Th
JUMAT, 23 FEBRUARI 2018
KONSELING KRISTEN
DISUSUN
Oleh:
Daftar isi
Dalam setiap kehidupan umat orang percaya harus didasari dengan kebenaran yang
Alkitabiah. Seperti yang dijelaskan oleh Magdalena Tomatala dalam bukunya bahwa: Alkitab
adalah standar final atau tolak ukur dari dan bagi pelayanan konseling Kristen yang benar.
Alkitab memberi petunjuk, arah, tuntutan, serta hikmat bagi konselor untuk melaksanakan
konselor. Alkitab pun sekaligus menerangi, memberi perubahan oleh Roh kudus, memperbaiki
serta meneguhkan konseli menjadi lebih teguh, serta menuntun kepada hidup berkemenangan
dalam Tuhan.[1]
pelayanan yang di tanamkan kepada konseli untuk menolongnya mencapai perubahan harus
dimulai dari Alkitab. Pengajaran tersebut sebaiknya hanya didasari oleh Alkitab, harus akurat
secara Alkitab, serta harus pantas menurut Alkitab, dan jangan sekali-sekali hanya merupakan
pemikiran atau pengamatan manusia. Sebab Alkitab itu praktis, komprehensif, patut dipercaya,
manusia tidak mampu membahas semua masalah yang kita hadapi dalam hidup secara
efektif.[2]
Ada banyak kejadian pada Alkitab Perjanjian Lama yang menunjukan nilai-nilai untuk
saling tolong menolong, saling menasehati, dan bukan saja antar sesama manusia, tetapi Allah
sering kali dengan perantaraan malaikat-Nya pun turut aktif menolong umat-Nya. Pada Kitab
Ayub Elihu memberi nasehat kepada Ayub ditengah-tengah penderitaannya (Ayb. 32:1-
32). Malaikat Tuhan menolong Elia ketika ia kesepian dan putus asa di padang gurun (1
Raj. 19:1-8). Daniel menasehati raja Nebukadnezar (Dan. 2), dan Daud memainkan kecapi
15:14), nesehatilah seorang yang lain (Ibr. 3:13), hiburlah seorang akan yang lain dengan
perkataan-perkataan ini ( 1 Tes. 4:18), nasehatilah seorang akan yang lain dan saling
membangunlah kamu ( 1 Tes. 5:11), hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling
mendoakan, supaya kamu sembuh ( Yak. 5:16). Kata-kata bahasa Yunani yang berhubungan
dengan pengertian konseling. Secara khusus pada surat Rasul Paulus kepada jemat di
mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah (paramutheomai) mereka yang tawar hati,
belalah (antechomai) mereka yang lamah, sabarlah (makrothumeo) terhadap semua orang” (1
Tes.5:14). Arti dari bahasa Yunani yang dipakai adalah sebagai berikut: Parakaleo memiliki arti
teguh dan memengang erat, sedangkan makrothumeo berarti bersabar (Mat.18:26,29, Ibr.6:15,
Yak.5:7).[3]
Defenisi Konseling
defenisi dari konseling secara etimologi, secara umum dan konseling kristen. Sehinga penulis
dari kata latin consilium, dari kata dasar consilere yang berarti to consult, yaitu mencari
pandangan atau nasehat orang lain, yang berfungsi sebagai penuntun untuk pertimbangan dan
pembuatan keputusan. Dilihat dari sudut lain, kata kerja to counsel, counseling (konseling)
berarti memberi nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan atau ajaran untuk
mengajarkan penyerahan diri (submission) dalam upaya mengatasi masalah dan menangani
perilaku negatif dari seseorang individu.[5]
tentang konseling. Gibbson berkata: konseling merupakan suatu bantuan terhadap konseli agar
memperoleh pengertian dan akhirnya bisa bertanggung-jawab atas dirinya sendiri. Berbeda
dengan Higgins yang mengatakan bahwa konseling berhubungan erat dengan pemahaman,
pengenalan dan memperkaya diri untuk membuat keputusan. Lain halnya dengan Feder, ia
kesulitan dibantu untuk merasakan dan selanjutnya bertindak dengan cara memuaskan dirinya,
melalui intraksi dengan seseorang yang tidak terlibat yakni konselor. Konselor memberikan
informasi dan reaksi untuk mendorong konseli mengembangkan perilaku untuk berhubungan
secara lebih aktif dengan diri sendiri dan lingkungan.[7]
namun berkat dari pendapat-pendapat di atas maka setidaknya ada gambaran yang lebih
lengkap tentang arti dan makna konseling. Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat
dipahami bahwa pada dasarnya konseling merupakan sebuah proses pendampingan yang
didalamnya berisi nasehat, petunjuk, peringatan, dorongan, ajaran bahkan teguran dari
seseorang kepada seseorang yang lain dalam kerangka tujuan yang jelas yaitu memberikan
pertimbangan guna membuat keputusan yang berfokus pada mencari jalan keluar atau solusi
mendefenisikan Konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor
yang berusaha menolong atau membimbing dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk
mengatasi persoalan yang dihadapinya. Dalam hal ini seorang konselor Kristen akan berusaha
mengablikasikan kebenaran firman Tuhan atas persoalan-persolan hidup.[8]
(interpersonal relationship) antara hamba Tuhan (pendeta, penginjil dll) sebagai konselor
dengan konselinya (orang yang minta bimbingan), dalam mana konselor mencoba membimbing
konselinya kedalam suatu suasana percakapan konseling yang ideal (conductive atmosphere)
yang memungkinkan konseli itu betul-betul dapat mengenal dan mengerti apa yang sedang
terjadi pada dirinya sendiri, persoalannya, kondisi hidupnya, dimana ia berada, dansebagainya;
sehingga ia mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggung jawabnya pada Tuhan
dan mencoba mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan dan kemampuan seperti yang
sudah diberikan Tuhan kepadanya.[9]
menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran dari perspektif
kemampunan kepada konseli untuk membuat keputusan (sendiri) yang bijaksana yang
membawa pemulihan, perubahan, peneguhan, serta pertumbuhan rohani. Dengan kata lain
konseling Kristen juga merupakan sebuah konseling yang didasari oleh unsur-unsur yang
terdapat di dalam Alkitab. Firman Allah, Roh Kudus adalah dasar dari hikmat yang akan terus
disampaikan dalam proses konseling Kristen.[10]
Dari defenisi dari konseling secara etimologi, secara umum dan konseling Kristen
maka penulis menyimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah proses intraksi antara
seseorang yang memberikan bantuan (konselor) dan seseorang yang membutuhkan bantuan
(konseli) dibawah pimpinan Roh kudus yang didalamnya berisi nasehat, petunjuk, peringatan,
teguran, dorongan, dan ajaran, bimbingan, untuk mencapai hasil yang baik dalam mengatasi
terdapat di dalam Alkitab, harus akurat secara Alkitab, dan harus pantas menurut Alkitab.
Konseling Kristen tentu berbeda dengan konseling sekuler. Banyak riset sudah
dilakukan untuk menilai suksesnya seorang konselor yang efektif, dan ternyata bukan karena
metode atau apa yang telah dikatakan atau dilakukan konselor, namun kebanyakan oleh karena
kepribadian konselor itu sendiri. Seorang konselor yang baik, adalah seorang yang sangat
memperhatikan, ramah, tulus, benar-benar mau menolong dan mempunyai kemampuan untuk
mengerti persoalan dan perasaan orang lain, memang perlu untuk mengetahui teknik-teknik
konseling dan mengerti bagaimana memecahkan problema, tetapi yang paling penting adalah
kepribadian dan bakat yang diberikan Tuhan kepada kita.[11]
Gary R. Collins menyebutkan beberapa presuposisi (pra-anggapan) dasar yang
pada manusia (anthropocentris) dan sumber pengetahuan adalah berasal dari akal budi dan
(theocentris), karena itu pengetahuan konseling bersumber dari Allah yang telah menyatakan
Diri-Nya kepada manusia. Oleh karena itu konselor Kristen percaya bahwa melalui Alkitab Allah
tujuan utama agar konseli dapat hidup menyenangkan Tuhan, yaitu melakukan apa yang Tuhan
kehendaki sesuai dengan Firman-Nya. Ketaatan seseorang kepada Tuhan dan Firman-Nya
hikmat dan filsafat manusia untuk menjawab semua kebutuhan- kebutuhan yang diingini
manusia. Prinsip-prinsip Konseling Kristen diberikan oleh Tuhan melalui Alkitab, Roh Kudus
yang tinggal dalam hati setiap orang percaya dan kuasa doa, agar kehendak Tuhan jadi dalam
hidup si konseli.
etika masyarakat saat itu, yang dapat mengalami pergeseran-pergeseran atau perubahan.
