NPM : 24023120019
MK : Manajemen Konflik & Negosiasi
Gaya Manajemen yang Membangun
Perkembangan Spiritual
Untuk melihat bagaimana sesungguhnya konflik spiritual terformulasi dalam proses kehidupan
sosial, oleh Syafrizal (1993), bahwa sangat tergantung kepada kondisi seseorang atau kelompok di
dalam penerimaan serta penjunjungan terhadap nilai yang sudah terseleksi sebagai nilai universal,
termasuk juga nilai lain bersifat parsial.
Swidler (2014) memahami agama dari akar kata Latin “re-ligare” yang berarti pemahaman tentang
makna akhir dari kehidupan, didasarkan pada gagasan dan pengalaman transenden seseorang.
Agama adalah sistem yang terorganisir dari keyakinan, praktik, ritual, dan simbol-simbol yang
dirancang: (a) untuk memfasilitasi kedekatan transenden, dan (b) untuk mendorong pemahaman
tentang hubungan dan tanggung jawab seseorang kepada orang lain dalam komunikasi hidup
bersama dalam komunitas.
Ketegasan Diri
Ketegasan diri menjadi signifikan dengan cara mengambil sikap dan menjaga jarak terhadap
fenomena masalah yang dialaminya (self-detachment). Selfdetachment sebagai kekuatan spiritual
meyakinkan pribadi setiap individu bahwa mereka mempunyai kemampuan mengembangkan
asumsi berpikir positif dengan sasaran pencapaian adalah meningkatkan ketegasan diri. Dengan
spiritual yang dimiliki seseorang dapat memenuhi kebutuhan penanganan yang diperlukan pada
tingkat ketegasan diri yaitu berperilaku dan bertindak berdasarkan standar, aspirasi, tujuan dan
kemampuan untuk mengambil sikap dan menjaga jarak terhadap fenomena masalah yang
dialaminya (self-detachment).
Tujuan Hidup
Dengan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang membangkitkan spirit dalam cinta dan
pekerjaan, atau menanggapi situasi dengan memilih sikap yang benar, untuk melampaui dirinya
sendiri.
Tanggung Jawab Diri
Kehidupan menuntut hidup di masa sekarang. Masa lalu tidak bisa diubah tetapi masa sekarang
bisa memperbaiki kesalahan masa lalu, untuk menatap masa depan itulah tanggung jawab yang
harus diambil oleh setiap orang. Tanggung jawab diri memungkinkan pribadi setiap individu untuk
memperbaiki kebutuhan keluarga dan meningkatkan peran diri, dengan indikatornya adalah
memahami tugas dan tanggung jawab diri agar terhindar dari konflik peran, bekerja tepat waktu,
tanpa harus mengabaikan tanggung jawabnya dalam melayani suami/istri, mendidik anak,
demikian juga tanggung jawab dalam masyarakat.
Integritas Diri
Hal tersebut memungkinkan pribadi setiap individu untuk meningkatkan nilai diri dan
mengembangkan citra dirinya, dengan indikatornya adalah memperlihatkan kemampuannya
terhadap aktualisasi diri dan makna dalam rangka memperbaiki hubungan dengan orang lain,
menghargai dan menghormati diri sendiri, sehingga lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan,
ketakutan, stres maupun depresi. Pribadi setiap individu diharapkan dapat menyadari bahwa nilai-
nilai yang mereka terapkan membawa dampak positif untuk menurunkan kecemasan dan
ketakutan, adanya perubahan perilaku ke arah yang lebih positif, konstruktif, sehat dan dinamis,
mempunyai tujuan dan makna hidup yang jelas, sehingga terjadi transfer of meaning bagi
hidupnya.