:6). Kelima, seorang konselor Kristen harus bersifat sabar. Keenam, seorang konselor

Kristen harus bersifat rajin berbuat baik (Galatia 6:10). Titik permulaan untuk semua konselor,
adalah hubungan mereka dengan Tuhan, yang ditandai dengan kasih (Yohanes 13:34-35).[33]

Tulus Tu’U dalam bukunya dasar-dasar konseling pastoral menuliskan ciri-ciri

seorang konselor adalah percaya pada Kristus, sang konselor Agung, Menerima Kristus secara

pribadi, Kristus berkuasa dalam hidupnya, menerima Alkitab sebagai pedoman hidup,

melibatkan karya Roh Kudus, dan menghayati tugas sebagai panggilan. Seorang konselor

Kristen haruslah seorang yang tidak bercacat, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka

memberi tumpangan, cakap mengajar, bukan peminum, bukan pemarah, pendamai, bukan
hamba uang. ( 1 Tim. 3:1-3; Tit. 1:7-9).[34]

Seorang konselor sendiri harus bersemangat, suka humor, optimis, bisa menerima

harapan kepada konseli netral, tidak menghakimi dan memaksa konseli, kreatif, flexibel, stabil

emosinya, sadar bahwa dirinya sendiri tidak sempurna, bisa menganalisa problema, menolong
konseli membeberkan masalah, terbuka, dan penuh belas kasihan.[35]

Melihat pendapat diatas maka penulis menyimpulkan ciri-ciri seorang konselor agar

dapat efektif yaitu percaya pada Kristus, sang konselor Agung, menerima Kristus secara

pribadi, Kristus berkuasa dalam hidupnya, mempunyai kerohanian yang baik, harus lemah

lembut, harus bersedia menolong meringankan beban, bersifat rendah hati, bersifat sabar,

bersifat rajin berbuat baik, menerima Alkitab sebagai pedoman hidup, melibatkan karya Roh

Kudus, dan menghayati tugas sebagai panggilan, tidak bercacat, dapat menahan diri,
bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar, bukan peminum, bukan

pemarah, pendamai, bukan hamba uang, harus bersemangat, suka humor, optimis, bisa

menerima harapan kepada konseli netral, tidak menghakimi dan memaksa konseli, kreatif,

flexibel, stabil emosinya, sadar bahwa dirinya sendiri tidak sempurna, bisa menganalisa

problema, menolong konseli membeberkan masalah, terbuka, dan penuh belas kasihan.

Keterampilan yang Dimiliki Seorang Konselor Kristen

Keberhasilan dan keefektifan konseling Kristen tidak hanya ditentukan oleh

mengetahui teori dan metode, kemampuan intelektual dan pikiran sehat, tetapi seorang

konselor harus mempunyai keterampilan dalam melaksanakan konseling. Dalam kontek

konseling Kristen ketrampilan-ketrampilan konseling yang dipergunakan tentunya harus sesuai

dengan Alkitab. Berikut beberapa ketrampilan yang dimiliki seorang konselor agar dapat

melaksanakan konseling dengan efektif.

Pertama, kemampuan untuk membangun hubungan (persahabatan). Di dalam

membangun hubungan yang baik langkah yang efektif perlu juga dilakukan mengatur jadwal

pertemuan. Penting bahwa konselor memberi tahu struktur pertemuan dan proses konseling

sebagai satu kesatuan. Ia dapat mulai dengan memperkenalkan dirinya sendiri secara ringkas,
ini akan membantu konseli mengenal si konselor.[36]Membangun hubungan dengan konseli

itu perlu di mana adanya keakraban/pendekatan yang baik, dengan demikian dapat membantu

si konseli lebih dekat dan diperhatikan, serta merasa nyaman.

Kedua, Mempercayai dan dipercayai. Dalam 1 Korintus 4:2 dikatakan “yang akhirnya

dituntut dari pelayanan-pelayanan yang demikian ialah bahwa mereka dapat dipercaya”. Sikap

percaya itu penting karena harga diri membangun relasi dan interaksi, integritas.

H. Norman Wright dalam bukuya konseling Krisis mengatakan: memegang rahasia

membangun kepercayaan. Itu adalah sifat orang yang dapat dipercaya. “siapa yang suka

membawa cerita membuka rahasia, tetapi orang yang dapat dipercaya dan setia, menutupi

perkara” (Am 11:13, dari Amplified Bible). Apa pun yang diceritakan kepada konselor dalam

suatu situasi konseling jangan sampai ada yang terbeber keluar dari mulut. “Siapa memelihara
mulut dan lidahnya memelihara diri daripada kesukaran (Am 21:23).[37]
Ketiga, menjaga rahasia. Tentunya dalam bidang konseling seorang konselor harus

benar-benar dapat juga menjaga rahasia bagi setiap orang yang telah yang menjadi konseli,

dengan tujuan kembali pada point di atas bahwa seorang konselor adalah seorang yang dapat

dipercaya dan bertanggung jawab, terutama dalam hal menjaga rahasia dalam setiap cerita

atau kegiatan yang dilakukan/dibicarakan selama berlangsungnya konseling.

Keempat, mendengar dan memperhatikan si konseli. Mendengarkan merupakan

bagian yang sangat penting dalam proses konseling. Konselor harus mendengarkan dengan

sungguh-sungguh disebut mendengarkan dengan aktif terhadap pesan konseli, verbal maupun

non verbal. Semua kata-kata diperhatikan dengan sungguh-sungguh sambil mengamati bahasa

non verbal. Misalnya, ekspresi wajah, gerakan tubuh, penghayatannya, intonasi bicara,

perubahan raut wajah, gerakan tangan, kaki, kepala. Dengan mendengar model seperti ini

konselor tidak akan kehilangan sedikitpun kata yang membuat dapat menentukan arah

bimbingan. Ketrampilan mendengarkan akan menunjang keberhasilan dalam konseling.