Sedangkan Kebenaran moralitas Konseling Kristen berakar pada kebenaran Alkitab yang tidak
konseling Kristen dengan konseling sekuler yaitu Dasar pelayanan: konseling sekuler dasar
pelayanannya adalah ilmu pengetahuan, psikologi, filsafat dunia dan pengalaman. Sedangkan
konseling Kristen dasar pelayanannya Alkitab. Mengenai keyakinan dasar tentunya berbeda
antara konseling sekuler dan konseling Kristen perbedaannya: konseling sekuler manusia
adalah binatang tingkat tinggi sedangkan konseling Kristen manusia serupa dan segambar
dengan Allah (Kej. 12:26-27). Perbedaan berikutnya yaitu dalam segi sasaran utama yang
kalau konseling sekuler sasaran utamanya masalah selesai sedangkan konseling Kristen
membawa konseli kepada Kristus/dewasa rohani. Yang terakhir perbedaannya yaitu: dalam
dan kelebihan. Ada hal-hal dasar dalam konseling Kristen yang unik yang dimiliki pastoral
konseling.
merupakan salah satu bidang pelayanan dalam gereja yang dipercayakan Allah kepada hamba-
hamba yang dipanggilnya secara khusus. Karena itu dalam hal ini seorang hamba Tuhan harus
mempercayai dan berkeyakinan bahwa Allah mempercayainya untuk pelayanan ini. Hamba
Tuhan juga bersikap menjaga pelayanannya supaya tidak ‘sekuler’ karena ini adalah pelayanan
dari Allah, untuk membangun gereja-Nya. Demikian juga hamba Tuhan tidak perlu rendah diri
jika berhadapan dengan para konselor sekuler yang dikatakan sebagai kaum professional
dalam bidang ini.[14]
sumber kebenaran yang memadai, sementara pengetahuan manusia tidak mampu membahas
semua masalah yang kita hadapi dalam hidup secara efektif.[16]
Alkitab itu praktis. Alkitab bukan sekadar risalah teologis yang menguraikan secara
rinci berbagai doktrin yang esoteris (bersifat khusus/rahasia), melainkan merupakan pelita bagi
kakiku dan terang bagi jalanku (Mazmur 119:105). Alkitab diberikan untuk mengajarkan cara
menjalani hidup sehari-hari yang menyenangkan bagi Tuhan; selain itu, juga diberikan untuk
pengajaran dalam konseling, karena bersangkutan dengan segala isu kehidupan yang perlu
dipahami. II Petrus 1:3 menyebutkan, "Kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita
segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang
Alkitab itu patut dipercaya. Alasan ketiga dari pengajaran seharusnya yaitu hanya
didasari oleh Alkitab sebagai satu-satunya buku yang berhubungan dengan masalah-masalah
praktis dalam hidup, dan dalam cara yang benar-benar dapat diandalkan dan patut dipercaya.
Apabila kita mengajarkan para konseli menggunakan Alkitab, kita dapat mengetahui tanpa
mempertanyakannya; apabila diterapkan, hal ini akan mengubah hidup mereka ke arah yang
lebih baik. Tidak ada sumber informasi lain atau pemikiran lain yang dapat mengilhami
pada Alkitab, karena "segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik
orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi
konseling Kristen unik karena bergantung bukan hanya pada kehendak manusia untuk
bertanggung jawab, melainkan juga pada kuasa Roh Kudus. Dalam pelayanan konselingnya,
seorang konselor Kristen harus meyakini dan menyadari akan kehadiran akan Roh Kudus
dalam hidup dan dalam proses konselornya. Dalam pelayanannya itu, ia tidak sendiri dalam
menghadapi konseli tetapi Roh kudus hadir.[17]
Roh kudus yang mendiami adalah suatu karunia dari Allah bagi semua orang
percaya. Sejumlah bagian dalam Alkitab dengan jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus
diberikan kepada semua rang percaya, bukan hanya kepada orang-orang tertentu secara
selektif (Yoh. 7:37;Kis. 11:16-17; Rm. 5:5; 1 Kor. 2:12; 2 Kor. 5:5). Seseorang tentu berpikir
demikian, sebab suatu karunia bukan merupakan suatu pahala, dan untuk memperoleh karunia
ini tidak diperlukan suatu perbuatan baik.[18]
Roh Kudus adalah dinamika konseling Kristen. Dalil utama dari konseling Kristen
ialah bahwa dalam konseling Kristen, Roh Kudus menuntun konselor untuk melayani dan
sekaligus memulihkan, mengubah, serta mendewasakan konseli.[19]Produk dari hidup yang di
penuhi Roh kudus, terlihat pada karakter yang indah, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera,
kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri (Gal 5:22-
23). Ada kebaktian pujian dan ucapan syukur (Ef 5:18-20), ada ketaatan (Ef 5:21), dan ada
pelayanan yang dipenuhi kuasa Roh itu (Yoh 7:38-39).[20]
Keempat, konseling Kristen unik karena didasarkan pada kasih Allah. Allah
mengasihi kita ( 1 Yoh.4:10) dan ketika kasih-Nya mengalir melalui manusia, kita mengasihi
orang lain dan memperhatikan kita (Rm.12:9-21), konselor Kristen merasakan hubungan rohani
dengan orang Kristen lain dan membantu mereka untuk bertumbuh di dalam Kristus ketika
menyelesaikan masalah.
Kelima, konseling Kristen unik karena mampu mengatasi masa lalu konseli dengan
efektif. Orang kristen menemukan bahwa kejadian masa lalu diampuni, sehingga seseorang
tersebut bisa terlepas dari rasa bersalah (1 Yoh.1:9), dan menatap kemasa depan (Flp.3:13-
14). Keenam, konseling kristen unik karena menangani manusia seutuhnya. Konselor Kriten
sadar bahwa aspek fisik, psikologis, dan rohani manusia saling berkaitan secara rumit.[21]
Larry Crabb, menjelaskan “para konselor Kristen harus peka terhadap dalamnya
keakuan dalam tabiat manusia. Sangatlah mudah untuk membantu seseorang mencapai
sebuah sasaran yang tidak Alkitabiah. Untuk tanggung jawab sebagai sesama anggota tubuh
dari konseling yang benar: untuk memerdekakan orang-orang sehingga dapat menyembah dan
melayani Allah dengan baik dengan menolong mereka menjadi seperti Tuhan. Dengan
perkataan lain, sasarannya adalah kedewasaan”.[22]
individu dimana konseling berarti melayani seseorang konseli yang sedang memerlukan
bantuan sampai memiliki kepastian keselamatan (seutuhnya) di dalam Yesus Kristus (2 Tim
3:15; Yoh 6:37, 44; 10:28; Rm 10:9-14). Berkaitan dengan fungsi konseling Kristen diatas dan
tujuan selengkapnya dari konseling Kristen dapat di uraikan sebagai berikut: pertama, konseling
Kristen bertujuan untuk membawa pemahaman dan penerimaan diri. Kedua, konseling Kristen
bertujuan untuk membina komunikasi ke arah keterbukaan yang menyiapkan jalan bagi
penyembuhan yang dikerjakan oleh Allah. Ketiga, konseling Kristen bertujuan untuk memberi
kemampuan untuk belajar (mendidik, membawa, dan menikmati perubahan yang dari Allah di
dalam batin, yang menolong untuk hidup harmonis dengan Tuhan, diri serta orang lain.
