Anda di halaman 1dari 13

Nama: Reni Yanti Ndruru

NIM: 18.01.04.0463

Mata Kuliah: Konseling Kristen

BAB 1

PENDAMPINGAN DAN KONSELING: SUATU FUNGSI PASTORAL

Konseling berasal dari bahasa Inggris to counsel yang secara harfiah berarti memberi

arahan. Dan Pastoral berasal dari bahasa latin pastore. Dalam bahasa Yunani disebut poimen

yang berarti gembala. Dalam kata gembala terkandung pengertian tentang hubungan antara Allah

yang penuh kasih dengan manusia lemah yang memerlukan arahan dan bimbingan. Dalam proses

pendampingan dan konseling pastoral, konselor tidak hanya bersentuhan dengan apa yang

disebut relasi terhadap sesamanya, tetapi juga menempatkan konselor dan konseli dalam

hubungannya.

PENDAMPINGAN PASTORAL

Istilah pendampingan berasal dari kata kerja mendampingi sebagai suatu kegiatan menolong,

karena sesuatu sebab perlu didampingi. Pendampingan pastoral tidak sekadar meringankan

beban penderitaan, tetapi menempatkan orang dalam relasi dengan Allah dan sesama, dalam

pengertian menumbuhkan dan mengutuhkan orang dalam kehidupan spiritualnya untuk

membangun dan membina hubungan dengan sesamanya, mengalami penyembuhan dan

pertumbuhan serta memulihkan orang dalam hubungan dengan Allah.

Beberapa fungsi pendampingan dan konseling pastoral dideskripsikan sebagai berikut:

1. fungsi bimbingan (guiding), membantu konseli ketika harus mengambil keputusan.


2. Fungsi penopangan (sustaining), menopang membantu konseli yang sakit atau terluka

agar dapat bertahan dan mengatasi suatu kejadian.

3. Fungsi penyembuhan (healing), menuntun konseli mengungkapkan perasaan hatinya

yang terdalam.

4. Fungsi memulihkan/memperbaiki hubungan (reconciling), membantu konseli

memperbaiki kembali hubungan konseli memperbaiki kembali hubungan yang rusak

antara dirinya dan orang lain.

5. Fungsi memelihara/mengasuh (nurturing), memelihara atau mengasuh memampukan

konseli untuk mengembangkan pontensi-potensi yang diberikan Allah kepadanya.

KONSELING PASTORAL

Konseling pastoral merupakan dimensi pendampingan pastoral dalam melaksanakan fungsi yang

bersifat memperbaiki yang dibutuhkan ketika orang mengalami krisis yang merintangi

pertumbuhannya. Konseling pastoral menjadi alat penyembuhan dan pertumbuhan dengan

membantu orang memperbaiki dan mengembangkan yang paling sulit, yang sementara

dihadapinya.

Konselor hanya merangsang konseli mengungkapkan perasaan-perasaanya, membuat interpretasi

dalam jumlah kecil, mendorong konseli dengan pertanyaan-pertanyaan yang sedikit menantang

agar konseli memahami dirinya, mengungkapkan permasalahan dan kepribadian yang

sesunguhnya.
BAB 2

TEOLOGI PASTORAL

PASTORAL MEMBANGUN PERSEKUTUAN DALAM KASIH

Proses konseling pastoral tidak hanya terjadi dalam hubungan antarpribadi konseli dan

konselor seperti dijelaskan di atas, tetapi juga dapat dilakukan dalam suatu kumpulan atau

persekutuan jemaat. melalui proses konseling pastoral, orang secara pribadi maupun dalam

kumpulan jemaat dapat mengalami persekutuan dengan Kristus dan sesamanya. Proses konseling

pastoral dapat tercipta dengan sendirinya. Yaitu ketika jemaat merasa saling mengasihi, memiliki

dan menceritakan permasalahannya kepada jemaat lain, sehingga setiap pribadi memiliki rasa

kebersamaan di dalam Kristus.

PASTORAL MENEMPATKAN KONSELI DAN KONSELOR DALAM RELASINYA

DENGAN ALLAH DAN SESAMA

Relasi merupakan kunci keberhasilan dalam proses pastoral. Relasi yang terjalin harus

bisa mendorong konseli mengungkapkan masalah yang membebani dan menekan hidupnya.