“Mendengarkan bisa terjadi melalui proses mendengar, menyimak, memperhatikan, memahami,

dan mengerti. Pada saat mendengarkan pendengar menyimak dengan sungguh-sungguh dan

penuh perhatian. Seluruh ucapan, kalimat dan kata-kata mendapat perhatian penuh” Teknik

mendengarkan yang dipandang populer dan banyak digunakan, yakni: klarifikasi, parafrase,
refleksi, dan merangkum.[38]

Klarifikasi : Konseli tidak selalu jelas dan tegas dalam menyampaikan masalahnya,

demikian pula ia akan sering menampakkan kontradiksi-kontradiksi. Untuk itu konselor perlu

menggunakan teknik klarifikasi untuk memperoleh kejelasan tentang pesan konseli. Klarifikasi

adalah suatu bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan tentang sebagian atau seluruh

pesan konseli yang belum/ tidak jelas. Klarifikasi dimulai dengan pertanyaan:"Apa yang Anda

maksud dengan, " atau "Coba ceriterakan kembali dengan lebih rinci tentang" diikuti dengan

mengulang sebagian atau seluruh pernyataan konseli yang ingin Anda klarifikasi. Klarifikasi

juga digunakan untuk mengelaborasi peasan-pesan konseli yang umum.

Parafrase: Parafrase digunakan untuk memahami pesan konseli pada bagian isi

(kognitif). Parafrase adalah suatu bentuk respon yang diekspresikan dengan cara menyatakan

kembali kata-kata atau pokok-pokok pikiran konseli, atau seluruh pernyataan konseli. Parafrase
juga memungkinkan konseli untuk lebih memusatkan perhatian pada situasi, perilaku,

dan pikiran tertentu. Penggunaan parafrase dalam hubungan konseling dapat menyatakan

kepada konseli bahwa konselor memahami apa yang ia katakan; mendorong konseli untuk

mengelaborasi pokok pikirannya; membantu konseli untuk memusatkan perhatian pada situsi

atau peristiwa khusus, pikiran, atau perilaku.

Refleksi: Refleksi digunakan untuk memperoleh pemahaman tentang perasaan-

perasaan (komponen afektif) konseli yang biasanya menyertai isi pesan yang disampaikan.

Refleksi dilakukan dengan cara memantulkan kembali perasaan atau emosi konseli yang

tersirat dalam pernyataan yang disampaikannya. Penggunaan refleksi dalam hubungan

konseling dapat membuat konseli merasa bahwa ia dipahami oleh konselor dapat mendorong

konseli agar mengekspresikan semua perasaannya lebih mendalam; dan membantu konseli

mengelola perasaa-perasannya; dan membantu konseli untuk membedakan secara akurat

berbagai macam perasaan yang dialaminya. Konseli seringkali melukiskan perasaanya dengan

kata-kata seperti cemas, depresi, risau, dan sebaginya yang seringkali itu tidak benar-benar

menggambarkan apa yang sesunguhnya sedang dirasakannya.

Merangkum: Untuk memperoleh gambaran yang utuh tentang masalah konseli,

konselor dapat menggabungkan seluruh pesan yang telah disampaikan dan kemudian

memaknainya. Namun demikian, persepsi (pemaknaan) tersebut belum tentu benar dan oleh

karena itu konselor perlu merangkum seluruh pesan konseli ke dalam satu kesatuan pengertian

dan kemudian dikomunikasikan kepada konseli untuk memperoleh persetujuan.

Dalam konteks konseling, membuat rangkuman berarti mengikatkan (menyatukan)

semua pesan konseli ke dalam satu ikatan topik dan tema. Rangkuman juga berfungsi untuk

mereviu kemajuan yang telah dicapai dari setiap tahapan wawancara. Secara operasional,

rangkuman dapat didefinisikan sebagai penggabungan dari dua atau lebih parafrase dan/atau

refleksi untuk memadatkan pesan-pesan konseli pada setiap akhir sesi, atau dari pesan-pesan

konseli yang kompleks dan panjang yang mengandung banyak elemen.

Tulus Tu’u dalam buku dasar-dasar konseling pastoral menuliskan, hambatan

mendangarkan yaitu motivasi dan sikap, kurang perhatian, salah pengertian, pengalaman dan

latar belakang, berburuk sangka, melamun, keasyikan, pura-pura mendengar, terlalu banyak
berbicara, ucapan yang samar-samar, terburu-buru, banyak nasihat dan kurang cakap

mendengarkan. Seseorang akan menjadi pendengar efktif terlihat dari tatapan wajahnya,

minat, menaruh perhatian (mata, telinga, hati, pikiran, seluruh keberadaan si pendengar tertuju

kepada lawan bicara), berusaha memahami dan menyelami gejolak-gejolak yang ada,

mengakui dan menghargai lawan bicara sebagaimana adanya, empati, melihat setiap

perubahan yang terjadi selama percakapan, reaksi antusias ( sikap yang penuh semnagat),
mengunakan umpan balik, mengajukan pertanyaan, mempengaruhi sikap.[39]

Kelima, Kerampilan Bertanya. Keterampilan bertanya perlu dipahami dan dipelajari

serta dikembangkan. Pertanyaan yang diajukan agar mempunyai dampak yang baik bagi

penerima pertanyaan. Bertanya perlu untuk mencari informasi, menemukan motif, kerja sama,

pemantulan, ikut berpikir, fokus, respons timbal-balik, menemukan keunikan dan saling

percaya. Macam-macam Pertanyaan: tertutup, terbuka, menemukan fakta, mengenali


perasaan, memperjelas, meminta, menyelidik, dan menguji.[40]

Pertanyanan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memberi peluang bebas untuk

memberikan jawapan. Pertanyan tertutup berguna untuk mencari fakta, meminta keterlibatan,

menakan hal yang positif atau mengarahkan pembicaraan. Pertanyaan tertutup hendaknya

tidak terlalu sering digunakan sebab tidak mendorong konseli untuk mengeksplorasi perasaan,

pikiran, dan perilakunya secara lebih mendalam di samping akan menyebabkan konseli tidak

memperoleh sentuhan terhadap isu-isu penting yang menjadi bagian dari masalahnya.