Keempat, konseling Kristen bertujuan untuk mendukung agar konseli dapat menikmati
pengembangan potensi diri) dalan Tuhan guna tetap bertumbuh menjadi matang dan dewasa
(Yoh 10:10b; Flp 4:5-8,13). Kelima, konseling Kristen bertujuan untuk menunjang individu
konseli untuk bangkit, berjuang bagi tercapainya tujuan hidup dan menang dalam Tuhan (1 Kor
15:58), sehingga konseli menjadi teguh di dalam Tuhan di mana ia mampu hidup mandiri dan
berdiri teguh sebagai pemenang (Ban. Rm 8:23-39). Keenam, konseling Kristen bertujuan untuk
membawa “shalom” Allah yang menyeluruh bagi hidup individu di dalam Tuhan (Yes 32:17;
Yoh 14:27; 10:10b; 1 Ptr 3:8-12).[23]
kedewasaan Kristen, untuk menolong orang-orang memasuki suatu pengalaman yang lebih
dalam tentang penyembahan dan suatu kehidupan pelayanan yang lebih efektif. Dalam
jangkauan yang luas, kedewasaan Kristen dikembangkan dengan menangani masalah yang
timbul secara langsung dan sikap yang konsisten dengan ajaran Alkitab dan mengembangkan
karakter ke dalam yang membentuk karakter (sikap, keyakinan, tujuan/Kristus.[24]
Konselor Kristen
Siapa saja yang menjadi konselor kristen adalah suatu hal yang perlu dibahas,
kemudian apa yang menjadi syarat-syaratnya, dan apa ciri-ciri konselornya. Bukan hal yang
mudah untuk menjadi konselor kristen karena kristen sudah punya pandangan tersendiri.
Konselor
Konselor memengang peranan penting dalam poroses konseling. Larry Crabb
mengatakan bahwa Allah menetapkan gereja lokal sebagai alat yang utama umatnya untuk
merawat luka-luka dan rasa sakit pribadi.[25] Jadi konselor seorang Kristen tidak harus
dilakukan oleh seorang yang telah ditabiskan sebagai hamba Tuhan atau pendeta atau
gembala sidang. Setiap orang yang dipanggil dan diberi karunia untuk pelanyanan konseling
Hal yang sama juga dikatakan oleh Martin dan Deidre Bobgan, gereja tentu saja
dapat menerima tanggung jawab untuk mengajar orang bagaimana sepatutnya hidup. “Karena
kuasa ilahi-Nya telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup
yang saleh oleh pengenalan kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasa-Nya yang
mulia dan ajaib.” ( II Petrus 1:3). Gereja mempunyai kitab suci dan orang-orang percaya yang
dapat memberi pelanyanan kasih dalam belas kasihan dan kebenaran kepada merea yang
menghadapi masalah hidup.[26]
Siapapun yang igin menjadi seorang konselor propesional perlu mengikuti kursus yang
terakreditas dan pelatihan supervisi praktis. Seorang konselor prospesional harus melengkapi
diri dengan pengetahuan teologia Alkitabiah, pengetahuan psikologi, memahami teori konseling
dan pendekatan teoritisnya. Selain itu, seorang konselor terikat dengan kode etik.[27]
Jadi dapat disimpulkan bahwa yang patut menjadi seorang konselor untuk
menolong orang-orang yang terjerat ditegah-tegah persoalan bukan hanya kewajiban seorang
konselor propesional, tetapi juga merupakan panggilan setiap orang Kristen. Menolong orang
lain mengatasi persoalan-persolan sehari-hari, senantiasa dilakoni oleh banyak orang ketika
situasi menuntut.
Syarat-syarat Konselor
Untuk menjadi seorang Konselor dalam konseling bukan konselor yang hanya
Untuk menjadi seorang konselor yang berhasil dan efektif maka konselor tersebut
harus menumbuhkan rasa percaya, (percaya dan dipercaya), menghormati orang yang dibantu,
empati (mampu sepenuhnya memahami dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,
hampir meniadakan identitas diri untuk menyatu dengan orang tersebut), menerima orang lain
sebagaimana adanya, menjaga rahasia, tulus menerima orang lain tanpa pamrih dan tanpa
menghakimi, bersikap jujur apa adanya dan tidak dibuat-buat, cakap dalam mencari solusi dan
memecahkan masalah.[30]
Aspek spiritual yang harus dimiliki oleh konselor kristen adalah: Pertama: Konselor
Kristen haruslah seorang yang sungguh-sungguh sudah lahir baru artinya orang yang sungguh-
sungguh percaya dan menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya secara
seorang yang sudah benar-benar punya keyakinan akan keselamatan tubuh dan jiwanya. Baik
ketika masih berada dalam dunia maupun ketika meninggalkan dunia. “Kepribadian seorang
konselor Kristen harus jelas. Ia harus menemukan identitas dirinya yaitu bahwa ia sepenuhnya
Kedua: Konselor Kristen haruslah seorang yang penuh dengan Roh. Kehidupan
seorang konselor Kristen juga membawa dampak yang sangat besar bagi seorang konseli.
Maka dari itu seorang konselor Kristen hidupnya setiap hari harus penuh dengan Roh Kudus.
Ketiga: Konselor Kristen adalah seorang yang hidupnya menghasilkan buah. Buah-
buah pertobatan harus benar-benar tampak dalam seluruh aspek kehidupannya. Adapun buah
pertobatan itu terdapat dalam Galatia 5:22-23 yaitu: Kasih, sukacita, damai sejahtera,
sembilan buah ini harus benar-benar tampak dalam kehidupan konselor kristen.
Kempat: Konselor Kristen haruslah orang yang punya hubungan baik dengan Tuhan
dan sesama. Seorang konselor Kristen haruslah mempunyai kehidupan pribadi baik dan
mempunyai waktu-waktu yang khusus dengan Tuhan. Tidak meninggalkan saat teduh, doa
Kelima: Mempunyai Karunia Rohani. Tidak semua orang percaya Yesus langsung
bisa menjadi seorang konselor yang baik dan efektif. “Tentu tidak berarti bahwa setiap orang
percaya dengan sendirinya adalah konselor yang baik, oleh karena memang ada yang
mendapat karunia khusus dalam bidang ini, dan merekalah yang akan menjadi efektif bila mau
belajar secara khusus” . Inti dari semua ini adalah seorang konselor Kristen adalah seorang
yang sudah bertobat, punya hubungan yang baik dengan Tuhan dan ditandai dengan kasih
Berdasarkan surat Rasul Paulus kepada Timotius dalam 1 Timotius 3:1-7 dengan
kriteria diaken (berlaku juga kepada konselor) sebagai berikut: Pertama, Tak bercacat. Dalam
arti cacat yang dimaksud adalah sehat secara mental atau kejiwaannya. Bukan seorang yang
mempunyai pribadi ganda, tidak bermasalah dengan jiwanya, juga bukan seorang yang
abnormal. Sekali lagi ini bukan menunjuk kepada cacat tubuh jasmani, namun berbicara
Kedua, Setia pada pasangan hidupnya. Bisa diartikan setia kepada pasangan
hidupnya, bukan seorang yang kawin cerai. Menjunjung tinggi hidup pernikahannya, mengasihi
anak-anaknya. Ketiga, Dapat menahan diri. Penguasaan diri dalam setiap orang sangat
penting, makanya seorang konselor Kristen harus mempunyai penguasaan diri. Ini diperlukan
oleh konselor Kristen karena ketika seorang dapat menguasai dirinya maka mereka tidak akan
tergoda melakukan hal-hal yang seharusnya tidak dilakukannya. Ada wilayah-wilayah konseli
yang tidak bisa dimasuki oleh konselor, inilah yang harus dihargai oleh seorang konselor.
saat melakukan segala sesuatu harus benar-benar sudah melalui pertimbangan yang masak.