Sentuhan-sentuhan yang dirasakan dalam relasi pastoral meningkatkan rasa percaya diri konseli

untuk lebih optimis dalam mengatasi persoalan hidupnya. Ketika hubungan antarmanusia dan

sesama dipulihkan, dalam pemulihan hubungan itu juga, manusia memberi diri didamaikan

dengan Allah.
PASTORAL MEMBINA IMAN

Pengalaman iman konseli dengan Allah itulah yang membantu memulihkan hubungannya

dengan sesama dan dirinya sendiri. Pemulihan hubungan itu melahirkan kedamaian bukan dalam

pengertian terlepas dari berbagai kesulitan hidup saja, tetapi lebih pada perbaikan dan pembaruan

relasi manusia dengan Allah dan sesamanya.

Konselor pastoral berperan untuk meyakinkan konseli bahwa imannya menempatkannya dalam

relasi yang benar dengan Allah. Damai yang dirasakannya tidak hanya membina pertumbuhan

iman konseli, tetapi juga semakin mengembangkan kepribadiannya untuk lebih mengenal dirinya

sendiri dalam hubungannya dengan Allah dan sesama. Dengan demikian, iman bertumbuh dalam

kepribadian yang berkembang secara sehat.

BAB 3

RELASI DAN KOMUNIKASI DALAM KONSELING

Komunikasi merupakan pengunkapan pesan atau berita dalam membangun relasi sosial

budaya. Perilaku komunikasi merupakan hal yang sangat menentukan dalam relasi kerja

manusia. Dalam proses konseling pastoral, komunikasi merupakan sarana yang menciptakan

hubungan dan interaksi sosial budaya bukan hanya antarmanusia secara horizontal, tetapi

konseling pastoral juga menempatkan manusia dalam hubungan komunikasi dengan Tuhan

secara vertikal.
LAYANAN KONSELING YANG KOMUNIKATIF

Komunikasi yang terjadi dalam suatu layanan konseling adalah komunikasi tingkat pikir,

perasaan, dan pribadi. Komunikasi tingkat pikir adalah komunikasi yang terjadi dalam kesadaran

diri konselor dan konseli melakukan kesepakatan. Kemudian, komunikasi tingkat perasaan

adalah komunikasi untuk saling memahami keberadaanya. Penekanan pada tingkat perasaan ini

ada pada kehadiran konselor untuk mendengarkan apa yang disampaikan konseli. Kemudian,

komunikasi tingkat pribadi, yaitu komunikasi yang terjadi secara intens dan mendalam antara

konselor dan konseli. Komunikasi tingkat ini merupakan suatu proses aksi dan interaksi.

Keberhasilan seorang konselor sangat ditentukan juga oleh kemampuan mengenal perasaan

sendiri apa adanya dan menggunakan perasaan itu dalam proses konseling. Memanfaatkan

perasaannya secara efektif dan mengmukakan perasaannya kepada konseli dapat menjadi contoh

tentang tingkah laku yang diharapkan konseli atau juga dapat meningkatkan suasana saling

mempercayai. Seorang konselor hendaknya menyadari bagaimana dia merasa dan apa yang

menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan itu. Konseli pun harus didorong agar mau

mengemukakan dan menjelajahi perasaannya.

RELASI KONSELING

Konseling menempatkan baik konseli maupun konselor dalam hubungan dengan orang lain.

Konselor sangat perlu mempelajari sifat dan tabiat manusia karena ia bekerja di bidang

hubungan kemanusiaan. Konseling akan gagal bilamana konselor terasing dari manusia dan

orang lain terasing darinya, tidak saling berhubungan. Konselor pun bertanggung jawab agar

konseli yang berada dalam masalah dapat hidup bersama dalam hubungan kemanusiaan yang

wajar.
Beberapa peran relasi konseling dideskripsikam sebagai berikut:

1. Kehadiran

Kehadiran seserang bagi konseli merupakan suatu kebutuhan. Karena seseorang yang sedang

dalam pergumulan dan penderitaan hidup memerlukan orang lain untuk curhat dan berbagi.

