Anda di halaman 1dari 15

PSIKOANALISIS

Sigmund Freud tahun 1986

Falsafah Dasar, Pemahaman mengenai kepribadian manusia yang didasarkan pada pengalaman dengan
pasien-pasiennya, analisis dari mimpinya sendiri dan referensi dari berbagai sumber bidang ilmu
pengetahuan hunamiora.

Pandangan manusia, freud memandang manusia adalah sebagai sesuatu yang dinamis dengan
transormasi dan pertukaran energy di dalam kepribadiannya.

Pribadi ideal,

Pribadi yang sehat adalah pribadi yang tingkah lakunya sesuai dengan pengkondisiannya

- Dapat merespon stimulus dengan cepat


- Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam bertingkah laku
- Memiliki derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku denga tidak mengecewakan diri dan
lingkungan
- Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi
- Memiliki kontrol diri yang memadai

Pribadi bermasalah, dibagi secara neurosis dan psikis

Faktor penyebab, individu tidak dapat mengontorol dorongan id yang ingin dipuaskan sehingga mnejadi
ketidakseimbangan dan konflik intro-psikis yang menyebabkan kecemasan yang berlebih. Adanya
dinamika yang tidak efektif anatar id, ego, superego. Individu juga kurang menjalani tahap demi tahap
perkembangan dengan cara yang baik dan efektif.

Pandangan konseling, konseling merupakan proses pemberian bantuan dari seorang profesional
(konselor) kepada individu yang bermasalah (konseli )agar individu tersebut dapat memiliki ego yang
mampu digunakan untuk memilih dengan rasional dan menjadi mediator antara id fan superego.

Tujuan konseling,

- Membawa konseli kepada kesadaran doronga- dorongan yang ditekan ketidaksadaran yang
mengakibatkan kekecewaan
- Memberikan kesempatan kepada konseli untuk menghadapi situasi yang telah gagal diatasninya
sehingga, konselor bertugas membantu konseli dalam menghidupkan kembali pengalaman-
pengalaman masa lalu konseli.

Peran dan fungsi konselor

- Membantu konseli untuk mencintai, bekerja, dan bermain denganbebas


- Membantu mendapatkan kesadaran diri, kejujuran, hubungan, antara pribadi yang efektif
- Mengajarkan tentang makna proses konseling sehingga memiliki wawasan tentang
permasalahannya
- Mengakselerasi proses pengungkapan materi yang tidak disadari

Pengalaman konseli, mereka mendapatkan sesuatu pemahaman tentanng gejala-gejala dan funsgi yang
diembannya, suatu wawasan dalam cara-cara lingkungan bisa memberikan pengaruh terhadapanya dan
bagaimana ia bisa mempengaruhi lingkungannya, dan sikap defensive yang makin berkurang serta
kesadaran yang meningkat terhadap kapan mereka menjadi defense, (corey, 2009)

Tujuan,

- Membawa klirn kepada kesadaran-kesadaran yang ditekan ketidaksadaran yang mengakibatkan


kecemasan.
- Memberi kesempatan pada klien menghadapi situasi yang selama ini gagal diatasinya.
Membantu klien menghidupkan kembali pengalaman masa kanak-kanak dengan menembus
konflik yang direpresi

Langkah:

- Opening, penentuan masalah konseli yang dapat ditangani psikoanalisis


- Developing transference, mengembangkan dan mneganalisis hubungan konseling dengan
berdasarkan pada perilaku masa lalu konseli yang mempengaruhi perilaku saat ini sehingga
konseli mampu membuat keputusan yang lebih layak
- Working through, pemecahan konfilk-konflik dasar yang termanifestasi dalam hubungan konseli
dan konselor melalui pengulangan interpretasi dan esplorasi bentuk resistensi konseli
- Resolution of transference, mengatasi ketergantungan konseli pada konselor setelah konflik
utama terselesaikan dengan proses konseling

Media, observasi analisis diri, analisis resistensi, analisis transferensial

PSIKOLOGI INDIVIDUAL ALFRED ALDER

Falsafah dasar, menekankan pada pemeriksaan hubungan sosial dan budaya individu, pandangan
holistik kepribadian, megambil tanggung jawab pribadi, berjuang untuk menapai tujuan hidup,
penumbuhan menuju rasa kelengkapan dan kepemilikan, dan pendekatan praktis untuk menghadapi
tantangan hidup. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial, mereka menghubungkan dirinya
dengan orang lain, ikut dala berbagai kegiatan kerja sama sosial, menempatkaan kesejahteraan sosial
diatas keentingan individu, dan megembangkan gaya hidup yang mengutamakan orientasi sosial.

