Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM TEKNIK

KONSELING
Semester VII/3SKS
TOPIK :
PENGANTAR
KONSELING

Penulis :
Rini Lestari, S.Psi., M.Si.
Dr. Wiwien Dinar Pratisti, M.Si.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2020
SUB CPMK 1
Membedakan konsep konseling dan psikoterapi dalam penanganan
permasalahan psikologis klien

Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep konseling, psikoterapi, perbedaan
konseling, dan psikoterapi, tujuan konseling serta sejarah perkembangan konseling. Pada sub
topik konsep konseling, mahasiswa akan mendapatkan pemahaman tentang berbagai definisi
konseling. Selain definisi pada bagian ini juga akan dijelaskan tentang tujuan konseling.
Selanjutnya juga akan dijelaskan pengertian psikoterapi dan perbedaannya dengan konseling.
Sejarah konseling secara sekilas perlu disampaikan agar mahasiswa mengingat kembali proses
perkembangan konseling dari waktu ke waktu.
Penjelasan tentang topik-topik tersebut sebagai penyegaran kembali dari materi yang
telah diperoleh sebelumnya pada mata kuliah sebelumnya. Selain itu juga diperlukan untuk
memberikan pemahaman kepada mahasiswa dalam mengindentifikasi berbagai kasus psikologi
yang dapat diselesaikan melalui konseling ataupun psikoterapi. Pemahaman ini perlu diberikan
karena tidak semua kasus psikologis cocok diselesaikan dengan konseling ataupun psikoterapi.
Setelah mendapatkan pemahaman diharapkan mahasiswa lebih siap untuk melakukan praktik
konseling.

PEMBELAJARAN
1. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah melakukan aktivitas pembelajaran pada modul 1 ini, mahasiswa dapat :
a. Memahami tentang definisi konseling dan psikoterapi
b. Memahami tujuan konseling
c. Membedakan konsep konseling dan psikoterapi dalam penyelesaian
permasalahan psikologis
d. Memahami perkembangan konseling dari waktu ke waktu
e. Mengidentifikasi permasalahan psikologis yang tepat diselesaikan dengan
konseling ataupun psikoterapi

1
2

2. MATERI PEMBELAJARAN
a. Definisi konseling
Pada pembahasan materi ini penulis akan memfokuskan pada konseling psikologis,
bukan konseling yang lain, misalnya konseling keuangan, konseling bisnis, dan
sebagainya. Oleh karena itu pembahasan tentang konsep konseling juga akan fokus
pada konseling psikologis. Berdasarkan berbagai sumber penulis mendeskripsikan
beberapa definisi tentang konseling. Beberapa definisi tersebut antara lain :
i. Konseling psikologis adalah suatu proses hubungan antara seseorang dengan
orang tertentu (one to one relationship); antara seseorang yang mempunyai
masalah dan sulit mengatasinya dengan seorang profesional yang telah
memperoleh latihan dan pengalaman sehingga mampu menolong orang lain
mengatasi berbagai kesulitan psikologis (Milton, E.Hann).
ii. Konseling adalah suatu profesi atau kegiatan (helping profession), yang
memberikan bantuan kepada individu atau kelompok individu yang
mengalami kesulitan, baik itu kesulitan pribadi maupun kesulitan untuk
menentukan pilihan atau menyelesaikan konflik (Soeprapti Soemarno
Markam).
iii. Konseling adalah suatu proses yang di dalamnya terjadi hubungan atau
interaksi antara orang yang memberi bantuan dengan orang yang diberi
bantuan. Interaksi dapat dilakukan oleh seorang profesional ataupun bukan
profesional yang telah memahami dan mempunyai ketrampilan dalam
menerapkan prinsip-prinsip pemanfaatan hubungan membantu (Lawrence,
M.Brammer).
iv. Konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah (klien) dibantu
secara pribadi untuk merasa dan berperilaku yang lebih memuaskan melalui
interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan
informasi dan reaksi-reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan
erilaku-perilaku yang memungkinkan berhubungan secara lebih efektif dengan
dirinya sendiri dan lingkungannya (Edwin C Lewis).
v. Konseling merupakan salah satu cara untuk membantu orang lain dengan
menggunakan ketrampilan-ketrampilan tertentu untuk tujuan yang khusus
(Geldard & Geldard, 2011).
3

vi. Konseling juga merupakan serangkaian hubungan langsung konselor dan klien
dengan pemberian nasehat yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku
(Willis, 2010).
vii. Konseling psikologi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membantu
penyelesaian masalah psikologis dengan menggunakan prosedur tertentu dan
berdasarkan teori yang relevan (Himpunan Psikologi Indonesia, 2010).
viii. Konseling profesional adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan mental,
psikologis, ataupun perkembangan manusia melalui intervensi kognitif,
afektif, keperilakuan ataupun sistemik yang ditujukan untuk keseimbangan
individu, pertumbuhan personal, perkembangan karir, ataupun kondisi
pathologis pada diri individu (American Counseling Association, 1997).
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa konseling adalah sebuah profesi;
sebagai bentuk kepedulian terhadap keseimbangan, pertumbuhan personal,
karir maupun kondisi pathologis pada individu; ditujukan untuk orang-orang
yang kondisi fungsionalnya dianggap baik ataupun orang-orang yang memiliki
problem serius; berlandaskan teori; merupakan suatu proses yang berkembang
atau merupakan intervening; meliputi berbagai spesialisasi misalnya konseling
keluarga, konseling sekolah, dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka secara umum konseling memiliki


ciri-ciri :
i. Merupakan proses hubungan timbal balik.
ii. Sengaja direncanakan untuk menolong orang dalam rangka membuat
alternatif pilihan dan menentukan pilihan yang paling sesuai dengan
permasalahan yang dihadapi.
iii. Mengandung unsur belajar, pengenalan diri dan pengembangan pribadi.

Konseling psikologis melibatkan konselor dan klien. Konselor adalah orang


yang menyediakan bantuan (Lubis & Hasnida, 2016) atau orang yang
mendengarkan dan membantu orang lain dalam mengatasi kesulitannya (Gladding,
2009). Adapun yang dimaksudkan dengan klien yaitu orang yang menerima
bantuan ketika memiliki masalah (Lubis & Hasnida, 2016), atau orang yang
bermasalah secara psikologis.
4

Konseling psikologis dapat dilakukan secara individual maupun kelompok.


Konseling individual merupakan proses konseling yang dilakukan oleh seorang
konselor kepada seorang klien, sedangkan konseling kelompok adalah proses
konseling yang dilakukan oleh konselor kepada sekelompok klien yang memiliki
permasalahan sejenis.

b. Tujuan konseling
i. Tujuan konseling dapat bersifat umum, global dan jangka panjang atau bersifat
spesifik, konkret dan berjangka waktu pendek.
ii. Tujuan bisa beraneka ragam termasuk membangun kembali kepribadian,
menemukan makna hidup, menyembuhkan gangguan emosional, melakukan
penyesuaian terhadap diri dan masyarakat, mencapai kebahagiaan dan
kepuasan, mencapai aktualisasi diri, meredakan kecemasan, serta menghapus
tingkah laku maladaptif (Corey, 2013; Gerdald & Geldard, 2011).

c. Definisi Psikoterapi
Pemberian bantuan psikologis yang secara tradisional difokuskan pada problem-
problem serius yang berhubungan dengan isu dan konflik intrapsikis, internal, dan
personal (Gladding, 2009). Psikoterapi juga menekankan pada :
i. Masa lalu dari pada masa sekarang
ii. Insight daripada perubahan
iii. Pemisahan diri dari terapis
iv. Peran terapis sebagai ahli

d. Perbedaan antara konseling dan psikoterapi


Konseling dan psikoterapi memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut
disajikan dalam table 1.
Table. 1. Perbedaan konseling dan psikoterapi
Konseling Psikoterapi
i. Fokus pada masa kini dan i. Fokus pada masa lalu dan masa
masa yang akan dating kini

ii. Dilakukan pada individu ii. Dilakukan pada individu yang


normal yang memiliki sedang memiliki masalah berat
masalah
5

iii. Individu yang bermasalah iii. Individu dianggap memiliki


tidak dianggap sebagai orang gangguan/sakit mental
sakit atau mengalami
gangguan
iv. Hubungan antara konselor iv. Hubungan tidak setara dan
dan klien dapat setara serta psikoterapis lebih berperan dalam
bersama-sama melakukan proses terapi
usaha untuk tujuan
menyelesaikan masalah klien
v. Fokus pada perubahan v. Fokus pada usaha
perilaku pengobatan/rehabilitasi/intervensi

vi. Waktu yang dibutuhkan lebih vi. Melibatkan hubungan dalam


singkat jangka waktu relatif lama

vii. Pelayanan lebih banyak vii. pelayanan Outpatient maupun


dilakuan secara outpatient inpatient setting (fasilitas tritmen
setting (misalnya sekolah, yang menetap, misalnya rumah
biro konsultasi). sakit mental);

Sumber : Gladding, 2009 dan Adz-Dzaky, 2015.

Perbedaan yang telah disebutkan pada tabel 1 memberikan implikasi dalam


penanganan permasalahan psikologis. Konseling digunakan untuk kasus-kasus
psikologis yang ringan - sedang sedangkan psikoterapi digunakan untuk kasus
serius/berat.
Selain memiliki perbedaan, konseling dan psikoterapi memiliki persamaan
yaitu untuk membantu dan memberikan perubahan, perbaikan kepada klien agar
dapat menjalani kehidupannya dengan sehat dan normal (Adz-Dzaky, 2015).

e. Sejarah Perkembangan Konseling


Perkembangan konseling secara ringkas disajikan pada tabel 2.
Table 2. Sejarah konseling
Periode Perkembangan
Sebelum i. Konseling adalah pemberian nasehat atau informasi sebagai
tahun bentuk kepedulian terhadap manusia yang dilakukan di USA.
1900 Fokusnya adalah pengajaran terhadap anak-anak dan orang
dewasa muda tentang diri sendiri, orang lain maupun dunia
kerja.
ii. Perintis konseling pada periode ini adalah guru dan pekerja
sosial.
6

1900 - i. Konseling termasuk profesi yang masih muda, didominasi


1909 oleh psikoanalisa-nya Freud.
ii. Perintis konseling pada periode ini adalah Jesse B. Davis
yang mengadakan program bimbingan sistematik di sekolah
umum; Frank Parsons yang juga terkenal sebagai Father of
Guidance dan pendiri the Boston Vocational Bureau; serta
Clifford Beers yang juga mempelopori perbaikan perlakuan
terhadap orang-orang yang mengalami gangguan mental.

1910-an i. Periode ini ditandai oleh beberapa hal yang cukup


monumental yaitu pada tahun 1913 berdiri National
Vocational Guidance Association yang dalam
perkembangannya kemudian berubah menjadi American
Counseling Association;
ii. Pada tahun 1917 Smith Hughes melakukan gerakan dalam
kongres NVGA untuk mengesahkan dasar-dasar bagi sekolah
umum untuk mendukung pendidikan vokasional; serta
penggunaan psikometri dalam bimbingan karir di masa
perang dunia pertama.

1920-an i. Ditandai bebrapa hal antara lain penyelenggaraan kursus


konselor oleh Harvard University dengan fokus pada
bimbingan karir; mulai munculnya pengaruh teori-teori
pendidikan di dalam proses konseling; adanya program
sertifikasi untuk konselor yang dilakukan di Boston dan New
York; munculnya pengukuran standar untuk hal-hal yang
menyangkut dunia kerja; pendirian pusat konseling keluarga
dan perkawinan yang pertama dan dilakukan oleh Abraham
dan Hannah Stone di New York.
ii. Pada periode ini juga ditandai oleh perluasan fokus
konseling, tidak hanya mencakup interes vokasional namun
mencakup bidang lain misalnya keluarga.

1930-an i. Muncul teori konseling yang pertama kali yaitu Minnesota


point of view yang isinya counselor centered trait factor
approach oleh E.G. Williamson.
ii. Pada periode ini juga muncul publikasi kamus jabatan resmi
dari pemerintah.

1940-an i. Ditandai oleh berkembangnya salah satu teori dalam


konseling yaitu client centered approach oleh Carl Rogers.
Selain itu, melihat pentingnya proses konseling dalam
kondisi perang maka US Veterans memberikan pelatihan
konseling kepada konselor dan psikolog.
ii. Mulai muncul Psikolog Konseling dan pada saat yang
bersamaan terjadi peristiwa ‘konseling dianggap sebagai
profesi’.

1950-an i. Ditandai oleh berdirinya Personnel and Guidance


Association serta kemunculan teori-teori baru di dalam
7

konseling, misalnya analisis transaksional, terapi rasional-


emotif.

1960-an i. Ditandai oleh penekanan konseling pada isu-isu yang tengah


berkembang; menguatnya konseling behavioral sebagai teori
konseling; serta munculnya pusat-pusat kesehatan mental
komunitas.

1970-an i. Ditandai oleh diversifikasi konseling di luar setting


pendidikan yaitu community counseling.

1980-an i. Ditandai oleh fokus konseling yang mengarah pada


pertumbuhan dan perkembangan manusia. Selain itu, Carol
Gilligan juga mendukung pentingnya studi tentang wanita
dan isu-isu terkait dalam konseling.

1990-an i. Fokus konseling adalah isu-isu keberagaman dan


multikultural serta spiritual. Pada tahun ini juga ditandai oleh
kepedulian terhadap regulasi dan accountability dari
konselor.

2000-an i. Penekanan konselor untuk menangani krisis, trauma, tragedi


yang berkaitan dengan kekerasan, serangan teris, dan perang.
ii. Konselor makin memedulikan hal yang berkaitan
kerahasiaan dan praktik.
iii. Mulai berkembang penggunaan teknologi dalam konseling,
misal melalui telpon, web/online.
iv. American counseling association sebagai afiliasi utama dan
organisasi profesi dari para konselor.

3. PENDALAMAN
Untuk melengkapi pemahaman mahasiswa tentang materi yang sudah diberikan
maka diberikan beberapa tugas, antara lain :
8

a. Soal Latihan

Kasus
Dua orang klien Amalia dan Bimasakti memiliki masalah yang berbeda. Amalia (22
tahun, perempuan) adalah seorang mahasiswi yang memiliki masalah kesulitan
untuk membagi waktu antara menyelesaikan tugas akhir skripsi dan bekerja di
sebuah instansi swasta. Amalia bekerja pada saat masih kuliah karena memerlukan
uang untuk membayar kuliah/SPP yang saat ini sudah tidak diberikan lagi oleh
orangtuanya. Hal ini berkaitan dengan kondisi ekonomi keluarga Amalia yang
memburuk setelah ayahnya terkena PHK. Adapun klien Bimasakti (17 tahun,
perempuan) adalah seorang pelajar SMA yang mengalami phobia terhadap
cicak. Setiap kali melihat cicak di dinding tubuhnya gemetar, lemas, keluar
keringat dingin, wajah pucat, tubuh terasa kaku dan berteriak-teriak minta
tolong untuk mengusir cicak tersebut. Saat melihat gambar cicakpun
Bimasakti langsung menutupi gambar tersebut atau menutup matanya karena
takut dan tubuhnya terasa dingin, merinding, mulai gemetar. Phobia yang
dialami oleh Bimasakti terjadi sejak dia berusia 10 tahun atau saat kelas 4 SD.

Soal :
i. Berdasarkan kasus tersebut identifikasilah kasus mana yang lebih tepat
diselesaikan dengan konseling? Berikan penjelasan alasannya.

b. Tugas mandiri
Kerjakan tugas 1 berikut secara mandiri dan dituliskan dalam lembar jawaban yang
sudah disediakan (lampiran 1)
i. Deskripsikan satu masalah psikologis yang pernah anda alami dalam waktu 3
bulan terakhir ini.
ii. Berdasarkan masalah psikologis tersebut, pilihlah salah satu diantara konseling
atau psikoterapi sebagai metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
iii. Berikan alasan pemilihan metode yang dipilih tersebut.
9

4. DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzakiey, H. B. (2015). Konseling dan psikoterapi islam. Yogyakarta : Al Manar.
Corey, G. (2013). Teori dan praktek. Konseling dan psikoterapi. Bandung : Refika
Aditama.
Geldard, K., & Geldard, D. (2011). Ketrampilan praktik konseling. Alih bahasa Eva
Hamdiah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Gladding, S.T. (2009). Konseling : Profesi yang menyeluruh. Jakarta : Indeks.
Himpunan Psikologi Indonesia. (2010). Kode Etik Psikologi Indonesia.
Lubis, N. L. & Hasnida. (2016). Konseling kelompok. Jakarta : Kencana.
Willis, S. S. (2010). Konseling individual. Teori dan praktek. Bandung: Alfabeta.

5. KUNCI JAWABAN
Berdasarkan kasus yang disajikan maka kasus Amalia dapat diselesaikan dengan
konseling karena masalah tersebut tidak dianggap sebagai masalah yang berat dan
dialami oleh individu normal. Permasalahan Amalia berkaitan dengan manjemen waktu
dan juga konflik untuk mengambil keputusan diantara dua pilihan yang harus dihadapi.
Masing-masing pilihan memiliki konsekuensi. Jika keduanya akan dilakukan maka
diperlukan manajemen waktu yang baik dan juga perlu menentukan skala prioritas.
Kasus ini umum dialami oleh banyak orang meskipun alternatif pilihan yang dihadapi
berbeda-beda. Konseling dapat memberikan saran tentang langkah-langkah yang perlu
diambil tanpa harus memberikan perlakuan khusus.
Adapun kasus Bimasakti sudah dialami dalam waktu yang cukup lama (7 tahun) dan
objek phobia juga bukanlah objek yang secara umum perlu ditakuti. Hal ini berbeda
jika ketakutan terhadap binatang buas seperti singa, harimau, ular dan sebagainya. Jika
seseorang takut maka menjadi hal yang wajar. Ketakutan Bimasakti berhubungan
dengan kejadian masa lalu (saat 10 tahun) yang mungkin terjadi karena adanya trauma
tertentu sehingga memerlukan penanganan psikologis yang membutuhkan waktu agak
panjang, bertahap dan berkesinambungan.. Jika dilihat dari gejalanya, kasus ini
bukanlah kasus yang ringan karena ketika melihat gambarpun sudah timbul reaksi yang
tidak wajar, seperti tubuhnya terasa dingin, merinding, mulai gemetar. Oleh karena itu
kasus Bimasakti lebih tepat diselesaikan dengan model psikoterapi.
10

6. LAMPIRAN
LEMBAR JAWABAN TUGAS 1

NAMA : NIM :
KELAS :
JUDUL KASUS

DESKRIPSI KASUS

METODE YANG SESUAI

ALASAN MENGGUNAKAN
…….

Anda mungkin juga menyukai