Bukan seorang yang gegabah dalam melakukan tindakan dalam kehidupan sehari-
hari. Kelima, Sopan. Kesopanan merupakan nilai-nilai yang harus ada dalam diri seorang
konselor. Artinya menjadi orang yang santun dalam berbicara, dalam mengemukakan
kaya, namun sedikit yang mempunyai hati penuh dengan kemurahan. Konselor Kristen
haruslah seorang yang murah hati. Seorang konselor Kristen pada saat berhadapan dengan
konseli kemurahan hati sangat perlu ditunjukkan. Kemurahan hati bukan hanya menunjuk
kepada memberi dengan materi namun menunjukkan kemurahan hati bisa diwujudkan dalam
perhatian yang mendalam. Ketujuh,Cakap dalam mengajar. Cakap mengajar artinya dapat
mengajar orang lain dan membimbing para konseli kepada suatu solusi. Kecakapan mengajar
dan menuntun orang lain sangat mutlak diperlukan oleh seorang konselor.
Kedelapan, Ramah. Bahasa dalam praktek konseling ada dua bahasa verbal dan
non verbal, ramah terhadap semua orang merupakan bahasa non verbal yang diperlukan dalam
setiap proses konseling. Keramahan merupakan salah satu permulaan yang menyenangkan
konseli. Kesembilan, Pembawa damai. Konselor haruslah seorang yang bisa membawa damai.
Unsur lain yang penting dalam konseling adalah pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai. Pengetahuan tentang konseling sangat diperlukan oleh setiap konselor. Seorang
konselor kristen dalam aspek kognitif harus memenuhi beberapa hal yaitu: Pertama, tahapan
perkembangan fisik, mental, sosial, moral dan spiritual masa kristen. Kedua, corak kehidupan
kristen, pikiran tantang kristen dan lingkungannya, gaya hidup yang dianut dan pandangan
remaja. Ketiga, kegelisahan yang dialami kristen sehubungan dengan kebutuhan memilki
identitas diri. [31]
Ciri-ciri konselor
Agar dapat mencapai konseling yang efektif, kunci utamanya tentu adalah sang
konselor sendiri. Ini merupakan unsur utama untuk bisa meraih hasil gemilang-artinya sebagai
konselor, harus memiliki bobot tertentu yang dapat memperlancar relasi konseling; memiliki
pengetahuan dasar menyangkut teori dan praktik konseling serta keterampilan berwawancara
dan dalam pemecahan masalah.[32]
Gary Collins dalam bukunya Konseling Krisen yang Efektif menjelaskan enam ciri
dasar dalam konseling yang menekankan konselor (penolong) yang efektif: ‘pertama, seorang
konselor Kristen yang efektif tentu mempunyai kerohanian yang baik (ia selalu ingin
menyenangkan hati Tuhan, hidup yang dipimpin Roh, tidak menuruti hawa nafsunya sendiri,
saling membenci dan iri hati (Gal 5:22-26). Kedua, seorang konselor Kristen harus lemah
lembut (Gal 6:1). Ketiga, seorang konselor Kristen harus bersedia menolong meringankan
beban (Gal 6:2). Keempat, seorang konselor Kristen harus bersifat rendah hati. Seorang
konselor Kristen dapat dikenali karena kerendahan hatinya. Ia tidak menyombongkan diri,
melainkan ia melihat bahwa karena anugerah dan kebijaksanaan dari Tuhan saja ia dapat
menolong orang lain, ia menguji dirinya sendiri, tidak bermegah melihat keadaan orang lain dan
mau menanggung bebannya sendiri, bahkan mau belajar dari orang minta tolong kepadanya
(Galatia 6:6). Kelima, seorang konselor Kristen harus bersifat sabar. Keenam, seorang konselor
Kristen harus bersifat rajin berbuat baik (Galatia 6:10). Titik permulaan untuk semua konselor,
adalah hubungan mereka dengan Tuhan, yang ditandai dengan kasih (Yohanes 13:34-35).[33]
seorang konselor adalah percaya pada Kristus, sang konselor Agung, Menerima Kristus secara
pribadi, Kristus berkuasa dalam hidupnya, menerima Alkitab sebagai pedoman hidup,
melibatkan karya Roh Kudus, dan menghayati tugas sebagai panggilan. Seorang konselor
Kristen haruslah seorang yang tidak bercacat, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka
memberi tumpangan, cakap mengajar, bukan peminum, bukan pemarah, pendamai, bukan
hamba uang. ( 1 Tim. 3:1-3; Tit. 1:7-9).[34]
Seorang konselor sendiri harus bersemangat, suka humor, optimis, bisa menerima
harapan kepada konseli netral, tidak menghakimi dan memaksa konseli, kreatif, flexibel, stabil
emosinya, sadar bahwa dirinya sendiri tidak sempurna, bisa menganalisa problema, menolong
konseli membeberkan masalah, terbuka, dan penuh belas kasihan.[35]
Melihat pendapat diatas maka penulis menyimpulkan ciri-ciri seorang konselor agar
dapat efektif yaitu percaya pada Kristus, sang konselor Agung, menerima Kristus secara
pribadi, Kristus berkuasa dalam hidupnya, mempunyai kerohanian yang baik, harus lemah
lembut, harus bersedia menolong meringankan beban, bersifat rendah hati, bersifat sabar,
bersifat rajin berbuat baik, menerima Alkitab sebagai pedoman hidup, melibatkan karya Roh
Kudus, dan menghayati tugas sebagai panggilan, tidak bercacat, dapat menahan diri,
bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar, bukan peminum, bukan
pemarah, pendamai, bukan hamba uang, harus bersemangat, suka humor, optimis, bisa
menerima harapan kepada konseli netral, tidak menghakimi dan memaksa konseli, kreatif,
flexibel, stabil emosinya, sadar bahwa dirinya sendiri tidak sempurna, bisa menganalisa
problema, menolong konseli membeberkan masalah, terbuka, dan penuh belas kasihan.
mengetahui teori dan metode, kemampuan intelektual dan pikiran sehat, tetapi seorang
dengan Alkitab. Berikut beberapa ketrampilan yang dimiliki seorang konselor agar dapat
membangun hubungan yang baik langkah yang efektif perlu juga dilakukan mengatur jadwal
pertemuan. Penting bahwa konselor memberi tahu struktur pertemuan dan proses konseling
sebagai satu kesatuan. Ia dapat mulai dengan memperkenalkan dirinya sendiri secara ringkas,
ini akan membantu konseli mengenal si konselor.[36]Membangun hubungan dengan konseli
itu perlu di mana adanya keakraban/pendekatan yang baik, dengan demikian dapat membantu
Kedua, Mempercayai dan dipercayai. Dalam 1 Korintus 4:2 dikatakan “yang akhirnya
dituntut dari pelayanan-pelayanan yang demikian ialah bahwa mereka dapat dipercaya”. Sikap
percaya itu penting karena harga diri membangun relasi dan interaksi, integritas.
