Anda di halaman 1dari 17

KONSELING POST

MODERN TIM TEACHING


PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNINDRA PGRI JAKARTA
KONSEP DASAR
 Postmodern adalah suatu kondisi dimana terjadi penolakan / ketidak percayaan terhadap segala hal yang
mengarah kepada kebenaran tunggal, keuniversalan, keobjektifan (sesuatu apapun yang hendak dijadikan dasar
untuk menilai benar – salahnya sebuah konsep / pengetahuan) atas suatu objek dan realita yang terjadi.
 Pada konsep post modern, terdapat suatu pandangan bahwa sejatinya kebenaran dan realitas bukanlah suatu
yang bersifat absolute namun realitas dan kebenaran itu dapat dikonstruksikan. Pada dasarnya semua
pengetahuan bersifat relatif karena ia selalu ditentukan oleh konstruk, budaya, bahasa atau teori yang kita
terapkan pada suatu fenomena tertentu. Dengan demikian, realitas dan kebenaran yang kita bangun (realitas
yang kita konstruksikan) adalah hasil dari budaya dan bahasa kita.
 Konseling Postmodern berlangsung singkat (Brief), umumnya antara empat sampai lima sesi saja. Berfokus
pada pemecahan masalah (solusi) yang menekankan pada sumberdaya atau kompetensi dan kekuatan –
kekuatan konseli, bukan berfokus pada penyebab atau problem. Menekankan pada pandangan bahwa konseli
adalah individu yang unik dan subjektif serta bahasa atau naratif yang dikonstruksikan sendiri oleh konseli,
bukan menekankan pada realitas “objektif” realitas konsensual (realitas sebagaimana membangun bahasa,
memelihara dan mengubah masing – masing tata pandang (worldview) individu. Dalam pemikiran postmodern,
menggunakan bahasa dalam cerita-cerita, untuk menceritakan kisah-kisah, dan masing-masing kisah-kisah ini
benar bagi orang yang mengatakannya. Setiap orang yang terlibat dalam suatu situasi memiliki perspektif
tentang “realitas”.
 Salah satu tokoh dalam konseling post modern
adalah Insoo Kim Berg yang terlahir dari Korea,
selanjutnya beliau berkiprah menjadi Direktur
eksekutif, pusat terapi keluarga di Milwaukee.
Sebagai pimpinan dalam Pemusatan solusi
terapi singkat (Solution Focused Brief Therapy
(SFBT), beliau menyediakan tempat kerja yang
berada di Japan, Korea Utara, Australia,
Denmark, Inggris dan Jerman. Hasil tulisannya
adalah jasa keluarga yang didasarkan: Pusat
pendekatan solusi (1994), bekerja dengan
masalah-masalah pemabuk (1992), Pusat
Pendekat solusi (1992), dan Interviewing
solution (2002).
Hakikat Manusia

  Manusia hidup dengan beranekaragam realitas (bahasa, cerita, ideologi) dan hidup dalam kondisi
Pluralistik atau keanekaragaman
 Tiada kebenaran tunggal
 Kebenaran bersifa kontekstual, subjektif
 Manusia berbekal metode ilmiah yang tepat dapat menemukan pengetahuan yang terpercaya
(realible) dan sahih (valid) tentang klien dan masalah-masalahnya
 Manusia adalah makhluk yang sehat dan kompeten. Konseling Post Modern mementingkan
kompetensi manusia daripada kekurangmampuan, dan kekuatan daripada kelemahannya.
 Manusia mampu membangun solusi yang dapat meningkatkan kehidupannya.
 Manusia memiliki kemampuan menyelesaikan tantangan dalam hidupnya.
 Bagaimanapun pengaruh lingkungan terhadap manusia, konselor meyakin bahwa saat dalam
layanan konseling kliennya bahwa mampu menkonstruksi solusiterhadap masalah yang
dihadapinya.
Kepribadian