Pertanyaan tertutup disebut dengan nama pertanyaan terfokus, dapat digunakan jika konselor

membutuhkan fakta atau informasi khusus.

Pertanyaan terbuka atau bebas: konselor dapat bertanya secara bebas sesuai

dengan pokok masalah. Yang ditanyapun dapat menjawab secara bebas sesuai dengan apa

yang dipikirkan, diketahui, rasakan, pahami, dan mengerti. Pertanyaan terbuka bermampaat

untuk mengembangkan dialog interaktif dan timbal balik, mengungkap perasaan dan pendapat,

meransang, gagasan, dan ide-ide bagi solusi masalah.

Pertanyaan terbuka umumnya dimulai dengan kata-kata berikut: apa, bagaimana,

kapan, dimana, atau siapa. Pertanyaan terbuka lebih berdaya guna karena tidak bisa dijawab

hanya dengan "ya" atau "tidak" tetapi akan mendatangkan suatu penjelasan. Sebagai contoh,
pertanyaan "Apa" akan mendatangkan fakta dan informasi; pertanyaan "bagaimana" akan

mendatangkan informasi tentang urutan dan proses atau emosi; dan pertanyaan "mengapa"

akan mendatangkan penjelasan tentang alasan dan logika konseli. Demikian pula, pertanyaan

"kapan" dan "dimana" akan mendatangkan informasi tentang waktu dan tempat; sedangkan

pertanyaan "siapa" akan memberikan informasi tentang orang. Penggunaan kata-kata yang

berbeda dalam merumuskan pertanyaan terbuka sangat disarankan agar konselor memperoleh

informasi yang lebih luas tentang dimensi-dimensi pengalaman konseli.

Menemukan fakta: untuk menemukan fakta dapat menggunakan pertanyaan

tertutup. Pertanyan tentunya yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang sedang

dibicarakan. Jadi tidak melenceng dari masalah utama. Menggali perasaan: untuk menggali

perasan dapat mempergunkan pertanyaan terbuka. Hal ini membutuhkan pemikiran dan dapat

menguras tenaga. Jawapan bisa pendek, tetapi sering kali cukup panjang.

Memperjelas: bisa jadi selama percakapan, konselor menangkap pesan konseli

secara samar-samar. Untuk itu konselor dapat meminta atau memohon kepadanya untuk

memberi keterangan agar masalahnya menjadi lebih jelas. Pertayaan Meminta adalah

pertanyaan yang bertujuan agar konseli mengambil suatu sikap atau paham tertentu

berdasarkan hasil percakapan. Meminta mempunyai tujuan agar konseli memperoleh dan

menemukan, sesuatu yang lebih baik bagi hidupnya. Pertanyaan Menyelidik dapat diterima

untuk mencari dan menemukan informasi dengan fakta atau perasaan konseli yang bertujuan

untuk mencari solusi masalah konseli.

Pertanyaan menguji bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kepercayaan diri

konseli dalam menghadapi masalah. Dengan pertanyaan yang bersifat menguji konselor dapat

melihat bagaimana konseli menempatkan posisinya. Pertanyaan Efektif. Pertanyan efektif

adalah pertanyaan yang tapat waktu, terencana, mengenal orang yang ditanya, saling terkait,

fokus, satu gagasan, jelas/tidak kabur, bahasa biasa, tidak memojokkan, tidak mengancam,

tidak menyerang, tidak menjatuhkan, dan suasana kondusif.

Keenam, Ketrampilan Memahami: Memahami seorang konseli bukanlah pekerjaan

yang mudah. Perlu sekali dipahami bahwa dalam sebuah percakapan seseorang tidak hanya

diperhadapkan oleh bahasa verbal namun juga bahasa nonverbal yang mendukung dan
memiliki makna yang sangat dalam. Artinya adalah sebuah komunikasi bahasa isyarat, bahasa

tubuh (gerakan tubuh) dan bahasa lisan saling terkait satu sama lain dengan bahasa verbal

yang mengisyaratkan pesan. Ketika tanpa pemahaman yang benar maka pesan akan sampai

namun bisa kehilangan makna atau tekanan. Akibatnya pendengar akan keliru dalam

memahami pesan yang disampaikan oleh si pembawa pesan. Untuk itu seorang konselor harus

memiliki ketrampilan memahami. Adapun yang dimaksud dengan ketrampilan memahami ini

meliputi beberapa hal:

Pertama: konselor harus bisa memahami suara konseli. Di dunia tarik suara, setiap

suara mempunya kualitas dan mengandung makna sebuah pesan yang terbungkus dalam

keunikan setiap individu. “Suara seseorang pasti unik. Unik artinya setiap orang punya ciri khas

seperti volume suara” . Ini berhubungan dengan nada dan tempo suara. Kadang-kadang ketika

seseorang berbicara secara mendadak nada suaranya meninggi atau bahkan sebaliknya

temponya tiba-tiba melambat. Ketika hal ini terjadi berarti ada maksud atau pesan khusus yang

ingin disampaikan oleh konsli.

Kedua Memahami bahasa Tubuh. Ucapan yang keluar dari bibir seseorang (konseli)

biasanya akan selalu diikuti oleh gerakan tubuh mereka. Baik itu berupa gerakan tangan,

gerakan kepala, perubahan raut muka, tatapan mata dan gerak-gerik atau yang lainnya. Emosi

dan perasaan bisa dipahami ketika seseorang bisa memahami bahasa-bahasa nonverbal yang

menyertai sebuah pesan verbal. Misalnya ketika seseorang sedang marah, bisa dipahami

dengan gerakaan tangan atau raut muka yang berubah bahkan mungkin nada suara yang tinggi

Ketujuh, keterampilan Konfrontasi. Keterampilan konfrontasi digunakan untuk

menyatakan (menunjukkan) adanya kesenjangan (tidak adanya konsistensi) antara perasaan,

pikiran, dan perilaku konseli. Konfrontasi juga dapat digunakan sebagai teknik untuk membawa

konseli memusatkan perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilakunya yang yang tidak

efektif.