membangun kepercayaan. Itu adalah sifat orang yang dapat dipercaya. “siapa yang suka
membawa cerita membuka rahasia, tetapi orang yang dapat dipercaya dan setia, menutupi
perkara” (Am 11:13, dari Amplified Bible). Apa pun yang diceritakan kepada konselor dalam
suatu situasi konseling jangan sampai ada yang terbeber keluar dari mulut. “Siapa memelihara
mulut dan lidahnya memelihara diri daripada kesukaran (Am 21:23).[37]
Ketiga, menjaga rahasia. Tentunya dalam bidang konseling seorang konselor harus
benar-benar dapat juga menjaga rahasia bagi setiap orang yang telah yang menjadi konseli,
dengan tujuan kembali pada point di atas bahwa seorang konselor adalah seorang yang dapat
dipercaya dan bertanggung jawab, terutama dalam hal menjaga rahasia dalam setiap cerita
bagian yang sangat penting dalam proses konseling. Konselor harus mendengarkan dengan
sungguh-sungguh disebut mendengarkan dengan aktif terhadap pesan konseli, verbal maupun
non verbal. Semua kata-kata diperhatikan dengan sungguh-sungguh sambil mengamati bahasa
non verbal. Misalnya, ekspresi wajah, gerakan tubuh, penghayatannya, intonasi bicara,
perubahan raut wajah, gerakan tangan, kaki, kepala. Dengan mendengar model seperti ini
konselor tidak akan kehilangan sedikitpun kata yang membuat dapat menentukan arah
dan mengerti. Pada saat mendengarkan pendengar menyimak dengan sungguh-sungguh dan
penuh perhatian. Seluruh ucapan, kalimat dan kata-kata mendapat perhatian penuh” Teknik
mendengarkan yang dipandang populer dan banyak digunakan, yakni: klarifikasi, parafrase,
refleksi, dan merangkum.[38]
Klarifikasi : Konseli tidak selalu jelas dan tegas dalam menyampaikan masalahnya,
demikian pula ia akan sering menampakkan kontradiksi-kontradiksi. Untuk itu konselor perlu
menggunakan teknik klarifikasi untuk memperoleh kejelasan tentang pesan konseli. Klarifikasi
adalah suatu bentuk pertanyaan untuk meminta penjelasan tentang sebagian atau seluruh
pesan konseli yang belum/ tidak jelas. Klarifikasi dimulai dengan pertanyaan:"Apa yang Anda
maksud dengan, " atau "Coba ceriterakan kembali dengan lebih rinci tentang" diikuti dengan
mengulang sebagian atau seluruh pernyataan konseli yang ingin Anda klarifikasi. Klarifikasi
Parafrase: Parafrase digunakan untuk memahami pesan konseli pada bagian isi
(kognitif). Parafrase adalah suatu bentuk respon yang diekspresikan dengan cara menyatakan
kembali kata-kata atau pokok-pokok pikiran konseli, atau seluruh pernyataan konseli. Parafrase
juga memungkinkan konseli untuk lebih memusatkan perhatian pada situasi, perilaku,
dan pikiran tertentu. Penggunaan parafrase dalam hubungan konseling dapat menyatakan
kepada konseli bahwa konselor memahami apa yang ia katakan; mendorong konseli untuk
mengelaborasi pokok pikirannya; membantu konseli untuk memusatkan perhatian pada situsi
perasaan (komponen afektif) konseli yang biasanya menyertai isi pesan yang disampaikan.
Refleksi dilakukan dengan cara memantulkan kembali perasaan atau emosi konseli yang
konseling dapat membuat konseli merasa bahwa ia dipahami oleh konselor dapat mendorong
konseli agar mengekspresikan semua perasaannya lebih mendalam; dan membantu konseli
berbagai macam perasaan yang dialaminya. Konseli seringkali melukiskan perasaanya dengan
kata-kata seperti cemas, depresi, risau, dan sebaginya yang seringkali itu tidak benar-benar
konselor dapat menggabungkan seluruh pesan yang telah disampaikan dan kemudian
memaknainya. Namun demikian, persepsi (pemaknaan) tersebut belum tentu benar dan oleh
karena itu konselor perlu merangkum seluruh pesan konseli ke dalam satu kesatuan pengertian
semua pesan konseli ke dalam satu ikatan topik dan tema. Rangkuman juga berfungsi untuk
mereviu kemajuan yang telah dicapai dari setiap tahapan wawancara. Secara operasional,
rangkuman dapat didefinisikan sebagai penggabungan dari dua atau lebih parafrase dan/atau
refleksi untuk memadatkan pesan-pesan konseli pada setiap akhir sesi, atau dari pesan-pesan
mendangarkan yaitu motivasi dan sikap, kurang perhatian, salah pengertian, pengalaman dan
latar belakang, berburuk sangka, melamun, keasyikan, pura-pura mendengar, terlalu banyak
berbicara, ucapan yang samar-samar, terburu-buru, banyak nasihat dan kurang cakap
mendengarkan. Seseorang akan menjadi pendengar efktif terlihat dari tatapan wajahnya,
minat, menaruh perhatian (mata, telinga, hati, pikiran, seluruh keberadaan si pendengar tertuju
kepada lawan bicara), berusaha memahami dan menyelami gejolak-gejolak yang ada,
mengakui dan menghargai lawan bicara sebagaimana adanya, empati, melihat setiap
perubahan yang terjadi selama percakapan, reaksi antusias ( sikap yang penuh semnagat),
mengunakan umpan balik, mengajukan pertanyaan, mempengaruhi sikap.[39]
serta dikembangkan. Pertanyaan yang diajukan agar mempunyai dampak yang baik bagi
penerima pertanyaan. Bertanya perlu untuk mencari informasi, menemukan motif, kerja sama,
pemantulan, ikut berpikir, fokus, respons timbal-balik, menemukan keunikan dan saling
Pertanyanan tertutup adalah pertanyaan yang tidak memberi peluang bebas untuk
memberikan jawapan. Pertanyan tertutup berguna untuk mencari fakta, meminta keterlibatan,
menakan hal yang positif atau mengarahkan pembicaraan. Pertanyaan tertutup hendaknya
tidak terlalu sering digunakan sebab tidak mendorong konseli untuk mengeksplorasi perasaan,
pikiran, dan perilakunya secara lebih mendalam di samping akan menyebabkan konseli tidak
memperoleh sentuhan terhadap isu-isu penting yang menjadi bagian dari masalahnya.
Pertanyaan tertutup disebut dengan nama pertanyaan terfokus, dapat digunakan jika konselor
Pertanyaan terbuka atau bebas: konselor dapat bertanya secara bebas sesuai
dengan pokok masalah. Yang ditanyapun dapat menjawab secara bebas sesuai dengan apa
yang dipikirkan, diketahui, rasakan, pahami, dan mengerti. Pertanyaan terbuka bermampaat
untuk mengembangkan dialog interaktif dan timbal balik, mengungkap perasaan dan pendapat,
kapan, dimana, atau siapa. Pertanyaan terbuka lebih berdaya guna karena tidak bisa dijawab
hanya dengan "ya" atau "tidak" tetapi akan mendatangkan suatu penjelasan. Sebagai contoh,
pertanyaan "Apa" akan mendatangkan fakta dan informasi; pertanyaan "bagaimana" akan
mendatangkan informasi tentang urutan dan proses atau emosi; dan pertanyaan "mengapa"
akan mendatangkan penjelasan tentang alasan dan logika konseli. Demikian pula, pertanyaan
"kapan" dan "dimana" akan mendatangkan informasi tentang waktu dan tempat; sedangkan
pertanyaan "siapa" akan memberikan informasi tentang orang. Penggunaan kata-kata yang
berbeda dalam merumuskan pertanyaan terbuka sangat disarankan agar konselor memperoleh
tertutup. Pertanyan tentunya yang ada kaitannya dengan pokok permasalahan yang sedang
dibicarakan. Jadi tidak melenceng dari masalah utama. Menggali perasaan: untuk menggali
perasan dapat mempergunkan pertanyaan terbuka. Hal ini membutuhkan pemikiran dan dapat
menguras tenaga. Jawapan bisa pendek, tetapi sering kali cukup panjang.