Pandangan manusia, individu dan permasalahan hidup selalu bersifat sosial. Ia mneyakini manusia
dilahirkan dengan perasaan rendah diri dan dikarunia kesadaran bersosial dan hanya keterpaksaan yang
membuat bertanggung jawab kepada manusia lain untuk dapat mencapai sebuah kesejahteraan yang
baik untuk dirinya dan orang lain.
Pandangan konseling, berfokus pada waktu jangka panjang dan komprehensif. Berusaha menentukan
penyebab awal masalah kehidupan dari tujuan hidup yang tidak sehat sampai pada hal yang bisa
merugikan diri sendiri.

Faktor penyebab, pengalaman kanak-kanan, kondisi psikologis dan medis

Pribadi malasui, akar dari perjuangan tujuan yang tidak sehat berkembang selama kanak-kanak dari
pertemuan variable seperti lingkungan keluarga yang disfungsional yang mengecilkan hati dan
melemahkan kondisi, psikologis yang tidak terdiagnosis dan kurangnya dorongan.

Pribadi sehat, minat sosial (yang) mengarah pada sesuatu adalah penanda kesehatan psikologis. Inti dari
minat sosial melibatkan usaha untuk mencapai tujuan hidup seseorang sambil memenuhi tugas
kehidupannya dengan cara bertanggung jawab dan mendukung secara sosial.

Peran dan fungsi konselor, mengumpulkan informasi mengenai gaya hidup individu dengan cara
menanyakan pada klien konstelasi keuarga, yang meliputi orang tua, saudarara dll yang tinggal di rumah,
tugas, kehidupan dan ingatan awal. Membuat penilaian yang komprehensif.

Pengalaman konseli

Konseli mengeksplorasi apa yang disebut Adlerians sebagai logika pribadi, konsep tentang diri, orang
lain, dan kehidupan yang membentuk filosofi yang menjadi dasar gaya hidup individu. Masalah yang
muncul karena kesimpulan berdasarkan logika pribadi mereka sering tidak sesuai dengan persyaratan
kehidupan sosial. Inti dari pengalaman terapi terdiri dari klien yang menemukan tujuan perilaku atau
gejala dan kesalahan dasar yang terkait dengan koping mereka. Mempelajari cara memperbaiki asumsi
dan kesimpulan yang salah adalah inti dari terapi.

Tujuan konseling,mengembangkan rasa kebersamaan konseli dan mempelajari perilaku dengan memiliki
rasa kebersamaan dalam masyarakat dan ketertaraikan atau minat sosaial. Serta mengubah persepsi
terhadap diri sendiri orang lain dan kehidupan.

Langkah

- Fase Awal, pembentukan hubungan terapuetik


- Fase kedua, wawancara, penilaian gaya hidup dan eksplorasi struktur dan suasana emosional
keluarga konseli
- Fase wawasan konseling, memuncaknya pemahaman konseli tentang bagaimana tujuan
hidupnya dan perilaku tambahan menyebabkan masalah dan hubungan disfungsional
- Fase akhhir, membantu konseli kembali ke tujuan dan mengorientasikan diri dari perilaku
disfungsional

Media konsultasi Adlerian, interpretasi, early recollection, analisis life style

GESTALT,
FALSAFAH, manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan. Setiap individu mampu
memiliki kemampuan menerima tanggung jawab ribadi, memiliki dorongan mengembangkan kesaadran
yang mengarahkan menuju terbentuknya intergitas atau keutuhan pribadi.

Pandangan manusia, tidak ada yang ‘Ada’ kecuali ‘Sekarang’. Masa lalu telah pergi dan masa depan
belum ijalani maka dari itu, yang menentukan kehidupan manusia adalah masa sekarang.

Pribadi sehat, individu yang dapat mengatasi masalah yang dialaimnya sendiri, terutama saat mereka
menggunakan kesadaran dan pengalaman yang sedang dialaminya dan dunia sekitar.

Pribadi malasui, terjadi pertentangan antara kekuatan dan keberadaan/underdog. Perkembangan yang
terganggu merupakan sebab adanya ketidakseimbangan antara yang diharuskan dan yang diinginkan.

