Profil
merupakan suatu bentuk yang menggambarkan kondisi seseorang. Oleh karena itu,, profil
konselor dapat dikatakan sebagai gambaran yang menunjukkan keadaan seorang konselor yang
diharapkan. Beberapa profil yang harus dimiliki oleh seorang konselor adalah:
1. Memiliki sifat luwes, akrab, terbuka, dapat menerima pendapat orang lain, dapat merasakan
keadaan orang lain, menghargai orang lain, tidak mau menang sendiri, objektif, dapat
mengendalikan diri, stabilitas emosi, sabar, jujur, kreatif, inovatif, produktif, dan mandiri.
Menurut Mochammad Hatip (1989) dalam penelitiannya terhadap profil konselor menunjukkan
19 karakteristik yang diharapkan dimiliki konselor, yakni:
1. Kepribadian konselor.
2. Kemampuan intelektual.
4. Menarik.
5. Berpandangan positif.
7. Bersikap profesional.
Kualitas yang perlu dimiliki oleh seorang konselor menurut Perez (1979)
1. Mau melakukan kegiatan seperti detektif untuk mengamati perilaku, komunikasi, dan
ucapan-ucapan klien.
2. Mampu membedakan antara keluarga yang berfungsi dengan baik dengan keluarga yang
3. Memiliki sense of drama yang kuat agar mampu menangkap air muka (mimik), getaran
4. Tidak boleh malu-malu dan harus kreatif dalam menggali hal-hal yang diperlukan
Kualitas pribadi konselor ditandai dengan beberapa karakteristik dikutip oleh Syamsu Yusuf dan
Juntika Nurihsan (2006:37-44), sebagai berikut:
1. Pemahaman Diri
Memahami dirinya sendiri dengan baik sebelum memberikan layanan bimbingan dan konseling
kepada konseli merupapakan suatau hal yang harus dimiliki sebagai seorang konselor. Self-
knowledge berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, memahami secara pasti apa
yang dilakukan, alasan yang menyebabkannya melakukan hal tersebut, dan masalah apa yang
harus diselesaikan. Konselor yang memilikitingkat self-knowledge yang baik akan menunjukkan
sifat-sifat baik, seperti menyadari kebutuhan dirinya dengan baik, memahami
perasaanperasaannya dengan baik, menyadari tentang perasaan hatinya ketika proses konseling,
dan memahami/mengakui kelebihan atau kekurangan dirinya.
1. Kompeten
Sebagai seorang konelor, hendaknya memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan
moral sebagai pribadi yang berguna. Satu hal penting yang membedakan hubungan persahabatan
dengan hubungan konseling adalah kompetensi yang dimiliki konselor. Konselor yang efektif
adalah konselor yang memiliki pengetahuan akademik, kualitas pribadi, dan keterampilan
konseling.
Dalam aspek kesehatan, kesehatan psikologis harus yang lebih baik dari konseli karena
kesehatan psikologis akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya.
Konselor dengan kesehatan psikologis yang baik memiliki kualitas sebagai berikut: 1)
memperoleh pemuasan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan hasrat seksual; 2) dapat
mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya; 3) menyadari kelemahan atau
keterbatasan
3. Dapat Dipercaya
Kecemasan bagi konseli harus dihindarkan, maka dari itu Konselor bukan menjadi suatu
anccaman. Konselor yang dipercaya cenderung memiliki kualitas sikap dan perilaku seperti
berikut: 1) memiliki pribadi yang konsisten; 2) dapat dipercaya oleh orang lain; 3) tidak pernah
membuat orang lain (konseli) kecewa atau kesal; 4) bertanggung jawab, mampu merespons
orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mau membantu secara penuh.
4. Jujur
Sebagai Konselor, dirinya bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (genuine). Konselor
yang jujur memiliki karakteristik bersikap kongruen dan memiliki pemahaman yang jelas tentang
makna kejujuran.
5. Kuat
Dalam pandangan seorang Konseli, dirinya memandang konselor sebagai orang yang tabah
dalam menghadapi masalah, dapat mendorong konseli untuk mengatasi masalahnya, dan dapat
menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi konseli. Konselor yang kuat cenderung
menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang bersifat fleksibel, memiliki identitas diri yang
jelas, dan dapat membuat batasan waktu yang pantas dalam konseling.
6. Bersikap Hangat
Konselor dapat bersikap ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang.
7. Responsif
Konselor hendaknya bersifat dinamis dan tidak pasif dalam pemberian umpan balik yang
bermanfaat, informasi yang berguna, mengemukakan gagasan baru sehingga muncul diskusi
antara konselor dan konseli dengan memegang tanggung jawab masing-masing guna
menyelesaikan masalah konseli.