secara samar-samar. Untuk itu konselor dapat meminta atau memohon kepadanya untuk
memberi keterangan agar masalahnya menjadi lebih jelas. Pertayaan Meminta adalah
pertanyaan yang bertujuan agar konseli mengambil suatu sikap atau paham tertentu
berdasarkan hasil percakapan. Meminta mempunyai tujuan agar konseli memperoleh dan
menemukan, sesuatu yang lebih baik bagi hidupnya. Pertanyaan Menyelidik dapat diterima
untuk mencari dan menemukan informasi dengan fakta atau perasaan konseli yang bertujuan
konseli dalam menghadapi masalah. Dengan pertanyaan yang bersifat menguji konselor dapat
adalah pertanyaan yang tapat waktu, terencana, mengenal orang yang ditanya, saling terkait,
fokus, satu gagasan, jelas/tidak kabur, bahasa biasa, tidak memojokkan, tidak mengancam,
yang mudah. Perlu sekali dipahami bahwa dalam sebuah percakapan seseorang tidak hanya
diperhadapkan oleh bahasa verbal namun juga bahasa nonverbal yang mendukung dan
memiliki makna yang sangat dalam. Artinya adalah sebuah komunikasi bahasa isyarat, bahasa
tubuh (gerakan tubuh) dan bahasa lisan saling terkait satu sama lain dengan bahasa verbal
yang mengisyaratkan pesan. Ketika tanpa pemahaman yang benar maka pesan akan sampai
namun bisa kehilangan makna atau tekanan. Akibatnya pendengar akan keliru dalam
memahami pesan yang disampaikan oleh si pembawa pesan. Untuk itu seorang konselor harus
memiliki ketrampilan memahami. Adapun yang dimaksud dengan ketrampilan memahami ini
Pertama: konselor harus bisa memahami suara konseli. Di dunia tarik suara, setiap
suara mempunya kualitas dan mengandung makna sebuah pesan yang terbungkus dalam
keunikan setiap individu. “Suara seseorang pasti unik. Unik artinya setiap orang punya ciri khas
seperti volume suara” . Ini berhubungan dengan nada dan tempo suara. Kadang-kadang ketika
seseorang berbicara secara mendadak nada suaranya meninggi atau bahkan sebaliknya
temponya tiba-tiba melambat. Ketika hal ini terjadi berarti ada maksud atau pesan khusus yang
Kedua Memahami bahasa Tubuh. Ucapan yang keluar dari bibir seseorang (konseli)
biasanya akan selalu diikuti oleh gerakan tubuh mereka. Baik itu berupa gerakan tangan,
gerakan kepala, perubahan raut muka, tatapan mata dan gerak-gerik atau yang lainnya. Emosi
dan perasaan bisa dipahami ketika seseorang bisa memahami bahasa-bahasa nonverbal yang
menyertai sebuah pesan verbal. Misalnya ketika seseorang sedang marah, bisa dipahami
dengan gerakaan tangan atau raut muka yang berubah bahkan mungkin nada suara yang tinggi
pikiran, dan perilaku konseli. Konfrontasi juga dapat digunakan sebagai teknik untuk membawa
konseli memusatkan perhatian pada bagian atau aspek-aspek perilakunya yang yang tidak
efektif.
konselor. Ketika seorang dokter salah mendiagnosa sebuah penyakit dalam diri seorang
pasien, akibat yang ditimbulkan bisa sangat beragam, dan bahaya yang sangat mengerikan
adalah kematian. Demikian halnya dengan seorang konselor. Diagnosa yang tepat akan sangat
membantu seorang konseli memecahkan setiap persoalan yang sedang dihadapi. Tantangan
seorang konselor adalah bisa dengan tetap memberikan diagnosa yang tepat kepada setiap
penyakit jiwa yang sedang dialami oleh konseli. Ketika seorang konselor mampu dengan cepat
dan tepat dalam mendiagnosa seluruh akar-akar penyebab persoalan, maka akan
mempermudah konselor memberikan wawasan kepada konseli, sementara itu konseli akan
dengan mudah dan cepat pula menemukan solusi yang tepat bagi persoalan jiwanya. Untuk
mendiagnosa sebuah persoalan konselor juga sangat bergantung kepada ketrampilan bertanya
dan ketrampilan diagnosa merupakan satu paket yang tidak bisa diabaikan oleh konselor.
bentuk komunikasi verbal tentang pengetahuan, data, fakta, pengalaman, peristiwa, alternatif,
atau orang sehingga konseli memperoleh pengetahuan dan alternatif-alternatif dan kemudian
dapat membuat pilihan dan keputusan secara tepat . Materi informasi yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan konseli yang dibantu atau tujuan konseling yang akan dicapai.
cara pemecahan tertentu atau serangkaian tindakan-tindakan tertentu pada orang yang diberi
relevan tentang isu-isu atau masalah konseli, dan keputusan tentang tindakan akhir ditentukan
nasehat adalah suatu bentuk mengajar, tetapi cara ini sering digunakan berlebih-lebihan dan
tidak efektif. Sering sebagai konselor meninggalkan peranan sebagai konselor bila memberi
nasehat, dan menjadi sebagai sahabat atau orang tua, yang mungkin berusaha membantu si
konseli. Meskipun demikian, kalau diberikan dengan cara yang tepat, nasehat adalah bagian
dari konseling.[41]
motivasi bahwa nasehat anda (konselor) itu untuk kepentingan konseli. Kedua, dasarkanlah
nasehat kita (konselor) kepada kebenaran. Ketiga, janganlah menggurui konseli tetapi
libatkanlah konseli berpikir mengenai kemungkinan negatifnya. Kelima, sampaikanlah dengan
Ketujuh, jika nasehat (konselor) berupa tindakan praktis harusnya yang realistis dan dapat di
jangkau/dilakukan konseli.[42]
(konselor) kepada ketaatan terhadap Firman Allah. Kedua, belajarlah peka terhadap kultur dan
budaya. Ketiga, hindarilah pemberian pujian yang berlebihan apa lagi, pujian untuk membunjuk.
Keempat, belajarlah untuk rela mendorong, rela ingin menolong orang lain. Kelima, mulailah,
dari lingkup dan perkara yang paling kecil.[43]
Persiapan Konseling
Tugas sebagai seorang konselor bukanlah hal yang mudah. Seorang konselor
Kristen harus selalu siap memberikan bantuan yang terbaik kepada konseli. Oleh karena itu,
seorang konselor membutuhkan suatu persiapan yang matang sebelum melakukan proses
konseling karena tanpa persiapan yang baik maka hasil yang dicapai tidak akan maksimal.
Berikut ini persiapan-persiapan yang perlu dilakukan oleh konselor sebelum memulai proses
konseling.
Pertama, Kesiapan Fisik Konselor. Faktor kesehatan jasmani dari konselor sangat
penting dalam menjalankan tugas pelayanan konseling. Dalam menjaga kesegaran fisiknya
konselor perlu mengupayakan dan menggunakan waktu untuk rileks sebelum melakukan tugas
yang melelahkan. Konselor juga perlu mengatur jam-jam makan pada waktunya, meskipun ada
tantangan pelayanan yang harus dihadapinya. Di sini konselor harus bisa menetralisir diri
Kedua, Kesiapan Mental Konselor, Konselor perlu siap secara mental untuk
mendengarkan orang lain secara aktif. Hal ini dapat dilakukan dengan aktif mengikuti
pembicaraan konseli dan sekaligus selektif dalam mendengarkan. Konselor perlu menetapkan
pendirian bahwa ia akan membimbing konseli melalui proses dialog. Untuk berdialog, konselor
menghadapi setiap konseli. Dengan mengontrol emosinya, konselor dapat mendeteksi secara
menemuinya. Konselor yang mengontrol emosinya akan bersabar dalam melihat dan
memahami perasaan konseli. Dengan pengontrolan emosi, konselor dapat menolak hal-hal
yang membingungkan dengan menggunakan pikiran yang jernih dan matang. Dengan
membantu usaha konselor dalam membangun perhatian pada faktor yang sedang dibicarakan.
Dengan demikian ia dapat berpikir dan membuat analisis yang lebih cepat dari konseli yang
sedang berbicara. Pengontrolan emosi dapat dengan sendirinya akan menolong konselor
kemampuan kepadanya untuk menempatkan diri secara benar saat menghadapi setiap konseli.