Pandangan konseling, bagaimana keadaan konseli sekarang serta hambatan yang muncul dalam
kesadarannya. Maka, tugas konselor yaitu mendoorng konseli agar mampu melihat kenyataan yang ada
dalam dirinya serta mau mencoba menghadapinya. Konseli diarahkan agar memiliki kemauan untuk
menggunakan perasaannya secara penuh.

Tujuan konseling, meningkatkan proses pertumbuhan konseli dan membantu konseli mengembangkan
potensi manusiawinya.

Fakor penyebab, pengindaran permasalahan, unfinished business, pertentangan topdog dengan


underdog

Pengalaman konseli, konseli didorong untuk tidak hanya berbicara tentang emosi atau pengalaman
mereka, tetapi untuk membawa mereka ke dalam ruangan sehingga dapat diproses secara real-time
dengan konselor

© Pendekatan Konseling Gestalt


Source:

Peran konselor, memperlihatkan sturktu pengalaman dan menyadari akan bagaimana pengalaman

- Mendorong konseli untuk melihat kenyataan pada dirinya dan mau menghadapinya
- Menhindarkan diri dari pikiran abstrak, keinginan mendiagnosis, interpretasi, maupun
memberikan nasehat
- Mendorong konseli untuk berkembang dan menggunakan sisrem dukungan internal dalam
dirinya
- Menyingkirkan hambatan yang membuat konseli tidak mampu berdiri sendiri

Langkah

- Fase 1, pembentukan pola hubungan konselor dan konseli


- Fase 2, konselor menyakinkan konseli dan mengkondidikannya untuk dapat mengikuti prosedur
- Fase 3, konseli mengatakan perasaannya pada saat ini sehingga konselor menemukan hal yang
harus dilakukan konseli
- Fase 4, konseli menunjukkan gejala yang mengindikasikan intergrasi kepribadiannya sebagai
individu yang unik.

Media, ruang konseling, konseling setting kelompok, konseling setting individu

BEHAVIORAL

Falsafah dasar, tingkah laku manusia ditentukan oleh berbagai macam penguatan yang diterima dalam
situasi di hidupnya. Tingkah laku dipelajari saat individu berinteraksi dengan lingkungan melalui hokum
belajar.

Pandangan manusia, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dobentuk dan deprogram sesuai
dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Manusia berhak menjadi baik atau jahat, membawa
kebutuhan dasar, mempunyai tugas berkembang dengan kegiatan belajar, dipengaruhi dan
mempengaruhi lingkungannya.

Faktor penyebab, ketidakmampuan mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya,
cara belajar yang salah

Faktor pembentuk,

- Faktor predisposisi, meliputi umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap


- Faktoe pemungkin, yang terwujud dalam lingkungan fisik dan fasilitas
- Faktor penguat, dukungan keluarga, masyarakat, lingkungan

Pribadi sehat, mampu merespon stimulus yang ada dengan cepat. Memiliki derajat kepuasan tinggi,
mampu mengambil keputusan dengan tepat

Pribadi tak sehat, tingkah laku tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan, tingkah laku maladaptive, tidak
mampu mengambil keputusan dengan tepat

Pandangan konseling, berfokus pada tingkah laku yang Nampak dan spesifik, penilaiannya yang objektif
terhadap tujuan konseling

Tujuan konseling, membantu konseli membuang respon lama yang maladaptive dan mempelajari
respon baru yang adjustive.

Peran konselor

- Mengidentifikasi konseli dengan mengumpulkan informasi secara sistematis tentang anteseden


situasional, dimensi dari masalah perilaku konsekuen, b
- Membantu memecahlkan masalah
- Memiliki keterampilan dan kepekaan dalam memberikan layanan sehingga terjadil hubungan
baik dengan konseli
Pengalaman konseli, terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk

berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. konseli belajar suatu

keterampilan konkret melalui instruksi, pemodelan, dan umpan balik kinerja. Konseli secara

bersama- sama konselor terlibat aktif dalam proses terapi.

Langkah:’

- Assesmen
- Goal setting
- Technique implementation
- Evaluation
- Feedback

Media dapat menggunakan setting individu maupun kelompok dengan memanfaatkan teknik

Desentisitasi Sistemati, Shapping, self management, Relaksasi, Flooding, Modelling

Reininforcement, Behavioral rehearsal, Cognitive restructuring

REALITA

Falsafah dasar, keberhasilan individu dalam memenuhi kebutuhan dasarnya akan memberi identitas
berhasil dalam dirinya. Sedangkan kegagalan akan pemenuhan kebutuhan dasar menyebabkan individu
mengembangkan identitas gagal. Individu yang berhasil akan menjalani kehidupan dengan berprinsip
pada 3R: Right, nilai atau norma patokan sebagai pembanding untuk menentukan sesuatu benar atau
salah. Responsibility, kemmapuan untuk memenuhi kebutuhannya tanpa mengganggu hak-hak orang
lain. Reality, kesediaan individu dalam menerima konsekuensi logis dan alamiah dari suatu perilaku.