Kedelapan, Ketrampilan Diagnosa. Ketrampilan ini sangat diperlukan oleh seorang

konselor. Ketika seorang dokter salah mendiagnosa sebuah penyakit dalam diri seorang

pasien, akibat yang ditimbulkan bisa sangat beragam, dan bahaya yang sangat mengerikan

adalah kematian. Demikian halnya dengan seorang konselor. Diagnosa yang tepat akan sangat
membantu seorang konseli memecahkan setiap persoalan yang sedang dihadapi. Tantangan

seorang konselor adalah bisa dengan tetap memberikan diagnosa yang tepat kepada setiap

penyakit jiwa yang sedang dialami oleh konseli. Ketika seorang konselor mampu dengan cepat

dan tepat dalam mendiagnosa seluruh akar-akar penyebab persoalan, maka akan

mempermudah konselor memberikan wawasan kepada konseli, sementara itu konseli akan

dengan mudah dan cepat pula menemukan solusi yang tepat bagi persoalan jiwanya. Untuk

mendiagnosa sebuah persoalan konselor juga sangat bergantung kepada ketrampilan bertanya

dan ketrampilan memahami. Keterkaitan antar ketrampilan bertanya, ketrampilan memahami

dan ketrampilan diagnosa merupakan satu paket yang tidak bisa diabaikan oleh konselor.

Kesembilan, Pemberian informasi. Pemberian informasi didefinisikan sebagai suatu

bentuk komunikasi verbal tentang pengetahuan, data, fakta, pengalaman, peristiwa, alternatif,

atau orang sehingga konseli memperoleh pengetahuan dan alternatif-alternatif dan kemudian

dapat membuat pilihan dan keputusan secara tepat . Materi informasi yang diberikan sesuai

dengan kebutuhan konseli yang dibantu atau tujuan konseling yang akan dicapai.

Pemberian informasi berbeda dengan pemberian nasehat (advise). Dalam

pemberian nasehat, pemberi nasehat selalu merekomendasikan atau mempreskripsikan suatu

cara pemecahan tertentu atau serangkaian tindakan-tindakan tertentu pada orang yang diberi

nasehat. Sebaliknya, dalam pemberian informasi konselor menyajikan informasi-informasi yang

relevan tentang isu-isu atau masalah konseli, dan keputusan tentang tindakan akhir ditentukan

oleh konseli sendiri.

Kesepuluh, memberikan nasehat, dukungan dan harapan bagi konseli. Memberi

nasehat adalah suatu bentuk mengajar, tetapi cara ini sering digunakan berlebih-lebihan dan

tidak efektif. Sering sebagai konselor meninggalkan peranan sebagai konselor bila memberi

nasehat, dan menjadi sebagai sahabat atau orang tua, yang mungkin berusaha membantu si

konseli. Meskipun demikian, kalau diberikan dengan cara yang tepat, nasehat adalah bagian
dari konseling.[41]

Prinsip-prinsip dalam memberikan nasehat dalam konseling; pertama, memiliki

motivasi bahwa nasehat anda (konselor) itu untuk kepentingan konseli. Kedua, dasarkanlah

nasehat kita (konselor) kepada kebenaran. Ketiga, janganlah menggurui konseli tetapi
libatkanlah konseli berpikir mengenai kemungkinan negatifnya. Kelima, sampaikanlah dengan

keyakinan anda (konselor). Keenam, mengertilah kemampuan konseli dalam melakukannya.

Ketujuh, jika nasehat (konselor) berupa tindakan praktis harusnya yang realistis dan dapat di
jangkau/dilakukan konseli.[42]

Prinsip-prinsip dalam memberikan dorongan: pertama, dasarkan dorongan anda

(konselor) kepada ketaatan terhadap Firman Allah. Kedua, belajarlah peka terhadap kultur dan

budaya. Ketiga, hindarilah pemberian pujian yang berlebihan apa lagi, pujian untuk membunjuk.

Keempat, belajarlah untuk rela mendorong, rela ingin menolong orang lain. Kelima, mulailah,
dari lingkup dan perkara yang paling kecil.[43]

Persiapan Konseling

Tugas sebagai seorang konselor bukanlah hal yang mudah. Seorang konselor

Kristen harus selalu siap memberikan bantuan yang terbaik kepada konseli. Oleh karena itu,

seorang konselor membutuhkan suatu persiapan yang matang sebelum melakukan proses

konseling karena tanpa persiapan yang baik maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal.

Berikut ini persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh konselor sebelum memulai proses

konseling.

Kesiapan Pribadi Konselor

Pertama, Kesiapan Fisik Konselor. Faktor kesehatan jasmani dari konselor sangat

penting dalam menjalankan tugas pelayanan konseling. Dalam menjaga kesegaran fisiknya

konselor perlu mengupayakan dan menggunakan waktu untuk rileks sebelum melakukan tugas

yang melelahkan. Konselor juga perlu mengatur jam-jam makan pada waktunya, meskipun ada

tantangan pelayanan yang harus dihadapinya. Di sini konselor harus bisa menetralisir diri

sendiri dan menjaga keseimbangan serta kesegaran fisiknya.

Kedua, Kesiapan Mental Konselor, Konselor perlu siap secara mental untuk

mendengarkan orang lain secara aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif mengikuti

pembicaraan konseli dan sekaligus selektif dalam mendengarkan. Konselor perlu menetapkan
pendirian bahwa ia akan membimbing konseli melalui proses dialog. Untuk berdialog, konselor

perlu siap mendengar.

