0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
5 tayangan3 halaman
1. Dokumen ini berisi lembar kerja belajar mandiri (LKBM) milik Dina Wulan Dari yang berisi ringkasan materi strategi layanan responsif meliputi 4 topik utama yaitu pendekatan konseling berorientasi psikoanalisis dan humanistik, pendekatan kognitif dan perilaku, pendekatan posmodern dan integratif, serta layanan referal, konsultasi dan advokasi.
1. Dokumen ini berisi lembar kerja belajar mandiri (LKBM) milik Dina Wulan Dari yang berisi ringkasan materi strategi layanan responsif meliputi 4 topik utama yaitu pendekatan konseling berorientasi psikoanalisis dan humanistik, pendekatan kognitif dan perilaku, pendekatan posmodern dan integratif, serta layanan referal, konsultasi dan advokasi.
1. Dokumen ini berisi lembar kerja belajar mandiri (LKBM) milik Dina Wulan Dari yang berisi ringkasan materi strategi layanan responsif meliputi 4 topik utama yaitu pendekatan konseling berorientasi psikoanalisis dan humanistik, pendekatan kognitif dan perilaku, pendekatan posmodern dan integratif, serta layanan referal, konsultasi dan advokasi.
No UKG : 201900996223 Prodi PPG : Bimbingan & KOnseling Kampus : Universitas Ahmad Dahlan
LK 0.1: Lembar Kerja Belajar Mandiri
Judul Modul Strategi Layanan Responsif
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Pendekatan Konseling Berorientasi Psikoanalisis Dan Humanistik Karakteristik Peserta didik 2. Pendekatan Konseling Berorientasi Kognitif Dan Perilaku 3. Pendekatan Konseling Posmodern Dan Integratif 4. Layanan Referal, Konsultasi Dan Advokasi. No Butir Refleksi Respon/Jawaban 1 Garis besar materi yang KB 1 dipelajari 1. Konseling psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan membuat kesadaran yang tidak disadari di dalam diri konseli. Tahapan dalam pendekatan psikoanalisis meliputi tahap pembukaan (the opening phase), pengembangan transferensi (the development transference), bekerja melalui transferensi (working through), resolusi transferensi (the resolution of transference). Sementara Teknik konseling psikoanalisis yang dapat diaplikasikan antara lain asosiasi bebas, penafsiran, analisis mimpi, analisis resistensi, analisis transferensi, analisis kepribadian (case historis), dan hipnotis. 2. Tujuan konseling berpusat pribadi (person centered) adalah membantu individu agar menjadi pribadi yang dapat beraktualisasi diri dan berfungsi penuh (fully functioning person) dengan karakteristik terbuka terhadap pengalaman, percaya diri, memiliki sumber internal evaluasi dan keinginan berkelanjutan untuk berkembang. Pendekatan berpusat pribadi, orientasinya menekankan pada hubungan konseli-konselor dengan teknik keterampilankomunikasi konseling, sehingga teknik konselingnya adalah keterampilan dasar konseling, seperti acceptance (penerimaan), lead/Open Question (teknik bertanya), restatement dan paraphrasing (Pengulangan penyataan dan Parafrase), reflection of thoughts and feelings (pemantulan pikiran dan perasaan), clarification (klarifikasi), confrontation (Konfrontasi), reassurance (penguatan/dukungan), serta summary (merangkum) 3. Tujuan konseling Gestalt diarahkan pada kesadaran konseli untuk menghadapi dan menerima bagian keberadaan mereka yang mereka ingkari dan berhubungan dengan pengalaman dan dengan realitas. Peran konselor Gestalt antara lain menantang konseli, membantu konseli melaksanakan peralihan dari dukungan eksternal kepada dukungan internal dengan menentukan letak jalan buntu. Proses konseling gestalt terdiri dari 5 (lima) fase yaitu The Beginning Phase, Clearing the Ground, The Existential Encounter, Integration, Ending. Teknik dalam pendekatan konseling gestalt antara lain Kursi Kosong (Empty Chair), Top dog Versus Under dog, Membuat Serial (making the rounds), “Saya bertanggung jawab atas...” (“I Take Responsibility for...”), Bermain Proyeksi (Playing Projection), Pembalikan (Reversal Technique), Latihan Gladiresik (The Rehearasal Experiment), Latihan Melebih-Lebihkan (The Exaggeration Experiment), Tetap Pada Perasaan (Staying with the Feeling), Bahasa “Saya” (“I” Language). KB 2 1. Tujuan utama konseling REB adalah mengurangi cara berpikir keliru (irasional) dan memiliki pandangan hidup yang realistik dan toleran. Tujuan khususnya yaitu menerima diri tanpa syarat, menerima orang lain tanpa syarat dan menerima kehidupan tanpa syarat. Konseling REB, konseli dibantu untuk menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, dan rasa marah. Teknik konseling ini terdiri atas teknik kognitif, teknik emotif, dan teknik behavior. 