Pandangan manusia, makhluk yang memiliki kebutuhan dasar dan dalam kehidupannya mereka
berusaha memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan dasar manusia meliputi kebutuhan bertahan hidup
(survival), mencintai dan dicintai (love and belonging), kekuasaan atau prestasi (power or achievement),
kebebasan atau kemerdekaan (freedom or independence), dan kesenangan (fun).

Pandangan konseling, konseling realita membantu individu mencapai otonominya dimana keadaan yang
menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan
pribadi.

Tujuan konseling, membatu memberikan hubungan connect dan menghubungkan ulang reconnect
konseli dengan orang lain yang dimaksudkan untuk mendorong pencapaian quality world.

Pribadi tidak sehat, identitas gagal individu gagal dalam memenuhi kebutuhan dasarnya dan gagal dalam
memiliki hubungan dengan orang lain, perbuatan tidak puas individu tidak dapat mengatasi masalah
sebagaimana mestinya, keterlibatan dengan diri, kurang terlibat hubungan dengan orang lain, individu
tidak belajar dalam memenuhi kebutuhan dasarnya saat terlibat dengan orang lain

Pribadi sehat, individu yang memiliki identitas keberhasilan dalam menjalani kehidupannya dengan
berdasar pada prinsip Right, Responsibility, Reality.

Faktor pembentuk, pengalaman, pola asuh, lingkungan, status sosial , perilaku asertif

Pengalaman konseli, fokus pada tingkah lakunya sekarang dari pada berfokus pada perasaan dan
sikapnya karena mengendalikan tingkah laku. konseli membuat pertimbangan nilai keefektifan tingkah
laku untuk meraih tujuannya. konseli membuat rencana- rencana yang detail untuk mengubah tingkah
laku yang gagal menjadi berhasil dan berkomitmen atas rencana tersebut. konseli harus terlibat aktif
untuk menjalankan kontrak konseling yang telah dibuat dengan penuh tanggung jawab. konseli
mengevaluasi tingkah lakunya sendiri dengan dibantu oleh konselor dengan cara membuka tingkah laku
yang sebenarnya.

Peran konselor, memasang batas-batas yang meliputi batasan dalam situasi terapeutik dan batasan yang
ditempatkan kehidupan pada seseorang dengan melalui pembuatan kontrak.

Langkah

- Wants and need, keinginan kebutuhan dan persepsi konseli


- Doing, apa yang dilakukan dan dipilih oleh konseli
- Evaluation, melalukakn penilaian mengenai apa yang dilakukannya
- Plan, membuat rencana perubahan perilaku konseli

Media,

REBT

Falsafah dasr, pendekatan REBT menekankan pada keterkaitan antara perasaan, tingkah laku, dan
pikiran. Dalam REBT berfokus pada cara pengajaran mengubah pikiran-pikiran irasional menjadi pikiran
yang rasional.

Pandangan manusia, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir secara rasional maupun irasional.
Manusia memilii kecenderungan untuk memelihara diri, bahagia, mencintai namun manusia juga
memiliki kecenderungan dalam driir untuk menghindari pemikiran dan menyesali kesalahan.

Pribadi sehat,

- To survive, bertahan hidup


- To be relatively free, bebas dari rasa sakit
- To be reasonably or content, mencapai kepuasan diri
-
Pribadi tak sehat, manusia yang memiliki pikiran irasional yang mempengaruhi perilakunya

- Tiga tuntutan pada diri sendiri, orang lain dan situasi


- Dramatisasi
- Overgeneralisasi
- Memiliki penilaian yang tidak berdasar
- Rendah toleransi frustrasi

Faktor, setiap individu memiliki kecenderungan untuk berpikir irasional dan mengganggu kehidupan

Pandangan konseling, berfokus membentuk pribadi manusia yang rasional dengan jalan mengganti cara
cara berpikir yang irasional. Pandangan cara berpikir rasional penyebab seseorang mengalami gangguan
emosional. Dala rangka mencapai tujuan konseling maka diperlukan pemahaman individu tentang
sistem keyakinan atau cara berpikirnya sendiri.