Ketiga, Kesiapan Emosi konselor. Konselor perlu mengontrol emosinya dalam

menghadapi setiap konseli. Dengan mengontrol emosinya, konselor dapat mendeteksi secara

dini apakah seseorang (konseli) itu bersungguh-sungguh atau hanya berpura-pura

menemuinya. Konselor yang mengontrol emosinya akan bersabar dalam melihat dan

memahami perasaan konseli. Dengan pengontrolan emosi, konselor dapat menolak hal-hal

yang membingungkan dengan menggunakan pikiran yang jernih dan matang. Dengan

mengontrol emosi diharapkan konselor tidak memotong pembicaraan sementara ia sedang

mengikuti pembicaraan konseli yang menuturkan masalahnya. Pengontrolan emosi dapat

membantu usaha konselor dalam membangun perhatian pada faktor yang sedang dibicarakan.

Dengan demikian ia dapat berpikir dan membuat analisis yang lebih cepat dari konseli yang

sedang berbicara. Pengontrolan emosi dapat dengan sendirinya akan menolong konselor

untuk berhati-hati dalam memberikan nasihat.

Keempat, Kesiapan Sosial Konselor. Kesiapan konselor secara sosial memberi

kemampuan kepadanya untuk menempatkan diri secara benar saat menghadapi setiap konseli.

Konselor harus bersedia untuk menghadapi setiap konseli pada level status sosial di mana ia

berada. Konselor diharapkan agar tidak melihat status sosial konseli sehingga ia tidak segan

untuk melayani atau bertindak tegas. Kesiapan sosial meneguhkan konselor untuk menjunjung

tinggi kesopanan dan menghargai konseli sebagai subjek yang patut diperlakukan semanusiawi

mungkin. Kesiapan sosial menopang konselor memiliki sikap tulus hati, sehingga dalam

percakapan konselingnya ia tidak mencoba-coba menipu atau memanipulasi konseli secara

halus.

Kelima, Kesiapan Rohani Konselor. Kesiapan rohani merupakan faktor fundamental

bagi konselor untuk terlibat dalam pelaksanaan tugas konseling. Kesiapan rohani meliputi

kebenaran sebagai berikut: Konselor Kristen harus memahami dan mengalami arti hidup dalam

Kristus. Dia juga harus mengerti apa artinya mati dan bangkit bersama Kristus sehingga ia

dapat membagikannya kepada setiap konseli. Konselor harus mengerti apa artinya dibenarkan
oleh Kristus, sebagai dasar untuk menolong konseli dalam menghayati pembenaran yang

membawa kedamaian hidup (Yes. 32:17).

Konselor patut menghayati dan mengalami arti kekudusan hidup dalam Kristus,

sehingga ia dapat membantu dan memberi jalan kepada konselor untuk hidup sebagai penurut-

penurut Allah yang dikuasai dan "dipenuhi oleh Roh Kudus" (Ef. 5:15-21). Konselor patut

menghayati "arti hidup dipermuliakan bersama Kristus" (Yoh. 5:24; Ef. 1:13; Ibr. 9:28), sehingga

ia dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab bagi kemuliaan Allah.

Kesiapan Tempat Konseling

Salah satu faktor penting yang berpengaruh besar terhadap proses konseling

sehingga mempengaruhi hasilnya adalah tempat dilakukannya konseling. Meskipun dalam

konseling yang penting adalah kualitas dan intensitas hubungan antara konselor dan konseli,
namun masalah tempat menimbulkan suasana tersendiri.[44] Dalam melakukan konseling di

lapangan, seorang konselor harus memperhatikan suasana konseling. Konseling dapat

dilakukan hampir dimana saja, tapi tempat terpilih harus bersifat pribadi atau menjaga privacy,

nyaman, tenang, berada ditempat yang kedap suara atau tidak dapat orang lain mendengar

pembicaraan, berada ditempat yang tidak dapat terjadi gangguan, setting ruangan: satu meja
kerja (meja tulis) dan dua kursi.[45]

Pentingnya tempat sebagai lingkungan fisik untuk konseling, dikemukakan oleh

benjamin yang menekankan perlunya ruangan yang nyaman dan menarik sehingga

memungkinkan menciptakan suasana yang hangat, sikap ramah dan suasana yang tidak
menegangkan.[46] Konseling hampir dapat dilakukan dimanapun, tetapi ada beberapa latar

fisik yang meningkatkan proses ini lebih baik dari pada yang lainnya. Presssly dan Heesacker

meneliti delapan karekteristis arsitektural dari ruangan dan dampak potensialnya pada sisi

konseling yaitu aksesoris, pewarna (cat ruangan), perabotan dan desain ruangan,
pencahayaan, aroma, suara, tekstur, suhu udara.[47]

Namun mengingat kemajuan jaman sekarang konseling dapat dilakukan jarak jauh

dengan bantuan teknologi. Konseling melalui media teknologi merupakan salah satu alternatif

terbaik yang tersedia. Pelanyan konseling melalui teknologi merupakan pelanyanan yang besar
menembus batas ruang dan waktu. Pelanyanan ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana

saja. Konseling jarak jauh yang dibantu teknologi yaitu telekonseling (telepon) dan konseling

internet.

Kesiapan Bahan atau Media

Dalam kegiatan konseling Kristen, tidak boleh melupakan bahan. Bahan utama yang

harus dipersiapkan adalah Alkiab. Selain Alkitab bahan yang perlu dipersiapkan adalah materi

yang berhubungan dengan pemilihan pasangan hidup, bisa buku-buku, artikel, dan vidio. Media

atau bahan yang digunakan unuk konseling jarak jauh yang dibantu teknologi yaitu apa yang

dibaca dari teks (Teks bacaan), apa yang didengar dari audio (kaset, MP3, Radio, dll), atau apa
yang dilihat dan didengar dari vidio (Vidio).[48] Dilihat dari bentuk penyajian dan cara

penyajiannya, maka media konseling dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu kelompok

kesatu; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, kelompok kedua; media proyeksi diam,

kelompok ketiga; media audio, kelompok keempat; media inaraktif, kelompok kelima; media

gambar hidup/film, kelompok keenam; media televisi, dan kelompok ketujuh; multi media.