8. Sabar
Konselor yang sabar cenderung menampilkan kualitas sikap dan perilaku yang tidak tergesa-
gesa. Sikap ini menunjukkan bahwa konselor lebih memerhatikan diri klien daripada hasilnya.
9. Sensitif
Sensitif berarti menyadari adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat peka
yang ada pada diri klien maupun dirinya sendiri. Konselor yang sensitif memiliki kualitas
perilaku seperti: 1) sensitif terhadap reaksi dirinya sendiri; 2) mengetahui kapan, dimana, dan
berapa lama mengungkap masalah konseli; 3) mengajukan pertanyaan tentang persepsi konseli
tentang masalah yang dihadapinya; 4) sensitif terhadap sifat-sifat yang mudah menyinggung
dirinya.
Pendekatan holistik dalam konseling berarti bahwa konselor memahami klien secara utuh dan
tidak mendekatinya secara terbagi. Konselor yang memiliki kesadaran holistik akan cenderung
menampilkan karakteristik seperti: 1) menyadari secara akurat dimensidimensi kepribadian yang
kompleks; 2) menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan
perlu/tidaknya referal (rujukan); 3) akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
Profil kenselor dapat dilihat dari berbagai segi. Sebagai pembuka, profil konselor didekati
melalui karakteristik pribadi-sosialnya, dan penampilan inilah yang paling banyak di-jumpai.
Penampilan karakterisktik pribadi-sosial ini pada umum-nya mengaitkan konselor dalam fungsi
konseling dan sangat banyak dijumpai studi mengenai karakteristik tersebut. Lalu profil konselor
ditampilkan dalam hal kompetensinya. Dan terakhir, profil konselor ditampilkan melalui fungsi
dan peranan yang hendaknya diembannya.
Apa yang seharusnya menjadi fungsi dan peranan konselor sekolah? Meskipun secara praktis
tidak sulit untuk menjawab per-tanyaan tersebut, namun tidak demikian jika ditinjau secara teo-
ritis. Penelusuran pustaka menunjukkan bahwa ada hal yang kon-troversial dalam menetapkan
fungsi utama konselor. Sebagian terbesar pakar bidang ini menghendaki agar konselor
menetapkan fungsi utamanya dalam hal konseling. Belkin, Nugent, Arbukle, Wrenn, dan
beberapa pakar lain, serta Himpunan Pendidikan dan Supervisi Konselor di Amerika adalah
termasuk penganjur fungsi konseling tersebut. Di pihak lain
adalahIvey,Carrol,Alschuler,danPine, menghendaki agar konselor sekolah mengganti peranan
utamanya dari konseling ke pengajaran psikologis. Kelompok ke-dua ini menganjurkan agar
konselor tidak lagi memberikan laya-nan
konseling individual tapi masuk kelas untuk memberikan layanan berupa pengajaran psikologis.
Penampilan profil konselor sekolah dilihat dari fungsi dan peranannya selain bersifat spekulatif
juga telah didekati me-lalui penelitian empiris. Stinzi dan Hutcheon telah meneliti peran-an
konselor sekolah menurut harapan siswa, guru, dan adminis-trator sekolah.
3. tidak menjadi petugas disiplin (dicip-linarian) namun terbuka untuk konsultasi masalah-
masalah disiplin,
4. mengijinkan siswa untuk mengambil keputusan sendiri, menjadi orang yang dapat, dipercaya
siswa,
7. mengkonseling siswa,
4. aktif dalam perencanaan individual siswa dan program belajar siswa tertentu,
Brammer (1979) mengindentifikasi karakteristik konselor dalam hal kepribadian sebagai berikut:
1. menyadari nilai-nilai,
6. bertanggung jawab.
Brenner (1982: 2-9) menekankan enam karakteristik yang penting dimiliki konselor adalah:
1. empatik,
1. percaya diri,
4. tidak memihak,
5. luwes,
6. emosinya stabil,
8. berpikir analitis,
9. kreatif,
11. sabar.
C. Profil konselor dilihat dari kompetensinya
Kompetensi isi mencakup apa-apa yang harus dike-tahui oleh konselor, yakni: Pengukuran,
konsultasi, perilaku manusia strategi intervensi, riset, administrasi, pusat kerja dan pusat
kemasyarakatan, lembaga pendidikan/Iatihan, pengajaran, bursa kerja, hukum struktur organisasi
program, kelompok khusus supervisi, dan perangkat teknologis.
Rumusan kompetensi konselor yang mengkhususkan diri pada konselor sekolah telah
dirumuskan oleh Rochman Nata-widjaja (1989). Rochman merinci kompetensi konselor
berdasarkan enam komponen yakni: