Theodorus Alkino Rifaldo Sebo, Daniel Joy Gratia, Yulietha Megarina, Freeska Anjelly
Lopuhaa, & Lara
Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa
Abstrak
Latar belakang : Pada saat ini kita berada di dalam situasi yang sulit tidak hanya
diakibatkan oleh pandemi COVID-19 yang mengharuskan kita untuk tetap tinggal berada
didalam rumah melakukan berbagai aktivitas belajar atau bekerja. Tujuan : Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pandangan masyarakat terhadap overthinking dan relasinya
dengan teori Rational Emotive Brief Therapy. REBT merupakan salah satu dari ke-12 teori
pendekatan dan konseling yang sudah kami pelajari. REBT ini ada kaitannya dengan
Overthinking, yang banyak yang dialami oleh masyarakat pada umumnya. Overthinking
merupakan perilaku atau bias yang terjadi secara normal pada siapapun yang melibatkan
proses berpikir yang umumnya dialami oleh manusia. Overthinking juga bisa menimbulkan
kecemasan yang sangat tinggi dikarenakan adanya ketidakselarasan terkait pikiran dengan
kejadian yang terjadi. Dari kecemasan itu biasanya bisa membuat seseorang merasa
tertekan. Metode penelitian: penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, data yang kami
peroleh menggunakan google form. Hasil: data yang didapat bahwa “Mahasiswa” yang
sering mengalami overthinking, kemudian 74,2% perempuan sering mengalami overthinking
dan nampak bahwa salah satu penyebab overthinking yaitu khawatir karena terlalu
memikirkan hal negatif sekitar 37,31%. Simpulan: Masih banyak masyarakat yang
mengabaikan dampak dari overthinking ini sendiri, oleh karena itu dengan adanya
pendekatan REBT ini dapat membantu masyarakat agar dapat mengubah pikirannya dari
yang irasional menjadi rasional.
Hasil Penelitian
A. Usia
No Umur Frekuensi
1. 13-16 tahun 4
3. 16-19 tahun 32
4. 19-22 tahun 23
5. 22-25 tahun 5
6. 25-28 tahun 1
7. 28-31 tahun 1
tabel 1.
Berdasarkan tabel 1. di atas merupakan kategori umur dari responden yang mengisi
survey mengenai Overthinking. Rentang usia 16-19 tahun dengan frekuensi 32 merupakan
yang paling banyak mengisi survey mengenai Overthinking.
B. Jenis Kelamin
No. Jenis kelamin Frekuensi Presentase
1. Perempuan 49 74,2 %
1 Siswa 6 9%
2 Mahasiswa 48 71,6%
3 Karyawan 9 13,4%
4 Guru 2 3%
5 Lainya.. 2 3,2%
tabel 3.
Berdasarkan tabel 3. di atas merupakan kategori status (pekerjaan) dari responden
yang mengisi survey mengenai overthinking. Frekuensi status (pekerjaan) terbanyak pada
status mahasiswa sebesar 71,6%.
D. Munculnya Overthinking
Overthinking yang
No saya alami muncul Frekuensi Presentase
secara tiba tiba
1. Ya 39 58,2%
2. Tidak 11 18%
3. Jarang 16 24%
tabel 4.
Berdasarkan tabel 4. di atas overthinking yang seseorang alami muncul secara tiba-
tiba. dilihat dari frekuensi sebanyak 39 iya, bahwa overthinking yang seseorang alami
muncul secara tiba-tiba.
4. Setuju 18,8% 12
4. Setuju 31,1% 21
Biasanya merasakan
No overthinking pada Frekuensi Presentase
saat?
5. Lainnya 11 16,5 %
tabel 7.
Berdasarkan tabel 7. di atas seseorang biasanya merasakan overthinking, dilihat dari
persentase sebesar 42,4% responden biasanya merasakan overthinking pada saat Malam hari
Pandangan
No Overthinking Frekuensi Presentase
2. Lain-lain 2 2,99%
tabel 8.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, pandangan 66 responden(97,01%)
mengenai overthinking dapat dikatakan sama. Pandangan Overthinking menurut responden
dapat dikatakan sebagai kondisi dimana individu berpikiran secara berlebihan mengenai suatu
hal, yang biasanya menuju hal yang negatif.
I. Penyebab Overthinking
Penyebab
No Overthinking Frekuensi Presentase
1. Khawatir karena 25 37,31%
terlalu memikirkan
hal negatif
4. Emosi 2 2,99%
5. Lain-lain 13 19,4%
tabel 9.
Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan, responden memberikan respon yang
bervariasi, tetapi terdapat beberapa penyebab yang mengakibatkan overthinking menurut
responden. Sebanyak 25 responden (37,31%) menyatakan bahwa penyebab overthinking
yang mereka rasakan adalah khawatir karena terlalu memikirkan hal-hal yang negatif.