2. Mendengarkan

Kehadiran konselor mampu mendukung dan menghibur jika dengan penuh perhatian dan

punya alasan serta kesediaan untuk mendengar, menahan diri untuk tidak terlalu cepat

menjawab, dan banyak mendengar serta menangkap intisari penting yang disampaikan

konseli.

3. Saling pengertian

Seorang konselor mengerti bahwa setiap konseli punya perbedaan yang uni, sifat kejiwaan

yang berbeda satu dengan yang lain. Konselor harus belajar mengerti dan menerima konseli

yang dilayaninya. Dalam proses konseling, saling pengertian tidak dikomunikasikan dalam

kata-kata, tetapi secara prinsip seorang konselor dapat menempatkan konseli sebagai orang

yang dihargai. Cara terbaik untuk menunjukkan rasa menghargai adalah berusaha mengerti

keadaan, perilaku, dan perasaan konseli, serta melakukan komunikasi empati yang tepat.

4. Bekerja Sama

Hubungan menolong mengandung arti bekerja untuk orang lain (working for the others) juga

bekerja dengan orang lain (working with the others) dan bekerja melalui orang lain (working

throught the others). Untuk membangun kerja sama yang baik, seorang konselor sebaikanya

mempunyai pengetahuan yang luas. Paling tidak ia bekerja sama dengan psikolog, pekerja

sosial, dokter, dan pihak-pihak lain yang ada hubungan dengan konselinya. Ketidaktahuan
atas apa yang disampaikan konseli kepada konselor akan menyebabkan hubungan kerja sama

terputus.

5. Kelemahlembutan dan Kehangatan

Kelemahlembutan, pandangan mata yang penuh kasih saying, ketulusan yang jujur dan

berwibawa, mengalirkan rasa bahagia sebagai bagian afeksi dalam pelayanan konselor

terhadap konseli. Kehangatan sebagai ekspresi pengertian dan perlindungan yang biasanya

dikomunikasikan melalui media nonverbal, seperti gerak isyarat, tekanan suara, sentuhan,

dan ekspresi wajah.

6. Dapat Dipercaya

Sifat dapat dipercaya membuka kemungkinan konseli dengan bebas mengemukakan

persoalan, tanpa perasaan malu dan khawatir kalau rahasianya disebarluaskan. Inti dalam

layanan konseling adalah apa yang ingin dicapai dana pa yang konseli maksudkan dengan

kejujuran, ketulusan hati, tanggung jawab akan menimbulkan rasa percaya yang dalam

terhadap konselor. Unsur kesungguhan dan dapat dipercaya mengatur perilaku konselor,

sehingga konseli dapat merasakan bahwa konselor serius membantunya, tanpa ada

kepentingan lain, dan tidak mencari perlindunga dengan mempertahankan argumentasinya

terhadap konseli. Tetapi konselor perlu menunjukkan kerendahan hatinya, memahami

konseli.
BAB 4

KOMUNIKASI DAN DISKRIMINASI PENILAIAN PRIBADI DALAM KONSELING

PASTORAL

Komunikasi dan diskriminasi penilaian pribadi merupakan inti dari empati dasar dalam

membangun suatu hubungan konseling. Empati berasal dari kata Yunani em dan phatos yang

artinya perasaan seseorang pada keadaan sentimental.

EMPATI DASAR

Menempatkan perasaan empati secara positif dalam proses konseling, berarti seorang konselor

dapat mempunyai perasaan yang hangat dan ramah secara pribadi. Seseorang yang benar-benar

menggunakan empatinya jika ia dapat dan sanggup melakukan dua tahap:

1. Discriminate atau menangkap: konselor dapat mengadakan kontak atau memasuki ke

dalam dunia pribadi konseli, melihat dunia melalui persepsi konseli dan menangkap

perasan-perasaan yang ada dalam dunia konseli.

2. Communicate atau merespons: konselor berkomunikasi dengan konseli mengenai

pengertian menangkap berita dalam upaya konselor untuk memahami perasaan dan

tingkah laku serta pengalaman konseli.

Tahapan menolong dengan empati

1. Menangkap Berita
Dalam membangun komunikasi menolong, konselor hendaknya mengidentifikasi

perasaan konseli. Konselor mencoba menangkap berita terhadap perasan-perasaan baik

isi maupun situasinya.

