Anda di halaman 1dari 11

LK. 2.

1 Eksplorasi Alternatif Solusi

Masalah terpilih yang Akar Penyebab


No. Eksplorasi alternatif solusi Analisis alternatif solusi
akan diselesaikan masalah
1 kemampuan peserta rendahnya kemampuan Kajian literatur: Berdasarkan eksplorasi baik melalui kajian literatur pada jurnal ilmiah dan
didik dalam memproses literasi dan minat baca 1. Menurut Muhammad Faturrohman wawancara dengan pimpinan , analisis Layanan bimbingan klasikal dengan
dan memahami peserta didik. (2015: 112) Problem Based problem based learning:
informasi rendah Learning (Problem Based  Pros
Intruction) adalah pembelajaran 1. Mengembangkan keterampilan literasi dari proses menganalisa, berpikit
yang menggunakan masalah nyata kritis dan menyelesaikan masalah.
(autentik) yang tidak terstruktur 2. Menumbuhkan minat baca dapat melalui media informasi digital, video,
(illstructured) dan bersifat terbuka atau mind maping.
sebagai konteks bagi siswa untuk 3. Peserta didik didorong untuk aktif dalam kegiatan identifikasi, berdialog
mengembangkan keterampilan dan diskusi, menganalisa sehingga secara tidak langsung menstimulasi
menyelesaikan masalah dan peserta didik untuk mencari tahu dengan membaca dari berbagai
berpikir kritis serta sekaligus sumber literasi.
membangun pengetahuan baru.  Cons
2. Menurut Aris Shoimin (2014: 132) 1. Tidak semua materi dan layanan dapat diterapkan, ada bagian guru bk
kelebihan model pembelajaran yang dituntut berperan aktif dalam menyampaikan materi khususnya
Problem Based Learning sebagai yang bersifat informasi.
berikut : 2. Siswa cenderung heterogen tingkat komptensinya, sebagian siswa ada
a. siswa didorong untuk memiliki yang tidak dapat secara aktif berperan dan terlibat.
kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata;
b. siswa memiliki kemampuan
membangun pengetahuannya
sendiri melalui aktivitas
belajar;
c. pembelajaran berfokus pada
masalah sehingga materi yang
tidak ada hubungannya tidak
perlu dipelajari oleh siswa. Hal
ini mengurangi beban siswa
dengan menghafal atau
menyimpan informasi;
d. terjadi aktivitas ilmiah pada
siswa melalui kerja kelompok;
e. siswa terbiasa menggunakan
sumber-sumber pengetahuan,
baik dari perpustakaan,
internet, wawancara, dan
observasi;
f. siswa memiliki kemampuan
menilai kemajuan belajarnya
sendiri;
g. siswa memiliki kemampuan
untuk melakukan komunikasi
ilmiah dalam kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan
mereka;
h. kesulitan belajar siswa secara
individual dapat diatasi melalui
kerja kelompok dalam bentuk
peer teaching.
i. Menurut Sumartati 2010
menyebutkan bahwa
penyebab rendahnya literasi
siswa Indonesia disebabkan
beberapa hal antara lain yaitu:
pembelajaran yang bersifat
terpusat pada guru (teacher
centered), rendahnya sikap
positif siswa dalam
mempelajari sains, terdapat
beberapa kompetensi yang
tidak disukai responden
(siswa) terkait konten, proses
dan konteks.
3. Wawancara dengan Kepala
sekolah:
Minat baca dan kemampuan
literasi khususnya dalam
pengetahuan dan wawasan yang
rendah pada peserta didik menjadi
problematik generasi Z pada era
disrupsi ini. Peserta didik mampu
mengoperasikan teknologi dan
digital namun tidak mampu
menggunakan dengan bijak
sehingga perlu ditumbuhkan minat
baca dan kemampuan literasi
khususnya dalam pemanfaatan
teknologi. Bekal informasi
pengetahuan dan wawasan yang
luas penting bagi siswa untuk
mampu bersosialisasi dan
berkreatifitas sebagai nilai jual diri
atau self value dalam bersaing
memperoleh penghidupan yang
layak dimasa yang akan datang.