1) Manusia adalah makhluk yang berfikir berdasarkan keputusan yang rasional


berlandaskan penalaran bukti dan diskusi yang ketat serta mendalam; 2) Setiap yang
dianggap “rasional” ditentukan oleh pengetahuan dan pemahaman serta argumen-
argumen, didiskusikan untuk membentuk suatu pemahaman; 3) Dunia adalah
seperangkat teka-teki yang logis dan dapat dipecahkan melalui analisis yang rasional.
 Pada konseling post modern, terdapat beberapa teknik atau pendekatan,
diantaranya adalah konseling singkat berfokus solusi dan konseling naratif
Konseling singkat berfokus solusi/ Solution Focus
Brief Counseling (SFBC)
 Solution Focused Brief Counseling merupakan sebuah pendekatan konseling yang
menekankan penyelesaian masalah dengan mencari solusi secara cepat dan tepat
dalam mengatasi masalah-maslah yang ada
Tujuan SFBC

 1. Pemahaman diri sendiri (instropeksi)


 2. Pengorganisasian cara berfikir (kognitif)Aung lebih logis dan rasional.
 3. Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
 4. Memulihkan indera perasa pada satu keadaan yang terbuka dan optimal.
 5. Membantu klien membangun visi yang dipilih untuk masa depan mereka.
 6. Membantu klien membawa kesuksesan sekecil apapun ke dalam kesadaran mereka.
 7. Membantu klien untuk mengulang keberhasilan yang pernah mereka lakukan.
 8. Membantu klien mengidentifikasi perubahan – perubahan yang diinginkan klien
terjadi dalam kehidupan mereka dan terus terjadi.
 9. Pengubahan pandangan mengenai situasi atau kerangka berfikir, pengubahan cara
menghadapi situasi problematik, dan merekam sumber – sumber dan kekuatan klien.
Teknik Konseling SFBC
 1.  Perubahan sebelum terapi
Penjadwalan satu janji saja sering membuat perubahan positif dalam perjalanannya. Dengan menanyakan perubahan, konselor
dapat merangsang, membangkitkan dan memperkuat apa yang sudah dilakukan yang merupakan cara untuk membuat perubahan.
 2.  Pertanyaan ajaib (The miraclequestion/MQ)
MQ adalah teknik bertanya yang digunakan konselor untuk membantu klien bagaimana menetapkan visi ke depan, merupakan
satu keadaan bilamana klien tidak bermasalah dan itu merupakan tujuan yang hendak dicapai.
Dengan bertanya kepada klien untuk mempertimbangkan bahwa satu keajaiban akan terjadi membuka uasnya kemungkinan –
kemungkinan dimasa depan. Klien didorong untuk bebas bermimpi sebagai cara mengenali perubahan yang memang inginkan
dimasa depan.
 3.      Pertanyaan penskalaan / saling question (SQ)
SQ adalah teknik yang digunakan konselor untuk mengidentifikasi perbedaan yang bermanfaat bagi klien, dan dapat membantu
untuk menetapkan tujuan pula. Konselor menggunakan skala apabila perubahan dalam pengalaman manusia tidak mudah diamati,
seperti perasaan, suasana hati atau komunikasi.
 4.      Exception seling (ES) atau pertanyaan kekecualian
Konselor mengajukan pertanyaan kekecualian untuk mengarahkan klien ke arah waktu – waktu ketika problem tidak timbul.
Kekecualian adalah pengalaman – pengalaman masa lalu dalam hidup klien yang layak untuk diharapkan muncul ketika ada
masalah, meskipun biasanya tidak. Pengungkapan ini mengingatkan kepada klien bahwa problem itu tidak semuanya memiliki
kekuatan dan tidak selalu muncul selamanya.
5. Mengatasi pertanyaan / coping question (CQ)
Teknik CQ dirancang untuk memperoleh informasi tentang berbagai sumber daya yang dimiliki klien,
yang saat itu hilang (dilupakan) tak ketahuan. Bahwa mungkin ceritatera dalam kondisi klien tak
berpengharapan (hoppless).
6. Umpan balik konselor kepada klien
Pera pelaksana konseling umumnya mengambil waktu jeda lima menit untuk menyusun ringkasan pesan
kepada klien pada akhir pertemuan. Selama waktu jeda ini konselor merumuskan umpan balik yang akan
diberikan kepada klien setelah waktu jeda.
Ed Ong dan Bern menguraikan tiga bagian kok umpan balik yang berupa ringkasan : pujian, jembatan,
dan anjuran tugas.
7.  Penghentian
Dari awal sekali wawancara berfokus solusi, konselor selalu berpikiran bahwa dalam bekerja akan
mengarah kepada penghentian. Begitu klien mampu membangun solusi yang memuasakan, hubungan
terapi dapat dihentikan. Sebelum konseling berakhir, konselor membantu klien dalam mengenali hal – hal
yang bisa mereka lakukan untuk melanjutkan perubhan – perubahan yang telah mereka lakukan dimasa
yang akan datang.
Konseling Naratif