2. Konseling behavior memiliki tujuan adalah meningkatkan pilihan pribadi dan menciptakan kondisi pembelajaran baru bagi konseli, dengan bantuan dari konselor, mendefinisikan tujuan khusus di luar proses konseling. Langkah-langkah dalam konseling behavioral bervariasi, tidak ada satu pola tertentu yang baku. Namun demikian proses konseling tersebut dibingkai oleh kerangka kerja untuk mengajar konseli dalam mengubah tingkah lakunya. Teknik konseling behavior terdiri dari dua macam yaitu teknik untuk meningkatkan tingkah laku seperti penguatan positif dan teknik untuk menurunkan tingkah laku seperti penghapusan. 3. Tujuan utama pendekatan konseling Realita untuk membantu menghubungkan (connect) atau menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain guna mendorong pencapaian quality world. Prosedur pendekatan konseling realitas dilaksanakan dalam sistem WDEP. W = wants and needs (keinginan- keinginan dan kebutuhan-kebutuhan), D = direction and doing (arah dan tindakan), E = self evaluation (evaluasi diri), dan P = planning (perencanaan). KB 3 1. Konselor SFBC yakin bahwa setiap orang memiliki kemampuan untuk menentukan tujuan-tujuan pribadi yang bermakna dan bahwa tiap orang memiliki kekuatan yang dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan mereka. Tujuan tersebut bersifat unik bagi masingmasing konseli dan tujuan tersebut dibuat oleh konseli sendiri untuk menciptakan masa depan yang lebih bermakna. Tahapan konseling SFBC dimulai dari (1) pembinaan hubungan kolaboratif antara konselor dan konseli, (2) mengidentifikasi masalah yang memungkinkan adanya solusi, (3) menetapkan tujuan konseling secara pesifik, (4) menyusun alternatif solusi dengan melihat kondisi pengecualian dan tindakan masa depan, dan (5) evaluasi, tindak lanjut serta pemberian motivasi (compliment). Teknik SFBC yang dilakukan konselor dalam mengajak konseli melihat solusi antara lain menggunakan pertanyaan pengecualian (exception question), pertanyaan keajaiban (miracle question), pertanyaan berskala (scalling question), pertanyaan pra perubahan sebelum pertemuan (Pre-session change question). 2. Tujuan dari konseling naratif adalah membantu konseli memahami kisah atau cerita yang telah membentuk kehidupannya dan konseli diberikan keterampilan untuk menentang atau mengeksplanasi cerita tersebut. Teknik konseling naratif antara lain (1) pertanyaan dan pertanyaan lagi; (2) eksternalisasi dan dekonstruksi; (3) mencari hasil unik; (4) cerita alternatif dan penulisan ulang; serta (5) mendokumentasikan bukti. 3. Konseling kreatif (impact counseling) bertujuan mengajak konseli berpikir guna meningkatkan kepercayaan diri dan kemandirian serta membuat konseli menjadi aktif, berpikir, dan melihat pengalaman selama sesi konseling berlangsung. Dalam konseling ini, konselor selalu berusaha untuk mencapai inti masalah dengan memotong detail yang tidak perlu, cerita yang tidak relevan, dan diskusi yang tidak fokus. Lima tahap konseling yaitu diakronimkan dengan RCFF-C yaitu Rapport, Contract, Focus, Funnel and Closing KB 4 1. Layanan referal atau alih tangan kasus dilakukan apabila konselor telah mengerahkan segenap tenaga dan kemampuannya untuk memecahkan masalah konseli, tetapi belum berhasil, maka konselor yang bersangkutan harus memindahkan tanggung jawab pemberian bimbingan dan konseling kepada pembimbing atau konselor lain atau kepada orang lain yang lebih mengetahui. 2. Layanan konsultasi berarti sebuah proses berbagi informasi dan ide kepada individu atau sekelompok individu untuk menggabungkan pengetahuan menjadi pola, membuat kesepakatan menjadi keputusan dan yang menjadi langkah berikutnya yang perlu dilakukan. 3. Layanan advokasi dalam konseling menjadi penting, karena berhubungan dengan kepribadian individu yang mengalami masalah kesenjangan sosial. Pemberian layanan advokasi di sekolah bertujuan untuk menghilangkan kendala perkembangan siswa, dan menciptakan peluang belajar bagi semua siswa. 2 Daftar materi yang sulit 1. Pendekatan konseling postmodern dan integratif dipahami di modul ini 2. Layanan referal dan advokasi 3 Daftar materi yang sering 1. Layanan advokasi mengalami miskonsepsi 2. Pendekatan konseling naratif dan kreatif 3. Pendekatan konseling psikoanalisis
Manajemen konflik dalam 4 langkah: Metode, strategi, teknik-teknik penting, dan pendekatan operasional untuk mengelola dan menyelesaikan situasi konflik