2 Rendahnya motivasi Peserta didik kurang Kajian literatur: Berdasarkan eksplorasi baik melalui kajian literatur pada jurnal ilmiah dan
berprestasi pada memiliki kepercayaan 1. Menurut Maslow (Alwisol, 2012) wawancara dengan rekan sejawat , analisis Layanan bimbingan dengan
peserta didik. diri untuk percaya diri merupakan modal pendekatan humanistik teknik client centered therapy:
mengaktualisasikan diri dasar untuk pengembangan  Pros
kemampuan dan aktualitas diri. Dengan percaya diri 1. Konseling berpusat pada konseli bukan konselor.
potensi yang dimiliki. orang akan mampu mengenal dan 2. Lebih menekankan pada sikap terapi daripada teknik.
memahami diri sendiri. Sementara 3. Identifikasi dan hubungan konseling merupakan media utama dalam
itu, kurangnya percaya diri akan mengubah kepribadian.
menghambat pengembangan 4. Menekankan pada eksplorasi emosi, perasaan, perasaan dan afektif
potensi diri. Jadi orang yang kurang dalam konseling.
percaya diri akan menjadi 5. Konseli merasa dapat mengekspresikan dirinya secara penuh ketika
seseorang yang pesimis dalam mereka mendengarkan dan tidak dipersepsikan negatif.
menghadapi tantangan, takut dan  Cons
ragu-ragu untuk menyampaikan
gagasan, serta bimbang dalam 1. Kurang sesuai dengan realita: dalam proses konseling, lebih efektif ketika
menentukan pilihan dan sering menggunakan bahasa verbal dan dengan konseli yang cakap.
membandingbandingkan dirinya 2. Mengabaikan faktor ketidaksadaran (alam bawah sadar) dan naluri.
dengan orang lain.
2. Menurut Rogers aktualisasi diri
merupakan proses menjadi diri
sendiri dan mengembangkan
sifatsifat dan potensi-potensi
psikologis yang unik. Rogers (1959)
percaya, manusia memiliki satu
motif dasar, yaitu kecenderungan
untuk mengaktualisasikan diri.
Kecenderungan ini adalah
keinginan untuk memenuhi potensi
yang dimiliki dan mencapai tahap
“human-beingness”yang setinggi-
tingginya. Seperti bunga yang
tumbuh sepenuh potensinya jika
kondisinya tepat, tetapi masih
dikendalikan oleh lingkungan,
manusia juga akan tumbuh dan
mencapai potensinya jika
lingkungannya cukup bagus.
Namun, tidak seperti bunga,
potensi yang dimiliki manusia
sebagai manusia bersifat unik. Kita
ditakdirkan untuk berkembang
dengan cara-cara yang berbeda
sesuai kepribadian kita. Proses
penilaian (valuing process) bawah
sadar memandu kita menuju
perilaku yang akan membantu kita
mencapai potensi yang kita miliki.
Proses penilaian bisa terganggu
oleh aturan-aturan sosial yang
terlalu keras dan konsep diri yang
buruk. Rogers percaya, manusia
pada dasarnya baik hati dan kreatif.
3. Menurut Prayitno dan Erman Amti
(2014:64) client centered theraphy
adalah klien diberi kesempatan
mengemukakan persoalan,
perasaan dan pikiran- pikirannya
secara bebas. Pendekatan ini juga
mengatakan bahwa seseorang
yang mempunyai masalah pada
dasarnya tetap memiliki potensi
dan mampu mengatasi masalahnya
sendiri.
4. Menurut Sukardi (2008) tujuan
pendekatan client centered adalah:
a. Menumbuhkan kepercayaan
pada diri klien,bahwa ia
memiliki kemampuan untuk
mengambil satu atau
serangkaian keputusan yang
terbaik bagi dirinya sendiri
tanpa merugikan orang lain.
b. Menumbuhkan suatu
keyakinan pada diri klien
bahwa dirinya bisa terus
tumbuh dan berkembang.
c. Memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya kepada klien
untuk belajar mempercayai
orang lain dan memiliki
kesiapan secara terbuka untuk
menerima berbagai
pengalaman orang lain yang
bermanfaat bagi dirinya.
d. Memberikan kesadaran
kepada klien bahwa dirinya
merupakan bagian dari suatu
lingkup sosial budaya yang luas
yang mempunyai kekhasan
dan keunikan tersendiri.
e. Membebaskan klien dari
berbagai konflik psikologis
yang dihadapinya.
5. Wawancara dengan wali kelas:
Beberapa peserta didik sebenarnya
mempunyai potensi dan
kemampuan yang prospektif pada
bidang yang mereka kuasai, namun
karena dari beberapa mereka
terlanjur dicap oleh beberapa
oknum guru mapel sebagai siswa
yang bandel dan nakal, jadi mereka
seperti sudah kadung terjebak
pada label bandel itu dan tidak
percaya diri menampilkan
kemampuan yang dimiliki.
3 Peserta didik kesulitan peserta didik belum Kajian literatur: Berdasarkan eksplorasi baik melalui kajian literatur pada jurnal ilmiah dan
pada pengambilan memiliki perencanaan 1. Alfonso (2013), menyatakan bahwa wawancara dengan rekan sejawat , analisis Layanan konseling kelompok dengan
keputusan karir kerja karir kerja yang matang intervensi manual konseling pendekatan kognitif perilaku:
dan terkonsep sesuai kelompok kognitif perilaku dapat  Pros
dengan minat dan mengurangi ketidak mantapan 1. Berhasil menangani permasalahan yang dialami konseli.
potensi yang dimiliki. karir pada remaja. Sementara hasil 2. Efektif, fokus, dan praktis mengatasi masalah tertentu,
penelitian yang dilakukan oleh Lim 3. Tidak sulit dan rumit dalam memfasilitasi konseli mengatasi masalahnya,
(2010), mengemukakan bahwa 4. Waktu yang digunakan dalam proses konseling relatif singkat.
pendekatan Cognitive Behavior
Therapy (CBT) memiliki efek positif  Cons
untuk meningkatkan sikap 1. berpikir positif terlalu menjadi titik berat dalam proses terapi.
kematangan karir dan harga diri 2. porsi intervensi teknik perilaku dalam CBT kurang.
bagi mahasiswa keperawatan di 3. Konseling yang dilakukan terlalu dangkal dan sederhana,
Korea. 4. Terlalu berorientasi pada teknik,
2. Pelaksanaan konseling kognitif- 5. Mengabaikan faktor perasaan.
perilaku secara umum memiliki
tahap-tahap yang hampir sama
dengan konseling perilaku. Dalam
McLeod (2006), diberikan tahapan,
sebagai berikut :
a. Menciptakan hubungan yang
sangat dekat dan aliansi kerja
konselor dan klien, dan
menjelaskan dasar pemikiran
dari penanganan yang akan
diberikan.
b. Menilai masalah,
mengidentifikasi, mengukur
frekuensi, intensitas, dan
kelayakan masalah perilaku
dan kognisi.
c. Menetapkan target
perubahan, yang harus dipilih
klien, dan harus jelas, spesifik,
dan dapat dicapai. d.
Penetapan teknik kognitif-
perilaku.
d. Memonitor perkembangan,
dengan menggunakan
penilaian terhadap perilaku
sasaran.
e. Mengakhiri dan merancang
program lanjutan untuk
menguatkan generalisasi dari
apa yang didapat.
3. Menurut Coorey cognitive
behavioral therapy (CBT) memiliki
kelemahan dan kelebihan. Adapun
kelemahan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT) adalah
a. Terlalu berlebihan
menitikberatkan pada berpikir
positif,
b. Konseling yang dilakukan
terlalu dangkal dan sederhana,
c. Menolak pentingnya masalalu
konseli,
d. Terlalu berorientasi pada
tekhnik,
e. Bekerja menghilangkan gejala,
namun gagal mengeksplorasi
halhal penting yang
menyebabkan kesulitan,
f. Mengabaikan faktor perasaan.
Sedangkan menurut Leahy
kelebihan pendekatan cognitive
behavioral therapy (CBT) adalah
a. Berhasil menangani
permasalahan yang dialami
konseli.
b. Efektif, fokus, dan praktis
mengatasi masalah tertentu,
c. Tidak sulit dan rumit dalam
memfasilitasi konseli
mengatasi masalahnya,
d. Waktu yang digunakan dalam
proses konseling relatif
singkat.
4. Menurut Gati, Krausz, dan Osipow
(1996) kesulitan dalam
pengambilan keputusan karir
memiliki tiga aspek, yaitu: a)
Kurangnya kesiapan Aspek ini berisi
keengganan untuk membuat
keputusan karir, ketidaktegasan
dalam membuat keputusan,
memiliki keyakinan yang
disfungsional dan kurangnya
pengetahuan tentang proses
pembuatan keputusankarir. b)
Kurangnya informasi Aspek ini
mencakup kurangnya informasi
tentang diri, pekerjaan, dan cara
memperoleh informasi tambahan
c) Informasi yang tidak konsisten.
Aspek ini mengacu pada adanya
informasi yang tidak dapat
diandalkan dan adanya konflik baik
internal maupun eksternal.
5. Wawancara dengan pembimbing
BKK (Bursa Kerja Khusus) faktor
penyebab siswa kesulitan
mengambil keputusan karir kerja
dalam layanan: Siswa tidak
mendapat dukungan dari orang tua
akan keputusan karir kerja yang
diinginkan, orang tua melarang
siswa bekerja di industri yang
tempatnya jauh dari rumah.
Padahal siswa tersebut punya
minat yang besat pada karir kerja
tersebut, sehingga siswa
mengalami kebingungan dan
ketidaktahuan akan opsi alternatif
karir kerja.
4. Peserta didik yang Kurangnya kemampuan Kajian Literatur: Berdasarkan eksplorasi baik melalui kajian literatur pada jurnal ilmiah dan
melakukan pelanggaran peserta didik dalam 1. Perilaku membolos merupakan wawancara dengan rekan sejawat , analisis Layanan konseling individu dengan
kedisiplinan membolos pengelolaan diri perilaku tidak masuk sekolah, pendekatan posmodern teknik SFBT:
meninggalkan sekolah ataupun jam  Pros
pelajaran sebelum usai yang 1. Konseling lebih terfokus pada penyelesaian masalah
dilakukan tanpa mendapatkan izin 2. Tidak terpaku dan terjebak pada simptom yang muncul
dari sekolah yang dapat disebabkan 3. Konseli dapat secara mandiri menemukan solusi yang dikehendaki
karena faktor pribadi, keluarga,  Cons
ataupun sekolah (Handoko, 2013). 1. Pelaksanaan konseling terlalu singkat
2. Thompson menegaskan bahwa 2. Mengabaikan faktor afektif dan kognitif
manajemen diri dapat membantu
individu untuk mengubah dan
mengatur tingkah lakunya sendiri
(Amin, 2017). Melalui manajemen
diri siswa dapat mengarahkan,
merencanakan, mengelola, dan
mengendalikan diri mereka dalam
melakukan kegiatan, terutama
dalam pembelajaran sehingga
siswa dapat menggunakan waktu
mereka seefisien, dan seefektif
mungkin. Kemampuan penguasaan
siswa terhadap keterampilan
manajemen diri mencerminkan
seberapa jauh atau seberapa besar
tingkat kemampuan kerja siswa
(Gomez, 2017).
3. Manajemen diri adalah suatu
kendali yang didapatkan melalui
pengetahuan yang diarahkan pada
tujuan. Keseluruhan hal dimulai
dengan tujuan, dimulai dengan anda
yang memutuskan apa yang anda
kehendaki untuk diri anda sendiri,
bukan sekedar yang sekarang tetapi
untuk hidup anda secara
keseluruhan. Manajemen diri
adalah segenap langkah dan
tindakan untuk mengatur dan
mengelola diri. Selain itu,
manajemen diri juga bisa berarti
mengatur semua unsur potensi
pribadi, mengendalikan kemauan
untuk mencapai hal-hal yang baik,
dan mengembangkan berbagai segi
dari kehidupan pribadi agar lebih
sempurna(Hanum, 2014).
4. Terapi singkat berfokus solusi
menurut Bill O’Connel (dalam
Stephen Palmer 2011:551) adalah
bentuk terapi singkat yang
dibangun di atas kekuatan konseli
dengan membantunya
memunculkan dan
mengkonstruksikan solusi pada
problem yang dihadapinya.
Gingerich & Peterson (2013)
menyimpulkan SFBC efektif untuk
berbagai macam hasil perilaku dan
psikologis, selain itu juga lebih
singkat dan lebih hemat daripada
pendekatan alternatif.

Anda mungkin juga menyukai