Konselor harus bersedia untuk menghadapi setiap konseli pada level status sosial di mana ia
berada. Konselor diharapkan agar tidak melihat status sosial konseli sehingga ia tidak segan
untuk melayani atau bertindak tegas. Kesiapan sosial meneguhkan konselor untuk menjunjung
tinggi kesopanan dan menghargai konseli sebagai subjek yang patut diperlakukan semanusiawi
mungkin. Kesiapan sosial menopang konselor memiliki sikap tulus hati, sehingga dalam
halus.
bagi konselor untuk terlibat dalam pelaksanaan tugas konseling. Kesiapan rohani meliputi
kebenaran sebagai berikut: Konselor Kristen harus memahami dan mengalami arti hidup dalam
Kristus. Dia juga harus mengerti apa artinya mati dan bangkit bersama Kristus sehingga ia
dapat membagikannya kepada setiap konseli. Konselor harus mengerti apa artinya dibenarkan
oleh Kristus, sebagai dasar untuk menolong konseli dalam menghayati pembenaran yang
Konselor patut menghayati dan mengalami arti kekudusan hidup dalam Kristus,
sehingga ia dapat membantu dan memberi jalan kepada konselor untuk hidup sebagai penurut-
penurut Allah yang dikuasai dan "dipenuhi oleh Roh Kudus" (Ef. 5:15-21). Konselor patut
menghayati "arti hidup dipermuliakan bersama Kristus" (Yoh. 5:24; Ef. 1:13; Ibr. 9:28), sehingga
ia dapat melaksanakan tugasnya dengan penuh tanggung jawab bagi kemuliaan Allah.
Salah satu faktor penting yang berpengaruh besar terhadap proses konseling
konseling yang penting adalah kualitas dan intensitas hubungan antara konselor dan konseli,
namun masalah tempat menimbulkan suasana tersendiri.[44] Dalam melakukan konseling di
dilakukan hampir dimana saja, tapi tempat terpilih harus bersifat pribadi atau menjaga privacy,
nyaman, tenang, berada ditempat yang kedap suara atau tidak dapat orang lain mendengar
pembicaraan, berada ditempat yang tidak dapat terjadi gangguan, setting ruangan: satu meja
kerja (meja tulis) dan dua kursi.[45]
benjamin yang menekankan perlunya ruangan yang nyaman dan menarik sehingga
memungkinkan menciptakan suasana yang hangat, sikap ramah dan suasana yang tidak
menegangkan.[46] Konseling hampir dapat dilakukan dimanapun, tetapi ada beberapa latar
fisik yang meningkatkan proses ini lebih baik dari pada yang lainnya. Presssly dan Heesacker
meneliti delapan karekteristis arsitektural dari ruangan dan dampak potensialnya pada sisi
konseling yaitu aksesoris, pewarna (cat ruangan), perabotan dan desain ruangan,
pencahayaan, aroma, suara, tekstur, suhu udara.[47]
Namun mengingat kemajuan jaman sekarang konseling dapat dilakukan jarak jauh
dengan bantuan teknologi. Konseling melalui media teknologi merupakan salah satu alternatif
terbaik yang tersedia. Pelanyan konseling melalui teknologi merupakan pelanyanan yang besar
menembus batas ruang dan waktu. Pelanyanan ini dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja. Konseling jarak jauh yang dibantu teknologi yaitu telekonseling (telepon) dan konseling
internet.
Dalam kegiatan konseling Kristen, tidak boleh melupakan bahan. Bahan utama yang
harus dipersiapkan adalah Alkiab. Selain Alkitab bahan yang perlu dipersiapkan adalah materi
yang berhubungan dengan pemilihan pasangan hidup, bisa buku-buku, artikel, dan vidio. Media
atau bahan yang digunakan unuk konseling jarak jauh yang dibantu teknologi yaitu apa yang
dibaca dari teks (Teks bacaan), apa yang didengar dari audio (kaset, MP3, Radio, dll), atau apa
yang dilihat dan didengar dari vidio (Vidio).[48] Dilihat dari bentuk penyajian dan cara
penyajiannya, maka media konseling dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu kelompok
kesatu; grafis, bahan cetak, dan gambar diam, kelompok kedua; media proyeksi diam,
kelompok ketiga; media audio, kelompok keempat; media inaraktif, kelompok kelima; media
gambar hidup/film, kelompok keenam; media televisi, dan kelompok ketujuh; multi media.
Kesiapan Waktu
penjelasan dan jalan keluar mengenai pemilihan pasangan hidup, ketika kristen memerlukan
dukungan dan bantuan memilih pasangan hidup, ketika seseorang sudah menginjak usia
kristen. Waktu pelaksanaan konseling bisa dilakukan sesuai dengan kesepakaan bersama
Bentuk-bentuk Konseling
Dalam buku Gary R. Collins yang berjudul konseling yang efektif, menuliskan: "para
ahli-ahli konseling menyimpulkan, bahwa ada beberapa macam bentuk konseling Kristen.
Dengan setiap konseli, kita dapat menggunakan satu atau lebih dari bentuk-bentuk konseling di
bentuk konseling yang dapat dilakukan berupa konseling preventif, konseling edukatif,
konseling spritual, konseling konfrontatif, personal konseling, dan grup konseling.[50]
Menurut penulis bentuk konseling yang dapat digunakan kepada kristen yaitu group
konseling, spiritual konseling, informal konseling, preventive konseling dan educative konseling.
kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam bentuk kelompok yang dinamis
untuk memfasilitasi perkembangan individu dan atau membantu individu dalam mengatasi
penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan
pertumbuhannya.[51]
ibadah, persekutuan, pemahaman Alkitab, diskusi kelompok, kelompok minat, dan lain-lain.
Dalam konseling kelompok ada banyak pendapat dan pikiran yang muncul. Jadi konseli dapat
saling belajar dari pendapat dan pengalaman teman-teman sehingga dapat memperkaya
Konseling kelompok pernah digunakan oleh Tuhan Yesus dalam menolong orang-
orang. Dalam jemaat yang mula-mula orang-orang bertemu dalam kelompok-kelompok untuk
tersebut mereka percaya bahwa Allah juga hadir di antara mereka (Kis.2:42-47). Selain itu
mereka juga membicarakan persoalan-persoalan dan saling tolong menolong dalam kebutuhan.
kelompok yang lebih kecil lagi, bahkan gereja-gereja belakangan ini juga membagi jemaatnya
menjadi grup-grup yang lebih kecil lagi untuk membagikan pengalaman masing-masing,
sekelompok orang untuk saling bekerjasama membagikan perasaannya secara jujur, saling
belajar dari pengalaman masing-masing, saling mendukung, saling menasehati dan menolong
satu sama lain. Sukses tidaknya konseling kelompok ini tergantung dari partisipasi para
anggotanya. Jika anggota mau saling terbuka, tidak takut untuk memberi dan menerima
pertolongan, akan lebih mudah bagi kelompok tersebut untuk dapat mengatasi kesulitannya.
Personal Konseling adalah pertemuan konselor dengan konseli secara empat mata,
dimana konseli mencari konselor ketika mengalami problema. Proses personal konseling
sangat efektif untuk mencapai satu solusi karena hati, perasaan, pikiran, pendapat, dan
pandangan, termasuk segala yang sangat rahasia dan pribadi dapat dibuka oleh konseli.[52]
Konseling individual merupakan suatu proses konseling yang melibatkan satu orang
konselor dan satu orang konseli. Dalam perspektif konseling tradisional, konseling ini bersifat
tatap muka dan berlangsung di suatu tempat yang khusus yang sengaja dirancang untuk tujuan
konseling. Dalam konsep konseling modern, konseling individu bisa berlangsung melalui
permasalahan yang sudah terlanjur dialaminya Dilihat dari perspektif pendekatan yang
digunakan dapat dibedakan atas dasar sasaran intervensi (aspek perilaku apa yang akan
diubah), yakni afektif (perasaan, emosi), kognisi (nilai, sikap, keyakinan, persepsi, logika
Spiritual Konseling
Pada pihak tertentu, memang setiap konseling Kristen adalah Spiritual Konseling.