Kesiapan Waktu

Konseling dapat diberikan kepada kristen ketika seseorang kristen membutuhkan

penjelasan dan jalan keluar mengenai pemilihan pasangan hidup, ketika kristen memerlukan

dukungan dan bantuan memilih pasangan hidup, ketika seseorang sudah menginjak usia

kristen. Waktu pelaksanaan konseling bisa dilakukan sesuai dengan kesepakaan bersama

antara konselor dan konseli.

Bentuk-bentuk Konseling

Dalam buku Gary R. Collins yang berjudul konseling yang efektif, menuliskan: "para

ahli-ahli konseling menyimpulkan, bahwa ada beberapa macam bentuk konseling Kristen.

Dengan setiap konseli, kita dapat menggunakan satu atau lebih dari bentuk-bentuk konseling di

bawah ini: supportive konseling, confrontational konseling, educative konseling, spiritual


konseling, group konseling, informal konseling, dan preventive konseling.[49]
Dalam buku Tulus Tu’U yang berjudul dasar konseling pastoral, menuliskan: bentuk-

bentuk konseling yang dapat dilakukan berupa konseling preventif, konseling edukatif,
konseling spritual, konseling konfrontatif, personal konseling, dan grup konseling.[50]

Menurut penulis bentuk konseling yang dapat digunakan kepada kristen yaitu group

konseling (konseling kelompok), personal konseling (konseling individual), konfrontational

konseling, spiritual konseling, informal konseling, preventive konseling dan educative konseling.

Group Konseling (Konseling Kelompok)

Konseling kelompok adalah proses konseling yang dilakukan dalam situasi

kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam bentuk kelompok yang dinamis

untuk memfasilitasi perkembangan individu dan atau membantu individu dalam mengatasi

masalah yang dihadapinya secara bersama-sama, yang bersifat pencegahan dan

penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya.[51]

Konseling kelompok banyak dilakukan melalui kelompok-kelompok seperti kelompok

ibadah, persekutuan, pemahaman Alkitab, diskusi kelompok, kelompok minat, dan lain-lain.

Dalam konseling kelompok ada banyak pendapat dan pikiran yang muncul. Jadi konseli dapat

saling belajar dari pendapat dan pengalaman teman-teman sehingga dapat memperkaya

pengetahuan yang dapat menguatkan seseorang dalam menjalani hidupnya.

Konseling kelompok pernah digunakan oleh Tuhan Yesus dalam menolong orang-

orang. Dalam jemaat yang mula-mula orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok untuk

belajar, bersekutu, merayakan perjamuan kudus dan berdoa. Dalam pertemuan-pertemuan

tersebut mereka percaya bahwa Allah juga hadir di antara mereka (Kis.2:42-47). Selain itu

mereka juga membicarakan persoalan-persoalan dan saling tolong menolong dalam kebutuhan.

Pada perkembangan berikutnya, kelompok-kelompok tersebut dibagi menjadi kelompok-

kelompok yang lebih kecil lagi, bahkan gereja-gereja belakangan ini juga membagi jemaatnya

menjadi grup-grup yang lebih kecil lagi untuk membagikan pengalaman masing-masing,

bersaksi, berdoa (Yak. 5:16) dan mempelajari firman Tuhan bersama.


Konseling Kelompok memiliki keunikan tersendiri, dimana konselor membimbing

sekelompok orang untuk saling bekerjasama membagikan perasaannya secara jujur, saling

belajar dari pengalaman masing-masing, saling mendukung, saling menasehati dan menolong

satu sama lain. Sukses tidaknya konseling kelompok ini tergantung dari partisipasi para

anggotanya. Jika anggota mau saling terbuka, tidak takut untuk memberi dan menerima

pertolongan, akan lebih mudah bagi kelompok tersebut untuk dapat mengatasi kesulitannya.

Personal Konseling (Konseling Individual)

Personal Konseling adalah pertemuan konselor dengan konseli secara empat mata,

dimana konseli mencari konselor ketika mengalami problema. Proses personal konseling

sangat efektif untuk mencapai satu solusi karena hati, perasaan, pikiran, pendapat, dan
pandangan, termasuk segala yang sangat rahasia dan pribadi dapat dibuka oleh konseli.[52]

Konseling individual merupakan suatu proses konseling yang melibatkan satu orang

konselor dan satu orang konseli. Dalam perspektif konseling tradisional, konseling ini bersifat

tatap muka dan berlangsung di suatu tempat yang khusus yang sengaja dirancang untuk tujuan

konseling. Dalam konsep konseling modern, konseling individu bisa berlangsung melalui

pemanfaatan teknologi maju seperti telepon atau internet.

Konselor menggunakan konseling untuk membantu individu menangani berbagai

permasalahan yang sudah terlanjur dialaminya Dilihat dari perspektif pendekatan yang

digunakan dapat dibedakan atas dasar sasaran intervensi (aspek perilaku apa yang akan

diubah), yakni afektif (perasaan, emosi), kognisi (nilai, sikap, keyakinan, persepsi, logika

berpikir), dan perilaku (tindakan).

Spiritual Konseling

Pada pihak tertentu, memang setiap konseling Kristen adalah Spiritual Konseling.

Sebagai murid-murid Kristus, mempunyai tugas untuk menjadikan semua orang menjadi murid

dan menolong mereka yang lemah (Mat. 28:19-20; Gal. 6:1-2; 1Tes. 5:14; Rm. 15:1). Karena

alasan inilah justru tidak bisa secara sembarangan mengemukakan hal-hal rohani, apalagi

jikalau problema yang dikemukakan adalah non-spiritual. Kadang-kadang konselor mempunyai

kesempatan untuk memperkenalkan Tuhan Yesus sebagai Juruselamat, bahkan seringkali


sebagai konselor juga berdoa atau membaca satu bagian dari Firman Tuhan. Konseling macam

ini akan membawa seseorang masuk dalam kehidupan yang lebih dapat dinikmati (Yoh. 10:10),

bahkan mengalami kehidupan kekal di surga (Yoh. 3:16). Adalah hal yang harus selalu disadari

oleh para konselor, yaitu bahwa setiap persoalan manusia selalu menyangkut hubungan

dengan Allah dan sesama manusia.