Tujuan konseling, membantu menyadarkan individu bahwa seseorang dapat menjalani kehidupan
dengan rasional dan produktif untuk mengubah kebiasaan berpikir atau berperilaku yang merugikan diri
sendiri. Serta membantu mengindari perilaku emosional yang lebih besar terhadap suatu peristiwa dari
yang seharusnya.

Peran konselor, berperan aktif secara langsung dengan maksdu memberikan arahan yang mengajarkan
konseli dan mengoreksi pikiran irasional.

Peran konseli, mencoba mengubah pikiran-pikiran irasionalnya atau belajar mengantisipasi manfaat
atau konsekuensi dari tingkah laku.

terlibat dalam konseling ecara aktif untuk menemukan pikiran tidak rasional dan menggantinya dengan
pikiran rasional, melakukan perubahan-perubahan emosi dan perilaku yang merusak diri

Langkah:

- Activating event, peristiwa pembangkit yang berisi pengalaman/ kejadian, fakta atau perilaku
orang llain
- Belief, keyakinan, pandangan terhadap Activating event
- Consequence, konsekuensi emosional yang diakibatkan reaksi individu terhadap Activating
event
- Disputing, tindakan terapeutik untuk menjadikan pikiran irasional menjadi rasional
- Effect, hasil akhir dari A-B-C-D. jika ABCD berlangsung dalam proses berpikir logis maka hasil
berupa perilaku positif. Namun jika dalam proses berpikir masih irrasional maka perilaku
negative
TRAIT AND FACTOR

Falsafah dasar, setiap individu memiliki sejumlah kemampuan dan potensi dimana potensi dan bakat
tersebut dapat dikembangkan hingga mencapai tingkatan excellent.. Pola kemampuan dan potensi yang
dimiliki seseorang berlainan dengan keterampilan yang dituntut pada pekerjaan. Setiap individu dapat
berkeinginan dan cenderung ingin mengenal dirinya sendiri.

Pandangan tentang manuusia, manusia mempunyai dorongan untuk belajar dan bertumbtuh, manusia
mempunyai kebutuhan dasar, membutuhkan hubungan dengan orang lain, serta manusia memiliki
motivasi untuk mendapat indetitas dirinya yang berhasil dan manusia selalu menilai tingkah lakunya.

Pandangan konseling, berfokus pada pemahaman diri melalui hail tes psikologi dan diterapkan untuk
memecahlan permasalahan terutama dalam bidang akademik dan kariri/pekerjaan.

Pribadi tidak sehat, individu tidak dapat mengenali bakat dan potensinya, individu tidak dapat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya secara optimal, individu menjadi pribadi kurang percaya
diri, memiliki konflik dengan dirinya, dan merasa cemas.

Pribadi sehat, individu yang dapat mengidentifikasi kemampuan dan bakatnya dengan baik serta dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan secara optimal.

Faktor penyebab, individu tidak dapat memahami apa yang menjadi potensi dalam dirinya karena
dipengaruhi oleh emosi-emosi yang menyebabkan kemampuan berpikirnya tehambat sehingga tidak
dapat menggali potensi-potensi dalam dirinya dan terjadi hambatan dalam mengembangkan
kemampuan dirinya

Tujuan konseling, membantu konseli untuk mengarahkan dirinya dalam mengenali diri sendiri terutama
mengenai bakat dan potensi dalam diri konseli sehingga diharaokan konseli mampu mengenali potensi-
potensi yang dimilikinya untuk selanjutnya dapat mengembangkan potensi dan meningkatkan
kemampuan menemukan solusi dalam kemmapuan pemecahan masalah.

Peran konselor, memberikan pemahaman dan arahan kepada konseli mengenai keterampilan dan
kemampuan yang dimilikinya berdasarkan hasil tesing serta mengetahui kelemahan dan kelebihan yang
dimiliki konseli

Peran KONSELI,

- Memahami dirinya terkait potensi, bakat, minat dan keterampilan-keterampilan yang ada pada
dirinya
- Bersedia mengembangkan diri secara optimal dan bersedia untuk berpikir rasional

Langkah:

- Analisis
- Pengumpulan data
- Sintesis
- Penggabungan data diagnosis
- Menginterpretasikan data diagnosis
- Memprediksi kemungkinan konseling/tindak lanjut

ANALISIS TRANSAKSIONAL

Falsafah dasar, menekannkan aspek-aspke kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada


peningkatan kesadaran sehingga mampu membuat keputusan baru dang mengubah cara hidupnya.