Sebagai murid-murid Kristus, mempunyai tugas untuk menjadikan semua orang menjadi murid
dan menolong mereka yang lemah (Mat. 28:19-20; Gal. 6:1-2; 1Tes. 5:14; Rm. 15:1). Karena
alasan inilah justru tidak bisa secara sembarangan mengemukakan hal-hal rohani, apalagi
ini akan membawa seseorang masuk dalam kehidupan yang lebih dapat dinikmati (Yoh. 10:10),
bahkan mengalami kehidupan kekal di surga (Yoh. 3:16). Adalah hal yang harus selalu disadari
oleh para konselor, yaitu bahwa setiap persoalan manusia selalu menyangkut hubungan
Konseling spritual menolong para konseli untuk menyadari bahwa dosa menjadi akar
dan penyebab penderitaan dan kepahitan hidup mereka. Konseling spritual menolong konseli
untuk menyelesaikan dosa-dosa yang bersarang dalam hati dan hidupnya. Konseling spritual
membawa konseli kembali kepada Tuhan. Dengan kesadaran spiritual yang bertumbuh konseli
akan mencegah, melawan, dan menghindari hidupnya yang berdosa bahkan melawan
Educative Konseling
Konseling edukatif adalah proses konseling yang mendidik dan mengajar konsili
untuk memperbaiki dan meluruskan pengetahuan, sikap, perilaku, dan perbuatan yang tidak
efektif dalam hidupnya. Melalui konseling edukatif konselor mendidik konseli untuk memiliki
pengatahuan, sikap, perilaku, dan perbuatan hidup yang lebih baik lagi dibanding sebelumnya.
Konseling edukatif dapat dilakukan melalui berbagai cara, contoh melalui khotbah,
pemahaman Alkitab, ceramah, danlain-lain. Jika kenyataannya banyak tingkah laku yang dapat
dipelajari, sangatlah beralasan jika kita simpulkan bahwa konseling harus juga meliputi
pengajaran dimana tingkah laku yang tidak efektif dapat diperbaiki dan konseli ditolong untuk
belajar tingkah laku yang lebih baik. Dengan pendekatan seperti ini, konselor adalah seorang
pengajar.
Informal Konseling
Konseling dapat dilakukan dimana saja dan tidak terbatas di kantor konseling.
Informal konseling memang sepertinya tidak begitu jelas peranannya, tetapi kenyataannya
sangat menolong banyak orang. Perlu diingat, konseling-konseling yang dilakukan Tuhan
dan di tempat-tempat lainnya. Beberapa saran yang dapat dilakukan dalam memberikan
persoalan dan mencoba membicarakan apa yang sudah diusahakan pada masa-masa lalu,
memberi informasi yang dapat membantu, menolong konseli mengambil keputusan tentang apa
yang akan ia lakukan, memberikan kepada konseli dorongan dan harapan, berjanjilah pada diri
sendiri, bahwa Anda akan membantu dalam doa dan benar-benar jangan lupa mendoakannya.,
bila memang diperlukan, dapat mengusulkan pertemuan selanjutnya untuk diskusi yang lebih
Preventive Konseling
mereka sedini mungkin. Ketika mereka memahami problema-problema yang akan muncul itu
lebih awal dan lebih cepat. Konseling preventif menjadi sangat penting dilakukan untuk
membuka cara pandang konseli terhadap masalah didepannya yang harus mereka hindari.
Cara paling baik untuk memberikan bimbingan preventif adalah melalui mimbar
diberikan dengan dasar-dasar firman Tuhan. Tidak asing lagi bagi para pendeta, bahwa mereka
yang mempunyai banyak persoalan adalah mereka yang sering mangkir dari gereja atau tidak
Confrontational Konseling
firman Tuhan. Melalalui Konseling konfrontatif, konseli berhadapan dengan Tuhan dan
FirmanNya, ia sadar akan keberadaannya yang penuh dengan kelamahan dan kekurangan.
Konseling konfrontatif mempunyai empat aspek yaitu: perlunya perubahan watak dan tingkah
laku, bersifat pribadi, tujuannya merubah sesuatu yang merusak hidup konseli, pusatnya adalah
karena ia banyak memikirkan tentang hartanya (Luk. 18:22); perempuan Samaria dengan
perzinahannya (Yoh. 4:17-18); murid-murid-Nya karena kurang percayanya (Mat. 8:26; 14:31);
dan peimimpin-pemimpin agama karena dosa-dosa mereka (Mat. 12:34; 15:7-8; 23:23-33; Yoh.
8:44-45).
Konselor Kristen memang tidak seharusnya menghakimi konseli (Mat. 7:1) dengan
maksud mengkritik. Namun, dengan penuh kelemahlembutan, konselor harus menolong konseli
agar mampu menghadapi dosanya, mengakuinya di hadapan Allah dan mungkin juga di
hadapan orang lain (Yak. 5:16) dan menolong dia bergumul memperbaiki tingkah lakunya yang
buruk.
melalui sistem keluarga, dan mengusahakan agar terjadi perubahan perilaku yang posistif pada
individu yang akan memberi dampak positif terhadap anggota keluarga lain.[53] Dalam
konseling keluarga akan membahas beberapa materi yang sangat penting tentang hubungan
dalam keluarga yaitu keadaan keluarga masa kini, pernikahan yang sehat dan tidak sehat,
penyesuaian dalam pernikahan, komunikasi dalam keluarga, dan cara mendeteksi masalah
dalam keluarga.
[4]Etimologi adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal-usul kata serta perubahan
dalam bentuk dan makna.
[5]Tomatala, Konselor Kompeten, 5.
[6]Farid Mashudi, Psikologi Konseling,(Yogyakarta: Ircisod, 2012), 18.
[7]Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992), 20
[8]Gary R. Collins, Konseling Kristen Yang Efektif: Pengantar Pelayanan Konseling, pen.,
Esther Susabda (Malang: Literatur Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2010), 13
[16]John F. MacArthur. JR. dan Wayne A. Mack, Pengantar Konseling Alkitabiah, 306
[17]Mujono, Bahan Kulia Bimbingan dan Penyuluhan, Sem, VI 6.
[18]Charles C. Ryrie. Teologi Dasar peny. Antoni Stevens (Yogakarta: Yayasan ANDI
2003),Jil.,2. bagian,. Roh Jahat :127.
[21] Paul D. Meier dan lainnya, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen,188.
[22]Larry Crabb, Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah, pen.,Agnes Maria
France, (Yogyakarta: Yayasan ANDI, 1995), 17.
[23]Tomatala, Konselor Kompeten, 20.
[24]Crabb, Konseling Yang Efektif dan Alkitabiah, 27.
[26]Martin dan Deidre Bobgan, Bimbingan Berdasarkan Firman Allah, pen.,Tan Giok Lie,
(Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1996), 20.
[27]Kathryn Geldard dan David Geldard, Membantu memecahkan masalah orang lain
dengan teknik konseling, pen.,Agung Prihantoro,( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 8.
[35]Cindy Reed, “diktat Kuliah Konseling Kristen” ( Yogyakarta: STTII Yogyakarta, 2012),
9
[36]Anthony Yeo, Konseling, 145.
[37]H. Norman Wright, Konseling Krisis ,pen.,Tessa A.W (Malang : Gandum Mas 1993), 48.
[38] Kathryn Geldard, David Geldard, Ketrampilan Praktek Konseling, pen.,Eva Hamdiah,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 39-139
[39]Tulus, 97-114
[40]Ibid, , 115-130
[41]Wright, Konseling Krisis, 49.
[43]Ibid, 46.
[44]Singgih, Konseling dan Psikoterapi , 89.
[45]Sumati, dinarti, neni Nurhaeni, dan ratna Aryani, Kesehatan Jiwa Remaja dan
Konseling, (Jakarta: Trans Info Media, 2009), 132.
[46]Singgih, 90
[47]Samuel T. Gladding, konseling: propesi yang menyeluruh, Pen.,P.M. Winarmo dan Lilian
Yuwono, (Jakara: Indeks, 2012), 158
[50]Tulus, 185.
[51] M. Edi Kurnanto, Konseling Kelompok, (Bandung:Alfabeta, 2013), 9
[52]Sofyan, Konseling Individual: teori dan Pratek, (Bandung: Alfabeta, 2013), 17
[53]Sofyans S. Willis, Konseling Keluarga (Family konseling), (Bandung: Alfabeta, 2011),
88
Posting Komentar
Posting LamaBeranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
TULISAN BERSUMBER DARI KEBENARAN
► 2012 (4)
► 2013 (1)
► 2014 (7)
► 2015 (3)
► 2016 (9)
▼ 2018 (2)
o ▼ Februari (2)
PENTINGNYA TATA GEREJA
KONSELING KRISTEN