2. Merespons dengan Empati

Memberikan respons terhadap perasaan-perasaan yang membingungkan, meningkatkan

derajat empati konselor terhadap konseli, merupakan langkah awal untuk meyakinkan

konseli bahwa ia mendapat perhatian dan perlakuan yang baik.

Beberapa fungsi empati dasar dalam konseling pastoral dideskripsikan berikut ini:

1. Kewajaran (Genuineness)

Konselor tampil apa adanya dan lebih cenderung bertingkah laku dalam keadaan yang

sebenarnya, tidak berpura-pura namun melakonkan dengan baik hubungannya dengan

konseli dalam suatu proses konseling yang wajar.

2. Rasa Hormat (Respect)

Dalam konseling, rasa hormat tidak selamanya dikomunikasikan melalui kata-kata, tetapi

lebih diekspresikan melalui tingkah laku konselor, untuk menyesuaikan diri dan bekerja

sama dengan konseli.

3. Penjelajahan Diri (Self-Exploration)

Penjelajahan diri adalah pemahaman diri yang disertai kesadaran akan adanya kebutuhan

untuk bertindak. Dalam pengungkapan masalahnya, konseli dapat menggunakan cerita

dan sejarah dalam penjelajahan diri. Baik konselor maupun konseli haruslah menjadi

dirinya sendiri, penuh rasa hormat dan memiliki pengertian yang dalam untuk

menciptakan kepercayaan diri dalam proses penjelajahan diri.

4. Konkrit (Concreteness)
Penjelajahan diri merupakan cara yang konkrit bagi konseli dalam mengidentifikasi

persaannya, tingkah lakunya, dan pengalaman-pengalama pada situasi yang relevan

terhadap masalahnya. Konselor harus sekonkrit mungkin dalam mendengarkan dan

merespons konseli, agar eksplorasi diri konseli dapat diungkapkan secara konkrit.

EMPATI LANJUTAN

Kerja sama konselor dengan konseli semakin ditingkatkan karena dalam empati ini bukan hanya

konselor membantu konseli, tetapi konseli harus menolong konselornya untuk dapat mengerti

perasaan orang lain yang berbeda-beda, agar konseli dapat mengevaluasi dirinya, cara hidupnya

dan bersosialisasinya. Dalam empati tingkat lanjutan ini, konselor tidak hanya mengerti dunia

konseli, tetapi juga melihat implikasi dari apa yang dia mengerti dan mengomunikasikan

pengertian yang lebih dalam itu kepada konselinya.

Untuk mencapai hal tersebut, penyingkapan diri, konfrontasi atau perdebatan sangat diperlukan

konselor untuk menolong konseli mencapai pengertian yang objektif tentang dirinya,

permasalahannya, dan dunianya yang akan membimbing pada tindakan yang efektif.

BAB 5

KARAKTERISTIK KONSELI DAN KONSELOR

MEMAHAMI KEBUTUHAN KONSELI

Dengan memahami kebutuhan-kebutuhan konseli, seorang konselor dapat merasakan betapa

dalamnya beban hidup yang dipikulnya, serta mengetahui kekuatan dan kelemahan konseli

dalam penderitaan yang dialaminya. Dengan itu, konselor tahu apa yang harus ia lakukan, agar

konselinya dapat menyelesaikan masalahnya.


MEMAHAMI PRIBADI KONSELI

Pemahaman menjadi penting dalam memahami perilaku konseli, termasuk latar belakang

perilaku yang unik yang dapat dimengerti, dan konselor mampu memberi pelayanan yang

relevan dan dapat memenuhi kebutuhan konseli.

Pemahaman terhadap diri dan apa yang menjadi kebutuhan akan meyakinkan konseli bahwa ia

tidak hanya dimengerti, tetapi diterima apa adanya, sesuai yang diharapkan dalam pelayanan

yang menyenangkan, agar ia segera pulih.

PEMAHAMAN DIRI KONSELOR

Berbicara mengenai pengenalan diri berarti kita perlu lebih dahulu berbicara tentang Personalty

of Man (pribadi manusia). Teknik mengenal diri dapat diperoleh melalui instropeksi, retrospeksi,

analisa diri, pelukisan diri orang lain, daftar cek, angket, tes psikologis, seurvei, dsb.

