Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

“KONSELING”
Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Konseling
Dosen Pengampu : Tinon Citraning Harasuci S.Psi., M.Psi., Psikolog

Disusun Oleh :
Eva Muzdalifah (201960144) 7G

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
2022
A. Identitas
Nama : UT
Usia : 17 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
B. Deskripsi Masalah
Konseli adalah anak tunggal. Dari segi sosial, pergaulan UT cenderung menutup
diri dengan orang baru. Saat ini UT merupakan siswa kelas XI di SMK NU Banat
Kudus. UT mengalami kendala dalam pergaulan serta dia sering melamun sehingga dia
kadang saat diam terlalu lama dia bisa merasa sangat sedih dan serta tiba-tiba sangat
senang walaupun ia sebenarnya tidak tahu apa yang menyebabkan hal itu. UT sering
melamun tentang hal-hal yang sebenarnya belum terjadi atau bisa disebut dengan
overthinking.
C. Tujuan Konseling
Mendorong konseli agar berani berkomitmen dan bertanggung jawab segala
resiko yang ada, sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan
pertumbuhannya.
D. Metode
1. Pendekatan yang digunakan
Reality Therapy (Terapi Realitas). Pendekatan ini digunakan dengan
alasan bahwa konseli hendaknya bertanggungjawab atas apa yang telah menjadi
pilihannya, yaitu pindah ke Bimbingan dan Konseling, dan menghadapi segala
konsekuensinya.
Reality Therapy (Terapi Realitas). merupakan terapi yang bersifat jangka
pendek yang berfokus pada kondisi saat ini, menekankan pada kekuatan pribadi,
dan mendorong individu untuk mengembangkan tingkah laku yang lebih realistik
agar dapat mencapai kesuksesan (Corey, 2009).
Glasser (dalam Latipun, 2008) Terapi realitas berfokus pada perilaku
individu saat ini dan membuka jalan kepada individu untuk menampilkan perilaku
yang dapat membawa individu ke keberhasilan dan pada akhirnya memunculkan
success identity di dalam diri individu.
2. Langkah – Langkah konseling yang ditempuh
 Wants
Tahapan dimana konselor melakukan eksplorasi terhadap harapan,
kebutuhan, dan persepsi dari individu. Konselor pada tahap ini harus
bersifat hangat dan menerima sehingga memungkinkan konseli untuk
menjabarkan setiap hal yang ia inginkan baik dalam keluarga, pertemanan,
ataupun pekerjaan.
 Direction and Doing
Pada tahap ini konselor mendiskusikan dengan individu mengenai apa saja
tujuan hidup mereka, apa yang akan mereka lakukan, dan kemana hidup
mereka akan berjalan dengan perilaku yang merea tunjukkan saat ini.
 Evaluation
Inti dari terapi tealitas adalah untuk membantu individu mengevaluasi
perilakunya. Konselor pada tahapan ini dapat mengkonfrontasi individu
mengenai konsekuensi dari perilakunya.
 Planning and Commitment
Ketika individu sudah dapat menentukan apa yang ,ereka inginkan dan
siap untuk diajak mengeksplorasi bentuk-bentuk perilaku yang dapat
membawa mereka ke tujuan yang mereka inginkan, maka sudah waktunya
konselor mengajak konseli membuat rencana aksi.
3. Pelaksanaan Konseling
Selama konseling, konselor berperan sebagai motivator, yang mendorong konseli
untuk : (a) menerima dan memperoleh keadaan nyata, baik dalam perbuatan
maupun harapan yang ingin dicapainya; dan (b) merangsang konseli untuk
mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga tidak menjadi individu yang
hidup selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.
Konselor juga berperan sebagai moralis yang memegang peranan untuk
menentukan kedudukan ilia dari tingkah laku konseli. Konselor akan memberi
pujian apabila konseli bertanggungjawab atas perilakunya, dan sebaliknya. Teknik
himor dipakai dalam keadaan tertentu yang memungkinkan konseli merasa rileks
atau konseling menjadi proses yang tidak menegangkan seperti diadili.
E. Hasil
 Konseli dapat membuat kegiatan baru sesuai dengan apa yang diinginkan.
 Konseli mampu bertanggungjawab dan menerima konsekuensi yang telah dibuat
konseli sendiri.
F. Pembahasan
Alwisol (2009) dalam teori Psikoanalisa Sigmund Freud, kepribadian di pandang sebagai
suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur atau elemen yakni ; id, ego, dan superego.
Ketiga elemen kepribadian tersebut saling berkaitan satu sama lain serta membentuk
suatu totalitas.
 Id
Sistem kepribadian yang paling dasar, yang didalamnya terdapat naluri-naluri
bawaan.
 Ego
Sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada dunia objek
tentang kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan.
Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan
luar.
 Superego
Sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya
evaluatif (menyangkut baik/buruk). Adapun fungsi utama dari superego adalah ;
sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls tersebut disalurkan
dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.
Teori psikoanalisa Sigmun Freud melihat penyebab yang ada dari setiap sikap
yang diambil dan bagaimana konseli tersebut menghilangkan kebiasaan melamun yang
dialami. Menurut kajian psikologis dengan teori psikoanalisis Sigmun Freud, yaitu ketika
konseli dikuasai oleh Id muncul kepribadian sering melamun secara tiba-tiba. Kemudian
muncul Ego ketika konseli merasa tiba-tiba marah, sangat sedih, sangat senang sekali
secara tiba-tiba j. Kemudian muncul kepribadian superego dimana konseli secara tiba-
tiba merasa cemburu ketika temannya bermain dengan teman yang lain, yang membuat
konseli merasa dijauhi oleh teman-temannya.
Daftar Pustaka
Alwisol. 2009. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.
Corey, Gerald. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi (terjemahan).
Bandung : PT. Refika Aditama Corey, Gerald. 1996. Theory and Practice of Counseling
and Psychoterapy 5th edition. USA : International Thomson Publishing Inc.
Latipun, 2008. Psikologi Konseling edisi ketiga. Malang : Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang.

Lampiran
Informed Consent
Foto

Rekaman Audio
https://drive.google.com/file/d/1yGrMxAjbHcsgtBpeYlWGEt3h7o_m7XFO/view?
usp=drivesdk

Anda mungkin juga menyukai