Konseling spritual menolong para konseli untuk menyadari bahwa dosa menjadi akar

dan penyebab penderitaan dan kepahitan hidup mereka. Konseling spritual menolong konseli

untuk menyelesaikan dosa-dosa yang bersarang dalam hati dan hidupnya. Konseling spritual

membawa konseli kembali kepada Tuhan. Dengan kesadaran spiritual yang bertumbuh konseli

akan mencegah, melawan, dan menghindari hidupnya yang berdosa bahkan melawan

lingkungan yang berdosa.

Educative Konseling

Konseling edukatif adalah proses konseling yang mendidik dan mengajar konsili

untuk memperbaiki dan meluruskan pengetahuan, sikap, perilaku, dan perbuatan yang tidak

efektif dalam hidupnya. Melalui konseling edukatif konselor mendidik konseli untuk memiliki

pengatahuan, sikap, perilaku, dan perbuatan hidup yang lebih baik lagi dibanding sebelumnya.

Konseling edukatif dapat dilakukan melalui berbagai cara, contoh melalui khotbah,

pemahaman Alkitab, ceramah, danlain-lain. Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat

dipelajari, sangatlah beralasan jika kita simpulkan bahwa konseling harus juga meliputi

pengajaran dimana tingkah laku yang tidak efektif dapat diperbaiki dan konseli ditolong untuk

belajar tingkah laku yang lebih baik. Dengan pendekatan seperti ini, konselor adalah seorang

pengajar.

Informal Konseling

Konseling dapat dilakukan dimana saja dan tidak terbatas di kantor konseling.

Informal konseling memang sepertinya tidak begitu jelas peranannya, tetapi kenyataannya

sangat menolong banyak orang. Perlu diingat, konseling-konseling yang dilakukan Tuhan

Yesus pada dasarnya bersifat informal dan ternyata semuanya efektif.


Konseling informal dapat melakukan konseling di ruang tunggu, di ruang pertemuan,

dan di tempat-tempat lainnya. Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam memberikan

informal konseling: mendengar dengan penuh perhatian, menggunakan pertanyaan-pertanyaan

tambahan untuk memperjelas fokus persoalannya, mendorong konseli untuk menyimpulkan

persoalan dan mencoba membicarakan apa yang sudah diusahakan pada masa-masa lalu,

memberi informasi yang dapat membantu, menolong konseli mengambil keputusan tentang apa

yang akan ia lakukan, memberikan kepada konseli dorongan dan harapan, berjanjilah pada diri

sendiri, bahwa Anda akan membantu dalam doa dan benar-benar jangan lupa mendoakannya.,

bila memang diperlukan, dapat mengusulkan pertemuan selanjutnya untuk diskusi yang lebih

formal mengenai persoalan itu.

Preventive Konseling

Konseling preventif diadakan untuk menolong para konseli melihat masalah-masalah

mereka sedini mungkin. Ketika mereka memahami problema-problema yang akan muncul itu

lebih awal dan lebih cepat. Konseling preventif menjadi sangat penting dilakukan untuk

membuka cara pandang konseli terhadap masalah didepannya yang harus mereka hindari.

Cara paling baik untuk memberikan bimbingan preventif adalah melalui mimbar

maupun ceramah-ceramah. Orang-orang biasanya lebih menaruh perhatian bila pengarahan

diberikan dengan dasar-dasar firman Tuhan. Tidak asing lagi bagi para pendeta, bahwa mereka

yang mempunyai banyak persoalan adalah mereka yang sering mangkir dari gereja atau tidak

sungguh-sungguh mendengar dan mengaplikasikan firman dalam hidupnya.

Confrontational Konseling

Konseling Konfrontatif adalah dimana konselor memperhadapkan konseli dengan

firman Tuhan. Melalalui Konseling konfrontatif, konseli berhadapan dengan Tuhan dan

FirmanNya, ia sadar akan keberadaannya yang penuh dengan kelamahan dan kekurangan.

Konseling konfrontatif mempunyai empat aspek yaitu: perlunya perubahan watak dan tingkah
laku, bersifat pribadi, tujuannya merubah sesuatu yang merusak hidup konseli, pusatnya adalah

penyucian hati, pembentukan iman, dan ketulusan hidup.

Dalam menghadapi orang dengan persoalan-persoalannya, Tuhan Yesus seringkali

mengkonfrontasi langsung dosa-dosa mereka, Ia mengkonfrontasi orang muda yang kaya

karena ia banyak memikirkan tentang hartanya (Luk. 18:22); perempuan Samaria dengan

perzinahannya (Yoh. 4:17-18); murid-murid-Nya karena kurang percayanya (Mat. 8:26; 14:31);

dan peimimpin-pemimpin agama karena dosa-dosa mereka (Mat. 12:34; 15:7-8; 23:23-33; Yoh.

8:44-45).

Konselor Kristen memang tidak seharusnya menghakimi konseli (Mat. 7:1) dengan

maksud mengkritik. Namun, dengan penuh kelemahlembutan, konselor harus menolong konseli

agar mampu menghadapi dosanya, mengakuinya di hadapan Allah dan mungkin juga di

hadapan orang lain (Yak. 5:16) dan menolong dia bergumul memperbaiki tingkah lakunya yang

buruk.

Counseling (Konseling Keluarga)

Family Counseling (Konseling Keluarga) adalah usaha membantu individu anggota

keluarga untuk mengaktualisasikan potensinya atau mengantisipasi masalah yang dialaminya,

melalui sistem keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan perilaku yang posistif pada
individu yang akan memberi dampak positif terhadap anggota keluarga lain.[53] Dalam

konseling keluarga akan membahas beberapa materi yang sangat penting tentang hubungan

dalam keluarga yaitu keadaan keluarga masa kini, pernikahan yang sehat dan tidak sehat,

penyesuaian dalam pernikahan, komunikasi dalam keluarga, dan cara mendeteksi masalah

dalam keluarga.