KONSELOR SEBAGAI PRIBADI

Konselor sebagai pribadi perlu menaruh minat yang mendalam, peka dan terbuka terhadap sikap

dan tindakan orang lain serta menghayati nilai-nilai kemanusiaan setiap individu. Konselor harus

memiliki kemampuan agar dapat memahami diri sendiri, menjalankan profesionalitasnya sebagai

konselor yang baik supaya dapat dipercayai orang lain. Konselor yang efektif membuka diri dan

menerima pengalaman sendiri, menyadari akan dengan orang lain, membiarkan diri sendiri

dilihat orang lain sebagaimana adanya, menerima tanggung jawab pribadi dari perilakunya

sendiri, serta mengembangkan tingkatan aspirasi yang realistik.


BAB 6

PENDETA SEBAGAI KONSELOR PASTORAL

Panggilan dan Profesi Pendeta

Panggilan adalah anugerah keselamatan Allah untuk melayani. Dengan pelayanan itulah karya

penyelamatan Allah bagi dunia tetap berjalan dan berlangsung terus selama manusia itu ada.

Panggilan lebih menunjuk pada karya keselamatan Allah yang dikerjakan dalam diri Yesus

Kristus (Fil. 3:14).

Pekerjaan pendeta merupakan panggilan untuk melayani. Panggilan melayani untuk

berhubungan dengan orang lain, agar mereka dapat hidup bersama dalam hubungan kemanusiaan

yang wajar. Pendeta juga diharapkan mengerti hubungannya dengan Tuhan, sehingga dapat

menjadi perantara yang mendamaikan.

Istilah pendeta digunakan untuk menunjukkan utusan dalam gereja yang mempunyai fungsi yang

sama seperti rasul. Orang yang menyebut dirinya pendeta dalam pelayanan gereja tidak boleh

malas, tetapi melatih orang kepada kesalehan yang benar dengan ajaran-ajaran Kristus,

melayankan sakramen, melestarikan dan menerapkan disiplin secara konsekuen.

Dalam konseling pastoral, panggilan dan profesi pendeta adalah profesi pertolongan seorang

pendeta yang berada dalam hubungan pertolongan dengan orang lain. Masyarakat memandang

profesi pendeta sebagai pekerjaan yang lebih mengarah untuk menolong orang-orang yang

mempunyai masalah. Profesi dan panggilan seorang pendeta memperkuat arti dari pelayanan

pastoral dengan alasan bahwa:

1. Pendeta adalah rekan sekerja Allah yang mengarahkan hatinya ke dalam pelayanan yang

terpusat pada Allah dan setia memampukan orang lain mengenal diri sendiri dan Allah.
2. Pendeta menempatkan pelayanannya di dalam terang Roh Kudus dalam menjawab

pergumulan-pergumulan sekitar masalah-masalah kemanusiaan.

3. Pendeta sebagai konselor pastoral selalu bersentuhan dengan apa yang disebut relasi

terhadap sesamanya.

PENDETA SEBAGAI GEMBALA

Sebagai konselor pastoral, seorang pendeta harus memiliki sikap dapat menerima orang lain dan

merasakan yang mereka rasakan, serta dapat menempatkan dirinya dalam kehidupan dan

perasaan orang lain, sehingga mereka merasa dihargai, diterima, dan dikasihi. Dalam konseling

pastoral, seorang pendeta berkewajiban memberikan layanan pastoral bagi mereka yang berada

dalam kebimbangan, penderitaan dan pergumulan hidup, diminta maupun tidak diminta.

Ketika seseorang berada dalam kebimbangan, kecemasan, keputusasaan dan rasa takut yang

dalam, merasa terasing dan mengalami keterasingan (aleanasi), pendeta sebagai konselor

pastoral dapat menyadarkan konseli akan kehadiran dan keterlibatan Tuhan Yesus berkarya

dalam pergumulan dan penderitaan hidupnya. Pendeta terpanggil untuk menolong seorang

konseli supaya ia dapat meolong dirinya sendiri mengatasi pergumulan hidupnya. Melalui

konseling pastoral, pendeta dapat memberi pertolongan secara professional, sehingga seorang

konseli dapat menyelesaikan masalah.

Anda mungkin juga menyukai