KB 1
Oleh
Uswatun Khasanah (18030181010118)
A. ANALISIS KASUS
2) Mendorong penerimaan diri konseli dengan menyediakan kondisi fasilitatif hingga konseli
mengungkapkan ekspresi-ekspresi tertentu meski belum terbuka apa adanya.
Setelah menjalin hubungan baik, dan konseli merasa diterima oleh konselor maka
konselor membuat situasi kondisi untuk menfasilitas konseli untuk mendorong
penerimaan dari diri konseli agar terbuka. Kondisi ini akan membuat konseli
mengungkapkan ekspresi-ekspresi tertentu walaupun mungkin belum terkait topik diri
sendiri secara langsung.
3) Membebaskan individu untuk mengekspresikan apapun yang terkait dengan diri sendiri.
Pada tahap ini konselor membebaskan konseli untuk mengekspresikan terutama
terkait tentang diri dan masalah konseli.
4) Mendorong konseli mampu menafsirkan makna akan pengalaman yang telah dilaluinya,
menjabarkan perasaan-perasaan yang muncul, komitmen untuk bertanggungjawab
terhadap masalahnya.
Pada tahap ini rasa takut, enggan, dan ketidakpercayaan masih menyertai konseli
dalam berinteraksi dengan konselor. Konseli mampu menafsirkan makna akan
pengalaman yang telah dilaluinya, menjabarkan perasaan-perasaan yang muncul,
komitmen untuk bertanggung jawab terhadap masalahnya.
6) Membantu konseli menerima keadaan dirinya apa adanya sebagaimana yang dia
persepsikan tanpa rasa takut, penolakan atau pengabaian.
Pada tahap ini, konseli menjadi lebih cepat menyadari perasaan yang muncul.
Pengalaman dan perasaan yang menyertai diterima apa adanya, tanpa rasa takut,
penolakan, atau pengabaian. Sebuah pengalaman menjadi hidup, tidak semata (sekedar)
dirasakan. Individu sebagai objek mulai tidak tampak. Inkongruensi menjadi kongruen.
“Diferensiasi pengalaman semakin tajam dan mendasar. Dalam fase ini, tidak ada lagi
„masalah‟, ruang eksternal dan internal. Konseli menjadi menghayati hidupnya,
subyektif, dan menyelami realitas yang dihadapi.
Keseluruhan hal tersebut bukan lagi objek”. Secara fisiologis, rasa lega yang muncul dalam
diri konseli membuatnya merasa nyaman dan rileks.
3. Follow up
Follow up yang dilakukan adalah dengan terbuka menerima kehadiran Raisa kembali jika
membutuhan bantuan konselor atau apapun yang diingikan konseli terkait dengan
permasalahan yang dialami saat ini.