 Terapi naratif dianjurkan untuk membangun pendekatan kolaboratif dengan minat


khusus pada klien, dengan cara:
- Mendengarkan cerita-cerita untuk mencari tahu dalam kehidupan klien
- Menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk melibatkan klien
 Konseling naratif mendukung individu untuk secara kritis melihat kehidupan dan
pengalaman Individu sebagai tertanam dalam konteks sosial, budaya, dan politik
yang lebih besar. Sudut pandang ini, individu bekerja untuk memisahkan diri dari
masalah (dikenal sebagai “eksternalisasi masalah”). kemudian dibuat untuk
reauthoring alternatif cerita kehidupan yang disukai yang mampu digunakan
untuk melawan masalah
Tujuan

 Tujuan umum konseling narasi adalah membawa konseli agar dapat


menggambarkan pengalaman mereka dalam bahasa baru dan segar. Dalam hal ini
dilakukan sampai klien menemukan pandangan baru. Bahasa baru ini
memungkinkan klien untuk mengembangkan makna baru bagi pikiran yang
bermasalah, perasaan, dan perilaku (Freedman & Combs, 1996).
Teknik dalam Konseling Naratif

 Pertanyaan-Pertanyaan dan Lebih: Pertanyaan konselor mungkin tampak


tertanam dalam percakapan yang unik, bagian dari     sebuah dialog tentang dialog
sebelumnya, sebuah peristiwa penemuan yang unik, atau proses eksplorasi budaya
dominan dan keharusan.Apapun tujuannya, pertanyaan yang   sering merupakan
lingkaran atau relasional, dan mereka berusaha untuk memberdayakanklien dalam
cara-cara baru
 Sebuah pertanyaan umum adalah : “Kapan masalah ini pertama kali muncul
dalam hidup Anda?”Tugas konselor adalah membantu klien dalam menelusuri
masalah dari ketika itu berasal hingga saat ini.konselor meletakkan masa depan
masalah dengan bertanya,”Jika masalah itu akan berlanjut selama satu bulan (atau
setiap periode waktu), apakah artinya ini bagi anda?”Pertanyaan ini dapat
memotivasi klien untuk bergabung  dengan konselor dalam memerangi dampak
efek masalah.
  Pencarian Hasil yang Unik
Dalam pendekatan Naratif pertanyaan eksternalisasi adalah pertanyaan  yang diikuti
dengan hasil yang unik. konselor berbicara kepada klien tentang  saat-saat pilihan
atau kesuksesan mengenai masalah. Apakah ini dilakukan dengan memilih untuk
perhatian setiap pengalaman yang terpisah dari cerita masalah, terlepas bagaimana
hal itu mungkin tampak tidak penting bagi klien.
konselor mungkin bertanya:”Apakah pernah ada waktu dimana kemarahan ingin
membawa Anda selesai, dan Anda melawan? Apa itu seperti Anda? Bagaimana kau
melakukannya?”      Pertanyaan-pertanyaan ini ditujukan untuk menyoroti masalah
saat-saat ketika tidak terjadi atau ketika masalah telah ditangani dengan sukses.Hasil
unik sering bisa ditemukan di masa lalu        atau masa kini, tetapi mereka juga dapat
membuat hipotesis untuk masa depan.
 Cerita Alternatif dan  Re-authoring
Membangun cerita baru berlangsung sejalan dengan dekonstruksi, dan konselor
naratif terbuka untuk mendegarkan cerita-cerita baru. Orang dapat terus-menerus dan
secaraaktif menulis kembali kehidupan mereka, dan konselor Naratif mengundang
klien ke penulis stonier alternatif, melalui” hasil unik”atau sesuatu yang tidak
diprediksi oleh  masalah-cerita jenuh.
Narasi mendokumentasikan bukti, praktisi percaya bahwa cerita-cerita baru berarti
hanya   ketika ada penonton untuk menghargai dan mendukung mereka. Dengan
demikian penonton yang apresiasif terhadap perkembangan baru secara sadar
mencari, untuk mendapatkan berita bahwa perubahan berlangsung perlu terjadi jika
cerita alternatif  tetap       hidup
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai