Anda di halaman 1dari 5

Nama : Muhammad Anwar Syuhada

NIM : 210401110151

Kelas : Psikologi D

Mata Kuliah : Psikologi Konseling

REVIEW MATERI

PENGANTAR PSIKOLOGI KONSELING

1. Definisi Psikologi Konseling

Pada hakekatnya psikologi konseling menunjuk pada studi ilmiah mengenai aspek-aspek
psikis yang terlibat dalam proses konseling, yaitu aspek psikis pada konselor, klien dan pada
interaksi antara konselor dengan klien. Konseling adalah sebuah interaksi antara seorang
konselor dan konseli. Konseling merupakan kristalisasi terhadap keseluruhan proses dan
sistem pada suatu kegiatan bimbingan. Mortem mengemukakan, konseling sebagai proses
antarpribadi, di mana seseorang dibantu oleh seseorang lainnya untuk meningkatkan
pemahaman dan kecakapan menemukan masalahnya (Surya, 2003: 1). Konseli berupaya
mencari bantuan konselor ketika menghadapi masalah dan tidak mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri untuk mendapat bantuan orang lain dalam menemukan alternatif
penyelesaian masalah yang dihadapi. Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan
secara tatap muka antara dua orang dalam mana konselor melalui hubungan itu dengan
kemampuan-kemampuan khusus yang dimilikinya, menyediakan situasi belajar. Dalam hal
ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan
keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang
dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Beberapa definisi
menurut ahli sebagai berikut:

1. Jones dalam Insano (2004: 11) menyebutkan bahwa, konseling merupakan suatu
hubungan profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini
biasanya bersifat individual.

2. Popinsky & Pepinsk dalam Shertzer & Stone (1974) mengemukakan, konseling
adalah interaksi antara dua orang individu, yaitu konselor dan klien. Interaksi yang terjadi
dalam suasana yang profesional, dilakukan dan dijaga sebagai alat untuk memudahkan
perubahan-perubahan dalam tingkah laku klien.
3. American Psychological Association, Division of Counseling Psychology
Committee on Definition (1956) mendefinisikan konseling sebagai sebuah proses membantu
individu untuk mengatasi masalah-masalahnya dalam perkembangan dan membantu
mencapai perkembangan yang optimal dengan menggunakan sumber-sumber dirinya.

Jadi konseling adalah sebuah pekerjaan profesional yang dilakukan oleh seorang
konselor yang bertujuan untuk membatu konseli/klien dalam menyelesaikan sebuah
permasalahan yang ia hadapi.

2. Tujuan Konseling

Tujuan dari hubungan konseling ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri klien
sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh klien. Konselor berupaya untuk
memfasilitasi dan memberikan dukungan, bersama klien membuat alternatif-alternatif
pemecahan masalah demi perubahan ke arah lebih baik dan sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai dalam konseling. Krumboltz dalam Notosoedirdjo dan Latipun (1999)
mengemukakan tujuan konseling sebagai berikut:

1. Mengubah perilaku yang salah penyesuaian

2. Belajar membuat keputusan

3. Mencegah munculnya masalah

John Mc Leod. dalam Tohirin (2007) mengemukakan tujuan konseling adalah:

1. Pemahaman.

2. Berhubungan dengan orang lain.

3. Kesadaran diri.

4. Penerimaan diri.

5. Aktualisasi diri atau individuasi.

6. Pencerahan.

7. Pemecahan masalah.

8. Pendidikan psikologi.

9. Memiliki keterampilan sosial.


10. Perubahan kognitif.

11. Perubahan tingkah laku.

12. Perubahan sistem.

13. Penguatan.

14. Restitusi.

15. Reproduksi (generativity) dan aksi sosial.

3. Asumsi Dasar Konseling

Menurut Blacher, ada lima asumsi dasar yang secara umum dapat membedakan
konseling dengan psikoterapi. Kelima asumsi tersebut adalah sebagai berikut:

a. Dalam konseling, klien tidak dianggap sebagai orang yang sakit mental, tetapi dipandang
memiliki kemampuan untuk memilih tujuan membuat keputusan dan secara umum
menerima tanggung jawab dari tingkah lakunya dan perkembangannya di kemudian hari.

b. Konseling berfokus pada saat ini dan masa depan, tidak berfokus pada pengalaman masa
lalunya.

c. Klien adalah klien, bukan pasien. Konselor bukan figur yang memiliki otoritas tetapi secara
esensial sebagai guru dan partner klien sebagaimana mereka bergerak secara mutual dalam
mendefinisikan tujuan.

d. Konselor secara moral tidak netral, tetapi memiliki nilai, perasaan dan standar untuk
dirinya. Konselor tidak seharusnya menjauhkan nilai, perasaan dan standar itu dari klien, dia
tidak mencoba menyembunyikan kepada klien.

e. Konselor memfokuskan pada perubahan tingkah laku dan bukan hanya membuat klien
menjadi sadar.

4. Konseling Sebagai Ahli Terapan Psikologi

Konseling tidak dapat lepas dari keilmuan psikologi. Bagi konselor keilmuan psikologi
sangat berguna untuk memahami konseli. Sehingga konselor dapat membantu dan
mengarahkan konseli pada titik permasalahan dan pemecahan masalahanya. Dalam sesi
konseling, konselor dapat menggunakan teori- teori yang ada pada keilmuan psikologi,
misalnya teori psikoanalisa. Ada banyak bidang yang bisa digunakan, seperti dalam bidang
pendidikan, sosial, pekerjaan atau karier, bahkan dalam permasalahan pribadi.

5.Konseling Sebagai Hubungan Membantu

Tujuan-tujuan yang akan dicapai dalam proses konseling dapat efektif apabila kondisi atau
iklim yang memungkinkan klien dapat berkembang dan menggali potensi-potensi yang ada
pada dirinya. Kondisi ini mau tidak mau harus diciptakan oleh konselor mengingat perannya
sebagai fasilisator dalam proses konseling.

Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang sangat penting dalam konseling. Beberapa
hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pribadi konselor menjadi faktor penentu bagi
pencapaian konseling yang efektif, di samping faktor pengetahuan tentang dinamika perilaku
dan keterampilan terapeutik atau konseling. Pada dasarnya, hubungan antara konselor dan
klien pada proses konseling merupakan hubungan pemberian bantuan yang bersifat
professional dan memiliki keunikan sendiri.

konseling sebagai hubungan yang membantu adalah proses pemberian bantuan dari seorang
konselor kepada individu yang bermasalah (klien), sehingga klien terbantu mengatasi segala
permasalahan hidupnya dan dapat terbantu dalam hal aktualisasi diri ke arah positif.

6. Perbedaan antara Konseling, Psikoterapi, dan Intervensi Psikososial

Beberapa ahli berpandangan perbedaan konseling dan psikoterapi terletak pada berbagai sisi,
di antaranya pendekatan yang digunakan, subjek yang dibantu, pelaksananya, dan intensitas
masalah yang dihadapi. Vance dan Volsky menjelaskan bahwa konseling menangani individu
normal dengan masalah-masalah ringan, sedangkan psikoterapi menangani individu yang
kurang normal dan bermasalah berat. Hansen dkk. (1982). Nurgent (1981) mengungkapkan
bahwa psikologi klinis dan psikiater di Amerika biasanya menggunakan terminology
psikoterapi untuk mendiskripsikan pekerjaannya dalam hal mendiagnosis dan melakukan
bantuan terhadap orang yang mengalami tekanan emosional kronis atau masalah tingkah
laku yang berat, sedangkan konseling menangani orang yang mengalami kecemasan normal
dan krisis situasional yang terjadi sehari-hari.

Nelson- Jones (1982) menyebutkan beberapa perbedaan konseling dan psikoterapi.


Perbedaanya adalah bahwa konseling lebih berorientasi pada klien, mementingkan hubungan,
diselenggarakan dengan pendekatan humanistik, dan kurang berkaitan dengan kegiatan
medis. Sedangkan psikoterapi dilaksanakan dengan lebih berorientasi pada terapi,
menggunakan teknik yang spesifik, kecenderungan menggunakan pendekatan psikoanalisis
atau behavioristik, dan banyak menggunakan penanganan secara medis. Intervensi
psikososial merupaken proses penyadaran terhadap individu atau kelompok yang berfokus
melalui berbagai sumber-sumber yang dapat mempengaruhi interpersonal, seperti belajar,
persuasi, diskusi, berbagai proses yang sama. Fokusnya pada berbagai segi sehingga
membuat klien mengubah dalam afeksi, kognisi, dan tindakannya.

Anda mungkin juga menyukai