Pandnagan terhadap manusia

- Manusia memiliki pilihan dan tidak tebelenggu oleh masa lalunya


- Perubahan manusia itu berdasarkan here and now.
- Manusia dapat belaajr mempercayai dirinya sendiri
- Manusia dilahirkan bebas namun, salah satu yang dipelajarinya adalah berbuat sesuai dengan
perintah

Pandangan konseling, konseling AT berfokus pada keputusan-keputusan awal yang dibuat konseli dan
menekankan kemampuan konseli untuk membuat keputusan-keputusan baru.

Faktor penyebab

Faktor pembentuk, kontrak yang dibuat dengan jelas yang menyatakan tujuan-tujuan dan arti
proses terapi, berfokus pada putusan-putusan awal yang dibuat oleh konseli, dan menekankan
kemampuan konseli untuk membuat putusan-putusan baru.

Peran konselor

- Membantu konseli mengembangkan kapasitas diri dalam menggunakan status egonya yang
cocok
- Membantu konseli yang mengalami kontaminasi status ego berlebihan
- Membantu mengembangkan seluruh status ego dewasa dari konseli
- Membantu konseli dalam membebaskan diriya dari posisi yang kurang coock dengan
menggantinya dengan rencana hidup baru yang lebih produktif

Peran konseli

- Terlibat aktif dan langsung serta dengan penuh tanggung jawab dalam pembuatan kontrak
sebagai komitmen akan apa yang dilakukannya dan bagaimana konseli akan menuju pada tujuan
konseling yang telah ditetapkan dan menetapkan berakhirnya kontrak.

Tujuan konseling, membantu konseli membuat keputusan-keputusan baru yang menyangkut tingkah
lakunya sekarang dan arah hidupnya. Menggantikan gaya hidup yang ditandai oleh permainan
manipulative oleh scenario yang mengalahkan diri dengan gaya hidup otonom yang ditandai oleh
kesadaran, spontanitas, dan keakraban
Pribadisehat,

- Dapat menggunakan ketiga status ego denga baik


- Posisi dasar hidupnya yaitu I’m Okay You’re Okay
- Relative bebas script
- Tidak ada kebutuhan untuk “games playing”
- Dapat menyatakan diri secara bebeas
- Dapat mencintai dan dicintai

Pribadi tidak sehat

- Konsep diir negative


- Hubungan dengan orang lain negative
- Posisi dasar hidup I’m okay you’re no Okay/I’m not Okay, You’re Okay/ I’m not Okay, You’re not
Okay, kontaminasi/eksklusi

Langkah:

- Tahap Pertama :Pendahuluan, untuk menentukan kontrak dengan konseli mengenai masalai
maupun tanggung jawab kedua pihak
- Tahap kedua, mengajarkan konseli akan status egonya
- Tahap Ketiga: Pembuatan kontrak, mengacu pada kontrak yang dibuat oleh konseli sebagai
sebuah komitmen tentang apa yang akan dilakukan konseli,
- Tahap Keempat: Menggali ego states, menggali bersama ego state serta memperbaikinya
sehingga sampailah pada tujuan konseling.

CLIENT CENTERED

Falsafah dasar, teori yang berpusat pada konseli yang menitik beratkan kesanggupan konseli dalam
menentukan dan memecahkan suatu permasalahan yang dirasa penting bagi konseli.

Pandangan manusia, Manusia bersifat positif, diposisikan untuk memiliki kesanggupan dalam membuat
keputusan. Selain tiu menekankan kecakapan dalam menentukan isu yang penting bagi dirinya dan
pemecahan masalah. Konsep pokok yang mendasari adalah konsep mengenai diri, aktualisasi diri, teori
kepribadian, dan hakekat kecemasan.

Pandangan konseling, penunjang pertumbuhan pribadi individu dengan jalan membantu individu untuk
mengaktualkan potensi dan bergerak kearah meningkatkan kesadaran, spontanitas, dan keyakinan diri.

Tujuan konseling, menciptakan iklim yang kondusif sebagai usaha membantu konseli mejadi pribadi
yang berfungsi penuh, meningkatkan kemandirian dan integrasi yang mengarah pada aktualisasi diri,
memberi kesempatan dan kebebasan untuk mengekspresikan perasaanya, berkembang dan terrealisasi
potensinya juga membantu untuk meningkatkan kemandirian dalam mengadakan integrasi dengan
lingkungannya.