[1]Magdalena Tomatala, Konselor Kompeten (Jakarta: YT Leaddership Foundation IFTK


Jaffray Indonesia, 2000), 16.
[2]John F. MacArthur. JR. dan Wayne A. Mack, Pengantar Konseling Alkitabiah: Pedoman
Dasar Prinsip dan Praktik Konseling, Pen.,Penerbit Gamdum Mas, (Malang: Gandum Mas, 2002), 306
[3]Stephen Tanuwijaya, Bimbingan Konselor Kristen, ( tk: Sekolah Tinggi Teologi
International Philadelpia, 2004), 12.

[4]Etimologi adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan
dalam bentuk dan makna.
[5]Tomatala, Konselor Kompeten, 5.
[6]Farid Mashudi, Psikologi Konseling,(Yogyakarta: Ircisod, 2012), 18.

[7]Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 20
[8]Gary R. Collins, Konseling Kristen Yang Efektif: Pengantar Pelayanan Konseling, pen.,
Esther Susabda (Malang: Literatur Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2010), 13

[9] Yakub Susabda, Pastoral Konseling, (Malang:Gandum Mas, 2003), 4


[10]Tomatala, Konselor Kompeten, 5.

[11]Gary R. Collins, Konseling Kristen Yang Efektif, 14.


[12] Gary R. Collins, The Biblical Basis of Christian Counseling for People Helpers(Colorado:
Navpress Publishing Group, 1993), 11-12. Diakses darihttp://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/002
[13]Epafras Mujono, Bahan Kuliah: Bimbingan dan Penyuluhan, Sem. VI, 5.

[14] Tomatala, Konselor Kompeten, 16.


[15]Paul D. Meier dan lainnya, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, jil 2. pen., Johny
The (Yogyakarta: Andi Offset, 2009), 188.

[16]John F. MacArthur. JR. dan Wayne A. Mack, Pengantar Konseling Alkitabiah, 306
[17]Mujono, Bahan Kulia Bimbingan dan Penyuluhan, Sem, VI 6.

[18]Charles C. Ryrie. Teologi Dasar peny. Antoni Stevens (Yogakarta: Yayasan ANDI
2003),Jil.,2. bagian,. Roh Jahat :127.

[19]Tomatala, Konselor Kompeten, 15.


[20]Marantika, Doktrin Keselamatan dan Kehidupan Rohani, (Yogyakarta : Iman Press,
2002), 162.

[21] Paul D. Meier dan lainnya, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen,188.
[22]Larry Crabb, Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah, pen.,Agnes Maria
France, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1995), 17.
[23]Tomatala, Konselor Kompeten, 20.
[24]Crabb, Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah, 27.

[25]Larry Crabb, Konseling yang Efektif dan Alkitabiah, 2

[26]Martin dan Deidre Bobgan, Bimbingan Berdasarkan Firman Allah, pen.,Tan Giok Lie,
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 20.
[27]Kathryn Geldard dan David Geldard, Membantu memecahkan masalah orang lain
dengan teknik konseling, pen.,Agung Prihantoro,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 8.

[28]Jay Adams, Andapun boleh membingbing, Pen.,Institut Alkitab Tiranus Bandung,


(Malang: Gandum Mas, 1970) 38

[29] Stephen Tanuwijaya, Bimbingan Konselor Kristen, 17.


[30]Kathryn Geldard dan David Geldard, Membantu memecahkan masalah , 62-63.
[31] Sumati, dinarti, neni Nurhaeni, dan ratna Aryani, Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling,
(Jakarta: Trans Info Media, 2009), 134

[32] Anthony Yeo, Konseling (Suatu Pendekatan Pemecahan –Masalah), pen.,Antonius


(Jakarta: Gunung Mulia 2005), 56.
[33]Collins, Konseling Kristen Yang Efektip, 15-16.
[34]Tulus Tu’u, Dasar-dasar Konseling Pastoral, (Yogyakarta: ANDI, 2010), 46-52

[35]Cindy Reed, “diktat Kuliah Konseling Kristen” ( Yogyakarta: STTII Yogyakarta, 2012),
9
[36]Anthony Yeo, Konseling, 145.
[37]H. Norman Wright, Konseling Krisis ,pen.,Tessa A.W (Malang : Gandum Mas 1993), 48.
[38] Kathryn Geldard, David Geldard, Ketrampilan Praktek Konseling, pen.,Eva Hamdiah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 39-139
[39]Tulus, 97-114

[40]Ibid, , 115-130
[41]Wright, Konseling Krisis, 49.

[42]Mujono, Bimbingan dan Penyuluhan, 43.

[43]Ibid, 46.
[44]Singgih, Konseling dan Psikoterapi , 89.

[45]Sumati, dinarti, neni Nurhaeni, dan ratna Aryani, Kesehatan Jiwa Remaja dan
Konseling, (Jakarta: Trans Info Media, 2009), 132.

[46]Singgih, 90
[47]Samuel T. Gladding, konseling: propesi yang menyeluruh, Pen.,P.M. Winarmo dan Lilian
Yuwono, (Jakara: Indeks, 2012), 158

[48] Samuel, konseling, 602


[49]Collins, Konseling Kristen, 74

[50]Tulus, 185.
[51] M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung:Alfabeta, 2013), 9
[52]Sofyan, Konseling Individual: teori dan Pratek, (Bandung: Alfabeta, 2013), 17
[53]Sofyans S. Willis, Konseling Keluarga (Family konseling), (Bandung: Alfabeta, 2011),
88

Diposting oleh Unknown di 2/23/2018 08:38:00 AM


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
TULISAN BERSUMBER DARI KEBENARAN
 ► 2012 (4)
 ► 2013 (1)
 ► 2014 (7)
 ► 2015 (3)
 ► 2016 (9)
 ▼ 2018 (2)
o ▼ Februari (2)
 PENTINGNYA TATA GEREJA
 KONSELING KRISTEN

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai