Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ABDUL JALIL,S.

Pd
NIM : 21123299014

REFLEKSI DIRI MODUL 5

Pada KB 1 ini membahas beberapa pendekatan konseling, yaitu psikonalaisa klasik, person centered dan
humanitik atau gestalt. Pada Pendekatan psikoanalisis dikembangkan Sigmund Freud Tingkah laku
bermasalah terjadi apabila dinamika antara id, ego dan super ego tidak seimbang; ego tidak bisa
mengontrol id dan super ego ke dalam kesadaran sehingga muncul kecemasan yang menyebabkan
mekanisme pertahanan dirinya tidak berfungsi secara efektif dan efisien. Tujuan konseling psikoanalisis
adalah membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan membuat kesadaran yang tidak
disadari di dalam diri konseli. Tahapan dalam pendekatan psikoanalisis meliputi tahap pembukaan (the
opening phase), pengembangan transferensi (the development transference), bekerja melalui
transferensi (working through), resolusi transferensi (the resolution of transference). Sementara Teknik
konseling yang dapat diaplikasikan antara lain asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi, analisis
resistensi, analisis transferensi, analisis kepribadian (case historis), dan hipnotis. Pada Pendekatan
konseling berpusat pada pribadi seseorang dikatakan bermasalah apabila mengalami kondisi
penghargaan bersyarat, inkongruensi (tidak kongruen), memiliki sikap defensif (membela diri) dan
disorganisasi. Oleh karenanya, tujuan konseling berpusat pribadi adalah membantu individu agar
menjadi pribadi yang dapat beraktualisasi diri dan berfungsi penuh (fully functioning person) dengan
karakteristik terbuka terhadap pengalaman, percaya diri, memiliki sumber internal evaluasi dan
keinginan berkelanjutan untuk berkembang.
Pendekatan berpusat pribadi, orientasinya menekankan pada hubungan konseli-konselor dengan teknik
keterampilan komunikasi konseling, sehingga teknik konselingnya adalah keterampilan dasar konseling,
seperti acceptance (penerimaan), lead/ Open Question (teknik bertanya), restatement dan paraphrasing
(Pengulangan penyataan dan Parafrase), reflection of thoughts and feelings (pemantulan pikiran dan
perasaan), clarification (klarifikasi), confrontation (Konfrontasi), reassurance (penguatan/dukungan),
serta summary (merangkum). Pada Konseling gestalt yang dikembangkan oleh Frederick S. Perls Pribadi
yang bermasalah dapat terlihat dalam bentuk perilaku seperti kepribadian yang kaku (rigid), tidak mau
bebas-bertanggung jawab, tetapi ingin tetap tergantung, menolak berhubungan dengan lingkungan,
pemeliharaan unfinished business, menolak kebutuhan diri sendiri serta melihat diri sendiri dalam
kontinum “hitam-putih”. Tujuan konseling Gestalt diarahkan pada kesadaran konseli untuk menghadapi
dan menerima bagian keberadaan mereka yang mereka ingkari dan berhubungan dengan pengalaman
dan dengan realitas. Peran konselor Gestalt antara lain menantang konseli, membantu konseli
melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak
jalan buntu. Proses konseling gestalt terdiri dari 5 (lima) fase yaitu The Beginning Phase, Clearing the
Ground, The Existential Encounter, Integration, Ending. Dalam pendekatan konseling diatas biasanya
yang sering saya pakai dalam menyelami masalah siswa adalah dnegan teknik pendekatkan psikoanalisa
klasik.

Pada KB II membahas tentang Pendekatan konseling perilaku yang pada dasarnya meliputi empat area
perkembangan utama: classical conditioning, operant conditioning, teori pembelajaran sosial, dan
peningkatan perhatian terhadap faktor-faktor kognitif yang mempengaruhi perilaku.Tonggak dari
konseling perilaku adalah mengidentifikasi tujuan khusus dalam proses konseling. Dalam membantu
konseli mencapai tujuan, konselor perilaku secara khusus berperan aktif dan mengarahkan. Walaupun
konselor pada umumnya menentukan apa perilaku yang akan diubah, konselor secara khusus
menentukan bagaimana perilaku tersebut dimodifikasi sebaik-baiknya. Dalam merancang perencanaan
penanganan, konselor menggunakan teknik dan prosedur dari bermacam-macam sistem konseling dan
mengaplikasikan mereka terhadap kebutuhan unik konseli. Konselor perilaku kontemporer menekankan
pada hubungan saling mempengaruhi antara individual dan lingkungan. Karena faktor kognitif
mempunyai tempat dalam praktek terapi perilaku, teknik dari pendekatan ini dapat digunakan untuk
mencapai tujuan humanistis, khususnya dengan fokus perhatian sekarang pada pendekatan
pengarahan-diri. Strategi-strategi behavioral dapat digunakan untuk mencapai tujuan individual dan
masyarakat.

Pada KB III membahas tentang Pendekatan konseling singkat berfokus pada solusi (Solution-Focused
Brief Counseling) merupakan Konseling singkat berfokus pada solusi (Solution-Focused Brief Counseling)
mempunyai asumsi bahwa manusia itu sehat, mampu (kompeten), memiliki kapasitas untuk
membangun, merancang ataupun mengkonstruksikan solusi-solusi, sehingga individu tersebut tidak
terus-menerus berkutat dalam problem-problema yang sedang ia hadapi. Tahapan konseling SFBC
dimulai dari (1) pembinaan hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli, (2) mengidentifikasi
masalah yang memungkinkan adanya solusi, (3) menetapkan tujuan konseling secara spesifik, (4)
menyusun alternatif solusi dengan melihat kondisi pengecualian dan tindakan masa depan, dan (5)
evaluasi, tindak lanjut serta pemberian motivasi (compliment). Teknik SFBC yang dilakukan konselor
dalam mengajak konseli melihat solusi antara lain menggunakan pertanyaan pengecualian (exception
question), pertanyaan keajaiban (miracle question), pertanyaan berskala (scalling question), pertanyaan
pra perubahan sebelum pertemuan (Pre-session change question). Konseling naratif manusia dipandang
memiliki kemampuan berpikir kreatif dan imajinatif. Setiap manusia adalah ahli atas hidup dan kisah
hidup yang mereka alami. Individu diasumsikan memiliki masalah ketika individu tersebut tidak dapat
mengeksplorasi ke dalam diri mereka sendiri. Individu yang selalu di bayang-bayangi oleh keinginan atau
harapan, aspirasi ketakutan dan luka emosional. Tujuan dari konseling naratif adalah membantu konseli
memahami kisah atau cerita yang telah membentuk kehidupannya dan konseli diberikan keterampilan
untuk menentang atau mengeksplanasi cerita tersebut. Tahapan konseling naratif meliputi (1)
membangun hubungan baik; (2) berkolaborasi dengan konseli membuat kesepakatan bersama untuk
menyelesaikan permasalahan; (3) mengeksplorasi masalah dan strategi penyelesaiannya; (4) melakukan
asesmen dan mengidentifikasi bagaimana masalah tersebut mengganggu konseli; (5) menetapkan
tujuan dan menemukan saat-saat ketika konseli tidak didominasi atau berkecil hati oleh masalah dengan
mencari pengecualian untuk masalah ini; (6) menemukan bukti historis untuk mendukung pandangan
baru konseli sebagai orang yang cukup kompeten untuk menantang, mengalahkan, atau keluar dari
dominasi atau tekanan masalah; (7) meminta konseli berspekulasi mengenai harapan masa depan
berdasarkan kekuatannya serta membebaskan konseli menceritakan masalah masa lalunya yang
menjenuhkan agar dapat membayangkan dan merencanakan untuk masa depan; (8) menciptakan
dukungan untuk memahami dan mendukung cerita baru; (9) mengevaluasi perubahan pada diri konseli;
(10) mengakhiri kegiatan konseling.

PADA KB 4

Pada modul ini telah dipaparkan mengenai konsep dasar dan aplikasi dari layanan referral, konsultasi,
dan advokasi. Layanan referal atau alih tangan kasus dilakukan apabila konselor telah mengerahkan
segenap tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah konseli, tetapi belum berhasil, maka
konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab pemberian bimbingan dan konseling
kepada pembimbing atau konselor lain atau kepada orang lain yang lebih mengetahui. Layanan
konsultasi berarti sebuah proses berbagi informasi dan ide kepada individu atau sekelompok individu
untuk menggabungkan pengetahuan menjadi pola, membuat kesepakatan menjadi keputusan dan yang
menjadi langkah berikutnya yang perlu dilakukan. Di sekolah, layanan konsultasi bisa dilakukan di mana
konselor mengambil peran sebagai konsultan bagi konsulti yang dalam hal ini kepala sekolah, guru mata
pelajaran, orang tua siswa. Layanan advokasi dalam konseling menjadi penting, karena berhubungan
dengan kepribadian individu yang mengalami masalah kesenjangan sosial. Pemberian layanan advokasi
di sekolah bertujuan untuk menghilangkan kendala perkembangan siswa, dan menciptakan peluang
belajar bagi semua siswa.

Anda mungkin juga menyukai