Sebanyak 17 responden (25,37%) menyatakan bahwa penyebab overthinking yang mereka
rasakan adalah merasa pesimis terhadap suatu hal. Sebanyak 5 responden (7,46%)
menyatakan bahwa penyebab overthinking yang mereka rasakan karena tekanan dari
pekerjaan. Sebanyak 2 responden (2,99%) menyatakan bahwa penyebab overthinking yang
mereka rasakan adalah merasa emosi. Sebanyak 13 responden (19,4%) menyatakan bahwa
penyebab overthinking yang mereka rasakan adalah berasal dari memegang tanggung jawab
terhadap suatu hal, banyak pikiran, dan memikirkan masa depan.
Perasaan tidak
No nyaman Frekuensi Presentase
1. Cemas 9 13,43%
3. Gelisah 26 38,81%
5. Stres 10 14,93%
Akibat Overthinking
No Frekuensi Presentase
2. Stres 24 35,82%
3. Sakit 15 22,39%
7. Lain-lain 5 7,46%
8. Error 2 2,99%
Apakah Lingkungan
No Frekuensi Presentase
menjadi pemicu munculnya
Overthinking
1. Ya 50 74,63%
2. Tidak 9 14,43%
4. Error 3 4,48%
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada masyarakat umum, maka
dapat disimpulkan. Dari data yang diperoleh bahwa masih banyak dari sebagian masyarakat
yang mengalami overthinking, dari 67 responden yang telah diteliti itu pernah mengalami
keadaan overthinking ini. Kebanyakan dari permasalahan overthinking yang dihadapi oleh
masyarakat ini disebabkan oleh rasa khawatir karena dari sebagian masyarakat masih sering
berpikir mengenai hal yang negatif sehingga mereka mengalami keadaan overthinking ini.
Keadaan dari overthinking ini banyak dari masyarakat yang menyatakan bahwa, hal ini juga
bisa terjadi karena faktor pemicu dari lingkungan sekitar mereka yang membuat mereka
menjadi overthinking. Jadi, disini masyarakat masih kebanyakan berpikir secara irasional
dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Masih banyak masyarakat yang mengabaikan
dampak dari overthinking ini sendiri, oleh karena itu dengan adanya pendekatan REBT ini
dapat membantu masyarakat agar dapat mengubah pikirannya dari yang irasional menjadi
rasional. Sehingga mereka dapat menjalankan kehidupan mereka dengan lebih produktif lagi
untuk kedepannya. Dari teori REBT ini juga, masyarakat harus dapat belajar bahwa setiap
individu itu pasti mampu untuk berpikir secara rasional agar tidak lagi muncul lagi pikiran
yang irasional yang memungkinkan bahwa hal yang dipikirkan itu tidak terjadi.
Saran
Hasil dari penelitian yang diperoleh, dapat digunakan untuk sebagai bahan
pertimbangan untuk peneliti selanjutnya. Untuk dapat lebih mendalami lagi permasalahan
dasar yang menyebabkan seseorang mengalami overthinking, sehingga dapat diberi solusi
untuk menanganinya agar tidak berdampak buruk bagi individu tersebut. Kemudian untuk
individu yang mengalami overthinking, hal ini dapat menjadi refleksi bagi diri sendiri agar
individu dapat lebih memahami dampak dari overthinking yang mereka alami. Semoga setiap
individu juga dapat mengontrol diri dari lingkungan yang dapat mempengaruhi mereka yang
membuat overthinking. Sehingga mereka dapat menjalani kehidupan mereka lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Barseli, M., & Ifdil, I. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal Konseling Dan
Pendidikan, 5(3), 143. https://doi.org/10.29210/119800
Diah, D. N., Lubis, F. Y., & Witriani, W. (2020). Efek Moderasi Resiliensi terhadap
Hubungan antara Perfeksionisme dengan Kecemasan Mengerjakan Skripsi. Gadjah
Mada Journal of Psychology (GamaJoP), 6(2), 178–190.
https://doi.org/10.22146/gamajop.55349
Kholidah, E., & Alsa, a. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis.
Jurnal Psikologi, 39(1), 67–75.
http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/180
Tarwiyah, A., Mayasari, S., & Pratama, M. J. (2020). Identifikasi Stressor Akademik
Pada Mahasiswa Tahun Ketiga Identification of Academic Stressors in The Third
Year. 1. 66.
Viveros, J., & Schramm, D. (2018). Strategies for dealing with life ’ s difficulties.
Strategies for Dealing with LIfe’s Difficulties, 1(2), 4
Wahidah, F. R., & Adam, P. (2019). Cognitive Behavior Therapy untuk Mengubah
Pikiran Negatif dan Kecemasan pada Remaja. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi,
3(2), 57–69. https://doi.org/10.23917/indigenous.v3i2.6826