Faktor penyebab, ketidaksesuaian antara ideal self, self concept, dan kenyataan/kemampuan

Pribadi sehat, memiliki kapasitas memberikan toleransi, menerima hadirnya ketidakpastian dalam hidup,
menerima diri sendiri dan orang lain, spontanitas dan kreatif, memiliki privasi, memiliki kepedulian
kepada orang lain dengan tulus, terarah dalam diri sendiri

Pribadi tidak sehat, adanya ketidaksesuaian persepsi diri dan pengalaman nyata, pribadi yang inkogruen
antara ideal self, self concept dan organisme. Memiliki rasa rendah diri karena kesenjangan self concept
dan organisme, tidak mampu mempersepsi dirinya, orang lain, dan berbagai peristiwa yang terjadi di
lingkungannya secara objektif

Peran konselor

- Menciptakan hubungan bersifat permisif


- Mendorong pertumbuhan pribadi bukan ganya membantu melepaskan konseli dari
permasalahannya
- Mendorong kemampuan pemecahan masalah

Peran konseli, konseli harus mampu dan aktif untuk mencari solusi dengan diberikannya kesempatan
untuk menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Sementara
konselor hanya , sebagai fasilitator yang mengarahkan konseli agar dapat mengambil keputusannya
secara mandiri

Langkah:

- Membuka kesempatan situasi membuka diri


- Konselor mendorong ekspresi bebeas dari perasaan yang berkaitan dengan permasalahnnya
- Konselor menerima, mengakui dan menjelaskan beberapa perasaan negative
- Konselor menerima dan mengakui perasaan positif
- Wawasan, pemahaman tentang diri dan penerimaan diri
- Klasrifikasi
- Inisiasi
- Wawasan lanjutan
- Self directed
- Penurunan perasaan membutuhkan bantuan dan pengakuan dari konseli bahwa hubungan
harus berakhir

Media
Rasa takut seringkali menghalangi seseorang dalam mengambil tantangan atau berusaha untuk
berkembang. Namun, rasa takut yang terlalu banyak dapat menghambat kemampuan seseorang untuk
beradaptasi dan mencoba. Berikut adalah beberapa poin yang relevan:

1. Rasa takut dapat menghalangi kemampuan seseorang untuk beradaptasi dan mencoba.

2. Rasa takut yang terlalu banyak dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengatasi
tantangan.

3. Rasa takut dapat menghalangi seseorang dalam mengambil langkah yang diperlukan untuk
berkembang.

4. Rasa takut yang terlalu banyak dapat menghambat kemampuan seseorang untuk mengelola situasi
yang sulit.

Dalam hal ini, penting untuk memahami bagaimana mengatasi rasa takut dan mengembangkan
kemampuan seseorang untuk mengatasi tantangan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mempersiapkan diri untuk mengambil tantangan dan berusaha, meskipun kekhawatiran mungkin masih
ada. Dengan melakukan ini, seseorang dapat mengembangkan kemampuan diri dan mengatasi rasa
takut yang mengganggu seseorang untuk berusaha. Selain itu, memiliki sikap positif dan mengerti
kekhawatiran sebagai peluang untuk berkembang dan mencapai kesuksesan dapat membantu
mengatasi rasa takut dan meningkatkan kemampuan seseorang untuk mengambil tantangan.

Rasa takut akan kegagalan sebetulnya hal yang wajar dialami setiap manusia karena pasti setiap
manusia menginginkan suatu keberhasilan. Namun dalam menghadapi ketakutan akan kegagalan perlu
adanya batasan sehingga ketakutan yang ada dalam diri kita tidak menghalangi diri kita untuk memulai
dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu caranya yaitu melalui perencanaan individual yang
dilakukan untuk mempersiapkan diri secara lebih matang dan mengurangi resiko kegagalan. Karena
didalam perencanaan individual seseorang akan melalui tahap asesmen yang dilakukan untuk dapat
mengetahui kelebihan dan kekurangan pada diri kita. Dari pemahaman akan kelebihan dan kekurangan
diri itu, kita dapat berekspektasi tentang cita-cita atau karir apa yang akan kita minati nantinya dan
diharapkan cita-cita yang sesuai dengan kelebihan yang dimiliki itu bisa meminimalisir adanya kegagalan
yang disebabkan ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita. Sehingga setealh adanya pemahaman akan
keliebihan dan kekurangan serta tujuan /cita-cita itu kita dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang
sesuai dan menunjang peningkatan keterampilan akan kelebihan yang dimiliki, serta dapat memilih
aktivitas mana yang dijadikan prioritas utama. Setelah itu dapat mengevaluasi rencana-rencana yang
telah disusun tersebut untuk dijadikan refleksi apakah sudah sesuai kemampuan yang dimiliki untuk
mencapai tujuan. Kemudian langkah terkahir yaitu menentukan tindak lanjut seperti apa yang harus
dilaksanankan untuk mencapai rencana yang telah disusun sedemikian rupa.
Sehingga dengan melakukan perencanaan individual dapat mengarahkan kita secara sistematis untuk
mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan. Selain itu juga dengan perencanaan individual kita dapat
memberikan ekspektasi yang realistis sesuai kemampuan yang dimiliki sehingga dapat memninimalisir
ekspektasi yang berlebihan. Karena kegagalan juga dapat disebabkan karena kita terlalu berekspektasi
namun tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Memiliki hobi membaca sejak kecil

Menjadi ketua osis

Setelah lulus sma diterima di oxford

S2standford

Debut didunia hiburan

Life values, yang dapat diambil dari kehidupan menginspirasi Maudy Ayunda yaitu

Maudy Ayunda senang memanfaatkan waktu dan kesempatan sebaik-baiknya, seperti ia sangat
menghargai waktu yang ia punya untuk melakukan hal-hal positif yang bermanfaat untuk dirinya
maupun orang lain. Selain itu ia juga selalu mengambil kesempatan yang dimilikinya terutama untuk
mencoba hal-hal yang baru. Seperti pada tahun 2022 saat ia menjadi juru bicara dalam agenda G20 yang
diselenggarakan di Indonesia ian mampu memanfaatkan kesempatan tersebut dan menginspirasi
masyarakat kalangan muda. Selanjutnya Maudy merupakan seseorang yang mandiri dan tidak
bergantung pada orang lain, Maudy Ayunda dikenal sebagai perempuan yang mandiri ia sudah debut
pada dunia akting sejak tahun 2005 terhitung sejak usia 11 tahun. Maudy juga tidak pemilih dalam
berteman, sehingga Maudy Ayunda sangat memiliki banyak teman yang dengan itu dapat
dimanfaatkannya untuk membangun relasi dan bertukar pandangan dengan teman-temannya yang
tidak kalah dalam menginspirasi hal-hal positif.

Kemudian Maudy merupakan orang yang senang dan selalu belajar serta meningkatkan
kemampuan dan keterampilan diri, sebagai seorang pemeran aktikng dan suara nya tidak diragukan lagi
terbukti karena keterampilan dan kemapuannya dalam acting dan menyanyi Maudy telah dianugerahi
berbagai piala dari kemampuannya tersebut. Namun ia tak cukup puas karena ia selalu meningkatkan
kemampuannya dan tidak mudah puas terhadap pencapaiannya.

Kemampuan acting dan menyanyinya yang mumpuni tidak memnjadikan Maudy melupakan
akademiknya, dalam wawancara sebuat media Maudy mengatakan jika dirinya sangat suka belajar dan
merasa ada sesuatu yang kurang jika dia belum belajar dalam sehari. Selain terbukti terkenal karena
kepintarannya dimana ia berkesempatan untuk mengenyam pendidikan di S1 Universitas Oxford dan
melanjutkan sekola S2nya di Universitas Stanford. Maudy ayunda juga ternyata seorang penulis ia telah
memiliki buku karyanya yang berisi dua prinsip yang membantu seseorang dalam mengambil keputusan
agar selaras dengan keyakinan dan tindakan.
Semangat dan pantang menyerah dalam mewujudkan mimpi, Maudy pernah bercerita mengenai
hambatan yang dilaluinya dalam mewujudkan mimpi yang ia punya. Namun ia selalu mencari jalan
keluar dan percaya bisa mewujudkan mimpinya serta tidak tinggal diam jika menemui hambatan atau
kegagalan.

Mensyukuri apa yang dimiliki, Maudy selalu mensyukuri semua pencapaian dalam hidupnya karena ia
yakin dengan itu ia dapat puas terhadap hasil kerjanya dan dapat meningkatkan diri lagi.

Maudy Ayunda juga orang yang rendah hati, ketika ada sebagian orang yang meragukannya dan
melihatnya pencapaian yang dimilikinya sebagai bentuk privilege ia dapat menanggapinya dengan baik
dan bijaksana.

Anda mungkin juga menyukai